Cahaya Romadhon
Cahaya Romadhon
Bulan Ramadhan menjadi bulan istimewa karena memiliki keutamaan atau fadhilah
yang tidak dimiliki oleh bulan lain. Di antara keutamaan bulan Ramadhan seperti
yang dijelaskan oleh para ulama adalah:
Pertama, Ramadhan sebagai bulan tobat. Ibnu Qayyim dalam Madarij al-Salikin
menegaskan pentingnya bulan Ramadhan untuk memperbanyak istighfar.
Ramadhan adalah waktu di mana doa-doa dikabulkan oleh Allah SWT (Ibnu Qayyim
Al-Jauziyah, Madarij Al-Salikin, Jilid 1, hal. 206).
Imam Al-Nawawi menyebutkan bahwa tobat dilakukan dengan tiga tahapan: (i)
berjanji tidak lagi melakukan maksiat, (ii) menyesal atas dosa yang diperbuat (iii)
berniat dengan sungguh-sungguh untuk tidak mengulangi lagi. (Al-Nawawi, Riyadh
Al-Shalihin, hal. 24).
Kedua, Ramadhan adalah jalan menuju surga. Hadis yang diriwayatkan oleh Al-
Syaikhani dari Sahal bin Sa’ad, menjelaskan bahwa di surga ada sebuah pintu yang
dinamakan Al-Rayyan.
Kelak di hari kiamat, yang diizinkan untuk melewati pintu khusus itu hanya mereka
yang berpuasa pada bulan Ramadhan. (H. Al-Bukhari: 1904 dan Muslim: 163).
Selain hadis tersebut, terdapat beberapa hadis yang menjelaskan puasa bulan
Ramadhan sebagai pelindung dari api neraka.
Imam al-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah meriwayatkan, Rasulullah SAW
bersabda: Ada 3 orang yang doanya tidak akan ditolak: (i) seorang yang sedang
berpuasa sampai ia berbuka, (ii) seorang pemimpin yang adil dan (iii) seorang yang
terdzalimi.
Hadis lain menyebutkan bahwa waktu mustajab adalah saat berbuka puasa juga di
malam hari; di tengah malam atau sepanjang malam. Hadis-hadis tersebut
memberikan penegasan bahwa waktu kapan pun di bulan Ramadhan adalah waktu
mustajab untuk dikabulkannya doa-doa.
Keenam, Ramadhan adalah bulan Iktikaf. Iktikaf bertujuan untuk mendekatkan diri
kepada Allah, dengan meninggalkan fenomena kenikmatan duniawi. Ia juga
merupakan usaha untuk mengosongkan hati dan pikirannya hanya untuk Allah SWT,
dan upaya meninggalkan hal-hal yang bersifat duniawi untuk mencapai
kebersamaan dengan Allah SWT.
Dalam kitab Zad Al-Ma’ad dijelaskan bahwa target iktikaf di bulan Ramadhan adalah
mendekatkan diri kepada Allah, menjauhkan diri dari urusan dan kesibukan duniawi
dan mengerahkan jiwa dan pikiran hanya kepada Allah SWT. (Ibnu Qayyim Al-
Jauziyah, Zad Al-Ma’ad fi Hadyi Khairi Al-Ibad, Jilid 2, hal. 87).
Selain itu, puasa Ramadhan menjadi sarana menjauhkan diri dari tindakan tidak
terpuji: pengendalian diri dan kontrol terhadap hawa nafsu. Ramadhan juga menjadi
sarana untuk mencapai ihsan: derajat tertinggi dari agama Islam, sebuah hubungan
personal antara hamba dengan Sang Pencipta. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyyah, Zad Al-
Ma’ad, Jilid. 2, hal. 92).
Kedelapan, Ramadhan adalah bulan kebaikan kepada kaum duafa. Rasa lapar
dan dahaga ketika berpuasa akan menumbuhkan rasa empati kepada fakir miskin
dan kaum duafa. Empati tersebut kemudian mendorongnya untuk membantu
mereka yang tidak mampu.
Perang Badar, penaklukan kota Mekah, penaklukan kota Andalusia terjadi di bulan
Ramadhan. (Abdurrahman Al-Hajji, Al-Tarikh Al-Andalusi, hal. 43). Selain perang
dalam bentuk fisik, puasa bulan Ramadhan juga diharapkan dapat memberikan
kemenangan dari perang melawan hawa nafsu.
Diantaranya perang melawan riya (gemar pamer), perang melawan godaan syaitan,
perang melawan hawa nafsu, perang melawan rasa kikir, perang melawan rasa
acuh dan perang melawan segala penyakit hati. Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa
makanan dan minuman adalah sumber hawa nafsu. Makanan dan minuman juga
merupakan sumber tumbuhnya darah.
Jika seseorang banyak makan dan minum, maka darahnya akan semakin banyak,
pun demikian dengan hawa nafsunya. Sebaliknya puasa dapat memperkecil hawa
nafsu dan mempersempit aliran darah. Sehingga jiwa orang yang berpuasa akan
lebih dominan menuju kebaikan. (Ibnu Taimiyah, Majmu Al-Fatawa, Jilid. 25, hal.
246).