PENDAHULUAN
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN
1 Ka. IPS RS S1 1 1 0
1 ATEM D3 3 3 0
2 Listrik D3/S1 1 1 0
SMK/SLTA 2 2 0
3 Elektro D3/S1 1 1 0
SMK/SLTA 2 2 0
4 Kesling D3/D4 4 2 2
5 Bangunan D3 Sipil 1 0 1
STM
Bangunan 2 0 2
6 Administrasi SLTA 1 1 0
18 13 5
5
BAB III
STANDAR FASILITAS
B. STANDART FASILITAS
1. Ruang Kantor (administrasi)
2. Ruang Kerja (workshop)
6
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN
9
Sumber bising biasanya hanya sesaat yaitu pada jam besuk,
di luar jam besuk kebisingan masih bisa ditolerir dalam
batas normal.
10
- Bahan kemasan mempunyai label dan merk, kemasan tidak
rusak dan pecah, belum kadaluarsa, kemasan kaleng hanya
digunakan untuk satu kali.
- Bahan makanan yang tidak dikemas harus baru dan segar,
tidak basi, busuk, rusak dan berjamur, dan tidak
menggunakan bahan makanan yang memakai bahan pengawet
dan pewarna.
2. Penyimpanan bahan makanan
- Tempat penyimpanan bahan makanan harus selalu terpelihara
dan dalam keadaan bersih, terlindungdari debu, bahan kimia
berbahaya, serangga dan hewan lainnya.
- Bahan makanan dan makanan jadi disimpan pada tempat yang
terpisah.
- Makanan yang sudah busuk disimpan suhu panas lebih dari
65,5°C atau dalam suhu dingin kurang dari 4°C sampai 1°C.
- Gudang bahan makanan berada di bagian yang tinggi untuk
mencegah genangan air dan kelembaban.
- Bahan makanan disimpan di rak-rak yang baik dengan
ketinggian rak dari lantai kurang lebih 20 – 25 cm, hal ini
untuk menghindari dan mencegah infeksi serangga serta
memudahkan pembersihan.
- Penyimpanan bahan makanan harus sesuai dengan Ketentuan
Kepmenkes RI No.7 tahun 2019
3. Pengolahan makanan
1) Dalam pengolahan makanan terdapat unsur bahan makanan,
unsur orang yang mengolah, unsur waktu dan unsur suhu.
2) Pengolahan makanan dilakukan oleh penjamah makanan
dengan sikap dan perilaku yang hygienis, yaitu :
- Tidak merokok
- Tidak memakai perhiasan berlebihan kecuali cincin kawin
- Tidak menggaruk, mencungkil, menjilat atau meludah
selama mengolah makanan
- Menggunakan perlengkapan kerja : celemek, tutup kepala,
dan alas kaki.
- Tenaga pengolah makanan melakukan pemeriksaan
kesehatan secara rutin minimal 6 bulan satu kali.
- Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan
tempat pengolah makanan selalu dibersihkan.
11
- Penjamah makanan tidak menderita sakit atau menjadi
sumber penular penyakit (carier) berdasarkan keterangan
yang diberikan oleh dokter.
- Selama melakukan pengolahan makanan penjamah
makanan terlindung dari kontak langsung dengan tubuh
menggunakan sarung tangan plastik, penjepit makanan,
sendok, garpu dan sesbagainya.
- Penjamah makanan selalu memakai pakaian kerja yang
besih dan perlengkapan pelindung dengan benar serta tidak
dipakai diluar dapur.
- Tata cara pengolahan makanan harus sesuai dengan
ketentuan Kepmenkes RI No.7 tahun 2019
d. Pedistribusian makanan
- Makanan yang telah diolah didistribusikan dengan
menggunakan kereta makan tertutup, anti karat, bersih dan
mudah dibersihkan.
- Pengisian makanan tidak sampai penuh agar masih tersedia
udara untuk ruang gerak dan untuk menghindari tumpahan.
- Makanan dikirim ke ruang rawat inap sesuai porsi yang
dipesan
- Makanan tidak di campur dengan bahan-bahan lain seperti :
linen, alat tulis kantor (ATK) dan yang lainnya.
- Pendistribusian makanan ke ruang rawat inap harus sesuai
dengan ketentuan Kepmenkes RI No.7 tahun 2019
e. Penyajian makanan
- Cara penyajian makanan harus terhindar dari pencemaran
(dengan menggunakan kereta makan khusus)
- Makanan jadi yang siap disajikan harus diwadahi dan
dijamah dengan peralatan yang bersih.
- Ditutup dengan plastik transparan.
- Makanan disajikan dalam keadaan hangat
- Makanan disajikan oleh petugas gizi ruangan
- Petugas memakai pakaian bersih dan rapi
- Makanan jadi yang sudah menginap tidak disajikan kepada
pasien.
f. Tempat pengolahan makanan
- Sebelum dan sesudah kegiatan pengolahan makanan tempat
pengolahan makanan selalu dibersihkan dengan antiseptic.
12
- Asap dikeluarkan melalui cerobong yang dilengkapi denga
sungkup asap.
- Intensitas pencahayaan tidak kurang dari 200 lux
- Kebisingan tidak lebih dari 78 dB (A)
- Air bersih yang digunakan diperiksa 3 bulan satu kali
g. Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi
- Pemeriksaan alat makan dan makanan jadi diperiksa 6 bulan
satu kali.
- Parameter alat makanan yang diperiksa, yaitu : E. Coli sesuai
berdasarkan dengan ketentuan Kepmenkes RI No.7
/Menkes/SK/X/2004
- Parameter makanan jadi yang diperiksa, yaitu : E. Coli/gr,
Salmonella Sp/25 gr, Shigella Sp/25 gr, Vibro Sp/25 gr sesuai
dengan ketentuan Kepmenkes RI No.7 tahun 2019.
13
- Sumber air pengganti tersedia (contoh air sumur dalam, air dari
PDAM, mobil tangki penyimpan air atau truk kebakaran).
- Sistem distribusi air (perpipaan, sambungan) bebas dari kebocoran
dan zat berbahaya.
Kegiatan pengawasan kualitas air antara lain meliputi :
- Pemeriksaan sanitasi sarana penyediaan air bersih.
- Pengambilan, pengiriman dan pemeriksaan contoh (sampel) air.
- Telaah / penilaian hasil pemeriksaan sanitasi sarana dan sampel
air.
- Kegiatan tindak lanjut berupa penanggulangan /perbaikan sarana
dan kualitas air.
- Pemeriksaan sanitasi air bersih Rumah Sakit dilaksanakan
sekurang-kurangnya 2 (dua) kali setahun, sekali pada musim
kemarau dan sekali pada musim penghujan.
- Petunjuk teknis pemeriksaan sanitasi sarana penyediaan air
sebagaimana telah dikeluarkan Direktorat Jendral PPM & PLP
melalui Program Penyehatan Air.
- Melakukan pemeriksaan kualitas air bersih yang dilakukan setiap
3 (tiga) bulan sekali, sebagai bentuk evaluasi kualitas air bersih.
- Untuk pemeriksaan kimia air minum atau air bersih dilakukan
minimal 2 kali setahun (sekali pada musim kemarau dan sekali
pada musim hujan) dan titik pengambilan sampel masing-masing
pada tempat penampungan (reservoir) dan kran terjauh dari
reservoir.
- Titik pengambilan sampel air untuk pemeriksaan mikrobiologi
terutama pada air yang keluar dan kran di ruang dapur, ruang
bedah, kamar bersalin, kamar bayi, dan ruang makan, tempat
penampungan (reservoir) secara acak pada kran-kran sepanjang
sistim distribusi, pada sumber air dan titik-titik lain yang rawan
pencemaran.
- Sampel air pada butir 3 (tiga) dan 4 (empat) tersebut di atas
supaya dikirim dan diperiksakan pada laboratorium yang
berwenang atau yang ditetapkan oleh Menteri Kesehatan.
- Pengambilan dan pengiriman sampel air dilaksanakan sendiri oleh
pihak Rumah Sakit.
- Setiap 6 bulan sekali Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Tegar
melaksanakan pemantauan dalam rangka pengawasan
penyelenggaraan penyehatan lingkungan Rumah Sakit sesuai
dengan dokumen lingkungan yang ada.
14
4.4 Pengelolaan Limbah Padat
a. Pengertian
- Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang
berbentuk padat sebagai akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri
fdari limbah medis padat dan non medis.
- Limbah medis Padat adalah limbah padat yang terdri dari limbah
infeksius, patologi, benda tajam, farmasi, sitotoksis, kimiawi,
radioaktif dan limbah dengan kandungan ligam berat yang tinggi.
- Limbah padat non medis adalah limbah padat yang berasal dari
kegiatan di rumah sakit diluar medis yang berasal dari dapur,
perkantoran, taman dan halaman.
b. Tujuan
Agar limbah padat/sampah yang dihasilkan dari kegiatan Rumah
Sakit tidak menimbulkan pencemaran / sumber penyakit bagi
karyawan dan lingkungan sekitar Rumah Sakit.
c. Ketentuan / Tata Cara Pelaksanaannya
- Kegiatan Pengelolaan sampah Rumah Sakit terdiri dari kegiatan,
pemilahan, pewadahan, pengumpulan, pengangkutan, dan
pemusnahan.
- Sampah dibedakan menjadi dua yaitu : sampah Medis dan
sampah non medis. Untuk sampah medis dikumpulkan
/ditampung dalam plastic warna kuning dan diletakkan pada bak
sampah.
- Sedangkan sampah non medis dikumpulkan dalam kantong
plastic warna hitam dan dikumpulkan dalam bak sampah.
- Pengumpulan sampah dari setiap ruangan dilakukan dua kali
sehari oleh petugas kebersihan, untuk sampah medis
dikumpulkan di TPS medis dan diangkut oleh pihak III, sedangkan
sampah non medis dikumpulkan di TPS untuk selanjutnya
dibuang ke TPA.
- Untuk benda-benda tajam hendaknya ditampung pada tempat
khusus (safety box) seperti botol atau karton yang aman.
- Sampah non medis diangkut ke TPA menggunakan container
khusus pengangkut sampah.
- Pemusnahan sampah medis, pihak rumah sakit bekerjasama
dengan pihak III dan diangkut seminggu dua kali . Kalau ada
peningkatan jumlah volume sampah frekwensi pengangkutan
ditambah satu kali.
15
4.5. Pengelolaan limbah B3
a. Pengertian
- Bahan Berbahaya dan Beracun yang selanjutnya disingkat dengan
B3 adalah bahan yang karena sifat dan atau konsentrasinya dan
atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung,
dapat mencemarkan dan atau merusak lingkungan hidup, dan atau
dapat membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan
hidup manusia serta makhluk hidup lainnya;
- Pengelolaan B3 adalah kegiatan yang menghasilkan, mengangkut,
mengedarkan, menyimpan, menggunakan dan atau membuang B3;
- Penyimpanan B3 adalah teknik kegiatan penempatan B3 untuk
menjaga kualitas dan kuantitas B3 dan atau mencegah dampak
negatif B3 terhadap lingkungan hidup, kesehatan manusia, dan
makhluk hidup lainnya;
- Pengemasan B3 adalah kegiatan mengemas, mengisi atau
memasukkan B3 ke dalam suatu wadah dan atau kemasan,
menutup dan atau menyegelnya;
- Simbol B3 adalah gambar yang menunjukkan klasifikasi B3;
- Label adalah uraian singkat yang menunjukkan antara lain
klasifikasi dan jenis B3;
- Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu
tempat ke tempat lain dengan menggunakan sarana angkutan;
b. Tujuan
Agar limbah B3 dapat tertangani dengan baik sehingga tidak menjadi
sumber penularan penyakit dan dapat memberikan perlindungan bagi
kesehatan, keselamatan manusia serta perlindungan kelestarian
lingkungan hidup sekitarnya.
c. Ketentuan / Tata Cara Pelaksanaannya
- Identifikasi limbah B3
Tata laksana pengidentifikasian limbah bahan berbahaya dan
beracun mencakup:
1) Jenis limbah B3 menurut sumbernya meliputi :
1. Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3
yang pada umumnya berasal bukan dari proses utamanya,
tetapi berasal dari kegiatan pemeliharan alat, pencucian,
pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarut kerak,
pengemasan, dan lain-lain.
16
2. Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 yang pada
umumnya berasal bukan dari proses utamanya, tetapi
berasal dari kegiatan pemeliharan alat, pencucian,
pencegahan korosi (inhibitor korosi), pelarut kerak,
pengemasan, dan lain-lain.
3. Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas
kemasan, dan buangan produk yang tidak memenuhi
spesifikasi, karena tidak memenuhi yang ditentukan alat
tidak dapat dimanfaatkan kembali, maka suatu produk
menjadi limbah B3 yang memerlukan pengelolaan seperti
limbah B3 lainnya. Hal yang sama juga berlaku untuk sisa
kemasan limbah B3 dan bahan-bahan kimia yang
kadaluarsa.
2) Perincian dari masing-masing jenis sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) seperti tercantum dalam lampiran I Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomer 85 Tahun 1999 tentang
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
3) Uji karakteristik limbah B3 meliputi :
1. mudah meledak;
2. mudah terbakar;
4. bersifat reaktif;
5. beracun;
6. menyebabkan infeksi; dan
7. bersifat korosif.
d. Penyimpanan dan pengemasan limbah B3
Penyimpanan limbah B3 dilakukan di tempat penyimpanan yang
sesuai dengan persyaratan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia Nomer 85 Tahun 1999 tentang Pengelolaan
Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
- Persyaratan mengenai lokasi penyimpanan TPS limbah bahan
berbahaya dan beracun
1. Lokasi tempat penyimpanan yang bebas banjir, tidak
rawan bencana dan di luar kawasan lindung serta sesuai
dengan rencana tata ruang
2. Rancangan bangunan disesuaikan dengan jumlah,
karakteristik limbah B3 dan upaya pengendalian
pencemaran lingkungan.
- Persyaratan Fasilitas Pengolahan Limbah B3
1. Sistem Keamanan Fasilitas
17
2. Sistem Pencegahan Terhadap Kebakaran
3. Sistem pencegahan tumpahan limbah
4. Sistem Penanggulangan Keadaan Darurat
- Persyaratan pra pengemasan, persyaratan umum kemasan dan
prinsip pengemasan limbah B3
1. Persyaratan pra pengemasan
- Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus
dengan pasti mengetahui karakteristik bahaya dari
setiap limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya.
- Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang
sama secara terus menerus, maka pengujian
karakteristik masing-masing limbah B3 dapat
dilakukan sekurang-kurangnya satu kali.
- Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih
berdasarkan kecocokannya terhadap jenis dan
karakteristik limbah yang akan dikemasanya.
2. Persyaratan umum kemasan
- Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik,
tidak rusak, dan bebas dari pengkaratan serta
kebocoran.
- Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3
disesuaikan dengan karakteristik limbah B3 yang
akan dikemasnya dengan mempertimbangkan segi
keamanan dan kemudahan dalam penanganannya.
- Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE,PP
atau PVC) atau bahan logam (teflon,baja karbon,
SS304, SS316 atau SS440) dengan syarat bahan
kemasan yang dipergunakan tidak Bereaksi dengan
limbah B3 yang disimpanya.
3. Prinsip Pemgemasan Limbah B3
- Limbah-Limbah B3 yang tidak saling cocok, atau
limbah bahan yang tidak saling cocok tidak boleh
disimpan secara bersama- sama dalam satu
kemasan;
- Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama
penyimpanan, maka jumlah pengisian limbah dalam
kemasan harus mempertimbangkan kemungkinan
tyerjadinya pengembangan volume limbah,
pembentukan gas atau terjadinya kenaikan tekanan.
18
- Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam
kondisi yang tidak layak (misalnya terjadi
pengkaratan, atau terjadi kerusakan permanen) atau
jika mulai bocor, maka limbah B3 tersebut harus
dipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi
syarat sebagai kemasan bagi limbah B3.
- Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus
diberi penandaan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan disimpan dengan memenuhi ketentuan
tentang tata cara dan persyaratan bagi penyimpanan
limbah B3.
- Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan
oleh penanggung jawab pengelolaan limbah B3
fasilitas (penghasil, pengumpul atau pengolah) untuk
memastikan tidak terjadinya kerusakan atau
kebocoran pada kemasan akibat korosi atau faktor
lainnya.
- Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan
pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian dari
kegiatan pengelolaan limbah B3.
e. Penanganan limbah B3
- Limbah B3 yang terdapat didalam TPS LB3 RSUD Tegarh dikirim
ke pihak ketiga yang telah mendapat ijin untuk melakukan
pengolahan limbah B3 dari KLH.
- Dalam penanganan residu abu pasca pembakaran residu abu
dimasukkan kedalam drum kemudian dilakukan solidifikasi
dimana dilakukan pengecoran dengan spesi semen dan pasir.
- Untuk limbah medis infeksius dilakukan pembakaran didalam
incinerator.
f. Pembuangan limbah B3
- Penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah B3 yang
dihasilkannya paling lama 90 (sembilan puluh) hari sebelum
menyerahkannya kepada pengumpul atau pemanfaat atau
pengolah atau penimbun limbah B3.
- Bila limbah B3 yang yang dihasilkan kurang dari 50 (lima puluh)
kilogram per hari, penghasil limbah B3 dapat menyimpan limbah
B3 yang dihasilkannya lebih dari sembilan puluh hari sebelum
diserahkan kepada pemanfaat atau pengolah atau penimbun
19
limbah B3, dengan persetujuan Kepala instansi yang bertanggung
jawab.
- Dalam pembuangan limbah bahan berbahaya dan beracun disertai
dengan bukti dokumen pembuangan limbah B3 berupa manifest
limbah B3, dimana dokumen limbah B3 terdiri dari 7 rangkap
yaitu :
1). Lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3
setelah ditandatangani oleh pengirim limbah B3;
2). Lembar kedua yang sudah ditandatangani oleh pengangkut
limbah B3, oleh pengirim limbah B3 dikirimkan kepada
instansi yang bertanggung jawab;
3) Lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut
disimpan oleh pengirim limbah B3;
4) Lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengirim limbah
B3 oleh pengangkut diserahkan kepada penerima limbah B3;
5) Lembar kelima dikirimkan oleh penerima kepada instansi yang
bertanggung jawab setelah ditandatangani oleh penerima
limbah B3;
6) Lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada
Bupati/Walikota Kepala Daerah Tingkat II yang bersangkutan
dengan pengirim, setelah ditandatangani oleh penerima limbah
B3;
7) Lembar ketujuh setelah ditandatangani oleh penerima oleh
pengangkut dikirimkan kepada pengirim limbah B3;
8). Lembar kedelapan sampai dengan lembar kesebelas dikirim
oleh pengangkut kepada pengirim limbah B3 setelah
ditandatangani oleh pengangkut terdahulu dan diserahkan
kepada pengangkut berikutnya.
g. Pemasangan simbol dan label limbah B3
Persyaratan pemasangan simbol dan label limbah B3 :
- Simbol dan label yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus
mempunyai ukuran minimal 10 cm x 10 cm atau lebih,
sedangkan untuk tempat penyimpanan atau gudang limbah B3
ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm atau
lebih, sehingga simbol dapat terlihat jelas dari jarak 20 meter.
- Simbol dan label yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus
dipasang pada sisi – sisi kemasan yang tidak terhalang oleh
kemasan lain dan mudah terlihat
20
- Simbol dan label yang dipasang pada kemasan limbah B3 tidak
boleh terlepas, dan atau dilepas, diganti dengan simbol yang lain
sampai dilakukan pengangkutan oleh pihak ke III yang berizin
KLH.
- Setiap kemasan wajib diberi simbol dan label sesuai dengan
karakteristik limbah B3 yang disimpan, jika suatu limbah
memiliki karakteristik lebih dari satu, maka kemasan harus
ditandai dengan simbol karakteristik campuran;
- Pemasangan label identitas limbah dipasang pada kemasan di
sebelah atas simbol dan harus terlihat dengan jelas. Label ini
juga harus dipasang pada kemasan yang akan dimasukkan ke
dalam kemasan yang lebih besar.
h. Penanganan tumpahan limbah B3
- Fasilitas pengolahan limbah B3 harus mempunyai rencana,
dokumen dan petunjuk teknis operasi pencegahan tumpahan
limbah B3
- Melakukan pengawasan yakni melakukan indentifikasi setiap
kelainan yang terjadi, seperti malfungsi, kerusakan, kelalaian
operator, kebocoran atau tumpahan yang dapat menyebabkan
terlepasnya limbah dari fasilitas pengolahan ke lingkungan.
- Penggunaan bahan penyerap (absorbent) yang sesuai dengan jenis
dan karakteristik tumpahan limbah B3 antara lain serbuk gergaji,
pasir dan bahan penghambat lainnya.
21
- Limbah diolah dalam Instalasi Pengolaan Limbah (IPAL) tersendiri
dengan menggunakan sistem BIOFILTER.
- Kualitas effluent limbah Rumah Sakit yang akan dibuang ke
lingkungan harus memenuhi persyaratan Baku Mutu, sesuai
dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, Yaitu SK.
Gub Jawa Timur No. 72 tahun 2013 tentang baku mutu limbah cair
bagi kegiatan rumah sakit.
22
hidup bersih dan sehat, memanfaatkan fasilitas sanitasi dan
fasilitas kesehatan lainnya dengan benar.
23
Untuk penggantian refrigerant dilakukan sesuai petunjuk mesin
tersebut
b. Lift.
Yang dimaksud lingkup lift adalah ruang mesin, sangkar, lampu
indicator, motor penggerak dan panel.
Pemeliharaan lift dilakukan secara rutin tiap bulan.
c. Pompa.
Yang termasuk dalam lingkup pompa adalah pompa air bersih,
hydran. Pemeriksaan pompa air bersih dilakukan tiap 1 bulan dan
hydran dilaksankan tiap 3 bulan sekali
d. Komunikasi dalam gedung.
Yang termasuk lingkup komunikasi dalam gedung adalah tata suara,
PABX dan telepon.
e. Pemeliharaan listrik
Komponen yang termasuk dalam lingkup pemeliharaan listrik meliputi
armatur lampu, saklar, stop kontak, dan panel listrik.
Pemeliharaan sarana listrik dilakukan tiap empat bulan sekali.
f. Pemeliharaan Genset
Pemeliharaan genset rutin dilakukan meliputi cek oli, timing belt dan
runing tanpa beban tiap minggu
B. Pemeliharaan
24
Pemeliharaan alat medis meliputi tiga kriteria yaitu;
1) Pemeliharaan Terencana
Pemeliharaan terencana adalah kegiatan pemeliharaan yang
dilaksanakan terhadap alat sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan/disusun. Jadwal pemeliharaan disusun dengan
memperhatikan jenis peralatan, jumlah, kualifikasi petugas sesuai
dengan bidangnya dan pembiayaan yang tersedia. Pemeliharaan
terencana meliputi pemeliharaan preventif/pencegahan dan
pemeliharaan korektif/perbaikan.
a. Pemeliharaan Preventif
Pemeliharaan preventif atau pencegahan adalah kegiatan
pemeliharaan berupa perawatan dengan membersihkan alat
yang dilaksanakan setiap hari oleh operator dan kegiatan
penyetelan, pelumasan serta penggantian bahan pemeliharaan
yang dilaksanakan oleh teknisi secara berkala.
b. Pemeliharaan Korektif
Pemeliharaan Korektif adalah kegiatan pemeliharaan yang
bersifat perbaikan terhadap peralatan yang mengalami
kerusakan dengan atau tanpa penggantian suku cadang.
Pemeliharaan korektif dimaksudkan untuk mengembalikan
25
kondisi peralatan yang rusak ke kondisi siap operasional dan
laik pakai serta dapat difungsikan dengan baik.
26
misalnya kuantitas teknisi kurang (dibanding jumlah alat yang
banyak) atau peralatan kerja tidak lengkap, maka pemeliharaan
dilaksanakan oleh teknisi rujukan dari rumah sakit yang lebih
mampu.
c. Dilaksanakan oleh Pihak ke III
Apabila pemeliharaan suatu alat tertentu memerlukan suku
cadang atau keahlian khusus dan biaya yang besar, maka
pelaksanaannya diserahkan kepada pihak ke III, pada umumnya
dilaksanakan oleh perusahaan yang mengageni alat tersebut,
melalui proses sesuai prosedur dan ketentuan yang berlaku.
C. Kalibrasi/Verifikasi
Teknisi alat medis melakukan upaya agar alat medis dapat dilakukan
kalibrasi setiap tahun, sebagaimana Peraturan Menteri Kesehatan RI
No. 363/Menkes/Per/IV/1998 tanggal 8 April 1998 tentang Pengujian
dan Kalibrasi Alat Kesehatan. Sehingga dapat diketahui tingkat akurasi
output dari masing-masing alat medis, dan alat medis dinyatakan
aman dalam pelayanan.
Khusus untuk alat kesehatan radiodiagnostik dilakukan uji kesesuaian
dan uji operasional oleh Bapeten
27
BAB V
LOGISTIK.
Untuk pengajuan kebutuhan logistik alat tulis kantor serta keperluan
gudang teknik selama satu tahun dibuatkan dalam satu anggaran pada satu
tahun berjalan. Setiap anggaran yang dibuat diharapkan dapat digunakan
secara optimal dalam tahun berjalan. Sistem Logistik yang digunakan
mengacu pada sistem yang baku.
28
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
29
BAB VII
KESELAMATAN KERJA.
31
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
32
BAB IX
PENUTUP
33