DISUSUN OLEH :
Velvy Agnewiranti 10090316266
Sheila Selvi Liana 10090316289
Salma Aliyah Hasna 10090316291
ii
ABSTRAK
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
ii
organisasi/perusahaan yang pada gilirannya memungkinkan organisasi/perusahaan
memperoleh, memelihara serta mempekerjakan sejumlah karyawan yang berkinerja
tinggi.
Karyawan mempunyai berbagai macam harapan dari organisasi/
perusahaan, dan begitu juga sebaliknya. Akhir-akhir ini, pertentangan antara
organisasi dan karyawan dalam pemberian kompensasi sering terjadi. Oleh karena
itu, dalam pemberian kompensasi perlu dipertimbangkan, antara lain apakah
pemberian kompensasi tersebut didasarkan pada kebutuhan karyawan atau nilai dari
pekerjaannya? Bagaimana kepentingan yang saling bertentangan dari karyawan,
organisasi/perusahaan dan pelanggan dapat dipertemukan dengan cara yang baik?
Selanjutnya, bagaimana dapat ditetapkan nilai dari pekerjaan-pekerjaan? Terakhir,
unsur motivasi apa yang terdapat dalam kompensasi tersebut?
Meski demikian, kompensasi adalah faktor penting untuk mempertahankan
karyawan dalam organisasi/perusahaan. Hal tersebut karena suka atau tidak suka,
disadari atau tidak, uang yang merupakan bagian dari bentuk kompensasi adalah
faktor penting dalam kehidupan yang dapat meningkatkan motivasi. Meskipun hal
itu sulit untuk bisa memuaskan manusia. Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan
di atas, dalam uraian selanjutnya, perlu diberikan pemahaman secara tuntas
terhadap pengertian Manajemen Kompensasi serta filosofinya, baik untuk kalangan
sektor publik maupun swasta.
Pemahaman Anda tentang materi dalam modul ini akan menjadi bekal Anda
untuk menguasai materi-materi yang akan disajikan pada modul-modul
selanjutnya. Setelah selesai mempelajari Modul 1 ini, secara umum diharapkan
Anda dapat menjelaskan Manajemen Kompensasi beserta filosofinya di dalam
suatu organisasi/perusahaan. Sementara itu, secara khusus, Anda diharapkan dapat
menjelaskan pengertian manajemen kompensasi serta filosofinya.
ii
BAB 2
STUDI KASUS & PERMASALAHAN
ii
daerah serta atas persetujuan DPRD. Dari uraian tersebut di atas terlihat hubungan
yang saling terkait antara konsep sifat (jiwa) entrepreneurial spirit dalam
lingkungan pemerintah daerah provinsi Gorontalo dan pemberlakuan sistim insentif
yang berbasis kinerja.
Berdasarkan pada rumusan masalah, tujuan penelitian, kajian teoritis dan
empiris dirumuskan hipotesis dan dikonstruksi model konseptual penelitian
(gambar 1) yaitu (1) Kompensasi berpengaruh langsung secara positif terhadap
implementasi entrepreneurial government; (2) Kompensasi berpengaruh langsung
secara positifl terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah; (3) Implementasi
entrepreneurial government berpengaruh langsung secara positif terhadap kinerja
aparatur pemerintah daerah; (4) Kompensasi berpengaruh tidak langsung secara
positif terhadap Kinerja aparatur pemerintah, melalui implementasi entrepreneurial
government sebagai variabel intervening.
ii
BAB 3
KAJIAN TEORITIS
ii
Sistem kompensasi mengandung simbol sangat nyata yang
mengomunikasikan, di balik nilai instrumental mereka, filosofi, sikap serta
keinginan manajemen. Dari sistem kompensasi yang ada, karyawan dapat
mengetahui nilai-nilai budaya yang dianut oleh manajemen. Contoh, bila
perusahaan/organisasi memberikan tunjangan pendidikan bagi anak. karyawannya
maka dapat dianalisis, setidaknya menduga, nilai budaya yang dimiliki pimpinan
perusahaan/organisasi. Bandingkan dengan perusahaan/ organisasi yang tidak
memberi tunjangan sama sekali, bahkan kesehatan karyawan maka dapat diprediksi
nilai budaya sang pemimpin perusahaan/ organisasi tersebut (Cahayani (2005)).
Hal sama dikemukakan Ivancevich (1995), ”kompensasi adalah fungsi
Human Resource Management (HRM) yang berhubungan dengan setiap jenis
reward yang diterima individu sebagai balasan atas pelaksanaan tugas-tugas
organisasi. Pegawai menukarkan tenaganya untuk mendapatkan reward finansial
maupun nonfinansial”. Dengan demikian, sebagai penghargaan atas penyerahan
dan pemberian segenap hasil kerja atau performance pegawai kepada organisasi,
maka organisasi memberikan balas jasa, imbalan jasa, penghargaan, penghasilan,
compensation atau reward.
Ditinjau dari sisi pandang organisasi, pemberian imbalan jasa atau
penghasilan akan selalu dikaitkan dengan kuantitas, kualitas dan manfaat jasa yang
dipersembahkan oleh pegawai bagi organisasi tempatnya bekerja. Hal tersebut akan
mempengaruhi seberapa jauh tujuan organisasi dapat dicapai, bahkan dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup organisasi tersebut. Selain itu, harus pula
diakui bahwa penghasilan pegawai pada hakikatnya termasuk dalam komponen
biaya.
Apabila dihadapkan pada salah satu tujuan organisasi untuk meraih
keuntungan (profit) maka biaya pegawai seperti halnya juga jenis biaya lainnya,
merupakan komponen biaya organisasi yang perlu dikendalikan dalam konteks
minimizing cost sehingga dapat dicapai efisiensi kegiatan yang optimal tinggi.
Sementara itu, dari sisi pandang pegawai menilai bahwa balas jasa dapat dilihat
sebagai sarana pemenuhan berbagai kebutuhan hidupnya.
ii
Kebutuhan pegawai terus berkembang. Dari sisi pandang lain, para pegawai
juga menyadari bahwa organisasi mampu memproduksi sesuatu disebabkan oleh
keberadaan serta karya nyata mereka. Dengan demikian, imbalan jasa atau
penghasilan itu haruslah diterima dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya dalam
konteks maximizing income. Benturan kepentingan antara organisasi dan individu
pegawai dalam pemberian penghasilan tersebut, sering kali menimbulkan masalah.
Di sisi lain Werther and Davis (1982) mengemukakan sebagai berikut:
”Compensation is what employee receive in exchange of their work. Whether
hourly wages or periodic salaries, the personnel department usually designs and
administers employee compensation”. Berdasarkan batasan tentang kompensasi
tersebut, berikut ini dikemukakan bahwa kompensasi adalah sesuatu yang pegawai
terima sebagai balasan dari pekerjaan yang diberikannya. Hal itu baik meliputi upah
per jam maupun gaji periodik didesain dan dikelola oleh bagian Sumber Daya
Manusia.
ii
senantiasa mempertimbangkan kondisi internal dan eksternal organisasi secara
terus menerus dan berkesinambungan.
Gambar 1.1
Pay Philosophy
(lead, match, lag)
ii
1. Faktor Lingkungan Eksternal
Diantara faktor-faktor yang mempengaruhi kompensasi dan kebijakan kompensasi,
faktor yang berada di luar organisasi atau perusahaan, seperti pasar tenaga kerja, kondisi
ekonomi, peraturan pemerintah, dan serikat pekerja, juga termasuk di dalamnya.
2. Faktor Lingkungan Internal
Sebagai tambahan terhadap pengaruh lingkungan eksternal pada kompensasi yang
telah dibahas, terdapat beberapa faktor internal yang mempengaruhi kompensasi, seperti
ukuran, umur, anggaran tenaga kerja organisasi atau perusahaan, dan siapa yang
dilibatkan untuk membuat keputusan untuk organisasi.
3.4 Komponen Kompensasi
Compensation
ii
bahwa salah satu tujuan utama seseorang menjadi pegawai adalah adanya
kompensasi. Dengan kompensasi yang diterimanya, pegawai berkeinginan agar
dapat memenuhi kebutuhan secara layak di tengah-tengah masyarakat, misalnya
kebutuhan makan, minum, pakaian, perumahan, kesehatan, pendidikan, rekreasi,
dan menabung. Oleh karena itu, setiap organisasi dalam menetapkan kompensasi
kepada pegawainya, harus diusahakan sehingga kompensasi terendah yang
diberikan akan dapat memenuhi kebutuhan pegawai secara layak. Besarnya
kompensasi yang layak antara satu negara dengan negara lain tidak sama, demikian
juga antara suatu daerah dengan daerah lainnya juga tidak sama. Selain itu,
kebutuhan yang layak antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain tidak
pula sama. Meski sulit harus tetap diusahakan agar kompensasi yang layak dapat
ditetapkan karena penetapan kompensasi adalah sesuatu yang sangat penting.
Jalan yang paling mudah adalah dengan menggunakan ketentuan yang
memang sudah ada, contoh ketentuan pemerintah tentang upah yang layak. Apabila
peraturan pemerintah tentang upah yang layak tidak ada maka kita dapat meneliti
besarnya kompensasi yang layak berlaku dalam masyarakat setempat misal di
Daerah Khusus Ibukota (DKI) Jakarta. Contoh, di wilayah DKI Jakarta tersebut
upah terendah yang diberikan kepada seorang pekerja sehari adalah
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah) ditambah makan sehari satu kali (tahun 2009)
maka berarti kompensasi yang layak sehari adalah Rp1.000.000,00 (satu juta
rupiah) plus nilai makanan dalam rupiah.
Sudah barang tentu, kita dapat menetapkan kompensasi yang layak lebih
tinggi dari jumlah tersebut, apabila menurut penelitian kita jumlah kompensasi
tersebut terlalu rendah. Oleh karena itu, menetapkan kompensasi layak yang lebih
tinggi, justru akan menguntungkan organisasi tersebut. Apabila kita telah
menetapkan kompensasi layak ini, tidak berarti bahwa kita tidak boleh menetapkan
lebih tinggi dari ketentuan tersebut tersebut. Setiap organisasi hendaknya tidak
hanya dapat menetapkan kompensasi yang layak secara umum, tetapi harus dapat
pula menetapkan kompensasi layak secara khusus. Dengan kompensasi yang layak
secara umum, yang dimaksud adalah kompensasi layak yang diberikan kepada
ii
pegawai yang paling bawah. Sementara itu, dengan kompensasi layak secara
khusus adalah kompensasi layak yang akan diberikan pada setiap pegawai.
Penetapan kompensasi yang layak ini penting, sebab apabila kita
menetapkan kompensasi di bawah kebutuhan layak maka dapat menyulitkan
organisasi. Kesulitan tersebut antara lain organisasi tersebut akan dianggap
melanggar secara yuridis, tidak tahu etika, kurang mempunyai rasa kemanusiaan
dan sebagainya. Hal lain yang tidak kalah penting, adalah kemungkinan organisasi
tersebut tidak dapat memperoleh pegawai, moral, dan disiplin kerja sangat rendah.
Hal itu, justru akan merugikan organisasi dan menjatuhkan nama organisasi yang
bersangkutan.
Besarnya kompensasi harus diusahakan sehingga mampu mengikat
pegawainya. Hal ini sangat penting sebab bila kompensasi yang diberikan pada
pegawainya tersebut terlalu kecil bila dibandingkan dengan organisasi lain pada
umumnya, maka bila ada kesempatan hal ini menimbulkan kecenderungan
pindahnya pegawai tersebut ke organisasi lain. Hal ini harus diperhatikan terutama
bagi pegawai yang penting, sebab mereka ini pada umumnya telah diberikan latihan
dengan biaya yang cukup besar.
Selain latihan memerlukan biaya yang cukup besar maka keluarnya
sebagian besar pegawai yang penting dapat menyebabkan kemacetan bagi
organisasi yang bersangkutan. Apalagi saat-saat ini, ada kecenderungan bagi
organisasi baru atau lama untuk berusaha menarik pegawai penting dari mereka
yang sudah berpengalaman dengan imbalan yang menggiurkan. Padahal sebagian
besar pegawai tersebut pada umumnya bekerja pada organisasi yang lain
Untuk dapat menetapkan besarnya kompensasi yang mampu mengikat,
maka kita harus meneliti besarnya kompensasi yang diberikan organisasi lain. Pada
umumnya untuk tugas yang sejenis atau hampir sama. Apabila keuangan organisasi
memungkinkan, maka kita mengetahui betapa besar pengaruh penetapan
kompensasi yang kurang adil. Untuk dapat menetapkan upah/gaji yang adil, maka
organisasi tersebut harus mengkategorikan tugastugas dalam beberapa bagian yang
menurut penilaiannya perlu diberikan kompensasi yang sama.
ii
Penggolongan tersebut jangan terlalu banyak sebab akan merepotkan
administrasinya. Sebaliknya, kalau terlalu sedikit maka dapat menyebabkan
kemungkinan penggolongan tersebut kurang tepat. Penggolongan pekerjaan
tersebut didasarkan pada penilaian bahwa untuk tugas-tugas tersebut perlu
diberikan kompensasi yang sama berdasarkan pertimbangan-pertimbangan antara
lain berat ringannya pekerjaan; sulit tidaknya pekerjaan; besar kecilnya risiko
pekerjaan; dan perlu tidaknya keterampilan dalam pekerjaan.
3.5 Remunerasi
Sebagaimana dikemukakan di atas, bahwa kompensasi yang diberikan
tidak mesti berwujud uang, tetapi dapat juga dalam bentuk innatura, serta fasilitas-
fasilitas yang lain. Meskipun demikian, kesemuanya tersebut harus dapat dinilai
dalam uang, dan diterimakan relatif secara tetap. Timbul pertanyaan di sini,
mengapa tidak semua kompensasi tersebut diwujudkan dalam bentuk uang. Contoh,
seorang pegawai selain menerima kompensasi dalam bentuk upah yang berwujud
uang, maka pegawai tersebut mendapat tambahan beras, gula, teh dan sebagainya.
Selain dengan istilah compensation, Sikula (1981) juga mengemukakan
adanya istilah remuneration. “A remuneration is reward payment or reimbursement
for services rendered”. Remunerasi dimaksudkan sebagai suatu hadiah,
pembayaran, atau balas jasa untuk jasa yang diberikan. Dari sudut jumlah
pengeluaran uang maka seluruh kompensasi tersebut diwujudkan dalam bentuk
uang ataukah diwujudkan dalam bentuk yang lain sama saja bagi organisasi. Tetapi
ada suatu organisasi yang memberikan kompensasi kepada pegawainya tidak dalam
bentuk uang seluruhnya karena pertimbangan-pertimbangan tertentu.
Organisasi menganggap bahwa dengan tidak memberikan dalam bentuk
uang seluruhnya, maka kompensasi yang diberikan tersebut akan dapat mencapai
sasaran lebih baik. Contoh, seorang pegawai mendapatkan kompensasi uang
Rp1.250.000,00 (satu juta dua ratus lima puluh ribu rupiah) per bulan ditambah
dengan beras seharga Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah). Sementara
itu, seluruh kompensasi yang diberikan sejumlah Rp1.400.000,00 (satu juta empat
ratus ribu rupiah) per bulan.
ii
Sama seperti uraian sebelumnya, Simamora (1997:539-540)
mengemukakan sebagai berikut. ”Kompensasi (compensation) meliputi kembalian-
kembalian finansial dan jasa-jasa terwujud dan tunjangantunjangan yang diterima
karyawan sebagai bagian dari hubungan kepegawaian. Kompensasi merupakan
yang diterima oleh para karyawan sebagai ganti kontribusi mereka kepada
organisasi”. Atas dasar pengertian tentang kompensasi tersebut, berikut dapat
dielaborasi bahwa hubungan kepegawaian adalah hubungan antara dua pihak yang
memikul kewajiban dan tanggung jawab yang berbeda, tetapi saling mempengaruhi
dan saling menentukan.
ii
karyawan itu, dengan cara memberi balas jasa atau kompensasi yang setimpal
kepada mereka.
Pemberian kompensasi yang cukup baik pada karyawan yang berprestasi
baik, akan mendorong atau memberikan motivasi untuk bekerja dengan lebih baik
dan ke arah pekerjaan-pekerjaan yang lebih produktif. Dengan kata lain, terdapat
kecenderungan karyawan dapat bergeser atau berpindah dari yang kompensasinya
rendah ke tempat kerja yang kompensasinya tinggi dengan cara menunjukkan
prestasi kerja yang lebih baik.
Dengan demikian, organisasi yang dalam pemberian kompensasinya
semakin baik maka hal tersebut akan mendorong karyawan bekerja semakin
produktif. Dengan pemberian kompensasi yang tinggi, hal tersebut juga
mengandung implikasi bahwa organisasi akan menggunakan tenaga karyawan
tersebut dengan efisien dan efektif. Atas uraian tersebut, yang perlu mendapatkan
penekanan adalah alasan orang-orang mau bekerja pada suatu organisasi dan bukan
pada organisasi lainnya.
Dalam kaitan ini tentu lebih menekankan kepada tenaga kerja/karyawan
yang potensial atau yang sesuai dengan kebutuhan organisasi (job spesification).
Dengan adanya pemberian kompensasi yang tepat, baik dari aspek jumlah maupun
waktunya, maka semua karyawan akan dapat bekerja dengan tenang dan
mengonsentrasikan seluruh pikirannya untuk menyelesaikan pekerjaan yang
menjadi tanggung jawabnya.
Apalagi, karyawan yang tergolong potensial (mempunyai talenta dan
keterampilan lebih dibanding yang lain), akan dapat mengembangkan potensi
dirinya untuk menghasilkan pekerjaan yang lebih bermutu. Apabila hal demikian
dapat terjadi, maka tidak boleh tidak bahwa organisasi akan dapat lebih cepat
mencapai tujuannya, yaitu memberikan hasil terbaik kepada pelanggannya.
ii
2. Untuk mempertahankan orang-orang yang memiliki keunggulan,
kompetensi, berkualitas, dan berkarakter baik yang sudah bergabung dengan
organisasi agar tidak keluar dari organisasi.
3. Untuk menjaga agar orang –orang dalam organisasi tetap mau bekerja, karena
kompensasi yang tidak memadai memungkinkan pegawai untuk melakukan
mogok kerja yang sebenarnya sangat merugikan organisasi.
4. Untuk memotivasi karyawan atau pegawai agar mencapai prestasi yang
terbaik.
Ada beberapa keuntungan dari menerapkan manajemen kompensasi, antara lain
Sistem kompensasi yang didesain dengan adil dan baik, memberikan
dampak positif dalam efisiensi dan hasil kerja setiap karyawan/individu di
dalamnya.
Sistem kompensasi yang adil mendorong karyawan untuk memberikan
kinerja melebihi standar normal.
Sistem kompensasi yang adil membantu proses evaluasi jabatan (Job
Evaluation), yang lebih realistis dan dapat dicapai (achievable).
Sistem kompensasi tersebut mampu diaplikasikan ke dalam setiap tingkat
jabatan di dalam organisasi
Sistem memberikan keseimbangan kerja dan kehidupan(work-life
balance). Sistem tidak memberikan hukuman kepada karyawan untuk
sesuatu yang diluar kendali, dan juga tidak akan mengeksploitasi
karyawan.
Sistem kompensasi akan meningkatkan moral kerja karyawan,
produktifitas dan kerjasama antar karyawan, selain memberikan kepuasan
kepada karyawan.
Sistem kompensasi yang adil membantu manajemen dalam memenuhi dan
menghadapi aksi karyawan.
Sistem kompensasi yang adil membantu penyelesaian yang memuaskan
kedua pihak bila terjadi selisih antara serikat pekerja dan manajemen.
ii
Sistem kompensasi yang adil memberikan dorongan dan kesempatan bagi
karyawan untuk berkinerja dan memberikan hasil lebih baik dari
sebelumnya.
ii
a. Gaji
b. Kesejahteraan
c. Pengembangan karir
ii
Banking time off merupakan pemberian reward kepada pegawai dengan cara
memberikan simpanan cuti kerja yang dapat diambil oleh pegawai karena
perilaku yang dinilai baik, yaitu kinerjanya atau kehadirannya
6. Skill-based pay
Skill-based pay merupakan pendekatan pemberian reward yang didasarkan
pada banyaknya keahlian atau keterampilan yang dimiliki pegawai.
Efisiensi dan nilai tambah pegawai sangat penting untuk diperhatikan.
7. Gainsharing
Gainsharing merupakan pendekatan suatu bentuk insentif kepada kelompok
yang didasarkan pada formula. Insentif tersebut berasal dari kelebihan
keuangan organisasi yang diakibatkan oleh perbaikan kinerja.
ii
BAB 4
ANALISIS PEMBAHASAN
Penelitian ini di kategorikan sebagai explanatory research dengan populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh pegawai negeri sipil yang dibatasi pada
eselonisasi pada lingkungan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Gorontalo yang
berjumlah 534 orang, sedangkan sampel dibatasi 84 orang dengan criteria Seluruh
Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki jabatan struktural (eselon), seluruh
PNS yang menduduki jabatan struktural pada Satuan Kerja Perangkat Daerah
(SKPD) yang dianggap berhubungan langsung dengan pelayanan masyarakat,
seluruh pejabat struktural yang memahami konsep entrepreneurial government,
dilihat dari keikutsertaan pejabat pemda dalam pelatihan dan kursus yang
berhubungan dengan penerapan kewirausahaan sektor publik.
Untuk menguji pengaruh antara variabel Kompensasi, Entrepreneurial
Government, dan kinerja aparatur, serta untuk menguji hipotesis yang telah
dirumuskan dalam penelitian ini adalah metode analisis jalur (Path Analisis). Serta
digunakan analisis faktor (CFA) untuk analisis deskriptif pada setiap variabel dan
indikator.
Dari hasil perhitungan didapatkkan hasil pengujian hipotesis sebagai
berikut:
Pengujian Hipotesis H1
Hipotesis H1 menyatakan bahwa diduga kompensasi berpengaruh langsung
secara positif terhadap implementasi entrepreneurial government. Hasil ujit
terhadap koefisien jalur pada hubungan ini sebesar 0,652 (sig,t = 0,000), sehingga
dapat disimpulkan bahwa data penelitian mendukung hipotesis H1 bahwa
kompensasi yang baik akan meningkatkan entrepreneurial government.
Pengujian Hipotesis H2
Hipotesis H2 menyatakan bahwa diduga kompensasi berpengaruh langsung
secara positif terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah. Hasil uji-t terhadap
koefisien jalur pada hubungan ini sebesar 0,227 (sig,t = 0,000), sehingga dapat
disimpulkan bahwa data penelitian mendukung hipotesis H1 bahwa kompensasi
yang baik akan meningkatkan kinerja aparatur pemerintah adaerah.
ii
Pengujian Hipotesis H3
Hipotesis H3 menyatakan bahwa diduga entrepreneurial government
berpengaruh langsung secara positif terhadap kinerja aparatur pemerintah daerah.
Hasil uji-t terhadap koefisien jalur pada hubungan ini sebesar 0,605 (sig,t = 0,000),
sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian mendukung hipotesis H1 bahwa
implementasi entrepreneurial government dilingkungan pemerintah daerah akan
meningkatkan kinerja aparatur pemerintah daerah.
Pengujian Hipotesis H4
Hipotesis H4 menyatakan bahwa diduga kompensasi berpengaruh tidak
langsung secara positif terhadap Kinerja aparatur pemerintah daerah melalui
entrepreneurial government sebagai variabel intervening. Hasil uji-t terhadap
koefisien jalur pada hubungan ini sebesar 0,652 (sig,t = 0,000) dan 0,605 (sig.t =
0,000), sehingga dapat disimpulkan bahwa data penelitian mendukung hipotesis H4
bahwa kompensasi berorientasi tugas akan meningkatkan kinerja birokrasi melalui
implementasi entrepreneurial government.
PEMBAHASAN
Pengaruh Kompensasi terhadap Entrepreneurial Government
Pengujian empiris sudah dilakukan untuk mengetahui pengaruh kompensasi
terhadap implementasi entrepreneurial governmen. Hasil pengujian terhadap
entrepreneurial governmen menunjukan bahwa kompensasi mempunyai pengaruh
yang signifikan. Dengan kata lain dimensi-dimensi tunjangan kinerja daerah
(TKD), promosi, pengembangan diri, pengakuan dan kendaraan dinas operasional
mempengaruhi secara signifikan terhadap implementasi entrepreneurial
government. Hal ini berarti bahwa implementasi ataupun penerapan jiwa
kewirausahaan dalam tubuh pemerintah daerah dapat dijalankan dengan baik
apabila dibarengi dengan sistim pemberian kompensasi yang baik. Hasil temuan
dari penelitian ini menunjukan bahwa dari beberapa indikator diatas diantaranya
tunjangan kinerja daerah (TKD), promosi, pengembangan diri, pengakuan dan
kendaraan dinas operasional taraf signifikansi terbaik dimiliki oleh indikator
Tunjangan Kinerja Daerah (TKD).
ii
Pengaruh Kompensasi terhadap Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah
Berdasarkan hasil uji yang tela dilakukan, ternyata variabel kompensasi
berpengaruh signifikan terhadap kinerja aparatur/pegawai. Apabila kompensasi
yang diterima oleh pegawai sesuai dengan apa yang diharapkan memiliki unsur
keadlian maka tentunya akan meningkatkan kinerja dari setiap aparatur tersebut.
Unsur keadilan yang dimaksud adalah sistim pemberian kompensasi didasari oleh
hasil pekerjaan dari setiap aparatur yang tentunya dinilai secara obyektif, dan
pemberian kompensasi tentunya sesuai dengan besar tidaknya tanggung jawab
dalam pekerjaan serta beberapa unsur yang menjadi indikator penilaian kinerja.
ii
BAB 5
KESIMPULAN
ii
DAFTAR PUSTAKA
ii