Anda di halaman 1dari 13

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 7 NOMOR 3, AGUSTUS 2020

T I N J AUA N P U S TA K A

MANAJEMEN DAN STABILISASI PASIEN


DENGAN EDEMA PARU AKUT

Akhmad Yun Jufan, Bowo Adiyanto, Achmad Reza Arifin*


Konsultan Anestesiologi dan Terapi Intensif FKKMK UGM/RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta
*Peserta PPDS I Anestesiologi dan Terapi Intensif FKKMK UGM/RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta

ABSTRAK
Edema paru akut merupakan suatu kondisi ketika terjadi akumulasi cairan di paru paru (ruang insterstitial
dan alveoli). Cairan ini memenuhi alveolus di dalam paru-paru yang menyebabkan seseorang sulit untuk
bernafas. Penyebab tersering edema paru disebabkan oleh permasalahan jantung. Namun, akumulasi cairan
di dalam paru dapat disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya adalah pneumonia, beberapa racun,
maupun obat-obatan.
Jumlah angka kematian selama satu tahun untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan edema paru akut
mencapai 40%. Penyebab paling umum dari edema paru akut diantaranya iskemia miokard, aritmia jantung
(misalnya Fibrilasi atrium), disfungsi katup jantung dan kelebihan volume cairan. Dapat pula disebabkan
oleh penyebab lain diantaranya emboli paru, stenosis arteri renal, ketidakpatuhan terhadap pengobatan
penyakit sebelumnya serta efek samping dari obat juga dapat memicu edema paru.
Penatalaksanaan pada pasien dengan edema paru terlebih dahulu kita cari penyakit yang mendasari
terjadinya edema. Karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pengobatan, sehingga perlu diketahui
dengan segera penyebabnya. Karena terapi spesifik tidak selalu dapat diberikan sampai penyebab diketahui,
maka pemberian terapi suportif sangatlah penting. Tujuan umum adalah mempertahankan fungsi fisiologik
dan seluler dasar. Yaitu dengan cara memperbaiki jalan napas, ventilasi yang adekuat, dan oksigenasi

Kata kunci: Manajemen, Edema Paru, Stabilisasi

ABSTRACT
Acute pulmonary edema is a condition when there is accumulation of fluid in the lungs (insterstitial space
and alveoli). This fluid fills the alveoli in the lungs which makes it difficult for someone to breathe. The most
common cause of pulmonary edema is caused by heart problems. However, the accumulation of fluid in the
lungs can be caused by several reasons including pneumonia, some poisons, or drugs.
The number of deaths for one year for patients hospitalized with acute pulmonary edema reaches 40%. The
most common causes of acute pulmonary edema include myocardial ischemia, cardiac arrhythmias (eg
atrial fibrillation), cardiac valve dysfunction and excess fluid volume. It can also be caused by other causes
including pulmonary embolism, renal artery stenosis, non-compliance with previous disease treatments and
side effects from medications can also trigger pulmonary edema.
Management in patients with pulmonary edema we first look for diseases that underlie the occurrence of
edema. Because it is a very important factor in treatment, so it needs to know the cause immediately. Because
specific therapy cannot always be given until the cause is known, supportive therapy is very important. The
general goal is to maintain basic physiological and cellular functions. Namely by improving the airway,
adequate ventilation, and oxygenation

Key word: management, pulmonary oedema, stabilization

61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020

PENDAHULUAN termasuk suplementasi oksigen dan pengobatan


Edema paru akut merupakan salah satu medikametosa 2.
kegawatan di bagian medis yang memerlukan Edema paru terjadi ketika cairan yang disaring
manajemen yang tepat dan dilakukan segera ke paru lebih cepat dari cairan yang dipindahkan.
mungkin. Edema paru akut ini ditandai dengan Penumpukan cairan menjadi masalah serius bagi
gejala diantaranya sesak nafas berat dan terjadi nya fungsi paru karena efisiensi perpindahan gas di
hipoksia yang diakibatkan oleh adanya akumulasi alveoli tidak bisa terjadi. Struktur paru dapat
dari penumpukan cairan di dalam paru yang menyesuaikan bentuk edema dan yang mengatur
mengakibatkan terjadinya gangguan dari proses perpindahan cairan dan protein di paru menjadi
pertukaran gas dan pengembangan dari paru 1. masalah yang klasik 3.
Jumlah angka kematian selama satu tahun untuk Peningkatan tekanan edema paru disebabkan
pasien yang dirawat di rumah sakit dengan edema oleh meningkatnya keseimbangan kekuatan yang
paru akut mencapai 40%. Penyebab paling umum mendorong filtrasi cairan di paru. Fitur penting
dari edema paru akut diantaranya iskemia miokard, dari edema ini adalah keseimbangan aliran cairan
aritmia jantung (misalnya Fibrilasi atrium), disfungsi dan protein ke dalam paru utuh secara fungsional.
katup jantung dan kelebihan volume cairan. Dapat Peningkatan tekanan edema sering disebut
pula disebabkan oleh penyebab lain diantaranya kardiogenik, tekanan tinggi, hidrostatik, atau
emboli paru, stenosis arteri renal, ketidakpatuhan edema paru sekunder tapi lebih efektifnya disebut
terhadap pengobatan penyakit sebelumnya serta keseimbangan edema paru terganggu karena
efek samping dari obat juga dapat memicu edema tahanan keseimbangan pergerakan antara cairan
paru 1. dan zat terlarut di dalam paru 4.

TINJAUAN PUSTAKA ANATOMI


DEFINISI Edema paru merupakan kondisi yang
Edema merupakan akumulasi cairan di dalam disebabkan oleh akumulasi cairan di paru-paru.
tubuh. Kata edema atau pembengkakan tubuh Edema pada paru biasanya terjadi di alveolus dan
lebih tepat jika disebut sebagai limfadema, hal ini ruang interstitial diantara endotel kapiler darah
dikarenakan peningkatan cairan interstitial biasanya dan dinding alveolus. Penyebab edema paru ini
disebabkan oleh blockade limfonodi. Edema paru diantaranya adalah ketidakseimbangan tekanan
merupakan kondisi yang disebabkan oleh akumulasi hidrostatik dan onkotik, obstruksi sistem limfatik
cairan di paru-paru (ruang interstitial dan alveolus). pulmonal, dan penyakit yang dapat merusak epitel
Cairan ini memenuhi alveolus di dalam paru-paru kapiler ataupun alveolus 5.
yang menyebabkan seseorang sulit untuk bernafas. Alveolus
Penyebab tersering edema paru disebabkan oleh Alveolus merupakan kantung yang dilapisi oleh
permasalahan jantung. Namun, akumulasi cairan epitel simpel squamosa dan didukung oleh membran
di dalam paru dapat disebabkan oleh beberapa basement yang elastis. Dinding alveolus terdiri
alasan diantaranya adalah pneumonia, beberapa daru dua tipe sel epitel alveolar. Sel alveolar tipe 1
racun, maupun obat-obatan. Edema paru yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan sel
terjadi secara akut merupakan kondisi kegawatan alveolar tipe 2. Sel alveolar tipe 1 merupakan epitel
medis yang harus segera ditangani. Walaupun simpel skuamosa yang berada sepanjang dinding
edema paru kadang merupakan kondisi yang fatal, alveolus. Sel alveolar tipe 2 atau biasanya disebut
namun penanganan yang tepat untuk edema paru sebagai sel septal, merupakan sel epitel kuboid yang
dan kondisi yang mendasarinya dapat memberikan berada diantara sel alveolar tipe 1. Sel alveolar tipe
tingkat perbaikan yang tinggi. Terapi untuk edema 1 berfungsi sebagai tempat utama pertukaran gas.
paru sangat bervariasi, tergantung dari penyebab Sedangkan sel alveolar tipe 2 merupakan sel yang
yang mendasarinya, namun secara umum terapi ini permukaannya terdapat mikrofili yang mensekresi

62
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...

cairan alveolar dan berfungsi untuk menjaga dan lipoprotein. Surfaktan berfungsi menurunkan
permukaan alveolus. Salah satu cairan alveolar tekanan cairan alveolus, yang menurunkan tendensi
tersebut adalah surfaktan, yang terdiri dari fosfolipid alveolus untuk kolaps 5.

Gambar 1. Anatomi Alveolus

Pada dinding alveolus terdapat pula alveolar adalah membrane basement kapiler; dan lapisan
makrofag atau disebut juga sebagai sel dust, fungsi terakhir adalah endotel kapiler. Walaupun terdiri
dari alveolar makrofag ini adalah untuk memfagosit dari beberapa lapisan, ketebalan lapisan ini hanya
atau membuang partikel debu atau debris di ruang 0,5 µm sehingga difusi gas dapat terjadi. Perkiraan
alveolar. Selain itu, terdapat juga fibroblast yang jumlah alveoli di dalam paru-paru adalah sekitar 300
memproduksi reticular dan serat elastic. Pada juta alveoli 5.
bagian luar permukaan alveolus, arteriole dan
venula lobules menyatuu menjadi pembuluh darah Ruang Intersitial Paru
kapiler yang terdiri dari satu lapis sel endotel dan Kapiler darah dipisahkan dengan gas alveolar
membrane basement. Pertukaran O2 dan CO2 oleh beberapa lapisan anatomi, diantaranya adalah
antara ruang udara di paru dan pembuluh darah endotel kapiler, endotel membrane basement,
melalui proses difusi melalui dinding alveolus dan ruang interstitial, epitel membrane basement,
endotel, yang bersama disebut sebagai membrane dan epitel alveolus (tipe 1 pneumosit). Membrane
pernafasan atau respiratory membrane. Jika dimulai basement epitel dan endotel dipisahkan oleh
dari rongga udara alveolus menuju ke plasma darah, ruang yang mengandung jaringan ikat fibrosa,
membrane pernafasan terdiri dari empat lapisan. ikat elastic, fibroblast, dan makrofag. Tidak ada
Lapisan pertama adalah dinding alveolus yang terdiri sistem limfatik di ruang interstitial pada septum
dari sel alveolar tipe1, 2, dan alveolar makrofag; alveoli, kapiler limfatik pertama muncul di ruang
lapisan kedua adalah epitel membrane basement interstitial mengelilingi bronkiolus terminal, arteri,
yang berada di luar dinding alveolus; lapisan ketiga dan vena kecil 6.

63
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020

Gambar 2. Alran Cairan Interstitial

Diantara sel endotel dan epitel, terdapat lubang dari ruang interstitial alveolar ke saluran limfa oleh
atau penghubung yang memungkinkan aliran cairan mekanisme gradient tekanan, yang disebabkan
dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial, dan karena tekanan ruang interstitial yang lebih
akhirnya dari ruang interstitial menuju ruang alveolar. negative di daerah arteri besar dan brokus. Aliran
Penghubung antara sel endotel biasanya lebih besar cairan interstitial yang menuju hilum dibantu oleh
dan disebut loose, sedangkan penghubung antara perbedaan tekanan negative, katub limfatik, dan
sel epitel relative lebih kecil yang disebut tight. pulsasi arteri pulmonalis. Cairan tersebut akhirnya
Untuk mengetahui bagaimana cairan interstitial diteruskan dari limfonodi ke sirkulasi vena sentral.
paru diproduksi, disimpan, dan dibersihkan, maka Peningkatan tekanan vena sentral menurunkan
kita harus mengetahui konsepnya. Konsep pertama aliran limfa di paru-paru, yang dapat menjadi faktor
adalah ruang interstitial paru merupakan terusan edema interstitial 6.
dari ruangan di antara jaringan ikat perianteriolar Pertukaran gas di alveoli terjadi karena proses
dan peribronchial yang berlanjut menjadi ruang diffusi. Gas berpindah dari alveoli menuju pembuluh
interstitial di antara membrane basement endotel darah kapiler, gas harus bisa menembus lapisan
dan epitel di alveolus; kedua, tekanan negatifnya surfaktan dari alveoli, epitel alveoli, dan ecdotel
progresif dari distal ke proksimal6. kapiler. Berdasarkan hukum diffusi Fick’s, diffusi
Tidak ada sistem limfatik di ruang interstitial di gas yang menembus alveoli meningkat disebabkan:
septum alveolus. Kapiler limfatik mulai ada di ruang peningkatan membran permukaan, peningkatan
interstitial yang mengelilingi terminal bronkiolus dan perbedaan tekanan alveolar, peningkatan kelarutan
arteri kecil. Cairan interstitial normalnya dibuang dari gas, penurunan ketebalan membran. Pada kasus

64
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...

edema paru terjadi masalah dari diffusi gas, karena atau menarik cairan ke dalam ruang vaskuler.
adanya timbunan cairan di dalam paru meningkatkan Edema paru kardiogenik merefleksikan akumulasi
ketebalan dinding dari alveoli dan menurunkan area cairan yang berisi protein rendah di interstitium dan
dari pertukaran gas. Edema paru menyebabkan alveolus paru 9.
hipoksemia lebih besar daripada hiperkapnea Patofisiologi
karena sifat karbondioksida lebih mudah larut di Kapiler pembuluh darah paru dan gas di
dalam cairan sehingga dapat menembus alveoli dalam alveolus dipisahkan oleh membrane
selama pertukaran gas. Adanya edema mencegah kapiler-alveolar. Membran ini terbagi menjadi
udara menembus pembuluh kapiler paru, sehingga tiga lapisan, lapisan pertama adalah endotel
menyebabkan adanya perfusi tanpa ventilasi.7 kapiler; lapisan kedua adalah ruang interstitial
yang terdiri dari jaringan ikat, fibroblast, dan
KLASIFIKASI makrofag; dan lapisan terakhir adalah epitel
Edema paru menurut penyebab dan alveolus. Pertukaran cairan normalnya terjadi
perkembangannya diklasifikasikan menjadi edema diantara vascular bed dan ruang interstitium.
paru kardiogenik dan edema paru non-kardiogenik. Edema paru terjadi saat aliran cairan dari
Edema paru kardiogenik biasanya disebabkan vaskuler ke dalam ruang interstitial meningkat 9.
karena gagal jantung kiri kongestif yang akhirnya Hukum starling menentukan keseimbangan
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik cairan diantara alveolus dan vascular bed.
di kapiler paru. Sedangkan edema paru non- Aliran cairan yang melintas antar membrane
kardiogenik dikatagorikan berdasarkan kondisi ditentukan oleh persamaan:
yang mendasarinya. Edema paru non-kardiogenik
diklasifikasikan menjadi tekanan rendah alveolus, Q = K (Pcap – Pis) – I (Pcap – Pis)
peningkatan permeabilitas alveolus, atau edema
neurogenik. Sebagai contoh, penyebab penurunan dimana Q adalah filtrasi cairan; K adalah
tekanan alveolus adalah karena obstruksi saluran koefisien filtrasi; Pcap adalah tekanan
nafas atas seperti paralisis laring, penyebab hidrostatik kapiler, yang cenderung untuk
peningkatan permeabilitas adalah leptospirosis dan mendorong cairan keluar; Pis adalah tekanan
ARDS, sedangkan edema neurogenik disebabkan hidrostatik cairan interstitial, yang cenderung
oleh epilepsy, trauma otak, maupun elektrolusi. untuk mendorog cairan ke kapiler; dan I adalah
Perbedaan antara kardiogenik dan non-kardiogenik koefisien refleksi, yang menunjukkan efektivitas
sangat penting dilakukan tidak hanya untuk terapi, dinding kapiler dalam mencegah filtrasi protein;
tapi juga untuk alasan prognosis 8. Pcap kedua adalah tekanan osmotic koloid
plasma, yang cenderung menarik cairan ke
Edema Paru Kardiogenik kapiler; dan Pis kedua adalah tekanan osmotic
Edema paru kardiogenik akut adalah salah koloid dalam cairan interstitial, yang menarik
satu tanda dari gagal jantung berat akut yang cairan keluar dari kepiler 10.
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan Filtrasi cairan dapat meningkat dengan
hidrostatik kapiler paru sampai lebih dari 18 mmHg perubahan parameter dari hukum Starling
yang disebabkan dari peningkatan tekanan vena tersebut. Edema paru kardiogenik secara
paru. Dari fisiologisnya sendiri, ruang intravascular predominan terjadi karena gangguan aliran
dan ekstravaskular dipisahkan oleh barier endotel. pada atrium kiri atau karena disfungsi ventrikel
Tekanan yang berpengaruh dalam barier ini adalah kiri. Pada edem paru yang terjadi karena
tekanan hidrostatik plasma dan tekanan onkotik peningkatan tekanan kapiler paru, maka
plasma. Tekanan hidrostatik plasma berfungsi untuk tekanan kapiler parunya harus lebih tinggi
mendorong cairan ke luar jaringan. Sedangkan dibandingkan dengan tekanan koloid osmotic
tekanan onkotik plasma berfungsi untuk menjaga plasma. Tekanan kapiler paru normalnya 8 – 12

65
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020

mmHg, dan tekanan osmotic koloidnya adalah menurun, yang menyebabkan hipoksemia
28 mmHg 9. menjadi lebih berat 9.
Sistem limfa memainkan pernana penting
dalam menjaga agar cairan di paru selalu Manifestasi Klinis
seimbang dengan cara membuang cairan, Pasien dengan edema paru kardiogenik
koloid, atau liquid dari ruang interstitial dengan biasanya memiliki gejala klinis gagal jantung kiri.
kecepatan 10 – 20 mL/jam. Pada peningkatan Pasien biasanya mengeluhkan sesak nafas yang
tekanan kapiler arteri paru melebihi 18 mmHg, tiba-tiba dan berat, rasa cemas, dan perasaan
hal ini dapat meningkatkan filtrasi dari cairan seperti tenggelam. Manifestasi klinis dari
ke dalam ruang interstitium, namun kecepatan edema paru kardiogenik akut mencerminkan
pembuangan sistem limfa tidak ikut meningkat. bukti adanya hipoksia dan peningkatan tonus
Hal ini berbeda dengan peningkatan tekanan simpatis. Pada pasien dengan edema paru
atrium kiri yang kronis, dengan kecepatan kardiogenik, keluhan paling sering adalah sesak
pembuangan sistem limfe bisa sampai 200 nafas dan diaphoresis atau keringat berlebihan.
mL/jam, yang dapat memproteksi paru dari Pasien biasanya mengeluhkan dispneu
edema paru 9. saat aktifitas, ortopneu, dan paroksismal
nocturnal dispneu. Batuk adalah keluhan yang
Stadium sering dan dapat memberikan petunjuk awal
Terdapat tiga stadium pada edema paru adanya perburukan edema pada paru pasien
kardiogenik menurut prosesnya. Stadium dengan disfungsi ventrikel kiri yang kronis.
pertama atau biasa disebut sebagai stage 1 Sputum berwarna pink dan berbusa mungkin
adalah peningkatan tekanan atrium kiri yang dikeluhkan oleh pasien dengan penyakit yang
dapat menyebabkan distensi dan pembukaan parah. Kadang disertai suara serak dikarenakan
pembuluh paru kecil. Pada stadium ini, gangguan di persarafan laring karena stenosis
pertukaran gas darah tidak terganggu. Pada mitral atau hipertensi pulmonal. Nyeri
stadium kedua atau stage 2, cairan dan dada harus diwaspadai oleh dokter sebagai
koloid berpindah ke ruang interstitium paru kemungkinan untuk infark miokardial akut, atau
dari kapiler paru, namun peningkatan aliran diseksi aorta dengan regurgitasi aorta 9.
limfa dapat secara efisien membuang cairan
tersebut. Berlanjutnya filtrasi cairan yang terus- Edema Paru Non-Kardiogenik
menerus dapat membuat kapasitas drainase Edema paru non-kardiogenik adalah edema
limfatik tidak dapat mengkompensasinya lagi. yang disebabkan karena perubahan permeabilitas
Akumulasi cairan di ruang interstitium dapat dari membrane kapiler paru yang mengakibatkan
mengganggu pertukaran gas yang dapat keadaan patologis baik secara langsung maupun
menyebabkan hipoksemia. Hipoksemia pada tidak langsung. Edema paru non-kardiogenik dapat
stadium ini dapat menstimulasi terjadinya disebut juga sebagai respiratory distress syndrome.
takipneu. Takipneu dapat terjadi karena RDS yang ringan disebut sebagai acute lung injury,
stimulasi reseptor juxtapulmonary kapiler. Pada dan RDS yang berat disebut sebagai acute respiratory
stadium terakhir atau stage 3, filtrasi cairan distress syndrome. Edema paru non-kardiogenik
di ruang interstitial berlanjut yang akhirnya mempunyai karakteristik kerusakan alveolus difus
sampai memenuhi ruang tersebut (diperkirakan yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
500 mL cairan). Akhirnya cairan berpindah membrane kapiler alveolus dan juga akumulasi
dari ruang interstitium ke epitel alveolar, dan cairan yang kaya protein di ruang alveolus 11.
akhirnya memenuhi ruang alveolar. Pada Etiopatologi
stadium ini, abnormalitas pertukaran gas dapat Beberapa mekanisme telah diketahui
dilihat, kapasitas vital, dan volume respiratory sebagai penyebab terjadinya edema paru

66
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...

non-kardiogenik. Sebagai contoh adalah langsung atau karena penyebaran mediator


tekanan alveolar yang rendah, peningkatan inflamasi secara hematogen. Peneybab tersering
permeabilitas vaskuler, peningkatan tekanan terjadinya edema paru non-kardiogenik adalah
hidrostatik, dan kombinasi ketiganya. Beberapa infeksi difus paru (direk) dan sepsis (indirek) 11.
penyebab edema paru non-kardiogenik menurut Proses inflamasi yang terjadi pada alveolar
patofisiologinya terjadi karena penurunan dibagi menjadi tiga proses. Proses pertama
tekanan alveolar (edema post obstruksi atau adalah inisiasi, yaitu persipitasi antigen oleh
reekspansi edema), edema neurogenik, antigen presenting cell, yang nantinya akan
vaskulitis, dan peningkatan edema paru. Sebagai melepaskan mediator-mediator inflamasi.
contoh, penyebab penurunan tekanan alveolus Tahap kedua adalah tahap amplifikasi, yaitu
adalah karena obstruksi saluran nafas atas aktifnya neutrofil di organ target (paru).
seperti paralisis laring, penyebab peningkatan Tahap terakhir adalah injury, pada tahap
permeabilitas adalah leptospirosis dan ARDS, ini sel yang mengalami inflamasi akan
sedangkan edema neurogenik disebabkan oleh melepaskan metabolit O2 reaktif yang akan
epilepsy, trauma otak, maupun elektrolusi. menimbulkan kerusakan sel. Kerusakan sel ini
Penurunan tekanan alveolus mungkin juga terjadi akan mengeakibatkan permeabilitas vascular
setelah pleurosentesis, pneumotorax, obstruksi meningkat, yang menyebabkan akumulasi
saluran nafas atas (sindroma brachycephalic, cairan berisi protein di alveolus, dan akhirnya
paralisis laring, ataupun kolaps trakeal). Pada akan membentuk membrane hialin yang berisi
neurogenik edema, secara patofisiologi terjadi fibrin atau protein. Selain itu, kerusakan sel dapat
karena peningkatan aktivasi simpato-andregenik menimbulkan penurunan produksi surfaktan
di medulla oblongata. Hal ini berpengaruh pada yang menyebabkan alveolus dapat kolaps yang
konstriksi vena paru yang membuat darah akhirnya akan menurunkan compliance paru
mengalir lebih banyak dari sistemik ke sirkulasi yang menyebabkan peningkatan usaha untuk
pulmonal, hal ini akan menyebabkan peningkatan bernafas sehingga timbul distress respirasi 11.
tekanan hidrostatis yang akhirnya dapat
menyebabkan edema. Peningkatan permeabilitas Manifestasi Klinis
vaskuler menjadi masalah besar penyebab edema Edema paru non-kardiogenik mempunyai
paru non-kardiogenik. Hal ini diakibatkan karena berbagai derajat manifestasi distress pernafasan
kerusakan berat dan difus pada parenkim paru, yang nantinya dapat menimbulkan kegagalan
yang menyebabkan permeabilitas endotel dan pernafasan. Tanda klinis awal pada edema
epitel terganggu, sehingga menyebabkan cairan paru non-kardiogenik adalah peningkatan
yang kaya akan protein keluar 8. usaha untuk bernafas yang ditandai dengan
Menurut penyebabnya, edema paru non- adanya takipneu dan dispneu. Auskultasi paru
kardiogenik dibagi menjadi penyebab langsung sulit untuk membedakan antara edema paru
dan penyebab tidak langsung. Penyebab kardiogenik dan edema paru non-kardiogenik.
langsung dari edema paru non-kardiogenik Beberapa manifestasi untuk membedakan
adalah aspirasi, injuri inhalasi, kontusio pulmonal, dengan penyebab kardiogenik diantaranya
infeksi difus paru. Sedangkan penyebab tidak adalah tidak adanya edema perifer, distensi
langsung dari edema paru non-kardiogenik vena jugularis, dan gallop ventrikel 11.
ini adalah sepsis, syok sepsis, overdosis obat,
pancreatitis, uremia, dan koagulopati. Penyebab Pemeriksaan Penunjang
langsung berarti etiologi tersebut menyebabkan Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan
kerusakan langsung pada epitel alveolus, diantaranya adalah pemeriksaan rontgen Thorax,
sedangkan penyebab tidak langsung berarti pemeriksaan USG, pemeriksaan kardiometri dengan
kerusakan epitel terjadi karena dampak tidak ICON dan pemeriksaan PiCCO.

67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020

1. Pemeriksaan Thorax jantung membesar ditandai dengan cardiomegaly,


Pada pemeriksaan penunjang radiologi thorax pelebaran gambaran vaskularisasi dari paru13
gambaran khas edema paru didapatkan ukuran

Gambar 3. Pemeriksaan Thorax Pasien Edema Paru13

2. Pemeriksaan USG Pada pemeriksaan LUS akan didapatkan 2 garis


Pemeriksaan USG thorax atau juga disebut LUS atau 3 garis yang disebut B lines. Bilateral B lines
(Lung Ultrasound) dapat membantu mendiagnosis sering didapatkan pada jaringan paru dengan edema
kasus pasien dengan sesak nafas di Rumah sakit. intersisial.14

Gambar 4. Pemeriksaan USG Thorax pada kasus edema paru14

68
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...

3. Pemeriksaan ICON monitoring hemodinamik dan volumetrik secara


ICON merupakan salah satu peralatan yang lengkap yaitu secara termodilusi dan analisis contour
bertujuan untuk melakukan monitoring hemodinamik pulsasi. Termodilusi menghitung pengukuran
secara non invasif atau disebut juga elektrik volumetrik dari preload dan cardiac output. PiCCO
kardiometri. Dengan menggunakan alat ICON kita memerlukan akses kateter Vena Central dan
dapat mengatahui profil dari TFC (Torachic Fluid termodilusi arteri line.
Content) yang dapat menjadi pemeriksaan penunjang Pada kasus edema paru pemeriksaan
adanya edema paru. TFC mengukur cairan extra dan dengan PiCCO dapat membantu diagnosis dengan
intravaskuler di dalam rongga thorax, sehingga dapat menghitung nilai EVLWI (Extravascular Lung Water
menjadi penunjang jika terjadi peningkatan nilai TFC Index), dimana EVLW merupakan gambaran dari
dapat menjadi pertanda dari gejala edema paru akut. jumlah air yang terdapat di dalam paru, dimana
Pada kasus edema paru didapatkan nilai dari TFC merupakan jumlah cairan di dalam intersisial,
mencapai 27 – 40 k/ohm.18 intrasel, alveolar dan cairan limfa di dalam paru.
Nilai normal dari EVLWI yaitu <7 mL/kgBB, tetapi
4. Pemeriksaan PICCO ada penelitian yang lain menyebutkan nilai EVLWI
Pemeriksaan invasif dengan alat PiCCO normal < 10 mL/kg. Nilai EVLWI ≥ 10 ml/kg dapat
(Pulse Contour Cardiac Output) dapat melakukan menjadi penunjang kuat adanya edema paru pada
pemeriksaan dari hemodinamik pada pasien. pasien yang mengeluhkan gejala klinis sesak nafas
PiCCO menggunakan kombinasi dari 2 tehnik untuk dan ada riwayat penyakit jantung sebelumnya.15

Gambar 5. Perlengkapan set PiCCO invasif CVC dan arteri line.

69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020

Manajemen dan Stabilisasi PEEP adalah barotrauma, yang insidensinya 5-15%


Strategi manajemen terapi dalam rangka dan berupa pneumomediastinum, pneumothorax,
menghadapi kasus edema paru bisa dengan strategi dan emfisema subkutaneus 12.
PALM (Peep, Albumin, Lasix dan Mechanical/HD).
1. PEEP 2. Albumin
PEEP (Positive end Expiratory Pressure) Berdasarkan hukum starling maka tekanan
mempunyai efek yang menguntungkan bagi pasien onkotik plasma yang rendah yang disebabkan karena
dengan gagal nafas yang terpasang ventilator. kadar albumin yang rendah, dapat mengakibatkan
PEEP telah terbukti menurunkan resiko terjadinya perpindahan cairan dari intravaskuler ke dalam
atelektasis dengan cara membuka alveoli yang ruang intersisiel, sehingga dapat menjadikan cairan
berpartisipasi dalam ventilasi gas. Pada kasus edema yang masuk ke dalam paru meningkat. Karena
paru penggunaan PEEP dapat memindahkan cairan perpindahan ini dapat mengakibatkan terjadinya
yang berada di dalam alveoli berpindah ke dalam edema paru karena bertambahnya cairan yang
ruang intersisiel, walaupun tidak menurunkan dari masuk ke dalam ruang intersisiel paru. Diet nutrisi
nilai EVLW. Penggunaan PEEP dengan nilai 5.8 atau albumin dapat mengurangi perpindahan cairan
10 cmH2O dengan FIO2 50%.16 dari intravaskuler yang dapat mengakibatkan
Ventilasi mekanis merupakan tatalaksana penumpukan cairan di ruang intersisiel paru.
yang dibutuhkan untuk pasien dengan edema
paru non-kardiogenik. Jika hipoksemia tidak dapat 3. Lasix
dikoreksi dengan menggunakan ventilasi mekanis, Penggunaan golongan diuretik diindikasikan
maka dapat digunakan positive end-expiratory pada pasien dengan curiga kelebihan volume
pressure atau PEEP. Pada kondisi ini PEEP yang cairan. Loop diuretik seperti furosemid dapat
digunakan adalah 5 -10 cm H20. Fungsi dari PEEP menurunkan preload, sehingga harus diberikan
adalah untuk menghindari kolaps alveolus. PEEP secara hati hati pada pasien yang cairan
juga dapat meningkatkan FRC (Fungsional Residual intravaskuler nya berkurang. Pemberian furosemid
Capacity) dan menghindari risiko dari kerusakan secara intravena menjadi pilihan dengan dosis 40
paru lanjutan. Walaupun penggunaan PEEP efektif – 80 mg. Pemberian dosis awal diberikan secara
dalam meningkatkan oksigenasi pada pasien, pelan intravena dan dapat diulang setiap 20
namun risiko komplikasi juga akan bertambah saat menit jika diperlukan. Setelah pemberian bolus,
digunakan bersama dengan alat mekanis lainnya. furosemid dapat diberikan secara infus, dengan
Penggunaan PEEP dengan tekanan yang sangat dosis 5-10 mg per jam. Penggunaan dosis tinggi dari
tinggi mungkin dapat menyebabkan komplikasi furosemid dapat memperbaiki sesak nafas, tetapi
berupa edema alveolar yang bertambah, penurunan dapat memperberat kerusakan dari fungsi ginjal.
curah jantung, dan penurunan tekanan serta aliran Di rumah sakit pemasangan kateter urin diperlukan
darah ke ginjal. Komplikasi lainnya penggunaan untuk membantu memonitor urin output. 1

Tabel 1. Dosis rekomendasi furosemide1


Cara pemberian Dosis Frekuensi

Bolus intravena pelan 4 mg/menit Diulang setiap 20 menit


jika diperlukan
– fungsi ginjal normal 40–80 mg –
– insuff Renal or gagal jantung Sampai dengan 160–200 mg –
– pasien rutin mendapat terapi Dosis intravenous awal sama dengan dosis –
furosemid maintenance oral,* titrate to response
Intravenous infusion 5–10 mg per hour continuous

70
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...

Pada saat terjadi keluhan klinis sesak nafas Tujuan manajemen dari edema paru kardiogenik
yang memberat, maka pasien harus dilakukan adalah, pertama penurunan venous return paru
stabilisasi dahulu sebelum dipindahkan di ruang (preload reduction), penurunan resistensi vascular
intensif atau dirujuk ke Rumah sakit yang memiliki sistemik (afterload reduction), dan penggunaan
fasilitas yang lengkap. Manajemen Edema Paru obat inotropik. Reduksi preload digunakan untuk
Akut diantaranya pasien diberikan suplementasi menurunkan tekanan hidrostatik kapiler paru
Oksigen 100%, dan pasien diposisikan setengah dan penurunan transudari cairan ke dalam ruang
duduk. Jika tekanan darah sistolik lebih dari 100 interstitium dan alveolus paru. Reduksi afterload
mmHg maka bisa diberikan terapi Glyceryl trinitrate digunakan untuk meningkatkan cardiac output dan
sediaan sublingual tablet setiap 5 menit, Jika curiga meningkatkan perfusi ke ginjal, sehingga dieresis
adanya kelebihan cairan diberikan Furosemid 40 mg dapat berjalan pada pasien dengan kelebihan cairan 9.
serta dimonitor dari urin output yang keluar.1 Pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri
atau pada penyakit katub jantung, kemungkinan
4. Mechanical (Hemodialisis) akan terjadi hipotensi. Pasien ini mungkin tidak
Pada pasien dengan penyakit gagal ginjal akan mengalami perbaikan dengan pengobatan
kronis terjadi gangguan dari ekskresi urin karena yang menurunkan preload dan afterload. Oleh
kerusakan fungsi dari ginjal untuk mengeluarkan karena itu, pengobatan inotropik diperlukan untuk
urin. Pasien dengan gangguan pengeluaran urin pasien ini untuk menjaga tekanan darah secara
dapat terjadi kelebihan cairan di dalam ruang adekuat. Pasien yang masih hipoksia memerlukan
intersisiel, sehingga dapat mengakibatkan suplemen oksigen serta pada pasien dengan distress
edema paru akut non kardiogenik karena terjadi pernafasan memerlukan bantuan ventilasi 9.
perpindahan cairan dari intravaskuler ke dalam
ruang alveoli paru. Penatalaksanaan dengan Nitrat
hemodialisis dapat mengurangi keluhan sesak Mekanisme aksi dari golongan nitrat adalah
nafas pada pasien dan mencegah edema paru relaksasi otot polos, sehingga menyebabkan
semakin memberat.16 venodilatasi dan menyebabkan penurunan preload
Manajemen utama pada pasien dengan edema jantung dengan dosis rendah. Dosis tinggi nitrat
paru kardiogenik termasuk didalamnya adalah menyebabkan dilatasi pembuluh arteri sehingga
resusitasi ABC (airway, breathing, dan circulation). menghasilkan, penurunan tekanan darah dan
Oksigen seharusnya diberikan pada semua pasien afterload. Bekerja spesifik pada pembuluh darah
untuk menjaga saturasi oksigen lebih dari 90%. arteri koroner jantung, dilatasi koroner menyebabkan
Penyakit yang mendasari seperti aritmia atau infark peningkatan aliran darah koroner. Sehingga dapat
miokard seharusnya diterapi dengan sesuai. Oksigen meningkatkan oksigenasi dan menurunkan beban
diberikan melalui face mask¸ CPAP, intubasi, dan kerja jantung. Pada prakter sehari hari nitrat dapat
ventilasi mekanis dapat dipilih tergantung dari keadaan diberikan secara sublingual, sedangkan di Rumah
hipoksemia dan asidosis, sertia kesadaran pasien 9. sakit dapat diberikan secara infus.1

Tabel 2. Dosis Nitrat pada edema paru1

Pemberian Dosis Frekuensi Dosis maksimal

Glyceryl trinitrate spray 400 microgram Diulang setiap 5 min 1200 microgram
Glyceryl trinitrate sublingual tablet 300–600 microgram Diulang setiap 5 min 1800 microgram
Glyceryl trinitrate intravenous 5–10 microgram setiap Diulang setiap 5 min 200 microgram setiap min
infusion* min

71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020

Nitrat dapat menyebabkan kejadian hipotensi, Diagnosis segera dari edema paru sangat penting
sehingga harus dilakukan monitoring tekanan untuk menghindari adanya komplikasi yang dapat
darah dan dipertahankan tekanan darah sistolik mengancam keselamatan dari pasien. Pasien dengan
diatas 90 mmHg. Nitrat jangan diberikan jika edema paru kardiogenik biasanya memiliki gejala
tekanan darah sistolik dibawah 90 mmHg atau klinis gagal jantung kiri. Pasien biasanya mengeluhkan
pasien memiliki penyakit stenosis aorta berat. sesak nafas yang tiba-tiba dan berat, rasa cemas, dan
Jika pasien masih konsumsi obat fosfodiesterasi perasaan seperti tenggelam. Manifestasi klinis dari
inhibitor seperti sildenafil, maka pemberian nitrat edema paru kardiogenik akut mencerminkan bukti
dikontraindikasikan. Efek samping dari pemberian adanya hipoksia dan peningkatan tonus simpatis.
golongan nitrat diantaranya nyeri kepala, takikardia, Pada pasien dengan edema paru kardiogenik, keluhan
dan bradikardi paradoksal. 1 paling sering adalah sesak nafas dan diaphoresis atau
keringat berlebihan. Sedangkan edema paru non
Morfin kardiogenik juga ditandai adanya sesak nafas yang
Morfin merupakan bagian dari terapi edema memberat, tidak disertai adanya riwayat penyakit
paru akut yang dapat mengurangi keluhan gagal jantung sebelumnya.
sesak nafas, efek ini diasumsikan karena morfin Manajemen utama pada pasien dengan
menyebabkan venodilatasi sehingga menurunkan edema paru kardiogenik termasuk didalamnya
preload dan aliran balik darah vena. Morfin juga adalah resusitasi ABC (airway, breathing, dan
menurunkan aktivitas simpatis dan mengurangi circulation), manajemen terapi dalam rangka
kecemasan yang diakibatkan keluhan sesak menghadapi kasus edema paru bisa dengan strategi
nafas. Efek samping dari penggunaan morfin PALM (Peep, Albumin, Lasix dan Mechanical/HD).
diantaranya depresi pernafasan dan sistem saraf Oksigen seharusnya diberikan pada semua pasien
pusat, mengurangi curah jantung dan hipotensi. untuk menjaga saturasi oksigen lebih dari 90%.
Penggunaan morfin dalam kasus edema paru akut Penyakit yang mendasari seperti aritmia atau infark
berhubungan dengan meningkatnya kasus pasien miokard seharusnya diterapi dengan sesuai. Oksigen
yang memerlukan bantuan ventilasi mekanik dan diberikan melalui face mask¸ CPAP, intubasi, dan
perawatan intensif. Sehingga penggunaan morfin ventilasi mekanis dapat dipilih tergantung dari
dapat menyebabkan efek bahaya terhadap pasien. keadaan hipoksemia dan asidosis, sertia kesadaran
Morfin dosis rendah 1 – 2.5 mg dapat digunakan pasien. Terapi lain dengan pemberian Venodilator
untuk memfasilitasi ventilasi non invasif tetapi perlu dengan golongan Gliceryl, diuretik golongan
monitoring pada pasien yang dilakukan sedasi.1 furosemid untuk mengurangi kelebihan cairan dan
analgesik opioid Morfin untuk menurunkan aktivitas
KESIMPULAN simpatik dan venodilator.
Edema paru akut merupakan suata keadaan
dimana terjadi akumulasi cairan yang berlebihan DAFTAR PUSTAKA
di dalam ruang instersisial dan atau di dalam 1. Megan Purvey, George Allen, 2010. Managing
alveolus dari parenkim paru. Akumulasi cairan di acute pulmonary oedema. Vol 40, page 126.
dalan alveolus dapat disebabkan karena sebab dari 2. Mayo Clinic Staff. 2011. Pulmonary Edema.
kardiogenik atau non kardiogenik. Edema paru sebab http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/
kardiogenik biasanya disebabkan karena kegagalan pulmonary-edema/basics/definition/con-
dari jantung kiri. Edema paru non kardiogenik 20022485. dilihat pada 1 Maret 2020
merupakan sindrom klinis yang muncul diantaranya 3. Staub NC: Pulmonary edema. Physiology Rev
hipoksemia berat, adanya infiltrat di alveolar kedua 54:678-811, 2004.
lapang baru pada pemeriksaan Rongten thorax dan 4. Fishman : Pulmonary disease and disorders,
tidak ada riwayat adanya gagal jantung. fourth edition, volume one, United States, 593-
617, 2008.

72
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...

5. Derrickson, B., Tortora, Gerard J., 2009. Principles 11. Perina, Debra G., 2003. Noncardiogenic
of Anatomy and Physiology. John Wilay & Sons, Pulmonary Edema. Emrg Med Clin N Am.
United States of America. 21;2003, 385-393.
6. Churchill Livingstone, 2000. Pulmonary 12. Kakauros & Stravros, 2003. Management of
Microcirculation, Pulmonary Interstitial Space, Pulmonary Edema Cardiogenik.page: 223-230
and Pulmonary Interstitial Fluid Kinetics 13. John Starko, 2015. Tintinalli’s Emergency
(Pulmonary Edema). http://web.squ.edu.om/ Medicine.
med-Lib/MED_CD/E_CDs/anesthesia/site/ 14. Todd Taylor MD, 2015. Emergency Ultrasound:
content/v02 /020519r00. htm. dilihat pada 1 Lung Assessment: Emergency Medicine 2015
Maret 2020. January;47(1): 35-36.
7. Kyle A Powers, Amit S, Dhamoon, 2019. 15. Mathieu Jozwiak, Jean Louis Teboul, 2015.
Physiology, Pulmonary, Ventilation and Extravascular Lung Water in critical care: recent
Perfusion. Last update April 6, 2019. https:// advances and clinical applications.38 (2015)
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539907/. https://annalsofintensivecare.springeropen.
8. Glaus, T., Schellenberg, S., Lang, J., 2010. com/articles/10.1186/s13613-015-0081-9
Cardiogenic and Non Cardiogenic Pulmonary 16. Allon Amital, MD, 2020. What are beneficial
Edema: Pathomechanisms and Causes. Schweiz effects of positive end expiratory pressure.
Arch Tierheilkd, 152:7, 311-317. Medscape Jurnal.
9. Sovari, A., Henry H., 2012. Cardiogenic 17. Marie Patrice, Alexandre Hertig, 2011. Acute
Pulmonary Edema Clinical Presentation. pulmonary oedema in chronic dialysis patients
http://emedicine.medscape.com/ admitted into an intensive care unit. Nephrol
article/157452-clinical. dilihat tanggal 1 Maret dial Transplant 27: 603-607.
2020. 18. Shymaa Fathy, Ahmed M Hasanin, 2020.
10. Butterworth IV JF, Mackey DC. Morgan & Thoracic fluid content: a novel parameter for
Mikhail’s Clinical Anesthesiology. Edisi ke-6. predicting failed weaning from mechanical
New York: McGraw-Hill Edication: 2018. ventilation. Journal of Intensive Care: 20 (2020).

73

Anda mungkin juga menyukai