7475-Article Text-35209-1-10-20230324
7475-Article Text-35209-1-10-20230324
T I N J AUA N P U S TA K A
ABSTRAK
Edema paru akut merupakan suatu kondisi ketika terjadi akumulasi cairan di paru paru (ruang insterstitial
dan alveoli). Cairan ini memenuhi alveolus di dalam paru-paru yang menyebabkan seseorang sulit untuk
bernafas. Penyebab tersering edema paru disebabkan oleh permasalahan jantung. Namun, akumulasi cairan
di dalam paru dapat disebabkan oleh beberapa alasan diantaranya adalah pneumonia, beberapa racun,
maupun obat-obatan.
Jumlah angka kematian selama satu tahun untuk pasien yang dirawat di rumah sakit dengan edema paru akut
mencapai 40%. Penyebab paling umum dari edema paru akut diantaranya iskemia miokard, aritmia jantung
(misalnya Fibrilasi atrium), disfungsi katup jantung dan kelebihan volume cairan. Dapat pula disebabkan
oleh penyebab lain diantaranya emboli paru, stenosis arteri renal, ketidakpatuhan terhadap pengobatan
penyakit sebelumnya serta efek samping dari obat juga dapat memicu edema paru.
Penatalaksanaan pada pasien dengan edema paru terlebih dahulu kita cari penyakit yang mendasari
terjadinya edema. Karena merupakan faktor yang sangat penting dalam pengobatan, sehingga perlu diketahui
dengan segera penyebabnya. Karena terapi spesifik tidak selalu dapat diberikan sampai penyebab diketahui,
maka pemberian terapi suportif sangatlah penting. Tujuan umum adalah mempertahankan fungsi fisiologik
dan seluler dasar. Yaitu dengan cara memperbaiki jalan napas, ventilasi yang adekuat, dan oksigenasi
ABSTRACT
Acute pulmonary edema is a condition when there is accumulation of fluid in the lungs (insterstitial space
and alveoli). This fluid fills the alveoli in the lungs which makes it difficult for someone to breathe. The most
common cause of pulmonary edema is caused by heart problems. However, the accumulation of fluid in the
lungs can be caused by several reasons including pneumonia, some poisons, or drugs.
The number of deaths for one year for patients hospitalized with acute pulmonary edema reaches 40%. The
most common causes of acute pulmonary edema include myocardial ischemia, cardiac arrhythmias (eg
atrial fibrillation), cardiac valve dysfunction and excess fluid volume. It can also be caused by other causes
including pulmonary embolism, renal artery stenosis, non-compliance with previous disease treatments and
side effects from medications can also trigger pulmonary edema.
Management in patients with pulmonary edema we first look for diseases that underlie the occurrence of
edema. Because it is a very important factor in treatment, so it needs to know the cause immediately. Because
specific therapy cannot always be given until the cause is known, supportive therapy is very important. The
general goal is to maintain basic physiological and cellular functions. Namely by improving the airway,
adequate ventilation, and oxygenation
61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020
62
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...
cairan alveolar dan berfungsi untuk menjaga dan lipoprotein. Surfaktan berfungsi menurunkan
permukaan alveolus. Salah satu cairan alveolar tekanan cairan alveolus, yang menurunkan tendensi
tersebut adalah surfaktan, yang terdiri dari fosfolipid alveolus untuk kolaps 5.
Pada dinding alveolus terdapat pula alveolar adalah membrane basement kapiler; dan lapisan
makrofag atau disebut juga sebagai sel dust, fungsi terakhir adalah endotel kapiler. Walaupun terdiri
dari alveolar makrofag ini adalah untuk memfagosit dari beberapa lapisan, ketebalan lapisan ini hanya
atau membuang partikel debu atau debris di ruang 0,5 µm sehingga difusi gas dapat terjadi. Perkiraan
alveolar. Selain itu, terdapat juga fibroblast yang jumlah alveoli di dalam paru-paru adalah sekitar 300
memproduksi reticular dan serat elastic. Pada juta alveoli 5.
