Anda di halaman 1dari 8

KLIPING

MUSEUM LAMPUNG

Disusun Oleh :
Nama : Alfan Al-Furqon
NISN : 0103759379
Kelas : 8 E

SMP NEGERI 6 TERBANGGI BESAR


2023
Museum Negeri Lampung Ruwai Jurai
Dilansir dari Wikipedia, Museum Lampung
adalah museum yang terletak di Kota Bandar
Lampung, Provinsi Lampung. Beralamat di
Jalan ZA Pagar Alam No. 64 Bandar Lampung.
Museum ini merupakan museum pertama dan
terbesar di Provinsi Lampung dan merupakan
kebanggaan pemerintah Provinsi Lampung.
Letak museum ini sangat strategis sebab tak
jauh dari pusat Kota Bandar Lampung, yakni
30 menit perjalanan.

Source: Instagram museumlampung_ruwajurai

Pembangunan Museum Lampung telah di


mulai tahun 1975 dan peletakan batu pertama dilaksanakan tahun 1978. Akan tetapi,
peresmiannya baru dilaksanakan pada 24 September 1988 dan diresmikan oleh Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan, Fuad Hassan. Peresmian tersebut bertepatan dengan peringatan
Hari Aksara Internasional yang dipusatkan di PKOR Way Halim.
Sang Bumi yang diabadikan sebagai nama museum ini diambil dari tulisan Sang Bumi Ruwa Jurai
dalam logo resmi Provinsi Lampung dan di resmikan pada taanggal 1 April 1990. Memasuki era
otonoi daerah, museum ini beralih status menjadi UPTD di bawah Dinas Pendidikan Provinsi
Lampung.

Koleksi Museum Negeri Lampung Ruwa Jurai


Dilansir dari goodnewsfromindonesia.id, Museum Negeri Provinsi Lampung menyimpan koleksi
benda-benda historis dari berbagai suku dan daerah di Lampung. Misalnya, keramik yang
berasal dari China, Eropa, Jepang, Thailand, Timur Tengah dan Vietnam. Selain itu, museum ini
juga menyimpan naskah kuno, senjata, perhiasan, pakaian adat serta alat musik yang unik.
Hingga kini, jumlah koleksi di Museum Negeri Provinsi Lampung tercatat sebanyak 4782.
Semuanya terbagi ke dalam 10 kategori, diantaranya:
1. Geologika (69)
2. Bilogika (91)
3. Etnografika (2.103)
4. Arkeologika (316)
5. Historika (62)
6. Numismatika dan Heraldika (1.370)
7. Filologika (47)
8. Keramologika (692)
9. Seni Rupa (8)
10. Teknologika (24)

Beberapa Koleksi Museum Ruwa Jurai


1. Bejana Perunggu
Berdasarkan keterangan I Made Giri Gunadi, Ahli Madya Pamong Budaya 4b Museum Lampung,
bejana perunggu ditemukan di Desa Sriminosari, Kecamatan Labuhan Maringgai, Kabupaten
Lampung Timur. Bentuknya mirip dengan
badan gitar dan keranjang. Bejana perunggu
di Indonesia hanya ditemukan di Lampung,
Jambi, Jawa Barat, Kalimantan dan Madura.
Dari beberapa bejana perunggu yang
ditemukan, bejana milik Museum Lampung
ini menjadi yang paling sempurna
bentuknya. Bejana perunggu biasa
digunakan sebagai wadah penyimpanan air
suci dalam ritual keagamaan.

1.1 Sejarah Temuan Bejana

Bejana ini pertama kali ditemukan oleh


masyarakat dengan tidak sengaja dalam rangka penggalian tanah untuk pembangunan
rumah atau pembuatan buangan sampah pada dua keluarga yang berbeda dan bertetangga.
Bejana perunggu ditemukan oleh Mujiono (30 tahun) dari desa Sriminosari Kecamatan
Labuan Maringgai Kabupaten Lampung Timur (dulu Lampung Tengah). Laporan penemuan
benda tersebut pada pertengahan bulan Mei 1989. Laporan itu kemudian ditindaklanjuti
dengan membentuk tim survey dari Museum Lampung,

Pada tanggal 7 Juni 1989 tim survey menelusuri informasi tersebut dan hasilnya memang
benar keberadaan temuan tersebut. Melalui Peroyek Pembinaan Permuseuman Lampung
tahun anggaran 1989/1990 benda temuan tersebut dilakukan proses pengadaan dengan
cara ganti rugi. Sejak tahun 1990 bejana tersebut resmi menjadi koleksi Museum Negeri
Provinsi Lampung dengan nomor inventaris: Bejana (2440). Penanganan perawatan dilakukan
secara berkala dan masing-masing sudah dibuatkan reflika untuk keperluan pameran keliling.
Sampai saat ini dua koleksi tersebut dipamerkan di Gedung Pameran Tetap Museum Negeri
Provinsi Lampung.
Source: Tribun Lampung

2. Rumah Pesagi atau Lamban Pesagi

Tampak depan terlihat jelas bangunan yang sering disebut sebagai Rumah Pesagi atau
Lamban Pesagi. Bangunan ini merupakan arsitektur tradisional Lampung yang letaknya
berada dibagian sisi sebelah kanan dari bangunan Museum Lampung. Namun banyak yang
belum mengetahui sejarah Lamban Pesagi tersebut, yuk kita simak sejarahnya. I Made Giri
Gunadi merupakan Kurator
Museum Lampung mengatakan
bahwa Lamban Pesagi ini telah
berada sejak tahun 2002 di
Museum Lampung.

2.1 Sejarah Lamban Pesagi

Lamban Pesagi dari Kenari


menjadi koleksi Museum dalam pengadaan proyek pengembangan permuseuman Lampung
tahun 2002. Kenali merupakan sebuah pekon yang berada dalam kecamatan Belalau
Kabupaten Lampung Barat. Rumah tersebut disebut Lamban atau tempat tinggal keluarga
batih, umumnya berdenah segiempat lazim disebut Pesagi. Pekon Kenali merupakan tempat
yang didiami masyarakat Lampung Saibatin dengan logat bahasa A (Api). Masyarakat Pekon
Kenali mempercayai bahwa Lamban Pesaagi merupakan rumah dengan arsitektur yang
sudah tua. Terdapat dua type bangunan Lamban Pesagi yaitu rumah saibatin (bangsawan)
dan rumah rakyat biasa.

Adapun pembedanya jika terlihat secara umum hampir sama namun perbedaannya terletak
pada penambahan denah ruang kebelakang dan adanya hiasan Paguk yang dipasang pada
tiang rumah bagian luar sebagai perlambangan kebangsawanan. Lamban Pesagi koleksi
Museum Lampung merupakan rumah tinggal rakyat biasa, Bapak Sahyan merupakan
pemilik lamban dengan membeli dari Bapak Suhaimi pewaris keempat kurang lebih pada
tahun 1930. Tahun pembuatannya tidak diketahui pasti namun dirunut dari kepemilikan
rumah dan pewarisnya dapat diperkirakan berumur kurang lebih 300 tahun.

Pintu Lamban Pesagi hanya ada satu yang terletak disamping bagian belakang, pada masa
dahulu hal ini dimaksudkan bahawa pertahanan keamanan logistik menjadi hal yang paling
utama. Orang yang nantinya keluar masuk dapat diawasi secara maksimal. Lamban Pesagi
berfungsi sebagai arena berinteraksi da bersosialisasi antar individu penghuninya maupun
dengan masyarakat luas khususnya saat diadakan kegiatan adat.
2.2 Filosofi Tangga Berjumlah Ganjil

Memasuki Lamban Pesagi melalui ijan


atau jan (tangga) yang terbuat dari
papan kayu yang terletak dibagian
samping belakang. Anak tangga
umumnya berjumlah ganjil. Terdapat
cerita dari mulut kemulut jumlah anak
tangga dibuat ganjil untuk menyesatkan
roh jahat sehingga tidak menemukan
pintu masuk rumah. Namun jika ditelaah
lebih lanjut tahapan anak tangga
melambangkan bahwa manusia hidup mempunyai berbagai tahapan yang harus dilalui.

Source: Tribun Lampung

3. Bola Besi

Bola besi digunakan untuk memperluas lahan transmigrasi. Diperkirakan bola besi ini
digunakan pada tahun 1953 sampai 1956 untuk memperluas wilayah Raman Utara,
Probolinggo, Lampung Timur, Seputih Raman, dan Seputih Banyak. Untuk cara
penggunaanya adalah dengan ditarik
menggunakan 2 buah traktor untuk
merobohkan pohon dan meratakan
tanah. Dari tanah yang sudah
diratakan tadi akan dibangun sebuah
pemukiman baru

