Anda di halaman 1dari 9

311 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

PENYERAPAN ASPIRASI MASYARAKAT DALAM ANGGARAN PENDAPATAN


DAN BELANJA DAERAH PADA DINAS CIPTA KARYA, PERMUKIMAN DAN
PERUMAHAN
(Studi di Desa Baharu Utara Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru
Kalimantan Selatan)

Muhamad Zuhriansyah
Program Studi Megister Ilmu Pemerintahan
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Lambung Mangkurat

ABSTRAK

Penelitian ini meneliti bagaimana penyerapan aspirasi masyarakat dalam APBD terkait
dengan Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan Kabupaten Kotabaru Provinsi
Kalimantan Selatan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan desain deskriptif.
Key informan pada penelitian ini adalah Ketua DPRD Kabupaten Kotabaru, Kepala Dinas Cipta
Karya, Permukiman dan Perumahan Kabupaten Kotabaru, Kepala Bidang Perumahan Dinas
Cipta Karya Permukiman dan Perumahan, Camat Pulau Laut Utara, Kepala Desa Baharu Utara,
Para Ketua Rukun Tetangga Desa Baharu Utara dan Masyarakat Desa Baharu Utara. Data yang
berhasil dikumpulkan selanjutnya akan dianalisis dengan reduksi data, display data, dan konklusi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Dalam penyerapan aspirasi masyarakat dalam
APBD terkait dengan Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan di Desa Baharu Utara
Kecamatan Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan Selatan secara
konvensional dilaksanakan melalui mekanisme Musrenbang dengan tahapan sosialisasi oleh
Bappeda mengenai pelaksanaan Musrenbang sebagai bentuk penyerapan aspirasi masyarakat yang
merupakan input dalam perencanaan pembangunan. Tahap berikutnya adalah dilaksanakannya
Musrenbangdes yang memuat usulan dari masyarakat desa, yang hasilnya akan masuk ke dalam
Musrenbang Kecamatan. Kemudian Dinas Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan akan hadir
dalam forum SKPD untuk rekonsiliasi usulan yang ada dengan petugas kecamatan agar usulan
dipilah dan diteliti secara teknis agar tidak tumpang tindih dengan program yang akan
dilaksanakan di kabupaten atau usulan itu sudah masuk dalam APBDesa, atau gapura saijaan atau
CDCSR atau yang lainnya. Hasilnya akan masuk dalam Musrenbang Kabupaten yang hasilnya
tertuang dalam KUA-PPAS. Hasilnya akan diperiksa oleg DPRD Komisi 3 dan kemudian dibuat
RKA yang akan menjadi Raperda APBD. (2) Hal yang tidak terlepas dalam penyerapan aspirasi
masyarakat dalam anggaran terutama terkait dengan program pada Dinas Cipta Karya,
Permukiman dan Perumahan Kabupaten Kotabaru adanya proses bargaining (tawar-menawar)
karena adanya berbagai tuntutan yang muncul dan bisa saja bentrok karena keterbatasan
pendapatan daerah, misalkan adanya program inisiatif kepala daerah dengan usulan bawaan dari
anggota legislatif hasil dari kegiatan reses atau jaring asmara yang mereka lakukan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa yang mempengaruhi aspirasi masyarakat adalah adanya keterbatasan anggaran,
kepentingan politik, dan kualitas usulan.

Kata Kunci : Penyerapan, Aspirasi, APBD

1. Latar Belakang seharusnya mekanisme perencanaan dan


Undang-undang Nomor 32 Tahun pelaksanaan pembangunan desa dilakukan
2004 yang menerapkan prinsip otonomi perubahan yang mendasar. Pendekatan yang
daerah dengan penekanan pada pemerataan bersifat bettom-to-top haruslah menggantikan
dan keadilan, pemberdayaan masyarakat, model pendekatan top-to-down yang selama ini
serta penghargaan terhadap potensi dan diterapkan atau adanya perubahan
keanekaragaman lokal, maka sudah
312 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