bagian luar permukaan alveolus, arteriole dan
venula lobules menyatuu menjadi pembuluh darah Ruang Intersitial Paru
kapiler yang terdiri dari satu lapis sel endotel dan Kapiler darah dipisahkan dengan gas alveolar
membrane basement. Pertukaran O2 dan CO2 oleh beberapa lapisan anatomi, diantaranya adalah
antara ruang udara di paru dan pembuluh darah endotel kapiler, endotel membrane basement,
melalui proses difusi melalui dinding alveolus dan ruang interstitial, epitel membrane basement,
endotel, yang bersama disebut sebagai membrane dan epitel alveolus (tipe 1 pneumosit). Membrane
pernafasan atau respiratory membrane. Jika dimulai basement epitel dan endotel dipisahkan oleh
dari rongga udara alveolus menuju ke plasma darah, ruang yang mengandung jaringan ikat fibrosa,
membrane pernafasan terdiri dari empat lapisan. ikat elastic, fibroblast, dan makrofag. Tidak ada
Lapisan pertama adalah dinding alveolus yang terdiri sistem limfatik di ruang interstitial pada septum
dari sel alveolar tipe1, 2, dan alveolar makrofag; alveoli, kapiler limfatik pertama muncul di ruang
lapisan kedua adalah epitel membrane basement interstitial mengelilingi bronkiolus terminal, arteri,
yang berada di luar dinding alveolus; lapisan ketiga dan vena kecil 6.
63
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020
Diantara sel endotel dan epitel, terdapat lubang dari ruang interstitial alveolar ke saluran limfa oleh
atau penghubung yang memungkinkan aliran cairan mekanisme gradient tekanan, yang disebabkan
dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial, dan karena tekanan ruang interstitial yang lebih
akhirnya dari ruang interstitial menuju ruang alveolar. negative di daerah arteri besar dan brokus. Aliran
Penghubung antara sel endotel biasanya lebih besar cairan interstitial yang menuju hilum dibantu oleh
dan disebut loose, sedangkan penghubung antara perbedaan tekanan negative, katub limfatik, dan
sel epitel relative lebih kecil yang disebut tight. pulsasi arteri pulmonalis. Cairan tersebut akhirnya
Untuk mengetahui bagaimana cairan interstitial diteruskan dari limfonodi ke sirkulasi vena sentral.
paru diproduksi, disimpan, dan dibersihkan, maka Peningkatan tekanan vena sentral menurunkan
kita harus mengetahui konsepnya. Konsep pertama aliran limfa di paru-paru, yang dapat menjadi faktor
adalah ruang interstitial paru merupakan terusan edema interstitial 6.
dari ruangan di antara jaringan ikat perianteriolar Pertukaran gas di alveoli terjadi karena proses
dan peribronchial yang berlanjut menjadi ruang diffusi. Gas berpindah dari alveoli menuju pembuluh
interstitial di antara membrane basement endotel darah kapiler, gas harus bisa menembus lapisan
dan epitel di alveolus; kedua, tekanan negatifnya surfaktan dari alveoli, epitel alveoli, dan ecdotel
progresif dari distal ke proksimal6. kapiler. Berdasarkan hukum diffusi Fick’s, diffusi
Tidak ada sistem limfatik di ruang interstitial di gas yang menembus alveoli meningkat disebabkan:
septum alveolus. Kapiler limfatik mulai ada di ruang peningkatan membran permukaan, peningkatan
interstitial yang mengelilingi terminal bronkiolus dan perbedaan tekanan alveolar, peningkatan kelarutan
arteri kecil. Cairan interstitial normalnya dibuang dari gas, penurunan ketebalan membran. Pada kasus
64
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...
edema paru terjadi masalah dari diffusi gas, karena atau menarik cairan ke dalam ruang vaskuler.
adanya timbunan cairan di dalam paru meningkatkan Edema paru kardiogenik merefleksikan akumulasi
ketebalan dinding dari alveoli dan menurunkan area cairan yang berisi protein rendah di interstitium dan
dari pertukaran gas. Edema paru menyebabkan alveolus paru 9.
hipoksemia lebih besar daripada hiperkapnea Patofisiologi
karena sifat karbondioksida lebih mudah larut di Kapiler pembuluh darah paru dan gas di
dalam cairan sehingga dapat menembus alveoli dalam alveolus dipisahkan oleh membrane
selama pertukaran gas. Adanya edema mencegah kapiler-alveolar. Membran ini terbagi menjadi
udara menembus pembuluh kapiler paru, sehingga tiga lapisan, lapisan pertama adalah endotel
menyebabkan adanya perfusi tanpa ventilasi.7 kapiler; lapisan kedua adalah ruang interstitial
yang terdiri dari jaringan ikat, fibroblast, dan
KLASIFIKASI makrofag; dan lapisan terakhir adalah epitel
Edema paru menurut penyebab dan alveolus. Pertukaran cairan normalnya terjadi
perkembangannya diklasifikasikan menjadi edema diantara vascular bed dan ruang interstitium.
paru kardiogenik dan edema paru non-kardiogenik. Edema paru terjadi saat aliran cairan dari
Edema paru kardiogenik biasanya disebabkan vaskuler ke dalam ruang interstitial meningkat 9.
karena gagal jantung kiri kongestif yang akhirnya Hukum starling menentukan keseimbangan
menyebabkan peningkatan tekanan hidrostatik cairan diantara alveolus dan vascular bed.
di kapiler paru. Sedangkan edema paru non- Aliran cairan yang melintas antar membrane
kardiogenik dikatagorikan berdasarkan kondisi ditentukan oleh persamaan:
yang mendasarinya. Edema paru non-kardiogenik
diklasifikasikan menjadi tekanan rendah alveolus, Q = K (Pcap – Pis) – I (Pcap – Pis)
peningkatan permeabilitas alveolus, atau edema
neurogenik. Sebagai contoh, penyebab penurunan dimana Q adalah filtrasi cairan; K adalah
tekanan alveolus adalah karena obstruksi saluran koefisien filtrasi; Pcap adalah tekanan
nafas atas seperti paralisis laring, penyebab hidrostatik kapiler, yang cenderung untuk
peningkatan permeabilitas adalah leptospirosis dan mendorong cairan keluar; Pis adalah tekanan
ARDS, sedangkan edema neurogenik disebabkan hidrostatik cairan interstitial, yang cenderung
oleh epilepsy, trauma otak, maupun elektrolusi. untuk mendorog cairan ke kapiler; dan I adalah
Perbedaan antara kardiogenik dan non-kardiogenik koefisien refleksi, yang menunjukkan efektivitas
sangat penting dilakukan tidak hanya untuk terapi, dinding kapiler dalam mencegah filtrasi protein;
tapi juga untuk alasan prognosis 8. Pcap kedua adalah tekanan osmotic koloid
plasma, yang cenderung menarik cairan ke
Edema Paru Kardiogenik kapiler; dan Pis kedua adalah tekanan osmotic
Edema paru kardiogenik akut adalah salah koloid dalam cairan interstitial, yang menarik
satu tanda dari gagal jantung berat akut yang cairan keluar dari kepiler 10.
didefinisikan sebagai peningkatan tekanan Filtrasi cairan dapat meningkat dengan
hidrostatik kapiler paru sampai lebih dari 18 mmHg perubahan parameter dari hukum Starling
yang disebabkan dari peningkatan tekanan vena tersebut. Edema paru kardiogenik secara
paru. Dari fisiologisnya sendiri, ruang intravascular predominan terjadi karena gangguan aliran
dan ekstravaskular dipisahkan oleh barier endotel. pada atrium kiri atau karena disfungsi ventrikel
Tekanan yang berpengaruh dalam barier ini adalah kiri. Pada edem paru yang terjadi karena
tekanan hidrostatik plasma dan tekanan onkotik peningkatan tekanan kapiler paru, maka
plasma. Tekanan hidrostatik plasma berfungsi untuk tekanan kapiler parunya harus lebih tinggi
mendorong cairan ke luar jaringan. Sedangkan dibandingkan dengan tekanan koloid osmotic
tekanan onkotik plasma berfungsi untuk menjaga plasma. Tekanan kapiler paru normalnya 8 – 12
65
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020
mmHg, dan tekanan osmotic koloidnya adalah menurun, yang menyebabkan hipoksemia
28 mmHg 9. menjadi lebih berat 9.
Sistem limfa memainkan pernana penting
dalam menjaga agar cairan di paru selalu Manifestasi Klinis
seimbang dengan cara membuang cairan, Pasien dengan edema paru kardiogenik
koloid, atau liquid dari ruang interstitial dengan biasanya memiliki gejala klinis gagal jantung kiri.
kecepatan 10 – 20 mL/jam. Pada peningkatan Pasien biasanya mengeluhkan sesak nafas yang
tekanan kapiler arteri paru melebihi 18 mmHg, tiba-tiba dan berat, rasa cemas, dan perasaan
hal ini dapat meningkatkan filtrasi dari cairan seperti tenggelam. Manifestasi klinis dari
ke dalam ruang interstitium, namun kecepatan edema paru kardiogenik akut mencerminkan
pembuangan sistem limfa tidak ikut meningkat. bukti adanya hipoksia dan peningkatan tonus
Hal ini berbeda dengan peningkatan tekanan simpatis. Pada pasien dengan edema paru
atrium kiri yang kronis, dengan kecepatan kardiogenik, keluhan paling sering adalah sesak
pembuangan sistem limfe bisa sampai 200 nafas dan diaphoresis atau keringat berlebihan.
mL/jam, yang dapat memproteksi paru dari Pasien biasanya mengeluhkan dispneu
edema paru 9. saat aktifitas, ortopneu, dan paroksismal
nocturnal dispneu. Batuk adalah keluhan yang
Stadium sering dan dapat memberikan petunjuk awal
Terdapat tiga stadium pada edema paru adanya perburukan edema pada paru pasien
kardiogenik menurut prosesnya. Stadium dengan disfungsi ventrikel kiri yang kronis.
pertama atau biasa disebut sebagai stage 1 Sputum berwarna pink dan berbusa mungkin
adalah peningkatan tekanan atrium kiri yang dikeluhkan oleh pasien dengan penyakit yang
dapat menyebabkan distensi dan pembukaan parah. Kadang disertai suara serak dikarenakan
pembuluh paru kecil. Pada stadium ini, gangguan di persarafan laring karena stenosis
pertukaran gas darah tidak terganggu. Pada mitral atau hipertensi pulmonal. Nyeri
stadium kedua atau stage 2, cairan dan dada harus diwaspadai oleh dokter sebagai
koloid berpindah ke ruang interstitium paru kemungkinan untuk infark miokardial akut, atau
dari kapiler paru, namun peningkatan aliran diseksi aorta dengan regurgitasi aorta 9.
limfa dapat secara efisien membuang cairan
tersebut. Berlanjutnya filtrasi cairan yang terus- Edema Paru Non-Kardiogenik
menerus dapat membuat kapasitas drainase Edema paru non-kardiogenik adalah edema
limfatik tidak dapat mengkompensasinya lagi. yang disebabkan karena perubahan permeabilitas
Akumulasi cairan di ruang interstitium dapat dari membrane kapiler paru yang mengakibatkan
mengganggu pertukaran gas yang dapat keadaan patologis baik secara langsung maupun
menyebabkan hipoksemia. Hipoksemia pada tidak langsung. Edema paru non-kardiogenik dapat
stadium ini dapat menstimulasi terjadinya disebut juga sebagai respiratory distress syndrome.
takipneu. Takipneu dapat terjadi karena RDS yang ringan disebut sebagai acute lung injury,
stimulasi reseptor juxtapulmonary kapiler. Pada dan RDS yang berat disebut sebagai acute respiratory
stadium terakhir atau stage 3, filtrasi cairan distress syndrome. Edema paru non-kardiogenik
di ruang interstitial berlanjut yang akhirnya mempunyai karakteristik kerusakan alveolus difus
sampai memenuhi ruang tersebut (diperkirakan yang ditandai dengan peningkatan permeabilitas
500 mL cairan). Akhirnya cairan berpindah membrane kapiler alveolus dan juga akumulasi
dari ruang interstitium ke epitel alveolar, dan cairan yang kaya protein di ruang alveolus 11.
akhirnya memenuhi ruang alveolar. Pada Etiopatologi
stadium ini, abnormalitas pertukaran gas dapat Beberapa mekanisme telah diketahui
dilihat, kapasitas vital, dan volume respiratory sebagai penyebab terjadinya edema paru
66
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...
67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020
68
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...
69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020
70
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...
Pada saat terjadi keluhan klinis sesak nafas Tujuan manajemen dari edema paru kardiogenik
yang memberat, maka pasien harus dilakukan adalah, pertama penurunan venous return paru
stabilisasi dahulu sebelum dipindahkan di ruang (preload reduction), penurunan resistensi vascular
intensif atau dirujuk ke Rumah sakit yang memiliki sistemik (afterload reduction), dan penggunaan
fasilitas yang lengkap. Manajemen Edema Paru obat inotropik. Reduksi preload digunakan untuk
Akut diantaranya pasien diberikan suplementasi menurunkan tekanan hidrostatik kapiler paru
Oksigen 100%, dan pasien diposisikan setengah dan penurunan transudari cairan ke dalam ruang
duduk. Jika tekanan darah sistolik lebih dari 100 interstitium dan alveolus paru. Reduksi afterload
mmHg maka bisa diberikan terapi Glyceryl trinitrate digunakan untuk meningkatkan cardiac output dan
sediaan sublingual tablet setiap 5 menit, Jika curiga meningkatkan perfusi ke ginjal, sehingga dieresis
adanya kelebihan cairan diberikan Furosemid 40 mg dapat berjalan pada pasien dengan kelebihan cairan 9.
serta dimonitor dari urin output yang keluar.1 Pada pasien dengan disfungsi ventrikel kiri
atau pada penyakit katub jantung, kemungkinan
4. Mechanical (Hemodialisis) akan terjadi hipotensi. Pasien ini mungkin tidak
Pada pasien dengan penyakit gagal ginjal akan mengalami perbaikan dengan pengobatan
kronis terjadi gangguan dari ekskresi urin karena yang menurunkan preload dan afterload. Oleh
kerusakan fungsi dari ginjal untuk mengeluarkan karena itu, pengobatan inotropik diperlukan untuk
urin. Pasien dengan gangguan pengeluaran urin pasien ini untuk menjaga tekanan darah secara
dapat terjadi kelebihan cairan di dalam ruang adekuat. Pasien yang masih hipoksia memerlukan
intersisiel, sehingga dapat mengakibatkan suplemen oksigen serta pada pasien dengan distress
edema paru akut non kardiogenik karena terjadi pernafasan memerlukan bantuan ventilasi 9.
perpindahan cairan dari intravaskuler ke dalam
ruang alveoli paru. Penatalaksanaan dengan Nitrat
hemodialisis dapat mengurangi keluhan sesak Mekanisme aksi dari golongan nitrat adalah
nafas pada pasien dan mencegah edema paru relaksasi otot polos, sehingga menyebabkan
semakin memberat.16 venodilatasi dan menyebabkan penurunan preload
Manajemen utama pada pasien dengan edema jantung dengan dosis rendah. Dosis tinggi nitrat
paru kardiogenik termasuk didalamnya adalah menyebabkan dilatasi pembuluh arteri sehingga
resusitasi ABC (airway, breathing, dan circulation). menghasilkan, penurunan tekanan darah dan
Oksigen seharusnya diberikan pada semua pasien afterload. Bekerja spesifik pada pembuluh darah
untuk menjaga saturasi oksigen lebih dari 90%. arteri koroner jantung, dilatasi koroner menyebabkan
Penyakit yang mendasari seperti aritmia atau infark peningkatan aliran darah koroner. Sehingga dapat
miokard seharusnya diterapi dengan sesuai. Oksigen meningkatkan oksigenasi dan menurunkan beban
diberikan melalui face mask¸ CPAP, intubasi, dan kerja jantung. Pada prakter sehari hari nitrat dapat
ventilasi mekanis dapat dipilih tergantung dari keadaan diberikan secara sublingual, sedangkan di Rumah
hipoksemia dan asidosis, sertia kesadaran pasien 9. sakit dapat diberikan secara infus.1
Glyceryl trinitrate spray 400 microgram Diulang setiap 5 min 1200 microgram
Glyceryl trinitrate sublingual tablet 300–600 microgram Diulang setiap 5 min 1800 microgram
Glyceryl trinitrate intravenous 5–10 microgram setiap Diulang setiap 5 min 200 microgram setiap min
infusion* min
71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 7 Nomor 3, Agustus 2020
Nitrat dapat menyebabkan kejadian hipotensi, Diagnosis segera dari edema paru sangat penting
sehingga harus dilakukan monitoring tekanan untuk menghindari adanya komplikasi yang dapat
darah dan dipertahankan tekanan darah sistolik mengancam keselamatan dari pasien. Pasien dengan
diatas 90 mmHg. Nitrat jangan diberikan jika edema paru kardiogenik biasanya memiliki gejala
tekanan darah sistolik dibawah 90 mmHg atau klinis gagal jantung kiri. Pasien biasanya mengeluhkan
pasien memiliki penyakit stenosis aorta berat. sesak nafas yang tiba-tiba dan berat, rasa cemas, dan
Jika pasien masih konsumsi obat fosfodiesterasi perasaan seperti tenggelam. Manifestasi klinis dari
inhibitor seperti sildenafil, maka pemberian nitrat edema paru kardiogenik akut mencerminkan bukti
dikontraindikasikan. Efek samping dari pemberian adanya hipoksia dan peningkatan tonus simpatis.
golongan nitrat diantaranya nyeri kepala, takikardia, Pada pasien dengan edema paru kardiogenik, keluhan
dan bradikardi paradoksal. 1 paling sering adalah sesak nafas dan diaphoresis atau
keringat berlebihan. Sedangkan edema paru non
Morfin kardiogenik juga ditandai adanya sesak nafas yang
Morfin merupakan bagian dari terapi edema memberat, tidak disertai adanya riwayat penyakit
paru akut yang dapat mengurangi keluhan gagal jantung sebelumnya.
sesak nafas, efek ini diasumsikan karena morfin Manajemen utama pada pasien dengan
menyebabkan venodilatasi sehingga menurunkan edema paru kardiogenik termasuk didalamnya
preload dan aliran balik darah vena. Morfin juga adalah resusitasi ABC (airway, breathing, dan
menurunkan aktivitas simpatis dan mengurangi circulation), manajemen terapi dalam rangka
kecemasan yang diakibatkan keluhan sesak menghadapi kasus edema paru bisa dengan strategi
nafas. Efek samping dari penggunaan morfin PALM (Peep, Albumin, Lasix dan Mechanical/HD).
diantaranya depresi pernafasan dan sistem saraf Oksigen seharusnya diberikan pada semua pasien
pusat, mengurangi curah jantung dan hipotensi. untuk menjaga saturasi oksigen lebih dari 90%.
Penggunaan morfin dalam kasus edema paru akut Penyakit yang mendasari seperti aritmia atau infark
berhubungan dengan meningkatnya kasus pasien miokard seharusnya diterapi dengan sesuai. Oksigen
yang memerlukan bantuan ventilasi mekanik dan diberikan melalui face mask¸ CPAP, intubasi, dan
perawatan intensif. Sehingga penggunaan morfin ventilasi mekanis dapat dipilih tergantung dari
dapat menyebabkan efek bahaya terhadap pasien. keadaan hipoksemia dan asidosis, sertia kesadaran
Morfin dosis rendah 1 – 2.5 mg dapat digunakan pasien. Terapi lain dengan pemberian Venodilator
untuk memfasilitasi ventilasi non invasif tetapi perlu dengan golongan Gliceryl, diuretik golongan
monitoring pada pasien yang dilakukan sedasi.1 furosemid untuk mengurangi kelebihan cairan dan
analgesik opioid Morfin untuk menurunkan aktivitas
KESIMPULAN simpatik dan venodilator.
Edema paru akut merupakan suata keadaan
dimana terjadi akumulasi cairan yang berlebihan DAFTAR PUSTAKA
di dalam ruang instersisial dan atau di dalam 1. Megan Purvey, George Allen, 2010. Managing
alveolus dari parenkim paru. Akumulasi cairan di acute pulmonary oedema. Vol 40, page 126.
dalan alveolus dapat disebabkan karena sebab dari 2. Mayo Clinic Staff. 2011. Pulmonary Edema.
kardiogenik atau non kardiogenik. Edema paru sebab http://www.mayoclinic.org/diseases-conditions/
kardiogenik biasanya disebabkan karena kegagalan pulmonary-edema/basics/definition/con-
dari jantung kiri. Edema paru non kardiogenik 20022485. dilihat pada 1 Maret 2020
merupakan sindrom klinis yang muncul diantaranya 3. Staub NC: Pulmonary edema. Physiology Rev
hipoksemia berat, adanya infiltrat di alveolar kedua 54:678-811, 2004.
lapang baru pada pemeriksaan Rongten thorax dan 4. Fishman : Pulmonary disease and disorders,
tidak ada riwayat adanya gagal jantung. fourth edition, volume one, United States, 593-
617, 2008.
72
Manajemen dan Stabilisasi Pasien ...
5. Derrickson, B., Tortora, Gerard J., 2009. Principles 11. Perina, Debra G., 2003. Noncardiogenic
of Anatomy and Physiology. John Wilay & Sons, Pulmonary Edema. Emrg Med Clin N Am.
United States of America. 21;2003, 385-393.
6. Churchill Livingstone, 2000. Pulmonary 12. Kakauros & Stravros, 2003. Management of
Microcirculation, Pulmonary Interstitial Space, Pulmonary Edema Cardiogenik.page: 223-230
and Pulmonary Interstitial Fluid Kinetics 13. John Starko, 2015. Tintinalli’s Emergency
(Pulmonary Edema). http://web.squ.edu.om/ Medicine.
med-Lib/MED_CD/E_CDs/anesthesia/site/ 14. Todd Taylor MD, 2015. Emergency Ultrasound:
content/v02 /020519r00. htm. dilihat pada 1 Lung Assessment: Emergency Medicine 2015
Maret 2020. January;47(1): 35-36.
7. Kyle A Powers, Amit S, Dhamoon, 2019. 15. Mathieu Jozwiak, Jean Louis Teboul, 2015.
Physiology, Pulmonary, Ventilation and Extravascular Lung Water in critical care: recent
Perfusion. Last update April 6, 2019. https:// advances and clinical applications.38 (2015)
www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK539907/. https://annalsofintensivecare.springeropen.
8. Glaus, T., Schellenberg, S., Lang, J., 2010. com/articles/10.1186/s13613-015-0081-9
Cardiogenic and Non Cardiogenic Pulmonary 16. Allon Amital, MD, 2020. What are beneficial
Edema: Pathomechanisms and Causes. Schweiz effects of positive end expiratory pressure.
Arch Tierheilkd, 152:7, 311-317. Medscape Jurnal.
9. Sovari, A., Henry H., 2012. Cardiogenic 17. Marie Patrice, Alexandre Hertig, 2011. Acute
Pulmonary Edema Clinical Presentation. pulmonary oedema in chronic dialysis patients
http://emedicine.medscape.com/ admitted into an intensive care unit. Nephrol
article/157452-clinical. dilihat tanggal 1 Maret dial Transplant 27: 603-607.
2020. 18. Shymaa Fathy, Ahmed M Hasanin, 2020.
10. Butterworth IV JF, Mackey DC. Morgan & Thoracic fluid content: a novel parameter for
Mikhail’s Clinical Anesthesiology. Edisi ke-6. predicting failed weaning from mechanical
New York: McGraw-Hill Edication: 2018. ventilation. Journal of Intensive Care: 20 (2020).
73