Anda di halaman 1dari 10

KARYA ILMIAH

“PENGUKURAN KINERJA DI UPT PUSKESMAS PRINGSEWU”

Mata Kuliah : MANAJEMEN PERKANTORAN

Dosen Pengampu: KOHAR, S.E, M.M

Disusun Oleh :

MELLY DWI ARYANI (17010112)

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Pringsewu

LAMPUNG

2019
A. LATAR BELAKANG

Kinerja merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam sebuah organisasi,
sebab dapat dijadikan sebagai acuan atau tolok ukur untuk mengukur tingkat keberhasilan
organisasi bisnis tersebut dalam suatu periode tertentu. Pihak manajemen juga dapat
menggunakan pengukuran kinerja perusahaan sebagai alat untuk mengevaluasi organisasi
pada periode yang lalu. Sistem kinerja yang baik dan sesuai dengan organisasi sangat
diperlukan agar suatu organisasi dapat terus berkembang dan bersaing di dunia bisnis
yang semakin kompetitif ini.

Pengukuran kinerja adalah proses penilaian kemajuan pekerjaan terhadap tujuan dan
sasaran yang telah ditentukan sebelumnya, termasuk informasi atas: efisiensi penggunaan
sumber daya dalam menghasilkan barang dan jasa; kualitas barang dan jasa (seberapa
baik barang dan jasa diserahkan kepada pelanggan dan sampai seberapa jauh pelanggan
terpuaskan); hasil kegiatan dibandingkan dengan maksud yang diinginkan, dan efektivitas
tindakan dalam mencapai tujuan.

Selain hal-hal yang disebut di atas, pengukuran kinerja juga dapat digunakan sebagai
dasar untuk menentukan sistem imbalan dalam perusahaan, misalnya untuk menentukan
tingkat gaji karyawan maupun reward yang layak.

Organisasi sektor publik merupakan organisasi pemerintah yang tujuan utamanya


bukan untuk mencari keuntungan (profit oriented), melainkan untuk memenuhi
kebutuhan/kepentingan masyarakat, khususnya adalah perusahaan pemerintah yang
bergerak di bidang jasa. Jasa merupakan suatu kinerja penampilan, tidak berwujud dan
cepat hilang, lebih dapat dirasakan daripada dimiliki, serta pelanggan lebih dapat
berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi jasa tersebut. (Supranto dalam Novella,
2010)

Perusahaan jasa salah satunya adalah perusahaan jasa pemerintah yang bergerak di
bidang pelayanan kesehatan. Kesehatan merupakan keadaan sejahtera dari badan, jiwa,
dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.
Dengan demikian, kesehatan merupakan salah satu kunci utama masyarakat untuk
melaksanakan peran mereka masing-masing. Dengan tingkat kesehatan masyarakat yang
baik, maka peran yang dimiliki juga dapat dilaksanakan dengan baik, begitu pula
sebaliknya.
Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dan terpenting dari pembangunan
nasional. Tujuan diselenggarakannya pembangunan kesehatan adalah meningkatkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Keberhasilan pembangunan kesehatan berperan
penting dalam meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.
Untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan tersebut diselenggarakan berbagai upaya
kesehatan secara menyeluruh, berjenjang dan terpadu. Puskesmas adalah penanggung
jawab penyelenggara upaya kesehatan untuk jenjang tingkat pertama. (Depkes, 2004)

Salah satu fungsi puskesmas adalah sebagai pelayanan kesehatan strata pertama, hal
ini berarti puskesmas merupakan pusat pelayanan kesehatan yang memiliki peranan
cukup besar di bidang kesehatan karena dapat menjadi ujung tombak dalam
pembangunan kesehatan. Meskipun demikian, perhatian pemerintah dirasa kurang dalam
meningkatkan pembangunan puskesmas, begitu pula dengan masyarakat yang lebih
memilih mempercayakan kesehatan dengan rumah sakit-rumah sakit bahkan dokter
praktek yang ada di wilayah mereka, dan terkesan bahwa puskesmas adalah pusat
pelayanan kesehatan hanya bagi kalangan masyarakat menengah ke bawah.

Anggapan bahwa pelayanan dan mutu puskesmas jauh lebih rendah dibandingkan
dengan rumah sakit ataupun dokter praktek, hendaknya sedikit demi sedikit dapat
dihilangkan dari benak masyarakat, hal ini dapat dilakukan dengan pembangunan atau
peningkatan mutu puskesmas oleh pemerintah. Salah satu cara untuk mengetahui tingkat
keberhasilan pelayanan puskesmas adalah dengan cara melaksanakan pengukuran kinerja
puskesmas.

Kabupaten Pringsewu terdiri dari 9 kecamatan, dan dibagi lagi menjadi 126 desa. Di
setiap kecamatan terdapat pusat pelayanan kesehatan yang dibangun untuk memberikan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat setempat salah satunya adalah UPT Puskesmas
Pringsewu yang memiliki wilayah kerja Pringsewu Timur, Pringsewu Selatan, Sidoharjo,
Margakaya, Waluyojati, Fajaresuk, Fajar Agung dan Fajar Agung Barat. Setiap
puskesmas pastinya memiliki pengukuran kinerja dan hasil atau pencapaian yang
berbeda-beda. Perbedaan ini akan menentukan seberapa baik mutu pelayanan yang
dimiliki oleh setiap puskesmas tersebut. Pencapaian atau mutu dari setiap puskesmas
tersebut akan menentukan tingkat kesehatan masyarakat setempat, yang pada akhirnya
juga dapat menentukan mutu dari setiap kecamatan tersebut.
B. LANDASAN TEORI

1. “Menurut Amir dalam Lestari (2016:36) “Kinerja adalah suatu yang


ditampilkan oleh seorang atau suatu proses yang berkaitan dengan tugas kerja
yang ditetapkan. Kinerja bukan ujung terakhir dari serangkaian proses kerja
tetapi tampilan keseluruhan yang dimulai dari unsur kegiatan input proses,
output dan bahan outcome”.

2. “Standar kinerja yang baik menurut Sedarmayanti dalam Bandari

(2016:19) memiliki kriteria yaitu :


1. Dapat dicapai: sesuai dengan usaha yang dilakukan pada kondisi yang
diharapkan.
2. Ekonomis: biaya rendah/wajar, dikaitkan dengan kegiatan yang dicakup.
3. Dapat diterapkan: sesuai kondisi yang ada. Jika terjadi perubahan kondisi,
harus dibangun standar yang setiap saat dapat disesuaikan dengan kondisi
yang ada.
4. Konsisten: akan membantu keseragaman komunikasi dan operesi
keseluruhann fungsi organisasi.
5. Menyeluruh: menckup semua aktivitas yang saling berkaitan.
6. Dapat dimengerti: diekspresikan dengan mudah jelas untuk menghindari
kesalahan komunikasi/kekaburan, instruksi yang digunakan harus spesifik
dan lengkap.
7. Dapat diukur: harus dapat dikomunikasikan dengan presisi.
8. Stabil: harus memiliki jangka waktu cukup untuk memprediksi dan
menyediakan usaha yang akan dilakukan.
9. Dapat diadaptasi: harus didesain sehingga elemen dapat ditambah, dirubah,
dan dibuat terkini tanpa melakukan perubahan pada seluruh struktur.
10. Legitimasi: secara resmi disetujui.

3. “Indikator kinerja adalah ukuran kuantitatif dan kualitatif Menurut

Sedarmayanti dalam Bandari (2016:21) yaitu yang menggambarkan


tingkat pencapaian suatu sasaran atau tujuan yang ditetapkan. Indikator
kinerja digunakan untuk meyakinkan bahwa kinerja hari demi hari
organisasi/unit kerja yang bersangkutan menunjukkan kemampuan dalam
rangka menuju tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”.
“Untuk mengukur kinerja karyawan secara individu, terdapat enam
indikator yang dikemukakan oleh Robbins dalam Bandari (2016:21) yaitu :
1. Kualitas
Kualitas kerja diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap
keterampilan dan kemampuan karyawan.
2. Kuantitas
Kuantitas kerja merupakan jumlah yang dihasilkan dan dinyatakan
dalam istilah seperti unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
3. Ketepatan waktu
Merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta
memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktivitas lain.
4. Efektivitas
Merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga,
uang, teknologi, bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud
menaikkan hasil dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya.
5. Kemandirian
Merupakan tingkat seorang karyawan yang nantinya akan dapat
menjalankan fungsi kerjanya.
6. Komitmen Kerja
Merupakan suatu tingkat dimana karyawan mempunyai komitmen
kerja dengan instansi dan tanggung jawab karyawan terhadap
kantor”.
4. Beberapa metode pelatihan menurut Widodo dalam Bandari
(2016:14) adalah:
a. Metode praktis(on the job training)
Metode on the job merupakan metode yang paling bnyak
digunakan dalam pelatihan dan pengembangan. Karyawan dilatih
tentang pekerjaan baru dengan supervisi langsung seorang
“pelatih” yang berpengalaman (karyawan lain). Meliputi semua
upaya bagi karyawan untuk memperlajari suatu pekerjaan sambil
mengerjakannya di tempat kerja yang sesungguhnya.
Beberapa macam metode yang digunakan adalah sebagai berikut:
1) Rotasi Jabatan (Job Rotation)
Memberikan karyawan pengetahuan tentang bagian-bagian
organisasi yang berbeda dan praktik berbagai keterampilan
manajerial. Rotasi pekerjaan melibatkan perpindahan karyawan
dari satu pekerjaan ke pekerjaan lainnya. Kadang-kadang dari satu
penempatan ke penempatan lainnya.
2) Latihan Instruksi Jabatan(Job Instruction Training)
Metode yang digunakan dengan memberikan petunjuk-petunjuk
pekerjaan diberikan secara langsung pada pekerjaan dan digunakan
terutama untuk melatih para karyawan untuk melaksanakan
pekerjaan mereka sekarang.
3) Magang (Apprenticeship)
Merupakan proses belajar dari seorang atau beberapa orang
yang lebih berpengalaman. Pendekatan ini dapat dikombinasikan
dengan latihan “off the job” yaitu mengkombinasikan materi di
kelas dengan praktik di lapangan.
4) Coaching
Merupakan suatu bimbingan dan pengarahan yang diberikan
kepada karyawan dalam pelaksanaan kerja rutin mereka. Peranan
dari pelatihan ini adalah memberikan bimbingan kepada karyawan
bawahan dalam menerima suatu pekerjaan atau tugas dari
atasannya.
5) Penempatan Sementara
Merupakan kegiatan penempatan karyawan pada posisi
manajerial atau sebagian anggota panitia tertentu untuk jangka
waktu yang ditetapkan. Karyawan terlibat dalam pengambilan
keputusan dari pemecahan masalah-masalah organisasional nyata.
Dalam penugasan sementara karyawan berpartisipasi dalam
memecahkan permasalahan, merencanakan masa depan dan
berdiskusi serta berperan dalam isu-isu kritis bagi organisasi.
C. PEMBAHASAN

Puskesmas adalah unit pelaksana teknis (UPT) dari Dinas Kesehatan Kab/kota yang
bertanggungjawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di satu atau sebagian
wilayah kecamatan. (Kepmenkes No.128 Tahun 2004)

UPT Puskesmas Pringsewu merupakan salah satu Puskesmas yang ada di Kabupaten
Pringsewu. Terletak di Jalan Johar No. 15, Pringsewu Timur, Kecamatan Pringsewu,
Kabupaten Pringsewu, Lampung (kode pos 35373). UPT Puskesmas Pringsewu memiliki
78 pegawai yang terdiri dari Dokter Umum, Dokter Gigi, Bidan, Perawat, Analis
Kesehatan, Ahli Gizi, Apoteker, dll. Puskesmas ini memiliki wilayah kerja yaitu
Pringsewu Timur, Pringsewu Selatan, Sidoharjo, Margakaya, Waluyojati, Fajaresuk,
Fajar Agung dan Fajar Agung Barat.

1. Standarisasi Kinerja di UPT Puskesmas Pringsewu.


Dalam melakukan pekerjaannya, setiap pegawai UPT Puskesmas Pringsewu telah
diberikan standarisasi kinerja oleh Kepala KUPT Puskesmas yang berdasarkan
Perbup maupun PERMENKES. Standarisasi tersebut berupa SOP (Standar
Operasional Prosedur), di dalam SOP tersebut terdapat kebijakan serta prosedur yang
harus dipatuhi dan liksanakan dengan baik.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh setiap
warga negara secara minimal. (Kepmenkes No.828/MENKES/SK/IX/2008)

2. Indikator Kinerja di UPT Puskesmas Pringsewu


Ada beberapa indikator kinerja pegawai di UPT Puskesmas Pringsewu,
diantaranya:
a) . Kualitas, kualitas kinerja pegawai dapat diukur dari beberapa cara, seperti dalam
pelaksanaan program kesehatan, kepuasan pasien atas pelayanan dari Puskesmas serta
dari tingkat kesehatan masyarakat.
b) Kuantitas, kuantitas sangat diperlukan dalam kinerja pegawai di UPT Puskesmas
Pringsewu seperti kuantitas menurunnya jumlah kematian Ibu dan Anak (batita dan
balita), meningkatnya jumlah jumlah Keluarga Berencana serta produktivitas dari
waktu yang dihasilkan.
c) Ketepatan Waktu, di lingkungan kerja UPT Puskesmas Pringsewu sangat menghargai
waktu maka dibuat peraturan yang menyatakan bahwa setiap karyawan harus masuk
dan pulang tepat sehingga setiap pegawai wajib absen menggunakan finger print pada
saat datang dan akan pulang. Hal ini dilakukan untuk lebih menjaga kedisiplinan dari
setiap pegawai.
d) Efektivitas, kinerja kerja pegawai di UPT Puskesmas Pringsewu cukup baik dengan
ditunjang sarana dan prasarana seperti berbagai macam alat kesehatan sesuai
kebutuhan dari setiap bagian, alat transportasi berupa mobil Ambulance serta
beberapa sarana dan prasarana untuk pelayanan pasien berkebutuhan khusus. Dengan
begitu kinerja pegawai akan dapat meningkat serta lebih produktiv dengan adanya
bantuan dari sarana dan prasarana tersebut.
e) Kemandirian, selain Teamwok di UPT Puskesmas Pringsewu juga dilatih untuk
mandiri agar bisa menjalankan SOP masing-masing, dan kemandirian berguna juga
untuk melatih skill serta melatih kinerja setiap pegawai.
f) Komitmen, setiap pegawai di UPT Puskesmas Pringsewu dituntut harus memiliki
komitmen terhadap Puskesmas agar Puskesmas dapat mencapai tujuannya, serta
menjadi pegawai yang bertanggung jawab terhadap dirinya, pekerjaannya, dan
Puskesmas tempatnya bekerja.

3. Pelatihan di UPT Puskesmas Pringsewu


Untuk menunjang kinerja kerja para pegawai di UPT Puskesmas Pringsewu, maka
dilakukan beberapa pelatihan yaitu :
a) Pelatihan bimbingan teknis “Peningkatan Mutu dan Keselamatan di Puskesmas)
Pelatihan ini dilaksanakan agar para pegawai mampu memahami tentang
pentingnya mutu sehingga tercipta komitmen membudayakan mutu, melakukan
pengukuran, analisa, dan tindak lanjut indikator mutu klinis dan sasaran keselamatan
pasien, melakukan manajemen resiko, memahami prosedur manajemen obat dan
laboratorium.
b) Training atau Latihan, setiap pegawai baru di UPT Puskesmas Pringsewu akan
menjalani Training tentang apa saja pekerjaan yang harus dilakukan dan bagaimana
langkah-langkah melakukannya agar pegawai baru tidak kebingungan tentang
pekerjaannya dan tidak terlalu banyak bertanya kepada senior yang tentunya dapat
mengakibatkan pekerjaan senior tersebut terganggu dan menyebabkan menurunnya
kinerja kerjanya.
4. Masalah Kinerja Kerja Pegawai UPT Puskesmas Pringsewu
Setiap organisasi pasti memiliki masalah kinerja kerja, begitu juga dengan UPT
Puskesmas Pringsewu yang memiliki masalah kinerja kerja yang berhubungan dengan
Gadget. Gadget memang salah satu penyebab turunnya kinerja kerja karyawan
dikarenakan banyak karyawan yang menggunakan gadgetnya terutama Smartphone pada
saat jam kerja yang tentunya akan menghambat pekerjaannya. Selain gadget ada hal lain
yang menghambat kinerja kerja karyawan, contohnya banyak bergurau dan mengobrolkan
hal yang tidak ada kepentingannya dengan pekerjaan pada saat jam sibuk kerja dan tentu
hal itu juga akan menghambat serta membuang-buang waktu yang harusnya dipakai
untuk bekerja. Masalah lain yang sering terjadi adalah berkaitan dengan waktu, masih ada
bebarapa pegawai yang datang terlambat dengan berbagai alasan
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa indikator


yang masih belum dicapai oleh UPT Puskesmas Pringsewu. Hal ini mengindikasikan bahwa
pelayanan di UPT Puskesmas Pringsewu masih perlu diperbaiki. Namun apabila dilihat
secara keseluruhan kinerja pegawai di UPT Puskesmas Pringsewu sudah cukup baik karena
banyak program yang sudah terlaksana dengan baik, peningkatan mutu pelayanan pasien
serta meningkatnya tingkat kesehatan masyrakat dan menerapkan pola hidup sehat di
kehidupan sehari hari.
SPM setiap Puskesmas, tidak hanya sebagai syarat pelaporan dari Dinas Kesehatan.
Sebab, dengan adanya SPM ini, dapat dijadikan salah satu tolok ukur pengukuran kinerja
puskesmas yang dapat memberikan informasi seberapa baik hasil kinerja mereka, sehingga
dapat dijadikan patokan untuk kinerja atau pelayanan di masa depan. Dengan demikian setiap
puskesmas dapat meningkatkan dan memberikan pelayanan terbaik mereka bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai