OLEH :
KELOMPOK II
1. Nelwin
2. Regina Putri Hamzah
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas limpahan
rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa ada halangan
yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Dr. Widysusanti Abdulkadir,
S.Si, M,Si., Apt, M.Kes sebagai dosen pengampu mata kuliah Manajemen Kinerja dan
Pelayanan Kesehatan yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman
dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan
karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan
saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat bermanfaat
bagi semua pihak yang membutuhkan.
Kelompok 2
2
BAB I
PENDAHULUAN
Di dalam sektor publik, baik buruknya pelayanan dibandingkan dengan standar yang
telah ditetapkan, dapat dijadikan tolok ukur untuk menilai seberapa besar komitmen
organisasi sektor publik tersebut terhadap kemauan dan kemampuannya memberikan
pelayanan yang berkualita kepada masyarakat.
Banyak aspek yang dapat mempengaruhi baik buruknya kualitas pelayanan yang
diberikan kepada masyarakat. Salah satunya adalah aspek kinerja organisasi baik
secara individual maupun secara keseluruhan. Lebih jauh lagi, untuk mengetahui
bagaimana kinerja yang dihasilkan oleh suatu organisasi, banyak digunakan berbagai
tools. Salah satu yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan organisasi
pemerintah dalam mewujudkan kinerjanya, adalah konsep Balance Scorecard (BSc).
Salah satu metode pengukuran kinerja yang dapat digunakan ialah balance scorecard.
Menurut Kaplan dan Norton, balance scorecard merupakan sistem pengukuran taktis
3
dan operasional yang dapat menghasilkan berbagai proses manajemen penting, seperti
memperjelas visi dan misi perusahaan, mengomunikasikan berbagai tujuan,
merencanankan dan menetapkan sasaran Konsep Balance scorecard dapat dijadikan
sarana untuk mengkomunikasikan suatu persepsi strategis di suatu perusahaan yang
mudah dimengerti oleh berbagai pihak, terutama pihak-pihak yang merumuskan strategi
perusahaan (Sari dan Arwinda, 2015). Pengukuran kinerja merupakan faktor yang
penting untuk menilai perkembangan kinerja.Pengukuran kinerja yang baik ialah
pengukuran kinerja yang komprehensif, cepat dan tepat, dan dengan menggunakan
pengukuran kinerja yang modern dan komprehensif seperti balanced
scorecard.Pengukuran kinerja pelayanan Kesehatan bisa diukur dengan indikator-
indikator yang lebih detail, yang bisa menampilkan masalah-masalah apa saja yang
berkaitan dengan perspektif keuangan, perspektif pelayanan pelanggan, perspektif
bisnis, serta perspektif pembelajaran danpertumbuhan. Berdasarkan uraian latar
belakang tersebut, dilakukan.
4
Perspektif proses bisnis internal,merujuk pada Peraturan Menteri Kesehatan
(Permenkes) RI Nomor 1171 Tahun 2011, sejumlah indikator dapat digunakan
untuk untuk menilai pelayanan kesehatan. Misalnya, BOR (Bed Occupancy Ratio),
AVLOS (Average Length of Stay), TOI (Turn Over Interval) atau tenggang
perputaran, BTO (Bed Turn Over) atau angka perputaran tempat tidur, NDR (Net
Death Rate) atau angka kematian bersih, GDR (Gross Death Rate) atau angka
kematian kotor.Sementara itu, perspektif pembelajaran dan pertumbuhanmerupakan
proses mengidentifikasi tujuan perusahaan dalam berbagai hal yang
mengintegrasikan orang, system serta badan usaha yang mampu mewujudkan
kemajuan dan keberhasilan perusahaan tersebut. Tujuan-tujuan dalam perspektif
pertumbuhan dan pembelajaran merupakan pengendali untuk mencapai
keunggulan ketiga perspektif keuangan, pelanggan, proses bisnis internal
(Koesomowidjojo, 2017). Dalam perspektif pembelajaran dan pertumbuhan tolok
ukur yang dipakai adalah kepuasan kerja, retensi pekerja, produktivitas, dan
pelatihan.
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan manajemen kinerja
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Balanced Scorecard
3. Untuk mengetahui hasil dan manfaat yang diperoleh dari penerapan Balance
Scorecard ?
5
4. Untuk mengetahui Penerapan Balanced Scorecard dalam pelayanan di BPJS
ketenagakerjaan
BAB II
PEMBAHASAN
a. Challenge artinya tujuan harus menantang namun harus tetap dapat dicapai
agar dapat memotivasi karyawan,
6
b. Commitment artinya karyawan dan manajemen keduanya harus berkomitmen
untuk menggunakan sumber daya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan,
c. Feedback artinya penetapan tujuan akan efektif jika adanya kesempatan
untuk umpan balik,
d. Task Complexity artinya tingkat kerumitan tugas dan waktu yang diperlukan
untuk menyelesaikannya harus sepenuhnya dipahami agar dapat memotivasi
karyawan untuk mencapai tujuan.
Menurut Kaplan & Norton (1997), Balanced Scorecard terdiri dari dua kata,
yaitu: kartu skor (scorecard) yang berarti kartu yang digunakan untuk mencatat
skor hasil kinerja seseorang. Kartu skor juga digunakan untuk merencanakan
skor yang hendak diwujudkan oleh personel di masa depan. Melalui kartu skor,
skor yang hendak diwujudkan personel di masa depan dibandingkan dengan
hasil kinerja sesungguhnya. Hasil perbandingan ini digunakan untuk melakukan
evaluasi atas kinerja personel yang bersangkutan. Kata berimbang (balanced)
dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa kinerja personel diukur secara
berimbang dari dua aspek yaitu aspek keuangan dan aspek non keuangan,
jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Oleh karena itu, jika kartu
skor personel digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan di
masa depan, personel tersebut harus memperhitungkan keseimbangan antara
pencapaian kinerja keuangan dan non keuangan, antara kinerja jangka pendek
serta kinerja jangka panjang dan antara kinerja yang bersifat intern dan ekstern.
7
serta untuk mengkomunikasikan visi, strategi, dan kinerja yang diharapkan
(Kaplan and Norton, 1997).
Ada empat perspektif kinerja bisnis yang diukur dalam balanced scorecard,
yaitu :
a. Perspektif Keuangan
Kinerja perspektif keuangan merupakan kinerja yang digunakan
untuk mengetahui apakah strategi perusahaan, implementasi serta
pelaksanaannya akan membawa perbaikan perusahaan. Dalam perspektif
ini diukur dengan menggunakan instrumen pengukur value for money
yang dikembangkan oleh Mardiasmo (2002). Di dalam balanced
scorecard, pengukuran finansial mempunyai dua peran yang sama-sama
pentingnya, di mana yang pertama adalah semua perspektif tergantung
pada pengukuran finansial yang menunjukkan implementasi dari strategi
yang telah direncanakan dan yang kedua akan memberi dorongan kepada
tiga perspektif yang lainnya tentang target yang harus dicapai dalam
mencapai tujuan organisasi.
Dalam balance scorecard perspektif keuangan merupakan
perspektif yang tidak bisa diabaikan. Pengukuran kinerja keuangan
menunjukan apakah perencanaan, implementasi dan pelaksanaan serta
strategi memberikan perbaikan mendasar. Perbaikan tersebut dapat
berupa gross operating income, return on investement atau economic
value added. BSC dapat menjelaskan lebih lanjut tentang pen capaian visi
yang berperan di dalam mewujudkan pertambahankekayaan sebagai
berikut:
a) Peningkatan kepuasan customer melalui peningkatan revenue.
b) Peningkatan produktivitas dan komitment karyawan melalui cost
effectiveness sehingga terjadi peningkatan laba.
c) Peningkatan kemampuan perasahaan untuk menghasilkan financial
returns dengan mengurangi modal yang digunakan atau melakukan
investasi daiam proyek yang menghasilkan return yang tinggi.
8
b. Perspektif pelanggan
Perspektif Pelanggan memiliki dua kelompok pengukuran (Kaplan
and Norton, 1997), yaitu :
1) Core Measurement Group, yang memiliki beberapa komponen
pengukuran, yaitu :
a) Pangsa Pasar (Market Share) : Pangsa pasar ini menggambarkan
proporsi bisnis yang dijual oleh sebuah unit bisnis di pasar tertentu.
Hal ini diungkapkan dalam bentuk jumlah pelanggan, uang yang
dibelanjakan atau volume satuan yang dijual.
b) Retensi Pelanggan (Customer Retention) : Menunjukkan tingkat di
mana perusahaan dapat mempertahankan hubungan dengan
pelanggan.
c) Akuisisi Pelanggan (Customer Acquisition) : Pengukuran ini
menunjukkan tingkat di mana suatu unit bisnis mampu menarik
pelanggan baru atau memenangkan bisnis baru.
d) Kepuasan Pelanggan (Customer Satisfaction) : Pengukuran ini
berfungsi untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan terkait dengan
kriteria spesifik dalam value proportion.
2) Customer Value Proportion yang merupakan pemicu kinerja yang
terdapat pada Core Value Proportion didasarkan pada atribut
(Kaplan and Norton, 1997) :
a) Product/Service Attributes yang meliputi fungsi produk atau jasa :
mutu, harga dan waktu. Perusahaan harus mengidentifikasikan
apa yang diinginkan pelanggan atas produk atau jasa yang
ditawarkan.
b) Customer Relationship, menyangkut dengan perasaan pelanggan
terhadap proses pembelian produk yang ditawarkan perusahaan.
c) Image and Reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible
yang menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan
perusahaan.
9
3) Perspektif Proses Bisnis Internal
Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kri tis yang
memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang
mampu menarik dan mempertahankan pelanggannya disegmen
pasar yang diinginkan dan memu askan para pemegang saham.
Tiap perusahaan mempunyai proses dan nilai yang unik bagi
pelanggannya. Secara umum, hal tersebut terbagi menjadi tiga
prinsip dasar per spektif proses bisnis internal, yaitu;
a. Proses inovasi
Proses inovasi adalah bagian terpenting dalam keselu ruhan
proses produksi. Tapi ada juga perusahaan yang menempatkan
inovasi di luar proses produksi. Dalam proses inovasi itu sendiri
terdiri atas dua komponen, yaitu; identifikasi keinginan
pelanggan, dan melakukan proses perancangan produk yang
sesuai dengan kei nginan pelanggan. Bila hasil inovasi dari
perusahaan tidak sesuai dengan keinginan pelanggan, maka
produk tidak akan mendapat tanggapan positif dari pelanggan.
Hal tersebut tidak memberi tambahan pendapatan bagi
perasahaan. Intinya proses inovasi harus bisa membe rikan nilai
yang diinginkan konsumen.
b. Proses operasi
Proses operasi adalah aktivitas yang dilakukan perusa haan.
Proses operasi dilihat dari perencanaan, pembentukan bahan
mentah hingga menjadi produk jadi, proses marketing, hingga
proses transaksi antara perusahaan dan pembeli. Proses operasi
menekankan kepada penyampaian produk kepada pelanggan
secara efisien, dan tepat waktu. Proses ini, berdasarkan fakta
menjadi fokus utama dari sistem pengukuran kinerja sebagian
besar organisasi.
c. Pelayanan Purna Jual
10
Layanan purna jual merupakan layanan yang diberikan oleh
perusahaan atau bisnis kepada konsumen sebagai jaminan mutu
produk yang telah dibeli oleh konsumen. Banyak bentuk layanan
purna jual misalnya layanan konsultasi, perbaikan, perawatan,
hingga garansi.
4) Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Perspektif balanced scorecard ini menyediakan infra struktur bagi
tercapainya ketiga perspektif sebelumnya serta untuk menghasilkan
pertumbuhan dan perbaikan jangka panjang. Penting bagi suatu
badan usaha saat mela kukan investasi tidak hanya pada peralatan
untuk meng hasilkan produk atau jasa, tetapi juga melakukan
investasi pada infrastruktur, yaitu; sumber daya manusia, sistem dan
prosedur. Tolak ukur kinerja keuangan, pelanggan, dan proses bisnis
internal bisa menjadi pemicu kesenjangan yang besar antara
kemampuan yang ada dari manusia, sistem, dan prosedur. Untuk
memperkecil kesenjangan itu, maka suatu perusahaan harus
melakukan investasi dalam bentuk reskilling karyawan, yaitu;
meningkatkan kemampuan sistem dan teknologi informasi, serta
menata ulang prosedur yang ada. Perspektif pembelajaran dan
pertum buhan mencakup tiga prinsip kapabilitas yang terkait dengan
kondisi intemal perusahaan, yaitu;
a. Kapabilitas pekerja
Kapabilitas pekerja adalah merupakan bagian kontribusi pekerja
pada perusahaan. Sehubungan dengan kapabilitas pekerja, ada
tiga hal yang harus diperhatikan oleh manajemen:
1) Kepuasan pekerja
Kepuasan pekerja merupakan prakondisi untuk me
ningkatkan produktivitas, tanggung jawab, kualitas, dan
pelayanan kepada konsumen. Unsur yang dapat diukur
dalam kepuasan pekerja adalah keterlibatan pekerja dalam
mengambil keputusan, pengakuan, akses untuk
11
mendapatkan informasi, dorongan un tuk bekerja kreatif, dan
menggunakan inisiatif, serta dukungan dari atasan.
