Anda di halaman 1dari 3

TAUHID SEBAGAI DASAR PERJUANGAN

MUHAMMAD IMAM ASY-SYAKIR

(Disampaikan dalam Materi Ma’ruf, 24 Desember 2023 Sumedang)

Tauhid Adalah Dakwah Semua Nabi & Rasul

‫) أ َْم‬231( ‫ين فَ ََل ََتُوتُ َّن إََِّّل َوأَنْتُ ْم ُم ْسلِ ُمو َن‬ ِ
َ ‫اصطََفى لَ ُك ُم ال ّد‬ َّ ‫ِن إِ َّن‬
ْ َ‫اَّلل‬
ِ ِ ِ ِ َّ ‫وو‬
ُ ‫صى ِبَا إِبْ َراه ُيم بَنيه َويَ ْع ُق‬
َّ َِ‫وب ََي ب‬ ََ
‫ك‬َ ِ‫آَبئ‬ ِ َ َ‫ت إِ ْذ قَ َال لِبنِ ِيه ما تَ ْعب ُدو َن ِمن ب ْع ِدي قَالُوا نَ ْعب ُد إِ ََل‬ َ ‫ُكْن تُ ْم ُش َه َداءَ إِ ْذ َح‬
َ َ‫ك َوإلَه‬ ُ َ ْ ُ َ َ ُ ‫وب الْ َم ْو‬َ ‫ضَر يَ ْع ُق‬
)233( ‫اح ًدا َوََْن ُن لَهُ ُم ْسلِ ُمو َن‬ ِ ‫اق إِ ََلا و‬
َ ً َ ‫يل َوإ ْس َح‬
ِ ‫اع‬ ِ ِ ِ ِ
َ َ‫إبْ َراه َيم َوإ ْْس‬
132. dan Ibrahim telah Mewasiatkan Ucapan itu kepada anak-anaknya, demikian pula Ya'qub. (Ibrahim
berkata): "Hai anak-anakku! Sesungguhnya Allah telah memilih agama ini bagimu, Maka janganlah kamu
mati kecuali dalam memeluk agama Islam".

133. Adakah kamu hadir ketika Ya'qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika ia berkata kepada anak-
anaknya: "Apa yang kamu sembah sepeninggalku?" mereka menjawab: "Kami akan menyembah Tuhanmu
dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yaitu) Tuhan yang Maha Esa dan Kami hanya
tunduk patuh kepada-Nya". (QS. Al-Baqarah: 132-133)

َِّ ‫ون‬ ِ ‫ْي ِمن د‬ ِ ِ ِ ‫اَّلل َي ِعيسى ابن مرََي أَأَنْت قُ ْلت لِلن‬
‫ك َما يَ ُكو ُن‬َ َ‫اَّلل قَ َال ُسْب َحان‬ ُ ْ ِ َْ‫َّاس َّاَّت ُذ ِوِن َوأ ُّم َي إِ ََل‬ َ َ َ ْ َ َ ْ َ َ َُّ ‫َوإِ ْذ قَ َال‬
ِ
‫ت‬ َ ‫ك إِن‬
َ ْ‫َّك أَن‬ َ ‫ت قُ ْلتُهُ فَ َق ْد َعل ْمتَهُ تَ ْعلَ ُم َما ِِف نَ ْف ِسي َوََّل أ َْعلَ ُم َما ِِف نَ ْف ِس‬ ِ
ُ ‫س ِِل ِبَ ٍّق إِ ْن ُكْن‬ َ ُ‫ِِل أَ ْن أَق‬
َ ‫ول َما لَْي‬
‫ت‬ ً ‫ت َعلَْي ِه ْم َش ِه‬
ُ ‫يدا َما ُد ْم‬ َّ ‫ت ََلُْم إََِّّل َما أ ََم ْرتَِِن بِِه أ َِن ْاعبُ ُدوا‬
ُ ‫اَّللَ َرِّّب َوَربَّ ُك ْم َوُكْن‬ ُ ‫) َما قُ ْل‬221( ‫وب‬ ِ ‫َع ََّلم الْغُي‬
ُ ُ
)221( ‫ت َعلَى ُك ِّل َش ْي ٍء َش ِهي ٌد‬ َ ْ‫يب َعلَْي ِه ْم َوأَن‬ َ ‫الرق‬
َِّ ‫فِي ِهم فَلَ َّما تَوفَّي ت ِِن ُكْنت أَنْت‬
َ َ َْ َ ْ
116. dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, Adakah kamu mengatakan kepada
manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang Tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha suci Engkau,
tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). jika aku pernah mengatakan
Maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada
diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha mengetahui perkara yang ghaib-ghaib".

117. aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku
(mengatakan)nya Yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap
mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan Aku, Engkau-lah yang
mengawasi mereka. dan Engkau adalah Maha menyaksikan atas segala sesuatu. (QS. Al-Maidah: 116-117)

Makna Tauhid

Menurut A. Hassan Ilmu untuk mengenal Allah.


Dalam objek keilmuan, Tauhid itu meliputi: iman kepada Allah, Malaikat, Kitab, Nabi dan
Rasul, Hari Akhir, dan Qadla serta Qadar. Sehingga dalam pelajaran tauhid, aspek-aspek inilah yang
seringkali disampaikan.

Tauhid Sebagai Dasar Amal Umat Islam

Tauhid adalah Fondasi Agama, sebagaimana Ibnu Qayyim Al-Jauziyah rahimahullah menuturkan:

"Barangsiapa yang menghendaki bangunan yang tinggi, maka diharuskan baginya untuk
menguatkan fondasi dan benar-benar memperhatikannya. Karena ketinggian bangunan
tergantung pada kokoh dan kuatnya fondasi. Amal dan derajat adalah bangunan, sedangkan
fondasinya adalah iman.

Apabila fondasinya kuat, maka ia akan dapat memikul bangunan dan meninggikannya.
Apabila roboh sebagian dari bangunan itu maka mudah untuk memperbaikinya dan jika fondasi
tidak kuat maka tidak akan tinggi bangunannya dan tidak akan kokoh dan jika roboh sebagian dari
fondasi, maka akan jatuh bangunannya atau hampir jatuh. Orang bijak akan memiliki target yaitu
membenarkan fondasi dan menguatkannya, sedangkan orang jahil adalah orang yang
meninggikan bangunan tanpa fondasi, maka tidak berselang lama bangunannya pun akan roboh.”
(Al-Fawa`id, hal. 155-156).

Dalam sebuah hadits, ketika Mu’adz bin Jabal di utus oleh Nabi saw ke Yaman untuk
berdakwah, disampaikan:

‫اَّلل فِإ ْن ُه ْم أَطاعُوا‬ َّ ‫َِن َر ُسول‬ِّ‫ وأ‬،‫اَّلل‬ ْ ،‫َّك ََتِِْت ْقوماً ِم ْن أ َْه ِل الْ ِكتَاب‬
َّ َّ‫فادعُ ُه ْم إِ ََل َش َهادة أَ ْن َّل إِلَهَ إَّل‬ َ ‫إن‬
‫ فَأَعلِ ْم ُه ْم‬،‫ذلك‬ ِ ٍ ٍ ‫اَّلل قَ ِد افْرتض علَيهم َخَْس صلَو‬ ِ ِِ
َ ‫ فَِإ ْن ُه ْم أَطَاعُوا ل‬،‫ات ِف ُك ِّل يوم َولَْي لَ ٍة‬ َ َ ْ َ َّ ‫َن‬َّ ‫مه ْم أ‬
ُ ‫ فَأ َْعل‬،‫ك‬ َ ‫ل َذل‬
‫ فَإِ ََّي َك وَكرائِ َم‬،‫ذلك‬ ِ ِ َّ ‫َن‬
َ ‫ فَِإ ْن ُه ْم أَطَاعُوا ل‬،‫صدقَةً تُ ْؤخ ُذ ِم ْن أَغنيائِ ِه ْم فَتُ َرُّد َعلَى فُ َقرائهم‬
َ ‫يهم‬
ْ َ‫ض َعل‬ َ ‫اَّلل قَد افْ تَ َر‬ َّ ‫أ‬
.‫"متفق عليه‬ ِ َّ ‫دعوةَ الْمظْلُ ِوم فَِإنَّه لَيس ب ي نَها وبْي‬ ِ ِ
ٌ ‫اب‬ ٌ ‫اَّلل ح َج‬ َْ َْ ْ ُ َ ْ ‫ واتَّق‬.‫أ َْمواَلم‬
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi sesuatu kaum dari ahlul kitab, maka ajaklah mereka itu
bersaksi bahwasanya tiada Tuhan melainkan Allah dan bahwasanya saya adalah utusan Allah.
Jikalau mereka telah mentaati untuk melakukan itu, maka beritahukanlah bahwasanya Allah telah
mewajibkan atas mereka lima kali shalat setiap sehari semalam. Jikalau mereka telah mentaati itu,
maka beritahukanlah kepada mereka bahwasanya Allah telah mewajibkan atas mereka sedekah
(zakat) yang diambil dari kalangan agniya mereka, kemudian diberikan kepada golongan mereka
yang fakir-miskin. Jikalau mereka mentaati yang sedemikian itu, maka jagalah harta-harta yang
mereka muliakan. Takutlah akan doanya orang yang didzhalimi karena sesungguhnya tidak ada
tabir yang menutupi antara doanya itu dengan Allah.” (Muttafaq 'alaih)

