Anda di halaman 1dari 10

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan berkat, rahmat,
serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan sebuah buku yang berjudul
“Memaknai Majas Sindiran”. Buku ini disusun dalam rangka memenuhi tugas
mata kuliah Bahasa Indonesia.
Saya juga mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan, mulai dari proses penulisan hingga proses pencetakan.
Terima kasih saya ucapkan kepada :
1. Bapak, Ibu, dan Kakak saya yang telah memberikan doa, dorongan, dan
semangat selama menyelesaikan penulisan buki ini.
2. Ibu Dra. Wiwi Prastiwinarti, M.M. selaku ketua jurusan Teknik Grafika
dan Penerbitan, program studi Penerbitan.
3. Ibu Dra. Maida Turnip, M.Hum. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Bahasa Indonesia.
Dalam buku ini, tertulis mengenai makna majas sindiran, serta berisikan
tentang segelintir kisah unik dan menarik yang dialami oleh penulis. Materi
yang disampaikan terbilang relevan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia, yang
bisa menjadi alternatif pegangan bagi mahasiswa dan dosen terkait.
Saya menyadari sepenuhnya penulisan dan penyusunan buku ini masih
jauh dari kata sempurna ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik
dan saran yang membangun sangat saya harapkan. Kritik dan saran sekecil apapun
akan saya perhatikan dan pertimbangkan guna penyempurnaan pembuatan buku
selanjutnya.
Demikian buku ini saya buat dengan harapan agar pembaca dapat
memahami informasi dan juga menambah wawasan baru mengenai apa yang
saya tulis, semoga dapat bermanfaat bagi masyarakat luas. Terima kasih.
SEJARAH EJAAN BAHASA INDONESIA

Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan Van


Ophuijsen. Setelahnya, ada beberapa pembaruan ejaan yang diubah oleh
pemerintah, mulai dari Ejaan Republik atau Ejaan Soewandi, Ejaan Pembaharuan,
Ejaan Melindo, Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kasusastraan (LBK), Ejaan yang
Disempurnakan (EyD), hingga Ejaan Bahasa Indonesia (EBI). Nah, untuk
mengetahui ciri khas masing-masing ejaan dan tahun penetapannya, simak ulasan
sejarah ejaan Bahasa Indonesia dan perkembangannya berikut ini.
1. Ejaan Van Ophuijsen (1901-1947)
Sejarah ejaan Bahasa Indonesia diawali dengan ditetapkannya Ejaan van
Ophuijsen pada 1901. Ejaan ini menggunakan huruf Latin dan sistem ejaan
Bahasa Belanda yang diciptakan oleh Charles A van Ophuijsen. Ejaan van
Ophuijsen berlaku sampai dengan tahun 1947.
2. Ejaan Republik/Ejaan Soewandi (1947-1956)
Ejaan Republik berlaku sejak tanggal 17 Maret 1947 Pemerintah
berkeinginan untuk menyempurnakan Ejaan van Ophuijsen. Adapun hal
tersebut dibicarakan dalam Kongres Bahasa Indonesia 1, pada tahun 1938 di
Solo Kongres Bahasa Indonesia I menghasilkan ketentuan ejaan baru yang
disebut Ejaan Republik/Ejaan Soewandi.
3. Ejaan Pembaharuan (1956-1961)
Kongres Bahasa Indonesia II digelar pada tahun 1954 di Medan Kongres Ini
digagas oleh Menteri Mohammad Yamin. Dalam Kongres Bahasa Indonesia
II inl. peserta kongres membicarakan tentang perubahan sistem ejaan untuk
menyempurnakan ejaan Soewandi.
4. Ejaan Melindo (1961-1967)
Ejaan ini dikenal pada akhir 1959 dalam Perjanjian Persahabatan Indonesia
dan Malaysia. Pembaruan ini dilakukan karena adanya beberapa kosakata
yang menyulitkan penulisannya. Akan tetapi, rencana peresmian ejaan
bersama tersebut gagal karena adanya konfrontasi Indonesia dengan
Malaysia pada 1962.
5. Ejaan Baru/Lembaga Bahasa dan Kesusastraan (LBK) (1967-1972)
Pada 1967, Lembaga Bahasa dan Kesusastraan yang sekarang bernama
Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa mengeluarkan Ejaan Baru
Pembaharuan Ejaan ini merupakan kelanjutan dari Ejaan Melindo yang
gagal diresmikan saat itu.
6. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972-2015)
Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan berlaku sejak 23 Mei 1972
hingga 2015 pada masa menteri Mashuri Saleh. Ejaan ini menggantikan
Ejaan Soewandi yang berlaku sebelumnya. Ejaan Bahasa Indonesia yang
Disempurnakan ini mengalami dua kali perbaikan yaitu pada 1987 dan
2009.
7. Ejaan Bahasa Indonesia (2015 sekarang)
Pemerintah terus mengupayakan pembenahan terhadap Ejaan Bahasa
Indonesia melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Indonesia.
Pasalnya, pemerintah meyakini bahwa ejaan merupakan salah satu aspek
penting dalam pemakaian Bahasa Indonesia yang benar.
SEJARAH LOGO MASKER DAN PERUSAHAAN

Masker, ialah kain atau bahan yang menutupi mulut dan hidung dengan
menggunakan tali diikat di telinga agar tidak mudah lepas. Masker ini merupakan
salah satu fashion yang sempat melekat dengan kita. Apalagi pada saat maraknya
mabah covid-19. Mengenakan masker adalah salah satu bentuk ikhtiar dalam
mengantisipasi penyebaran wabah Covid-19 pada saat itu untuk pencegahan
penyebaran virus Covid-19.
Bermasker dalam konteks wabah bisa meminimalisir tertularnya virus,
maka masker dalam hal ini memilki manfaat agar mulut dan hidung kita terhindar
dari berbagai zat dan minuman yang memabukkan. Masker memiliki inspirasi
makna agar mulut dijadikan sarana untuk senantiasa bersyukur melalui kata-kata
pujian dan menampakkan berbagai nikmat yang telah dianugerahkan kepada kita
Masker mampu meminimalisir ucapan yang buruk. Ucapan buruk bagaikan
virus yang bisa mencelakai bahkan membunuh siapa saja. Hal ini senada dengan
kata-kata bijak bahwa "Keselamatan manusia bergantung dengan menjaga
lisannya". Masker juga mampu menyaring setiap kata yang keluar dari mulut kita.
Ada kata-kata bijak "berbicaralah dengan kata mulia atau hendaknya diam".
Masker mencegah ucapan yang menyakiti dan merugikan diri dan orang
lain. Bermasker berarti kita berikhtiar mencegah kata-kata yang tidak mengandung
kebohongan, hoaks, dan ujaran kebencian.
Dengan bermasker kita bisa mengambil inspirasi supaya terjaga dari berbagai
macam virus, selamat dari bahaya berbagai jenis yang memabukkan, dan tercegah
dari kata-kata yang mengandung kebohongan, hoaks, dan ujaran kebencian.
MEMAKNAI MAJAS SINDIRAN

Majas sindiran adalah sebuah gaya bahasa yang bertujuan untuk


mengungkapkan sebuah sindiran atau kritik yang ditujukan kepada seseorang, hal,
maupun objek. Sindiran yang disampaikan bisa dalam bentuk halus maupun kasar.

1. Ironi
adalah gaya bahasa untuk menyatakan suatu maksud menggunakan kata-
kata yang berlainan atau bertolak belakang dengan maksud tersebut
Contoh :
A. Rapi sekali kamarmu sampai-sampai tidak satu pun sudut ruangan
yang tidak ditutupi sampah kertas.
B. Bagus benar kinerja aparat pemerintahan sekarang ini, sehingga
jumlah pengangguran dan angka kemiskinan semakin meningkat.
C. Lengkap sekali isi laporanmu, sampai-sampai kami tidak dapat
menangkap inti permasalahannya.
D. Besar sekali rumahmu. Sekali buka pintu langsung masuk ke ruang
belakang.

2. Sarkasme,
adalah gaya bahasa yang berisi sindiran yang kasar.
Contoh :
A. Mulutmu harimaumu.
B. Aku tidak sudi kalau harus tinggal di rumahmu yang lebih mrip
kandang domba itu.
C. Anda makan sangat rakus, selera makan saya jadi hilang.
3. Sinisme,
adalah sindiran yang berbentuk kesangsian cerita mengandung ejekan
terhadap keikhlasan dan ketulusan hati.
Contoh :
1. Sudah, hentikan bujuk rayumu karena hanya membuatku semakin
sakit.
2. Memang Anda adalah seorang gadis yang tercantik di seantero jagad
ini yang mampu menghancurkan seluruh isi jagad ini. "Diksi dan
Gaya Bahasa", Gorys Keraf).
3. Peranannya di perusahaan itu sangat besar sehingga tak ada satupun
tangannya.
4. Kecepatannya dalam mengambil suatu keputusan terkadang sering
membingungkan anak buahnya

4. Antifrasis
adalah gaya bahasa ironi dengan kata atau kelompok kata yang maknanya
berlawanan.
Contoh :
1. "Awas, si Bule datang", saat Ido yang berkulit hitam mendekati
mereka.
2. "Ha ha si Kurus bingung mencari ukuran baju untuk menutupi
perutnya yang buncit itu."
3. "Lihat si cebol hendak mengambil bola di atas lemari itu!"
5. Inuendo
adalah sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Contoh:
A. la menjadi juragan tanah di daerah itu berkat kelihaiannya bermain
mata dengan penguasa.
B. Pemuda itu berhasil menduduki jabatan penting berkat jasa ayahnya.
yang duduk di dewan komisaris.
C. Pejabat daerah itu sudah terlepas dari berbagai beban masalah hukum
karena mempunyai hubungan yang sangat baik dengan beberapa
oknum penegak hukum.
MENGARANG BEBAS
MENULIS ADALAH CARAKU MENGEKSPRESIKAN DIRIKU
PERIBAHASA MENGENAI “EMPAT MATA”

Arti empat mata sebenarnya berawal dari ungkapan "bicara empat mata".
Bicara empat mata adalah kegiatan pembicaraan rahasia atau sangat penting antara
dua orang saja. Biasanya memisahkan diri dari sekelompok orang untuk menjamin
kerahasiaan topik, tidak untuk di dengarkan oleh orang lain.
Bisa juga berasal dari kondisi fisik pertemuan itu, artinya hanya terjadi
antara dua orang (yang masing-masing punya dua mata), face to face. Dan ini
bukan hal biasa saja, bicara empat mata menyiratkan adanya perjanjian bahwa
hanya berdua saja yang tahu, bukan konsumsi publik atau disampaikan kepada
orang lain, paling tidak untuk saat itu. Singkatnya bicara empat mata adalah
pembicaraan rahasia di antara dua orang.

Anda mungkin juga menyukai