pendekatan dari paradigma state centered Pulau Laut Utara Kabupaten Kotabaru
menjadi people centered. Kalimantan Selatan?
Aspirasi masyarakat yang
menggambarkan kepentingan masyarakat 3. Tinjauan Pustaka
tertuang dalam musrenbang desa yang Pengertian Aspirasi
kemudian disaring di musrenbang kecamatan Willmore dalam Hardojo (2008 :
dan kabupaten. Dari tabel di atas dapat 160) mengidentifikasikan 4 tipologi proses
dilihat bahwa partisipasi masyarakat dalam bagi pengintegrasian partisipasi warga dalam
musrenbang tinggi, namun kepentingan penyusunan anggaran. Partisipasi tersebut
masyarakat yang tertuang dalam musrenbang bisa didorong oleh Negara (top-down)
sendiri tidak jelas berapa jumlahnya yang maupun masyarakat sipil (bottom-up) baik
masuk dalam APBD. melalui parlemen maupun tanpa parlemen
Pemerintah daerah setiap tahun (participation that by-pass parliament). Warga dan
anggaran mengajukan RAPBD kepada masyarakat sipil belum mempunyai cukup
DPRD yang berisi semua usulan program kapasitas untuk mendorong perluasan
dan kegiatan berdasarkan usulan masing- partisipasi warga dalam prosedur formal
masing satuan kerja. Usulan itu disertai tersebut atau, jika hambatan partisipasi
dengan alokasi anggaran yang dibutuhkan. dalam prosedur formal tersebut terlalu kuat,
DPRD pada dasarnya mempunyai cukup untuk membangun mekanisme tanding bagi
waktu untuk mengkaji dan suatu proses penyusunan penganggaran yang
mempertimbangkan secara matang terhadap lebih partisipatif (Hardojo, 2008 : 161-162).
usulan tersebut agar RAPBD yang diusulkan Menurut Nazaruddin (2005 : 1)
perlu dibahas dan disahkan menjadi APBD karena APBD merupakan operasionalisasi
harus benar-benar selaras dengan aspirasi dari berbagai kebijakan yang ditetapkan,
masyarakat. Hal ini dimaksudkan agar semua maka harus mencerminkan suatu kesatuan
usulan kegiatan tidak melebihi kemampuan sistem perencanaan yang sistimatis dan dapat
penerimaan yang dapat dicapai, agar tidak dianalisis keterkaitan/benang merahnya
terjadi defisit anggaran, sambil dengan dokumen-dokumen perencanaan
memperhatikan fungsi alokasi anggaran, yang telah ditetapkan sebelumnya.
distribusi anggaran, dan stabilisasi anggaran. Masyarakat adalah sekelompok orang
Pada Dinas Cipta Karya, Permukiman dan memiliki perasaan sama atau menyatu satu-
Perumahan Kabupaten Kotabaru sama lain karena mereka saling berbagi
berdasarkan APBD Tahun 2013 identitas, kepentingan-kepentingan yang
menunjukkan anggaran belanja sebesar Rp. sama, perasaan memiliki, dan biasanya satu
88.582.385.573,00 dengan anggaran tempat yang sama (Suharto, 2006 : 47).
pemasukan sebesar Rp. 471.290.000,00 yang Sementara Mayo dalam Suharto (2006 : 39)
artinya terdapat defisit sebesar Rp. mendefenisikan masyarakat dalam dua
88.111.095.573,00. Dengan besarnya konsep, yaitu :
pengorbanan terkait dengan segala program 1. 0DV\DUDNDW VHEDJDL VHEXDK ´WHPSDW
yang ada dalam SKPD tersebut, maka sudah EHUVDPDµ \DNQL VHEXDK ZLOD\DK
seharusnya yang dianggarkan tersebut geografi yang sama. Sebagai contoh,
menjadi anggaran yang benar-benar berpihak sebuah rukun tetangga, perumahan
kepada masyarakat yang mewakili aspirasi di daerah perkotaan atau sebuah
dari masyarakat itu sendiri. kampung di wilayah pedesaan
2. 0DV\DUDNDW VHEDJDL ´NHSHQWLQJDQ
2. Rumusan Masalah EHUVDPDµ \DNQL NHVamaan
Berdasarkan latar belakang masalah kepentingan berdasarkan kebudayaan
yang telah dikemukakan, maka dapat dan identitas. Sebagai contoh,
disajikan pertanyaan penelitian sebagai kepentingan bersama pada
berikut : Bagaimana penyerapan aspirasi masyarakat etnis minoritas atau
masyarakat dalam APBD pada Dinas Cipta kepentingan bersama berdasarkan
Karya, Permukiman dan Perumahan terkait identifikasi kebutuhan tertentu
dengan Desa Baharu Utara Kecamatan seperti halnya pada kasus para orang
313 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