Dan bentuk kongkret menjadikan tauhid sebagai dasar amal kita, terkandung dalam hadits
yang populer tentang niat, karena niat adalah awal dan akhir dari perbuatan kita

Meluruskan niat karena Allah, sebagaimana hadits riwayat al-Bukhariy:


ِ َ‫ فَمن َكان‬،‫ ولِ ُك ِل ام ِر ٍئ ما نَوى‬،‫ال َِبلنِّيَّ ِة‬ ُ ‫ األ َْع َم‬:‫صلَّى هللاُ َعلَْي ِه َو َسلَّ َم قَ َال‬ َِّ ‫ول‬ َّ ‫َع ْن عُ َمَر أ‬
ُ‫ت ه ْجَرتُه‬ ْ َْ َ َ ْ ّ َ َ ‫اَّلل‬ َ ‫َن َر ُس‬
‫ فَ ِه ْجَرتُهُ إِ ََل َما‬،‫ أَ ِو ْامَرأَةٍ يَتَ َزَّو ُج َها‬،‫صيبُ َها‬
ِ ‫لدنْيا ي‬ ِ َ‫ ومن َكان‬،‫اَّللِ ورسولِِه‬ ِِ َِّ ‫إِ ََل‬
ُ َ ُ ُ‫ت ه ْجَرتُه‬ ْ ْ َ َ ُ َ َ َّ ‫اَّلل َوَر ُسوله فَ ِه ْجَرتُهُ إِ ََل‬
.‫اجَر إِلَْي ِه‬
َ ‫َه‬
Menariknya, dari semua redaksi tentang amal dan niat ini, ada tiga variasi:

ِ َّ‫ال َِبلنِّي‬
‫ات‬ ُ ‫إََِّّنَا ْاأل َْع َم‬
‫ال َِبلنِّيَّ ِة‬
ُ ‫إََِّّنَا ْاأل َْع َم‬
‫إََِّّنَا الْ َع َم ُل َِبلنِّيَّ ِة‬
Dari semua redaksi itu tidak ada yang menuturkan:

ِ َّ‫إََِّّنَا الْعمل َِبلنِّي‬


‫ات‬ ُ ََ
Artinya, informasi ini memberikan isyarat bahwa setiap amal itu ada niatnya. Ada beberapa
amal yang niatnya pun berbeda-beda, dan semuanya akan mendapat yang ditujunya. Demikian
juga amal yang berbuah pahala adalah amal yang di dasarkan kepada Allah, bukan yang lainnya.

Tauhid Sebagai Dasar Perjuangan

‫اَّللِ ِه َي العُْليَا‬
َّ ُ‫لِتَ ُكو َن َكلِ َمة‬
Bertolak dari Tauhid sebagai fondasi agama, dan dasar amal yang paling utama, maka dalam
perjuangan kita sebagai Pemuda Persatuan Islam, menerapkan tauhid ini untuk meninggikan
kalimat Allah di mana saja dan kapan saja, sesuai kadar kemampuan kita.

Semua yang kita lakukan dan usahakan ada dalam tujuan mengharap pahala dari Allah,
mengampuni kesalahan dan dosa kita dan lebih utama dari itu meraih rahmat-Nya. Karena itu
tujuan-tujuan lain dalam hati yang diproyeksikan dalam perjuangan bukan untuk diri sendiri, bukan
untuk kelompok, tetapi untuk kemashlahatan umat Islam. Juga bukan untuk mendapat pengakuan
manusia, bukan untuk mendapat perhatian dan rasa suka dari manusia, tetapi pengakuan dari
Allah, bahwa kita menunaikan amanat kekhalifahan di bumi, menunaikan tugas kita untuk
menyembah-Nya secara tulus dan murni, serta meninggikan level derajat keimanan dengan amal
kita dari ujian kita dalam hidup ini.

Anda mungkin juga menyukai