4. Perahu Tradisional Lampung

Perahu ini ditemukan disebuah desa bernama Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Perahu ini
dulunya digunakan sebagai alat transportasi di sungai, rawa dan juga teluk. Umur dari
perahu lesung berkisar sekitar 120 tahun.
5. Meriam
Meriam Bumbung/ Meriam Lela, eriam
bumbung ini memiliki sejarah panjang
dengan kepentingan Belanda di
Keresidenan Lampung. Kala itu baru baru
ada Keresidenan Krui dan Tanjungkarang.
Masyarakat Lampung dulu menggunakan meriam bumbung yang terbuat dari bambu untuk
melengkapi prosesi adat. Namun, sekitar abad ke 17, mulai tersebar di daerah Lampung dan
digunakan sebagai salah satu alat untuk upacara adat. Namun kala itu meriam bumbung
digunakan Belanda untuk menyerang Raden Intan yang menjadi salah satu pimpinan
keratuan darah putih di Kalianda.
Peperangan yang terjadi pada dalam kurun
waktu 1834-1836 ini menyisakan beberapa
meriam yang hingga kini bisa kita jumpai.
Bahan pembuatan meriam bumbung ini
adalah: tembaga dan ada juga yang terbuat
dari besi. Meriam ini langsung didatangkan
dari belanda dengan teknik pembuata
menggunakan sistem cor. Panjang meriam
yang dipakai ahun 1850 sepanjang 1-1,40
cm, beratnya 2 ton.

6. Peralatan Upacara Adat Busepi

Serah Sepi Bilah/Busepi (Asah gigi) merupakan upacara adat yang sudah ada sejak masa
Hindu-Budha di Lampung. Upacara ini mengandung makna pengendalian diri dari enam
musuh dalam diri manusia, yaitu hawa nafsu, rakus, amarah, kemabukan, kebingungan, dan
iri hati. Menjadi penanda seseorang menginjak fase dewasa atau saat pertama akil balik,
Busepi menjadi gerbang untuk dapat mengikuti acara pergaulan bujang gadis. Adapun
bagian gigi yang diasah adalah gigi geligi.

7. Miniatur Befawi Cakak Pepadun


Di Lampung, terdapat dua golongan
masyarakat, yaitu Sebatin/Sai Bathin dan
Pepadun. Sebatin/Sai Bathin sendiri
memiliki arti satu batin yang merujuk pada satu raja yang diwariskan secara turun temurun.
Masyarakat dengan adat Sebatin biasanya mendiami daerah Lampung pesisir. Sedangkan
Pepadun, berasal dari nama salah satu perangkat adat dalam proses Cakak Pepadun.
Pepadun sendiri berupa bangku yang digunakan untuk prosesi naik tahta dan pemberian
gelar adat (Juluk Adok) yang berjalan lebih demokratis. Adat Pepadun berkembang di
Lampung pedalaman. Karenanya, falsafah hidup masyarakat Lampung yaitu “Sai Bumi Ruwa
Jurai atau Sang Bumi Ruwa Jurai” memiliki arti “satu bumi dua aliran adat budaya”.

8. Aksara dan Bahasa Lampung

Terdapat informasi mengenai Aksara


dan Bahasa Lampung, yaitu Ka-ga-nga.
Aksara dan Bahasa Lampung tidak
mengenal tingkat bahasa, hanya
tingkatan penuturan. Bentuk aksaranya
berasal dari aksara Pallawa (India
Selatan) yang diperkirakan masuk Pulau
Sumatera semasa Kerajaan Sriwijaya.
Selain itu, aksara dan bahasa ini mirip
dengan Arab, Rencong, dan Banten.

9. Perkakas Rumah Tangga


Perkakas rumah tangga yang tersimpan dalam museum ini terbuat dari kramik. Kramik-
kramik yang ditemukan di Lampung diantaranya Keramik Cina, Vietnam, Thailand, Jepang,
Persia, dan Eropa. Kehadiran keramik ini menjadi bukti adanya kontak perdagangan dan
budaya dengan asing sejak abad ke sepuluh masehi.

10. Prasasti Dadak

Prasasti Dadak yang bentuknya batu memanjang dengan ukiran-ukiran yang begitu jelas dan
cantik. Prasasti yang ditemukan tahun 1994 di Dusun dadak, Desa Tebing ini terdiri dari 14
baris huruf Jawa Kuno, Bahasa Melayu Madya, terdapat rajah manusia, ragam geometris
dan hewan, serta umurnya sejak abad ke 14/15 M. Prasasti ini berisi tentang peminjaman
tanah selama 100 tahun untuk keperluan pendirian bangunan suci. Prasasti ini menyebut
tokoh Batara Guru Tuha dan Panca Resi serta
penguasa air, batu, kayu, dan tanah.

Anda mungkin juga menyukai