tua yang memiliki anak dengan orang tentu mempunyai rencana hidup.
kebutuhan khusus (anak cacat fisik) Sehubungan dengan rencana hidup ,
atau bekas para pengguna pelayanan Hurlock (1974:265) menyatakan setiap orang
kesehatan mental. mempunyai rencana hidup yang ingin dicapai
Miriam Budiarjo (2005) mengutip sebagai hasil hubungan fisik dan sosial
pendapat Harold J. Laski, bahwa masyarakat dengan lingkungannya. Rencana hidup ini
adalah suatu kelompok manusia yang hidup sedikit banyak ikut menentukan kegiatan
dan bekerja sama untuk mencapai yang dilakukan sekarang.
terkabulnya keinginan-keinginan mereka
bersama. 4. Metode Penelitian
Berdasarkan fungsinya, maka Pendekatan yang akan digunakan
masyarakat berfungsi sebagai penyedia dan dalam penelitian ini adalah pendekatan
pendistribusi barang-barang dan jasa, lokasi kualitatif serta dengan jenis
kegiatan bisnis dan pekerjaan, keamanan deskriptif.Metode Penelitian yang digunakan
publik, sosialisasi, wadah dukungan bersama adalah metode deskriptif kualitatif dengan
atau gotong royong, kontrol sosial, tujuan untuk menggambarkan keadaan dan
organisasi dan partisipasi politik (Suharto, objek penelitian berdasarkan fakta-fakta
2006 : 47). Masyarakat dalam konteks yang tampak atau sebagaimana adanya
pembangunan merupakan unsur utama, oleh penomena.
sebab itu aspirasi masyarakat menjadi hal Penelitian ini dilakukan di Desa
paling dasar yang harus diserap agar Baharu Utara Kecamatan Pulau Laut Utara
pembangunan yang dilakukan menjadi lebih Kabupaten Kotabaru Provinsi Kalimantan
bermakna dan terarah. Tanpa adanya aspirasi Selatan. Untuk memperoleh data dan
masyarakat maka pembangunan akan informasi yang sangat diperlukan bagi
bermakna ganda : Pertama, sebagai ajang tipu penelitian kualitatif ini diperlukan informan
daya elit kepada masyarakat. Kedua, sebagai kunci pada penelitian ini adalah :
perwujudan demokrasi palsu, sebab 1. Kepala Dinas Cipta Karya, Permukiman
pembangunan tidak lebih sebagai gagasan dan Perumahan.
dan kepentingan elit belaka. Secara definitif, 2. Ketua Dewan Perwakilan Rakyat
konsep aspirasi mengandung dua pengertian, Daerah.
aspirasi di tingkat ide dan aspirasi di tingkat 3. Kepala Bidang Permukiman Dinas Cipta
peran struktural. Di tingkat ide, konsep karya, Permukiman dan Perumahan.
aspirasi berarti sejumlah gagasan verbal dari 4. Kepala Desa Baharu Utara.
lapisan masyarakat mana pun. Di tingkat 5. Camat Pulau laut Utara.
peran dalam struktur, adalah keterlibatan 6. Para Ketua RT di Desa Baharu Utara
langsung dalam suatu kegiatan (Amirudin, 7. Masyarakat desa Baharu Utara
2003 : 3). Dalam penelitian kualitatif yang
Aspirasi adalah harapan dan tujuan menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri.
keberhasilan pada masa yang akan datang, Bagian ini menjelaskan bagaimana peneliti
beraspirasi bercita-cita, berkeinginan, berperan sebagai instrumen penelitian, selain
berhasrat serta keinginan yang kuat untuk itu perlu juga dijelaskan alat bantu apa yang
mencapai sesuatu, seperti keberhasilan dalam akan digunakan dalam pengumpulan data.
tujuan keinginan tersebut. Aspirasi dalam Dalam penelitian ini alat bantu pengumpulan
EDKDVD LQJJULV ¶DVSLUDWLRQ· EHUDUWL FLWD-cita. data adalah fotografi, dokumen, dan perekam
Aspiration menurut kata dasarnya, aspire suara.
bearti cita-cita atau juga berkeinginan Echols Untuk memperoleh data dan
(1983:41). Sedangkan menurut informasi yang diperlukan maka digunakan
Poerwadarminta (1976) aspirasi adalah teknik pengumpulan data sebagai berikut:
gairah (keinginan atau harapan yang keras). 1. Wawancara.
Menurut kamus umum Bahasa Indonesia, 2. Studi kepustakaan
yang disebut cita-cita adalah 3. Dokumentasi.
keinginan,harapan,tujuan yang selalu ada Teknik analisis data yang digunakan
dalam pikiran. Disadari atau tidak semua dalam penelitian ini adalah teknik analisis
314 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

data model interaktif (interactive model of perbedaan (gap) antara kebutuhan


analysis ) yang dikembangkan oleh Miles & dengan keinginan. Hal ini
Huberman (1992:15-20), terdiri atas 3 tergambarkan pada antara lain pada
komponen analisis, yaitu : program pada SKPD Dinas Cipta
1. Reduksi Data Karya, Permukiman dan Perumahan
2. Penyajian Data atau Display Data Kabupaten Kotabaru melalui dana
3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi APBD antara lain sebagai berikut.
Pelaksanaan tehnik pemeriksaan
didasarkan atas sejumlah kriteria tertentu
sebagai berikut:
1. Derajat kepercayaan (credibility)
2. Keteralihan (transferability)
3. Ketergantungan (dependability)
4. Kepastian (confirmability)

5. Hasil Penelitian Dan Pembahasan


Hasil Penelitian
Penyerapan aspirasi masyarakat ke
dalam anggaran, terutama yang masuk ke
dalam anggaran kegiatan Dinas Cipta Karya,
Permukiman dan Perumahan Kabupaten
Kotabaru, selain dari pembahasan dalam
Musrenbang, namun juga terkait bagaimana
aspirasi tersebut dapat tembus dalam
pembahasan RAPBD dengan pihak legislatif
adalah keterbatasan anggaran, kepentingan
politik, dan kualitas usulan, hal ini lah yang
menyebabkan munculnya bargaining dalam
pembahasan RAPBD antara eksekutif dan
legislatif.
1. Keterbatasan Anggaran
Terkait hal ini, maka dilakukanlah
penganggaran yang baik. Karena jika
tidak dilakukan dengan baik, maka
DQJJDUDQ DNDQ ´MHEROµ +DO LQL SXOD
yang menyebabkan adanya aspirasi
masyarakat yang berupa usulan bisa
saja tidak masuk dalam
penganggaran.
2. Kepentingan Politik
Dalam bargaining yang dilakukan oleh
legislatif tidak terlepas adanya
kepentingan politik. Misalkan adanya
lobby dari anggota legislatif untuk
meng-goal-kan suatu usulan kegiatan
tertentu karena usulan tersebut
merupakan usulan dari Dapil yang
bersangkutan pada waktu dilakukan
Pemilu yang tentunya akan
memberikan keuntungan politis bagi
anggota legislatif tersebut.
3. Kualitas Usulan
Kualitas usulan ini terkait dengan
315 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

daerah dengan menciptakan iklim


investasi baik lokal, regional maupun
Segala program yang dijalankan yang internasional dan mendorong laju
masuk dalam anggaran terutama dalam pertumbuhan ekonomi guna
SKPD Dinas Cipta Karya, Permukiman dan optimalisasi pelayanan publik dan
Perumahan Kabupaten Kotabaru tidak lepas proses pembangunan dalam skala-
dari Rencana Program dan Kegiatan skala, dan (2) Meningkatkan
Prioritas Daerah yang ditetapkan oleh pembangunan terutama sarana umum
Kabupaten Kotabaru, dimana hal tersebut dengan memperhatikan aspek
ditujukan untuk tercapainya visi Kabupaten lingkungan dan kontinyuitas serta nilai
Kotabaru melalui Prioritas dan Sasaran kedaerahan yang bermartabat.
Pembangunan Daerah yang tertuang dalam .
RKPD dan KUA Kabupaten Kotabaru Pembahasan
dengan jalan : Aspirasi merupakan kemampuan
1. Menata pemerintahan dan untuk mempengaruhi dan mendukung dalam
profesionalisme personal dalam sistem proses pembangunan. Terkait hal tersebut,
Pelayanan Publik guna Efektifitas program yang tertuang dalam SKPD Dinas
Kerja Pemerintah Cipta Karya, Permukiman dan Perumahan
Misi ini bertujuan untuk mewujudkan Kabupaten Kotabaru yang dihasilkan dari
lembaga Pemerintah Kabupaten jenjang tahapan mulai dari Musrenbang
Kotabaru yang efektif dan efesien dan Desa, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang
aparatur Pemerintah Kabupaten Kabupaten, hingga disahkan menjadi Perda
Kotabaru yang bersih, berwibawa dan APBD dan Perbup APBD merupakan
memiliki kompetensi dan bentuk pendekatan bottom up dalam
profesionalisme. perencanaan pembangunan di Kabupaten
2. Mendorong iklim demokrasi yang Kotabaru. Dalam hal ini tentu saja tahapan-
berwawasan dan integritas kebangsaan tahapan penyerapan aspirasi tersebut
dalam lingkup iklim reformasi sehingga menjadi program yang sudah ada
pembangunan dan globalisasi. anggarannya harus dilalui dengan benar
Misi ini bertujuan untuk menciptakan sehingga Perda APBD benar-benar
hubungan yang harmonis, serasi, merupakan anggaran yang pro rakyat. Hal
selaras, seimbang antara eksekutif, inilah yang menjadikan Kabupaten Kotabaru
legislatif, masyarakat dan sektor terbaik 1 dalam hal penyusunan RKPD (kue
swasta serta membina hubungan pembangunan) se-Kalimantan Selatan dan
dengan Pemerintah Pusat, Propinsi, mewakili Kalimantan Selatan dalam tingkat
Daerah lain dan Internasional. nasional. Hal ini karena konsistennya
3. Memberdayakan setiap potensi dan tahapan sistematis yang antara lain :
peluang yang ada baik fisik maupun 1. Input
non fisik untuk kesejahteraan rakyat. Usulan masyarakat (aspirasi) lahir dari
Misi ini bertujuan untuk mewujudkan musyawarah warga bersama pemuka adat
peran serta komponen masyarakat atau tokoh masyarakat pada lingkungan
Kabupaten Kotabaru dalam proses Rukun Tetangga yang terwakilkan
pembuatan keputusan dan melalui Ketua Rukun Tetangga (RT)
memecahkan masalah dalam kerangka Desa Baharu Utara yang disampaikan
penyelenggaraan pemerintahan, pada saat musrenbang desa yang dihadiri
pembangunan dan layanan kecamatan dalam hal ini camat dan Kasi
masyarakat. PMD, Fasilitator PNPM, tokoh adat dan
4. Memfasilitasi setiap masyarakat dan tokoh masyarakat (mewakili masyarakat)
tuntutan perubahan dalam dengan telah dilakukan pemilahan
pembangunan dengan memperhatikan berdasarkan sumber pembiayaan yaitu
skala prioritas. CD/CSR, PID, Dana Alokasi Desa
Misi ini bertujuan untuk : (1) (DAD), itu nantinya masuk dalam
Meningkatkan kemampuan keuangan APBDesa termasuk juga Gapura Saijaan,
316 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

APBD Kabupaten (merujuk kepada teknis agar usulan tidak tumpang tindih
SKPD pelaksana dalam hal ini Dinas dengan program yang akan dilaksanakan
Cipta Karya, Permukiman dan di kabupaten atau usulan itu sudah
Perumahan Kabupaten Kotabaru masuk dalam APBDesa, atau gapura
2. Sosialisasi saijaan atau CDCSR atau yang lainnya
Masyarakat atau tokoh dan hasilnya dituangkan berita acara
masyarakat/pemuka adat, petugas berupa kesepakatan antara fasilitator
kecamatan kasi PMD atau camat, kecamatan dengan SKPD Dinas Cipta
fasilitator PNPM sudah dibekali oleh Karya, Permukiman dan Perumahan
Bappeda melalui sosialiasi untuk teknis Kabupaten Kotabaru.
pemilahan usulan, apakah usulan ke Selanjutnya setelah forum SKPD didapat
kabupaten dg sumber dana APBD usulan yang siap dicantumkan dalam
kabupaten, atau ke perusahaan dengan Renja SKPD Dinas Cipta Karya,
CD/CSR-nya, apakah ke APBDesa Permukiman dan Perumahan Kabupaten
dengan sumber dana DAD, atau masuk Kotabaru yang akan dituangkan dalam
dalam Gapura Saijaan atau masuk dalam RKA (Rencana Kerja Anggaran) atau
PNPM, pamsimas (Dana APBN). RKPA (Rencana Kerja Perubahan
3. Musrenbang Desa Anggaran) apabila dilakukan pada saat
Dalam musrenbang desa sudah dipilah pertengahan tahun. Renja dan RKA
dari usulan/aspirasi masyarakat SKPD disampaikan kembali kepada
berdasarkan prioritas yang telah Bappeda yang kemudian akan
dicantumkan sumber dananya dicantumkan dalam PPAS.
berdasarkan kebutuhan dan bukan lagi 6. Musrenbang Kabupaten
keinginan, misalnya dari 20 usulan yang Dihadiri oleh Bappenas, Bappeda
ada akan terangking berdasarkan Provinsi, Perusahaan (CDCSR), legislatif,
prioritas dan sumber dana, yang tidak eksekutif yaitu bupati dan seluruh SKPD,
dicantumkan sumber dana atau urutan LSM, tokoh masyarakat, dalam
terbawah itulah keinginan. Musrenbang tersebut dipaparkan lagi
4. Musrenbang Kecamatan hasil-hasil musrenbang desa dan
Setelah musrnbang desa dilanjutkan lagi kecamatan yang telah dipilah sehingga
dalam musrenbang kecamatan yang mana yang masuk pelaksanaanya oleh
dalam pelaksanaanya dilakukan CDCSR (perusahaan) mana yang masuk
pemilahan atau koreksi kembali bersama APBN melalui Bappenas dan Bappeda
dg tim musrenbang kabupaten, petugas Provinsi dan mana yang masuk dana
kecamatan (kasi PMD) dan fasilitator APBD Kabupaten melalui SKPD terkait
PNPM berdasarkan sumber dana dan dalam hal ini Dinas Cipta Karya,
prioritas, hasil dibawa ke kabupaten Permukiman dan Perumahan Kabupaten
untuk diverifikasi atau dipilah Kotabaru.
disesuaikan dengan RKPD dan visi misi Setelah pemantapan melalui tahapan-
(RPJMD) yang selanjutnya akan dalam tahapan di atas didapatlah hasilnya yang
renstra SKPD Dinas Cipta Karya, tertuang dalam KUA-PPAS dan
Permukiman dan Perumahan Kabupaten kemudian disampaikan kepada DPRD
Kotabaru. untuk dibahas dan dalam pembahasan ini
5. Forum SKPD juga hanya pengecekan kembali oleh
Dalam forum SKPD seluruh SKPD yang komisi 3 DPRD yang membawahi
menjadi tempat usulan atau SKPD Dinas Cipta Karya, Permukiman
pencantuman usulan Musrenbang hadir dan Perumahan Kabupaten Kotabaru
untuk melakukan rekonsiliasi antara yang di dalam komisi tersebut anggota
petugas kecamatan dengan SKPD terkait DPRD yang membawahi dapil pengusul
dalam hal ini Dinas Cipta Karya, mengecek kembali usulan masyarakat
Permukiman dan Perumahan Kabupaten tersebut, tercantum atau tidak ataupun
Kotabaru. Di dalam forum SKPD ini volume berubah dapat dijelaskan SKPD
usulan akan dipilah dan diteliti secara Dinas Cipta Karya, Permukiman dan
317 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

Perumahan Kabupaten Kotabaru Panggungrejo Kecamatan Panggungrejo


berdasarkan hasil forum SKPD. Kabupaten Blitar), Unibraw Malang.

6. Kesimpulan Dunn, William, N, 2000. Public Policy


Penyerapan aspirasi masyarakat Analysis: An Introduction,
dalam APBD lebih optimal dilaksanakan sebagaimana diterjemahkan oleh
dengan melalui Musrenbang dan forum Samodra Wibawa dkk, Pengantar
SKPD model face to face (berhadapan) dan Analisis Kebijakan Publik, Gadjah
persuasif sehingga usulan dari bawah Mada University Press,
(bottom up) lebih berkualitas dan terarah. Yogyakarta,
Disarankan perlu dilakukan
pelatihan di masyarakat terutama kepada Dusseldorp, D.B.W.M. and J.M. Van
Ketua RT untuk menginventarisir Staveren. 1980. Framework for
kebutuhan pembangunan di wilayahnya agar Regional Planning in Developing
setiap kegiatan Musrenbang, usulan bisa Countries. Netherlands:
lebih berkualitas. International Institute for Land
Reclamation and Improvement.

Daftar Pustaka Dye, Thomas, R, 1972, Undestanding Public


Abdul Wahab, Solichin 2005. Analisis Policy, Prentice hall,Inc, Englewood
Kebijaksanaan dari Formulasi ke Cliffs, New jersey.
Implementasi Kebijaksanaan Negara.
Edisi Kedua, Bumi Aksara, Edwards III, George C. 1980. Implementing
Jakarta. Public Policy, Texas A & M
University, Congressional
_______ 1998. Analisis Kebijaksanaan Publik, Quarterly Press.
Konsep, Tipologi Penelitian, dan Strategi
Pemanfaatannya, FIA UNIBRAW, Grindle Merilee S.dan. Thomas. John W
IKIP, Malang. 1991. Public Choices and Policy
Change.The Johns Hopkins University
Abe, Alexander, 2002. Perencanaan Daerah Press. Baltimore and London
Partisipatif, Pondok Edukasi, Solo.
Goulet, Denis. 1989, Participation in
Anderson, James E. 1979. Public Policy Development : New Avenue,
Making. Holt Rinehart and World Development, Vol. 17 No.
Winston. 2.

Bryant, Corralie, Louise G. White. 1989. Hoessein, Benyamin. 1998. Otonomi dan
Manajemen Pembangunan Untuk Pemerintahan Daerah: Tinjauan
Negara Berkembang, LP3ES, Jakarta. Teoritik, dalam R. Siti Zuhro:
Pemerintahan Lokal dan Otonomi
Cohen, John dan Norman T. Uphoff. 1977. Daerah di Indonesia, Thailand dan
Rural Development Participation: Pakistan, PPW-LIPI, Jakarta.
Concepts, Measures for Project Design,
Development Monograf number 2. Huntington,.Samuel, P. 1990. Partisipasi
Rural Development Committee Politik di Negara Berkembang, Rineka
Center for International Studies, Cipta, Jakarta.
Cornell University.
Islamy, M. Irfan. 2004. Prinsip-prinsip
Darudono, Dodot, 2002. Partisipasi Perumusan Kebijaksanaan Negara,
Masyarakat dalam Pelaksanaan Bumi Aksara Jakarta.
Program Pendukung Pembangunan
Desa (Sustu Studi di Desa
318 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

_______ 2004. Membangun Masyarakat Masyarakat Tinggal Landas, Rineka


Partisipatif. Dalam Jurnal Ilmiah Cipta, Jakarta.
Administrasi Publik Universitas
Brawijaya, Malang. Nogroho Iwan & Rochmin Dahuri. 2003,
Pembangunan Wilayah Perspektif
Jenkins, W.I., 1978. Policy Analysis, Martin Ekonomi, Sosial dan Lingkungan.
Robertson, Oxford. LP3ES Jakarta.

Jones, Charles O. 1996. Pengantar Peter Hagul, 1992. Pembangunan Desa dan
Kebijaksanaan Publik (Publik Policy), Lembaga Swadaya Masyarakat,
Terjemahan Ricky Ismanto. Raja Yayasan Dian Desa Yogyakarta.
Grafindo Persada, Jakarta.
Rahardjo, M. Dawam. 1988. Mulai Berguru
Kartasasmita, Ginandjar. 1996. Pembangunan Dari Rakyat, dalam Robert
Untuk Rakyat: Memadukan Chambers : Pembangunan Desa
Pertimbuhan dan Pemerataan. Pustaka Mulai Dari Belakang, Terjemahan
Cidesindo, Jakarta. Pepep Sudradjat, LP3ES, Jakarta.

Korten. D.C& Sjahrir, 1987. Pembangunan Riggs, F.W. 1988. Administrasi Negara
Berdimensi Kerakyatan, yayasan obor Berkembang, Teori Masyarakat
Indonesia. Prismatis, Terjemahan Yasogama,
Radjawali, Jakarta.
Lineberry, Robert L. 1978. American Public
Policy, Harpen Z. Row, New Setyodarmodjo, Soenarko H. 2000. Public
York. Policy: Pengertian Pokok Untuk
Memahami dan Analisa Kebijaksanaan
Miles, Matthew B. dan A. Michael Pemerintah. Airlangga University
Huberman 1987. Analisis Data Press, Jakarta.
Penelitian Kualitatif, Terjemahan
Tjetjep Rohendi, UI Press, Jakarta. Siedentopf, Heinrich, 1989. Decentralization
for Roral Development: Government
Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian $SSURDFKHV DQG 3HRSOH·V ,QLWLDWLYH LQ
Kualitatif, Remaja Rosdakarya Asia The Pacific, Planning and
Bandung. Administration Asia and Pacific Special
IULA, Vol. 16 Number 2.
Moekijat. 1993. Teori Komunikasi, Mandar
Maju. Bandung Sjahrir & Korten. D.C 1987, Pembangunan
Berdimensi Kerakyatan, Yayasan
Mubyarto, 1996, Membina Ilmu Ekonomi Obor Indonesia.
Pertanian, Yayasan Agro
Ekonomika, Jakarta. Soetrisno, Loekman. 1995. Menuju
Masyarakat Partisipatif, Kanisius,
Muluk, Khairul, M.R, 2006. Desentralisasi dan Yogyakarta.
Pemerintahan Daerah, Bayumedia
Publishing Malang. Surjadi, Drs, M.A, Ph.D. 1995, Pembangunan
Masyarakat Desa, Mandar Maju
Nasution Zulkarimen, 2004. Komunikasi Bandung.
Pembangunan Pengenalan Teori dan
Penerapannya. PT. Raja Grafindo Tjokroamidjojo, Bintoro & Mustopadidjaya,
Persada, Jakarta. 1980, Pengantar Pemikiran Tentang
Teori dan Strategi Pembangunan
Ndraha, Taliziduhu, 1990. Pembangunan Nasional, Gunung Agusng Jakarta.
Masyarakat mempersiapkan
319 Jurnal Ilmu Politik dan Pemerintahan Lokal, Volume II Edisi 2, Juli-Desember 2013

Winarno, Budi. 2002. Kebijakan Publik Teori


dan Proses. Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada.

Yin, Robert K. 1997. Studi Kasus: Desain dan


Metode, Terjemahan M. Djauzi
Mudzakir, Raja Grafindo Persada,
Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai