PENDAHULUAN
.
Menurut Undang – Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang
menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Pada awal berdirinya, rumah sakit merupakan organisasi sosial di
bawah pemerintah yang berorientasi non profit. Untuk biaya operasional
mereka mendapatkan dana dari pemerintah. Dalam perkembangannya
ternyata pemerintah tidak dapat menampung masyarakat yang berobat
sehingga masyarakat mencari tempat lain yang dapat melayani mereka lebih
baik. Hal ini menumbuhkan industri jasa di bidang pelayanan kesehatan
yang mulai berorientasi profit untuk menutupi biaya operasional mereka
meskipun tidak meninggalkan unsur sosial sama sekali.
Tumbuhnya rumah sakit-rumah sakit swasta itu memunculkan
persaingan baru dalam industri jasa di bidang pelayanan kesehatan. Rumah
sakit-rumah sakit swasta berupaya memperlengkapi pelayanan mereka
dengan peralatan kesehatan yang mutakhir.
Melihat perkembangannya rumah sakit tidak dapat meninggalkan
pelayanan profesional untuk mendapatkan profit agar dapat memuaskan
konsumen pengguna jasanya (pasien). Dalam pelayanan profesional ini
dapat disebut sebagai perusahaan jasa yaitu perusahaan yang
memproduksi jasa bagi para konsumen yang sangat membutuhkan jasa
dari perusahaan tersebut.
Berbeda dengan perusahan jasa lain jasa yang ditawarkan rumah sakit
berhubungan langsung dengan kesehatan yang menyangkut kehidupan
pasien, jadi nilai-nilai kemanusian harus dijunjung tinggi. Rumah sakit
sebagai penyedia jasa dibatasi oleh kode etik profesi bagi setiap profesi yang
bekerja di rumah sakit. Dengan adanya perbedaan ini maka rumah sakit
lebih disebut institusi daripada perusahaan karena adanya tanggung jawab
moril daripada mencari keuntungan semata. Menurut Undang – Undang
Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit adalah
institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
rawat jalan dan gawat darurat.
1
Pada awal berdirinya, rumah sakit merupakan organisasi sosial di
bawah pemerintah yang berorientasi non profit. Untuk biaya operasional
mereka mendapatkan dana dari pemerintah. Dalam perkembangannya
ternyata pemerintah tidak dapat menampung masyarakat yang berobat
sehingga masyarakat mencari tempat lain yang dapat melayani mereka lebih
baik. Hal ini menumbuhkan industri jasa di bidang pelayanan kesehatan
yang mulai berorientasi profit untuk menutupi biaya operasional mereka
meskipun tidak meninggalkan unsur sosial sama sekali.
Tumbuhnya rumah sakit-rumah sakit swasta itu memunculkan
persaingan baru dalam industri jasa di bidang pelayanan kesehatan. Rumah
sakit-rumah sakit swasta berupaya memperlengkapi pelayanan mereka
dengan peralatan kesehatan yang mutakhir.
Melihat perkembangannya rumah sakit tidak dapat meninggalkan
pelayanan profesional untuk mendapatkan profit agar dapat memuaskan
konsumen pengguna jasanya (pasien). Dalam pelayanan profesional ini
dapat disebut sebagai perusahaan jasa yaitu perusahaan yang
memproduksi jasa bagi para konsumen yang sangat membutuhkan jasa
dari perusahaan tersebut.
Menurut American Hospital Association (1974) Rumah Sakit adalah
suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir
serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan,
asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan
penyakit yang diderita oleh pasien
Pengorganisasian Rumah Sakit meliputi seluruh kegiatan penentuan
jumlah dan jenis sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setiap kegiatan. Jasa-jasa penunjang merupakan sarana
pengorganisasian yang perlu dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.
Manajemen RS Kuat mempunyai kegiatan sebagai berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi
yang akan dicapai perusahaan dan mengatur strategi yang akan
dilaksanakan agar dapat tercapai. Perencanaan ini dapat disusun
baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang, agar dapat
dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan perusahaan.
2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah membentuk kerangka dasar dalam
menentukan aktifitas dan tugas pokok dari suatu kelompok individu
atau individu dalam perusahaan, yang meliputi pemberian tugas
2
tanggung jawab tertentu, pendelegasian wewenang yang diperlukan
kepada individu-individu untuk melaksanakan tugas-tugasnya,
pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan.
3. Pengarahan (Leading/Actuating)
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan susun
personalianya, langkah berikutnya pengarahan. Pengarahan
merupakan proses yang harus dilakukan oleh manajemen agar
pelaksanaan dapat diarahkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan
oleh perusahaan, untuk tujuan tersebut manjemen harus selalu
mengadakan pendekatan dan perbaikan yang diperlukan untuk
menumbuhkan motivasi para karyawan agar dapat bekerja dengan
optimal sesuai dengan rencana. Manajemen harus memberikan
gambaran yang jelas apa yang akan dituju, memberikan petunjuk
yang memadahi, dan memiliki perasaan apakah pelaksanaan akan
memberikan sumbangan terhadap tujuan yang akan dicapai tersebut.
4. Pengawasan (Controling)
Pengawasan atau pengendalian adalah proses untuk memeriksa
kembali, menilai dan selalu memonitor laporan-laporan apakah
pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan,
hal ini penting untuk menghemat pemborosan biaya yang
dikeluarkan. Dalam mengadakan pengendalian harus diadakan
perbandingan antara hasil sesungguhnya yang dicapai dengan
proyeksi yang ditetapkan dalam perencanaan, untuk menilai prestasi
masa lalu dan meletakan tanggung jawab adanya penyimpangan yang
terjadi.
Untuk rencana kerja dalam satu tahun, Rumah Sakit, manajer,
komite, instalasi dan bagian membuat rencana kerja. Rencana kerja dan
anggaran ini akan dievaluasi satu tahun sekali dan disusun berdasarkan
pengukuran kinerja Balanced Score Card.
Balanced Score Card merupakan salah satu model pengukuran kinerja
gabungan antara ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Oleh sebab
itu kinerja diukur dari empat prespektif yaitu:
1. Keuangan, contoh: target keuangan / pendapatan.
2. Pelanggan, contoh: indeks kepuasan pelanggan.
3. Bisnis Internal contoh: program kerja.
4. Pembelajaran dan pertumbuhan contoh: peningkatan kemampuan
pegawai dengan diklat internal / eksternal.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
3
diperoleh setiap warga negara secara minimal, juga merupakan spesifikasi
teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan
Layanan Umum kepada masyarakat. Indikator SPM adalah tolok ukur
untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian
suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan atau manfaat
pelayanan. SPM dan indikator ini dimonitoring, dicatat oleh unit-unit yang
terkait dan dilaporkan secara berkala dalam Rapat Kerja bulanan. Evaluasi
dari laporan akan dilakukan implementasi guna perubahan menuju arah
yang lebih baik.
4
Pengawasan atau pengendalian adalah proses untuk memeriksa
kembali, menilai dan selalu memonitor laporan-laporan apakah
pelaksanaan tidak menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan,
hal ini penting untuk menghemat pemborosan biaya yang
dikeluarkan. Dalam mengadakan pengendalian harus diadakan
perbandingan antara hasil sesungguhnya yang dicapai dengan
proyeksi yang ditetapkan dalam perencanaan, untuk menilai prestasi
masa lalu dan meletakan tanggung jawab adanya penyimpangan yang
terjadi.
Untuk rencana kerja dalam satu tahun, Rumah Sakit, manajer,
komite, instalasi dan bagian membuat rencana kerja. Rencana kerja dan
anggaran ini akan dievaluasi satu tahun sekali dan disusun berdasarkan
pengukuran kinerja Balanced Score Card.
Balanced Score Card merupakan salah satu model pengukuran kinerja
gabungan antara ukuran kinerja keuangan dan non keuangan. Oleh sebab
itu kinerja diukur dari empat prespektif yaitu:
5. Keuangan, contoh: target keuangan / pendapatan.
6. Pelanggan, contoh: indeks kepuasan pelanggan.
7. Bisnis Internal contoh: program kerja.
8. Pembelajaran dan pertumbuhan contoh: peningkatan kemampuan
pegawai dengan diklat internal / eksternal.
Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan
mutu pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak
diperoleh setiap warga negara secara minimal, juga merupakan spesifikasi
teknis tentang tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan
Layanan Umum kepada masyarakat. Indikator SPM adalah tolok ukur
untuk prestasi kuantitatif dan kualitatif yang digunakan untuk
menggambarkan besaran sasaran yang hendak dipenuhi dalam pencapaian
suatu SPM tertentu, berupa masukan, proses, hasil dan atau manfaat
pelayanan. SPM dan indikator ini dimonitoring, dicatat oleh unit-unit yang
terkait dan dilaporkan secara berkala dalam Rapat Kerja bulanan. Evaluasi
dari laporan akan dilakukan implementasi guna perubahan menuju arah
yang lebih baik.
5
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT
4. Email : www.rsudwaluyojati.Bayukab.go.id
5. Website : Pemerintah Daerah Kabupaten Bayu
Kelas B
6. Status Kepemilikan : Pemerintah Provinsi Jawa Timur
Berdasarkan Peraturan Gubernur
7. Kelas Rumah Sakit : Nomor 69 Tahun 2020 Memberikan Izin
7
Operasional Rumah Sakit Kelas B
Dengan nomor Izin :
005/10011001/226.12/2050
1298000101649
3513013
Keputusan Bupati Bayu Nomor :
8. NIB : 005/10011001/226.12/2050
9. Nomor Registrasi RS : 35.000 M2
10. Ijin operasional RS :
Umum Daerah
(BLUD) RS
Tidur
8
BAB III
VISI DAN MISI, NILAI DASAR, MOTO,
TUJUAN DAN SASARAN STRATEGIS
3.3. MOTTO
Motto RS Kuat adalah “Kerja - Kerja - Kerja -”.
Penjelasan MOTTO sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah :
Selalu berusaha keras kerja keras”) dalam melaksanakan tugas, dengan
menggunakan kecerdasan pikiran dari ibadah, serta berusaha
menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas tidak setengah kerja dan
profesionalisme untuk mencapai hasil yang optimal, dalam bertindak
dengan kesadaran bahwa pelaksanaan tugas sebagai bagian dari ibadah,
serta berusaha menyelesaikan pekerjaan dengan tuntas tidak setengah-
setengah secara terpadu dari awal ampai akhir untuk dapat memperoleh
hasil yang maksimal (“kerja tuntas”).
13
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
BAB V
DIREKTUR
KEPALA IPSRS
ADMINISTRASI
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
BAB VI
URAIAN JABATAN
15
A. Direktur
Tugas:
Direktur mempunyai tugas merumuskan kebijakan, mengoordinasikan,
membina dan mengendalikan kebijakan pelayanan kesehatan di rumah sakit.
Fungsi :
a. Perumusan kebijakan strategis, operasional dan teknis dibidang
pelayanan kesehatan rumah sakit;
b. Penyusunan Rencana Strategi Bisnis (RSB) dengan mengacu pada
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJM Daerah);
c. Penyusunan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) tahunan;
d. Pelaksanaan koordinasi tugas dan fungsi unsur organisasi;
e. Pengoordinasian pelayanan kesehatan dengan institusi lain;
f. Pembinaan pelaksanaan tugas dibidang pelayanan kesehatan,
pendidikan dan pelatihan, penelitian dan pengembangan serta inovasi;
g. pembinaan, pengawasan dan pengendalian pelaksanaan tugas dan
fungsi unsur organisasi;
h. Penyelenggaraan monitoring dan evaluasi pelayanan kesehatan;
i. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
17
g. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wakil Direktur dibawah
koordinasinya.
Tugas:
Membantu Direktur dalam merumuskan kebijakan, mengoordinasikan,
membina dan mengendalikan kebijakan bagianumum, keuangan serta
perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi
Fungsi:
g. Penyusunan bahan kebijakan teknis di bagian umum, keuangan serta perencanaan,
pengembangan, monitoring dan evaluasi;
h. Perencanaan dan pelaksanaan inovasi di bagian umum, keuangan serta perencanaan,
pengembangan, monitoring dan evaluasi;
i. Pengoordinasianpelaksanaantugas dan fungsibagianumum, keuangan serta
perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi;
j. Pengoordinasian pelayanan administrasi dan evaluasi serta pelaporanpelaksanaan di
bagianumum, keuangan serta perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi;
k. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan kegiatan di bagianumum, keuangan serta
perencanaan, pengembangan, monitoring dan evaluasi;
l. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Direktur.
E. Kepala Bidang
Tugas:
Melaksanakan pelayanan sesuai bidangnya.
Fungsi :
h. perumusan dan penyusunan rencana program kerja dan kebijakan
teknis dibawah koordinasinya;
i. Perencanaan dan pelaksanaan inovasi dibawah koordinasinya;
j. Penyusunan, pelaksanaan, pengorganisasian dan evaluasi Standar
Operasinal Prosedur (SOP);
k. Pelaksanaan fasilitasi pelayanan serta instalasi dibawah koordinasinya;
l. Pengoordinasian tugas teknis, fasilitasi dan pembinaan tugas
pelayanan dibawah koordinasinya;
m. Pengoordinasian kegiatan dan pengawasan, pengendalian mutu, biaya
dan keselamatan pasien, evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kegiatan
dibawah koordinasinya;
n. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Wakil Direktur dibawah
koordinasinya.
18
F. Kepala Instalasi IPA -RS
19
c. Tertib administrasi dan pembukuan serta kelengkapan dokumen yang
berhubungan sarana prasarana dan sarana inventaris di instalasi
pemeliharaan sarana rumah sakit.
d. Terwujudnya iklim kerja yang sejuk, harmonis dan kondusif serta
produktif baik secara internal maupun dengan unit terkait.
e. Peningkatan peran serta dan partisipasi aktif dari seluruh karyawan
menuju pelayanan yang bermutu tinggi dan berkeunggulan
Kewenangan Kepala Instalasi Pemeliharaan Sarana
a. Mengatur dan mengawasi pelaksanaan tugas dan fungsi pelayanan di
instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit.
b. Membina, membimbing dan mengarahkan secara teknis pemberian
pelayanan yang bermutu tinggi, professional, cepat dan tepat.
c. Membuat penilaian pelaksanaan pekerjaan staff dibawahnya.
d. Mengawasi dan mengendalikan langsung kegiatan pelayanan di
instalasi pemeliharaan sarana rumah sakit.
e. Mengingatkan dan memberi saran kepada petugas dan unit terkait
lainnya yang kurang memperhatikan prosedur pelayanan yang sudah
ditetapkan.
f. Mengusulkan dan melaporkan kebutuhan serta masalah yang ada
atau timbul dalam pelayanan di instalasi pemeliharaan sarana rumah
sakit.
g. Memberikan teguran sanksi ringan kepada staff dan pegawai yang
melakukn pelanggaran dan tindakan disiplin
G. ADMINISTRSI
a. membuat laporan harian
b. membuat laporan bulanan
c. membuat laporan SPM
d. mencatat penggunaan alat dan bahan
e. membantu pembuatan rencana kebutuhan alat dan bahan
f. mencatat inventaris dan aset ruangan
g. mencatat dan membukukan permintaan kebutuhan ruangan
h. pencatatan dan pelaporan kegiatan
i. merekap data persediaan
G. KOORDINATOR LISTRIK
Perencanaan kebutuhan alat listrik dan suku cadang alat listrik
Pemeliharaan dan perbaikan instalasi jaringan listrik
Pemeliharaan dan perbaikan peralatan listrik (panel, lampu, stop kontak dll )
20
Perencanaan kebutuhan listrik
Pengoperasian dan dan pemeliharaan genset
H. KOORDINATOR ALAT MEDIS
Perencanaan kebutuhan suku cadang alat medis
Perencanaan dan pelaksanaan kalibrasi alat medis
Pemeliharaan dan perbaikan alat medis
I. KOORDINATOR ALAT ELEKTRONIK
Perencanaan kebutuhan suku cadang alat elektronik
Pemeliharaan alat AC, Lemari es dan Mesin Cuci
Pemeliharaan alat elektronik lainnya
21
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA
Persetujuan pengadaan
spare part/barang
(PPTK) Serah terima Perbaikan
dengan Pihak III
Pengadaan spare
part/barang Dilakukan Perbaikan
Selesai
22
- Laporan kerusakan dari ruangan/unit/bagian/instalasi/pengecekan langsung
masuk ke IPS-RS dengan menulis pada blangko perbaikan yang telah
disediakan.
- IPS-RS menugaskan tenaga yang sesuai untuk melihat kerusakan dengan
membawa peralatan yang sesuai.
- Petugas langsung memperbaiki kerusakan alat, apabila kerusakan tidak mampu
diselesaikan petugas IPS-RS maka akan berkoordinasi dengan pihak ke tiga dan
sekaligus ditentukan jadwal perbaikan alat tersebut.
- Setiap satu bulan sekali Kepala IPS-RS melaporkan semua kegiatan perbaikan
kepada Kepala Seksi Penunjang Non Medis
23
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL
1. DEFINISI
Ketentuan yang mengatur penentuan jumlah kebutuhan petugas di IPSRS dengan
mempertimbangkan jumlah tenaga dan kualifikasi yang diharapkan.
2. TUJUAN
1. Menentukan jumlah dan komposisi tenaga di instalasi IPSRS berdasarkan
kualifikasi.
2. Melakukan perhitungan agar memenuhi kebutuhan.
3. Mengatur agar penyediaan ketenagaan tetap efektif dan efisien.
4. PERHITUNGAN KETENAGAAN
Kualifikasi sumber daya manusia di IPSRS terdiri dari Kepala Instalasi, koordinator
kegiatan kesehatan lingkungan, gedung bangunan, listrik, alat medis dan
elektronik. Dari hasil perhitungan kebutuhan tenaga yang dihitung dapat dilihat
kebutuhan tenaga sebagai berikut :
24
No Ketenagaan Pendidikan Kebutuhan Yang Ada Kekurangan Keterangan
1 Ka. IPS RS S1 1 1 0
1 Elektro D3 4 2 2
Medik SMK/SLTA 1 1 0
2 Listrik D3/S1 1 1 0
SMK/SLTA 2 2 0
3 Elektro D3/S1 1 0 1
SMK/SLTA 2 2 0
4 Kesling D3/D4 3 1 2
5 Bangunan D3 Sipil 1 0 1
6 Administrasi SLTA 1 0 1
18 12 6
25
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI
27
BAB X
PERTEMUAN / RAPAT
Dalam lingkup RS Kuat selalu dilakukan rapat. Pertemuan rapat ini sangat
bermanfaat untuk masing-masing Instalasi guna memberikan informasi
dan pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan rumah
sakit.Kegiatan rapat ini bisa dilakukan hanya dalam IPSRS sendiri atau bisa juga
dilakukan rapat antar Instalasi lainnya. Kegiatan rapat ini biasanya dihadiri oleh
seluruh staf IPSRS maupun oleh Ka Sie Penunjang non mnedis.
Kegiatan yang dibahas meliputi banyak kegiatan baik dari pelaporan kerja,
kebutuhan sarana dan prasarana dilapangan, maupun berbagai hal yang
menyangkut kelangsunganInstalasi masing- masing. Sehingga dengan dilakukan
rapat rutin ini dapat dilakukan tindak lanjut untuk kendala yang dihadapi
dilapangan maupun yang dihadapi di instalasi internal itu sendiri. Dalam kegiatan
rapat ini dibuat undangan berupa internal memo, daftar hadir dan notulen hasil
rapat yang nantinya dilaporkan kepada Kasie Penunjang non medis.
Kegiatan pertemuan rapat intern biasanya dilakukan setiap 1 bulan sekali di
hadiri oleh seluruh karyawan IPSRS, waktu dan hari ditentukan. Pertemuan rutin
lainnya seperti morning report dilakukan setiap bulan di hadiri oleh seluruh kepala
Instalasi beserta Direktur rumah sakit untuk membahas masalah-masalah yang
terjadi di instalasi kerja dan lapangan.Kegiatan rapat lain yang biasa dilakukan di
RS Kuat misalnya rapat tentang pasien Safety, K3RS, Koordinasi dengan instalasi
lain,dll.
Dalam lingkup RS Kuat selalu dilakukan rapat. Pertemuan rapat ini sangat
bermanfaat untuk masing-masing Instalasi guna memberikan informasi
dan pengetahuan yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan rumah
sakit.Kegiatan rapat ini bisa dilakukan hanya dalam IPSRS sendiri atau bisa juga
dilakukan rapat antar Instalasi lainnya. Kegiatan rapat ini biasanya dihadiri oleh
seluruh staf IPSRS maupun oleh Ka Sie Penunjang non mnedis.
Kegiatan yang dibahas meliputi banyak kegiatan baik dari pelaporan kerja,
kebutuhan sarana dan prasarana dilapangan, maupun berbagai hal yang
menyangkut kelangsunganInstalasi masing- masing. Sehingga dengan dilakukan
rapat rutin ini dapat dilakukan tindak lanjut untuk kendala yang dihadapi
dilapangan maupun yang dihadapi di instalasi internal itu sendiri. Dalam kegiatan
rapat ini dibuat undangan berupa internal memo, daftar hadir dan notulen hasil
rapat yang nantinya dilaporkan kepada Kasie Penunjang non medis.
28
Kegiatan pertemuan rapat intern biasanya dilakukan setiap 1 bulan sekali di
hadiri oleh seluruh karyawan IPSRS, waktu dan hari ditentukan. Pertemuan rutin
lainnya seperti morning report dilakukan setiap bulan di hadiri oleh seluruh kepala
Instalasi beserta Direktur rumah sakit untuk membahas masalah-masalah yang
terjadi di instalasi kerja dan lapangan.Kegiatan rapat lain yang biasa dilakukan di
RS Kuat misalnya rapat tentang pasien Safety, K3RS, Koordinasi dengan instalasi
lain,dll.
29
BAB XI
PELAPORAN
31