Anda di halaman 1dari 10

Studi Kasus PT.

Arwana Citra Mulia


Untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Bisnis

Oleh Kelompok 8 dan 9


1. Sophie Pranoto 23.D3.0001
2. Dinda Sekar Wangi 23.D3.0017
3. Katarina Ajeng Sari 23.D3.0028
4. Adi Sunardi 23.D3.0011
5. Sr. M. Carola Sugiyanti OSF 23.D3.0014

Fakultas Ekonomi dan Bisnis


Program Studi Manajemen
Universitas Katolik Soegijapranata
2023
PT. Arwana Citra Mulia :
“Menuju Produsen Keramik Kelas Dunia dengan Strategi Low Cost Manufacturing”

Pasar modal Indonesia khususnya PT. Arwana Citra Mulia (Arwana) atau ticker ARNA
mengalami kenaikan harga saham yang pesat, yakni :
1. Akhir November 2012 menuju level Rp 1.400 (dari Rp 440 pada awal 2012).
2. Tahun 2011 mencetak laba bersih Rp 94 M (naik 11% dari tahun 2010).
3. Tahun 2011 mencapai Return On Equity (ROE) sebesar 20% (naik 1% dari tahun
2010).

Gambar 1. Grafik Pergerakan Harga Saham Perusahaan Keramik di Indonesia


(20016-2012)

Kemampuan perusahaan untuk menciptakan skema produksi yang berkesinambungan


merupakan salah satu kunci utama manajemen meningkatkan performa perusahaan. Strategi
efisiensi produksi yang ditempuh perusahaan berhasil menurunkan biaya produksi keramik
dan berdampak pada naiknya angka pendapatan bersih perusahaan. Tahun 2012 Arwana
sebagai produsen keramik dengan biaya produksi termurah di Asia.
A. Profil PT. Arwana Citra Mulia
PT. Arwana adalah perusahaan manufaktur yang bergerak di industri keramik, yang
berdiri tahun 1993 dan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak tahun 2001. Arwana
dipimpin oleh Tandean Rustandy dengan visi “menjadi perusahaan keramik terbaik, yang
mengedepankan inovasi dan kreatifitas serta dapat berkontribusi bagi pembangunan sosial
dan Indonesia”.
Perusahaan sangat mengedepankan strategi efisiensi dan inovasi dalam aspek
operasionalnya, sehingga mampu menciptakan produk keramik yang berkualitas dengan
harga terjangkau. Arwana memiliki 2 tipe produk :
1. Arwana Ceramic Tiles, untuk konsumen menengah ke bawah. Ada 5 ukuran (mulai
dari 20x20 cm, 20x35 cm sampai 40x40 cm) dan 8 motif (marble, plain, granity,
strata, rustic, embossed, wood fancy, fancy decoration). Segmen ini menjadi fokus
perusahaan karena untuk menyediakan produk yang berkualitas dengan harga
terjangkau.
2. UNO, untuk konsumen menengah. Tersedia ukuran 25x40 cm dan 40x40 cm dengan
desain khusus warna hijau untuk menunjukkan green manufacturing perusahaan.
Hasil produksi Arwana memiliki sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI) dari
Badan SNI BSNI) dan sertifikasi produksi ramah lingkungan dari Standard and Industrial
Research Institute of Malaysia (SIRIM). Area pemasarannya di Jawa, Sumatera dan
Kalimantan.

B. Menakari Industri Keramik di Indonesia


Sampai dengan November 2012 tercatat ada 95 perusahaan keramik Indonesia dan 4
diantaranya telah melantai di BEI (go public) yakni Arwana, Intikeramik, Keramika dan
Mulia. Industri keramik memainkan peran yang cukup penting terhadap pertumbuhan
ekonomi Indonesia, sehingga pada tahun 2011 bisa menyumbang 3% terhadap GDP
Indonesia.
Tabel 1. Jumlah Output Industri Keramik (2006-2010)
Pertumbuhan industri keramik memiliki kaitan erat dengan perkembangan pasar
perumahan di Indonesia. Arwana berada dalam posisi yang diuntungkan, karena
segmennya berfokus pada kelas menengah ke bawah, yang berarti akan semakin besar
potensi pemasukan di tahun mendatang. Namun peluang ini terancam, tidak sebesar yang
diperkirakan; mengingat adanya regulasi baru dari Bank Indonesia (BI) tentang uang muka
Kredit Pemilikan Rumah (KPR) yang naik menjadi 30%.

Gambar 2. Kapasitas Produksi Keramik per Perusahaan di Indonesia (2011)

C. Inovasi Strategi Operasi Perusahaan


Salah satu keunggulan bersaing Arwana adalah strategi operasionalnya yang
menekankan efisiensi produksi, yang tercermin pada misi perusahaan untuk memproduksi
keramik yang berkualitas dengan harga terjangkau. Tahun 2011 perusahaan membukukan
marjin laba kotor sebesar 31% dan marjin laba bersih 10%.
Gambar 3. Grafik Pergerakan Marjin Laba Bersih (2006-2012)
Tahun 2011 perusahaan dapat menjaga pertumbuhan biaya operasional pada rate 13%
dan marjin laba operasionalnya meningkat dari tahun 2007 – 2011.

Gambar 4. Grafik Biaya Operasional PT. Arwana Citra Mulia (2007-2011)

Dengan mengimplementasikan strategi efisiensi ini, perusahaan mampu menjaga agar


harga jual tetap tergjaga di level $2. Hal ini berkontribusi besar terhadap kenaikan
penjualan perusahaan selama periode tahun 2007 - 2011.
Tabel 2. Kapasitas Produksi dan Utilitas Produksi PT. Arwana Citra Mulia (2006-20011)

Perusahaan menggunakan bahan baku lokal, yang berarti berimplikasi kepada


rendahnya biaya transportasi untuk memperolah bahan baku tersebut, selain itu perusahaan
juga menghemat biaya transportasi dengan menambah jumlah kapasitas gudang distributor.
Untuk meningkatkan efisiensi, perusahaan menerapkan strategi zero waste
manufacturing. Dengan metode operasi ini, perusahaan mancoba meminimalkan product
defect dan limbah yang keluar. Perusahaan berhasil maraih sertifikasi ISO 14001:2004
kategori system management lingkungan untuk plant II yang berlokasi di Serang.
Perusahaan juga berhasil memperoleh Green Industry Award tahun 2011 dari Presiden
Republik Indonesia.
Untuk dapat memenangkan persaingan di pasar, perusahaan mencanangkan beberapa
strategi pemasaran sebagai berikut :
1. Menciptakan produk yang bersifat Market Oriented;
2. Menjamin ketersediaan produk di pasaran;
3. Mempercepat distribusi keramik ke Outlet;
4. Menetapkan harga yang sesuai dengan segmen konsumen;
5. Meningkatkan prasarana penunjang untuk memperluas area pemasaran;
6. Mengadakan sistem perlindungan konsumen.
Perusahaan juga memiliki beberapa fokus dalam pengelolaan risiko :
a. Pasar, yang meliputi pengendalian dan mitigasi risiko suku bunga dan mitigasi
risiko nilai tukar, mitigasi risiko inflasi dan mitigasi risiko nilai produk;
b. Lingkungan;
c. Energi;
d. Produk;
e. Teknologi;
f. Sumber daya manusia.

D. Converting Strategy to Financial Performance


Pemilihan strategi yang baik, selain bertujuan untuk mendorong efektifitas dan
efisiensi mengefektifkan strategi operasional bisnis, juga meningkatkan profitabilitas
perusahaan. Semakin tinggi efisiensi perusahaan dalam menghemat biaya, akan semakin
tinggi profitabilitas perusahaan.

Gambar 5. Grafik Penjualan dan Pertumbuhan Biaya Oeprasional PT. Arwana Citra Mulia
(2007-2011)

Dibandingkan dengan perusahaan dalam satu industry, PT. Arwana memiliki


performa yang relatif lebih baik dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011 berhasil
membukukan laba bersih sebesar 94 Milyar, meningkat 11% dari tahun sebelumnya. Ini
akibat dari berhasilnya perusahaan menurunkan biaya operasional. PT Arwana memiliki
rasio harga pokok penjualan (HPP) per penjualan yang relatif lebih rendah dibandingkan
perusahaan lain :
Tabel 3. Rasio Harga Pokok Penjualan terhadap Penjualan per Perusahaan

Performa perusahaan juga terlihat dari peningkatan ROE dan ROA setiap tahun
seperti terlihat pada gambar di bawah ini :

Gambar 6. Grafik Return ROA dan ROE PT. Arwana Citra Mulia (2007-2011)

E. Tantangan ke Depan
Di tahun-tahun ke depan, banyak tantangan yang harus dihadapi PT. Arwana :
1. Perusahaan Gas Negara berencana menaikkan harga gas sebesar 50%. Kenaikan
harga gas ini dinilai cukup berpengaruh pada industri keramik yang pada umumnya
menggunakan bahan bakar gas, karena akan berpengaruh pada biaya produksi
perusahaan.
2. Aturan Bank Indonesia berkenaan dengan kenaikan downpayment (DP) rumah
sebesar 30%, menurut Persatuan Perusahaan Real Estate Indonesia, regulasi ini akan
berdampak pada penurunan permintaan rumah sebesar 10% - 20%, diperkirakan
cukup berpengaruh pada industri keramik dengan sedikitnya penawaran keramik
untuk perumahan.
3. Aktifitas serikat buruh Indonesia, dari kacamata investor dinilai dapat menggangu
stabilitas produksi di Indonesia, dengan banyaknya aksi mogok kerja ketika tuntutan
mereka tidak terpenuhi.
Selain tantangan-tantangan yang dihadapi secara internal dan domestik, juga terdapat
tantangan yang muncul secara regional dan internasional. Ke depan dengan berlakunya
Asean Economic Community, diperkirakan akan semakin banyak perusahaan yang ekspansi
ke seluruh ASEAN, termasuk ke Indonesia. Saat ini produsen keramik terbesar di dunia
dipegang oleh Siam Ceramic perusahaan dari Thailand dengan kapasitas produksi sebesar
124 m2.
Untuk regional ASEAN, posisi kedua diduduki oleh Prime Group dari Vietnam, PT.
Arwana sendiri menduduki pada posisi keempat, setelah Muria Group di peringkat ketiga.

Tabel 4. Aktivitas Operasi dari 4 Perusahaan Terbesar Keramik di ASEAN (2011)

Anda mungkin juga menyukai