2) Retensi pekerja
Retensi pekerja adalah kemampuan untuk memper tahankan
pekerja terbaik dalam perusahaan. Di mana kita mengetahui
pekerja merupakan investasi jangka panjang bagi
perusahaan. Jadi, keluamya se orang pekerja yang bukan
karena keinginan peru sahaan merupakan loss pada
intellectual capital dari perusahaan. Retensi pekerja diukur
dengan persen tase turnover di perusahaan.
3) Produktivitas pekerja
Produktivitas pekerja merupakan hasil dari pengaruh
keseluruhan dari peningkatan keahlian dan moral, ino vasi,
proses internal, dan kepuasan pelanggan. Tujuan nya adalah
untuk menghubungkan output yang dihasil kan oleh pekerja
dengan jumlah pekerja yang seharus nya untuk
menghasilkan output tersebut.
b. Kapabilitas sistem informasi
Adapun yang menjadi tolak ukur untuk kapabilitas sis tem
inforaiasi adalah tingkat ketersediaan informasi, tingkat ketepatan
informasi yang tersedia, serta jangka waktu untuk memperoleh
informasi yang dibutuhkan.
c. Iklim Organisasi
Iklim organisasi merupakan salah satu mendorong timbulnya
motivasi, dan pemberdayaan adalah penting untuk menciptakan
pekerja yang berinisiatif. Intinya dalam perspektif pembelajaran
dan pertum buhan, balanced scorecard lebih menekankan pada
aspek or ganisasi. Bagaimana perusahaan bisa memanfaatkan
sumber daya manusia yang ada menjadi faktor keunggulan
kompetitif.
12
Berdasarkan empat perspektif yang telah disebutkan di atas, setiap perspektif
mempunyai satu hubungan dengan yang lainnya yang penjabarannya merupakan suatu
strategic objectives yang menyeluruh dan saling berhubungan. Dari hubungan antara
ke empat perspektif tersebut maka terdapat konsep hubungan sebab akibat yang
memegang peranan penting dalam Balanced Scorecard, terutama dalam penjabaran
tujuan dan pengukuran masing-masing perspektif. Pada awalnya hubungan antar
perspektif tersebut dimulai dari perspektif pembelajaran dan pertumbuhan, yang dimana
suatu perusahaan mempunyai strategi untuk meningkatkan produktivitas dan komitmen
dari personel, maka kualitas proses pelayanan pelanggan akan meningkat, personel
dapat menjalankan teknologi mutakhir (state of art technology), serta dapat
menjalankan proses layanan pelanggan yang terintegrasi, yang terdapat di perspektif
proses bisnis internal. Ada tiga sasaran strategik yang terdapat pada proses bisnis
internal, yaitu meningkatkan kualitas proses layanan pelanggan, state of art technology,
dan terintegrasikannya proses layanan pelanggan, maka hal tersebut akan
meningkatkan kepercayaan pelanggan terhadap jasa yang dihasilkan perusahaan, akan
meningkatkan kecepatan layanan dan akan meningkatkan pula kualitas hubungan antar
perusahaan, yang terlihat di perspektif pelanggan. Dengan meningkatnya kepercayaan
dari pelanggan, maka tidak menutup kemungkinan pelanggan akan menjadi repeat
buyers dan akan memberi informasi kepada rekannya atas kepuasan yang
diperolehnya dari perusahaan tersebut, sehingga diharapkan akan menambah
pelanggan baru. Kemudian adanya kecepatan layanan dan peningkatan kualitas
hubungan perusahaan dengan pelanggan, akan mengurangi biaya untuk melayani
pelanggan. Hal ini akan berpengaruh terhadap perspektif keuangan yang ditunjukkan
dengan adanya peningkatan pendapatan penjualan dan berkurangnya biaya, akhirnya
akan mengakibatkan pertumbuhan pada Return on Investment (ROI).
Menurut Kaplan & Norton (1997) terdapat manfaat balanced scorecard bagi
suatu organisasi atau perusahaan, antara lain :
13
b. Menyelaraskan sasaran departemen dan individu dengan strategi
organisasi.
c. Meningkatkan sasaran strategis dengan target jangka panjang dan
anggaran tahunan.
d. Mengidentifikasi dan menyelaraskan inisiatif strategi.
e. Melaksanakan peninjauan strategi secara periodik
f. Mendapatkan umpan balik yang dibutuhkan untuk memperbaiki strategi.
15
e. Balanced Scorecard dapat membantu proses penyusunan anggaran. Dari BSC
kita dapat mengetahui kegiatan apa saja yang harus dilakukan organisasi guna
mencapai target-targetnya yang meliputi aktivitas sehari-hari sampai dengan
proyek-proyek khusus. Kemudian bagi kegiatan-kegiatan itu dapat dihitung
keperluan dananya dan dimasukkan dalam anggaran, dengan demikian mereka
dapat mengatasi hambatan pada sumber daya manusia dan manajemen.
16
saat bersamaan tanpa kehilangan fokus. Jika terlalu sedikit manajer akan
mengabaikan ukuran yang sangat penting dalam mencapai sukses. Bila terlalu
banyak, akan menimbulkan resiko manajer bisa kehilangan fokus dan mencoba
untuk melakukan terlalu banyak hal dalam waktu bersamaan.
f. Kesulitan dalam menetapkan trade-off (difficult in establishing trade off)
Beberapa perusahaan mengkombinasikan ukuran nonfinansial dengan finansial
dalam satu laporan dan memberikan bobot pada masing-masing ukuran . Tapi
Balanced scorecard tidak menampilkan bobot yang jelas pada masingmasing
ukuran. Tidak adanya bobot tersebut, menjadi sangat sulit untuk
menggabungkan aspek finansial dan nonfinansial.
Literatur dalam tinjauan pustaka ini dipilih karena peneliti dalam jurnal ini
melakukan analisis kinerja dengan menggunakan balanced scorecard. Sesuai
dengan rumusan masalah yang akan diteliti oleh penulis yaitu melihat apakah
metode balanced scorecard cocok digunakan untuk mengevaluasi kinerja untuk
rumah sakit. RSUD K.R.M.T Wongsonegoro merupakan rumah sakit yang
berstatus BLUD. Sebagai RS sektor publik maka pelayanan kesehatan yang
dilakukan berorientasi pada kepuasan masyarakat, dimana masyarakat adalah
pihak yang membayar pajak kepada pemerintah. Sehingga masyarakat
menuntut untuk mendapatkan imbalan berupa pelayanan yang berkualitas dari
pemerintah. Maka RSUD K.R.M.T Wongsonegoro membutuhkan suatu sistem
penilaian kinerja untuk membantu rumah sakit melihat pencapaian dan dapat
dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk perencanaan selanjutnya.
17
Metode penelitian yang digunakan merupakan jenis penelitian kualitatif
dengan menghasilkan analisis berupa deskripsi atau gambaran. Informan utama
dari penelitian ini berjumlah 5 orang yang terdiri dari kepala bidang pelayanan
medik, kepala bidang keperawatan dan penunjang non medik, kepala bagian
keuangan, kepala bagian pengembangan dan informasi, kepala sub bagian
umum, dan kepala sub bagian kepegawaian RSUD K.R.M.T Wongsonegoro
Kota Semarang.
18
dan retensi pelanggan rawat jalan mengalami penurunan sedangkan akuisisi dan
retensi pelanggan pada rawat inap stagnan. Angka IKM menurun dari tahun
2011 hingga tahun 2015.
19
2.6 Contoh Implementasi
21
BAB III
PENUTUP
22
DAFTAR PUSTAKA
23