Anda di halaman 1dari 8

ANALISIS BERITA

PROSOSIAL

“Bingkisan Lebaran Kepada Para Penjual Jamu Gendong”

Azmi Hanifah

1707010010

FAKULTAS PSIKOLOGI TAHUN AKADEMIK 2017/2018


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO
Berita:
Analisis Berita

“Bingkisan Lebaran Kepada Para Penjual Jamu Gendong”

(Perilaku Prososial)

Perilaku prososial merupakan salah satu bentuk perilaku yang muncul


dalam kontak sosial, sehingga perilaku prososial adalah tindakan yang dilakukan
atau direncanakan menolong orang lain tanpa mempedulikan motif-motif si
penolong. Tindakan menolong sepenuhnya dimotivasi oleh kepentingan sendiri
tanpa mengharapkan sesuatu untuk dirinya. Menurut Brigham (1991) perilaku
prososial adalah segala bentuk perilaku yang bertujuan untuk menyokong
kesejahteraan orang lain. Menurut Wrightsman dan Deaux (1981), perilaku
prososial juga diartikan sebagai perilaku yang mempunyai konsekuensi sosial
yang positif dan yang memperbaiki kesejahteraan fisik maupun psikologis orang
lain. Terdapat 5 langkah yang dapat menentukan kita untuk bertingkah prososial,
yaitu:

1. Menyadari adanya situasi darurat


2. Menginterpretasikan keadaan sebagai keadaan darurat
3. Mengasumsikan bahwa tanggung jawabnya untuk menolong
4. Mengetahui apa yang harus dilakukan
5. Mengambil keputusan untuk menolong

Dari berita yang berjudul “Bingkisan Lebaran Kepada Para Penjual Jamu
Gendong”, kita dapat menganalisis bagaimana langkah langkah yang dilakukan
lembaga zakat dan kemanusiaan PKPU untuk melakukan aksi prososialnya.

1. Menyadari adanya situasi darurat


Lembaga PKPU menyadari keadaan darurat ataupun kondisi sosial
masyarakat yang menurutnya harus diberikan bantuan. Yaitu adanya
sekelompok profesi yang mungkin mendapatkan perhatian rendah ataupun
luput dari perhatian pemerintah dan masyarakat. Para janda penjual jamu
yang kurang sejahtera dan kurang ada yang memperhatikan. Sebagai
tulang punggung keluarga, para janda tersebut menggantungkan hidupnya
dari hasil penjualan jamu yang tidak seberapa. Apalagi ketika bulan
ramadhan tiba, omset yang didapatkan cenderung menurun. Pertolongan
tidak akan diberikan kerena tidak adanya kesadaran bahwa keadaan
darurat sedang terjadi, namun PKPU menyadari bahwa hal tersebut
termasuk situasi darurat, karena bisa saja disebabkan omset yang menurun,
para janda penjual jamu menjadi lebih kekurangan dalam mencukupi
kebutuhan primernya sehari-hari.
2. Menginterpretasikan Keadaan Sebagi Keadaan Darurat
Setelah menyadari adanya keadaan darurat atau seberapa daruratnya?
Ketika orang yang potensial untuk menolong (dalam kasus ini masyarakat)
tidak yakin sepenuhnya apa yang terjadi, mereka cenderung menahan diri
dan menunggu informasi lebih lanjut. Kecenderungan menahan diri dan
tidak berbuat apa-apa terhadap keadaan darurat disebut pengabaian
majemuk (Pluralistic Ignorance). Yaitu kerena masyarakat/bystander
tidak tahu jelas apa yang terjadi. Masing-masing bergantung pada yang
lain untuk memberi petunjuk. Maka dalam kasus ini PKPU mengambil
peran untuk bergerak langsung dalam mengatasi keadaan darurat tersebut.
3. Mengasumsikan bahwa dirinya bertanggungjawab untuk menolong
Salah satu alasan bahwa bystander yang satu lebih mungkin untuk
bertindak prososial adalah karena tidak ada orang lain yang dapat
bertanggungjawab. Selain itu, lembaga PKPU juga menyadari peran-nya
sebagi penyalur zakat untuk masyarakat yang membutuhkan. Masyarakat
umum lebih cenderung menitipkan rezekinya kepada lembaga zakat dan
kemanusiaan untuk kemudian disampaikan kepada yang membutuhkan,
daripada menyampaikanya langsung. Sehingga PKPU menyadari
tanggungjawabnya untuk melakukan perilaku prososial tersebut.
4. Mengetahui apa yang harus dilakukan
Sebagai lembaga penyalur zakat, PKPU sudah memiliki program rutin
dalam penyaluran santunan kepada masyarakat yang mebutuhkan. Yaitu
pemberian santunan rutin/parcell sembako ketika menjelang ramadhan,
serta memberikan tausiyah dan motivasi kepada para ibu penjual jamu
gendong. Sehingga memudahkan pula untuk mengetahui dan menentukan
apa yang harus dilakukan untuk mendukung perilaku prososial yang sudah
menjadi program kerja dari PKPU.
5. Mengambil keputusan untuk menolong

Dalam perilaku prososial, terdapat beberapa teori perilaku menolong.


Antara lain teori evolusi, teori belajar, teori empati, teori kognisi sosial dan teori
norma sosial. Pendekatan teori evolusi menekankan peranan gen dalam
mempengaruhi tingkah laku menolong yaitu untuk membantu kelangsungan hidup
suatu gen dari suatu spesies. Orang tua akan selalu siap memberikan bantuannya
kepada anak walaupun harus mengorbankan kepentingannya sendiri demi anak
anaknya. Hal serupa juga terjadi pada kerabat secara alami lebih cenderung
menolong orang yang masih tergolong kerabatnya. Hal ini disebut dengan
perlindungan kerabat. Namun dalam berita ‘Bingkisan Lebaran Kepada Penjual
Jamu Gendong’ tidak terdapat penerapan teori evolusi. Karena pemberian batuan
yang dilakukan oleh lebaga PKPU tidak dilakukan berdasarkan gen ataupun
hubungan kekerabatan, melainkan dipilih secara acak berdasarkan perkiraan siapa
yang lebih membutuhkan.
Dalam teori belajar, tingkah laku manusia dijelaskan sebagai hasil dari
proses belajar terhadap lingkungan. Berkaitan dengan tingkah laku menolong,
seorang menolong karena ada proses belajar melalui observasi terhadap model
prososial. Dalam berita ‘Bingkisan Lebaran Kepada Penjual Jamu Gendong’,
pemberian bantuan dengan sasaran para penjual jamu gendong yang dilakukan
PKPU juga berdasarakan hasil belajar dan pengamatan terhadap kesejahteraan
masyarakat di lingkungan.
Dalam teori empati, seseorang menolong karena tindakannya akan
meningkatkan perasaan positif atau mengurangi perasaan negatif. Robert dan
Stayer (1986:2) mengungkapkan bahwa empati nampaknya berhubungan dengan
perilaku prososial individu. Hurlock (1999:118) mengungkapkan bahwa empati
adalah kemampuan seseorang untuk mengerti tentang perasaan dan emosi orang
lain serta kemampuan untuk membayangkan diri sendiri di tempat orang lain.
PKPU sebagai lembaga zakat dan kemanusiaan, selain untuk melaksanakan
tanggungjawab peran-nya, pastipun orang-orang dalam lembaga tersebut memiliki
empati serta tingkat kepedulian ataupun kepekaan yang tinggi terhadap
masyarakat. Sehingga mampu memposisikan diri dan menilai masyarakat mana
ataupun profesi mana yang kiranya membutuhkan bantuan.
Menurut Batson dan Coke (Watson, 1984 :209) didalam empati juga
terdapat aspek Kehangatan, kelembutan, peduli, dan kasihan. Peduli merupakan
sikap yang dimiliki seseorang untuk memberikan perhatian terhadap sesama
maupun lingkungan sekitarnya. Sedangkan Kasihan merupakan suatu perasaan
yang dimiliki seseorang untuk bersikap iba atau belas asih terhadap orag lain.
Selain didorong oleh kewajiban dan tanggung jawabnya sebagai penyalur zakat
dan semacamnya, perasaan peduli dan kasihan itulah yang menjadikan lembaga
PKPU memberikan santunan kepada masyarakat yang kiranya membutuhkan.
Empati juga terdiri dari dua komponen, yaitu afektif dan kognisi. Afektif
yaitu orang yang berempati merasakan apa yang orang lain rasakan. Sedangkan
kognisi yaitu memahami apa yang orang lain rasakan dan mengapa. Dalam kasus
berita “Bingkisan Leparan Kepada Penjual Jamu Gendong”, komponen afektif
dalam perilaku prososial yang dilakukan PKPU, yaitu PKPU merasakan dan
mamahami penderitaan atau kesulitan yang dirasakan para janda penjual jamu
gendong, sehingga muncul perasaan iba yang merujuk pada perilaku sosial.
Sedangkan komponen kognisi dalam perilaku prososial yang dilakukan PKPU,
yaitu PKPU menegerti bagaimana penderitaan dan kesulitan para penjual jamu
gendong, apalagi dengan fakta bahwa pendapatan cenderung menurun ketika
ramadhan, dan menjual jamu adalah satu-satunya mata pecaharian para janda
tersebut. Sehingga timbul inisiatif untuk memilih para penjual jamu gendong
sebagai sasaran pemberian santunan dan sembako yang memang sudah rutin
dilakukan lembaga zakat PKPU menjelang bulan suci Ramadhan.

Teori kognisi sosial memfokuskan pada pemahaman yang mendasari


suatu tingkah laku menolong. Pemahaman lembaga zakat PKPU sebagai penyalur
zakat dan bantuan memberikan kesadaran untuk menjalanjan kewajibanya untuk
memberikan bantuan kemanusiaan untuk masyarakat yang membutuhkan. Dan
teori yang terakhir yaitu teori norma sosial. Dalam teori norma sosial dijelaskan
bahwa kegitan menolong dipersepsikan sebagai suatu yang diharuskan oleh
norma-norma masyarakat. Norma merupakan harapan harpan masyarakat
berkaitan dengan tingkah laku yang seharusnya dilakukan seseorang
(Myres,1996). Dalam hal ini norma yang dilakukan dalam menolong yakni norma
timbal balik, dan norma tanggung jawab sosial. Dalam norma timbal balik yaitu
seseorang harus menolong orang yang pernah menolongnya. Sedangkan dalam
norma tanggung jawab sosial menjelaskan bahwa seseorang harus menolong
orang yang membutuhkan pertolongan. Dalam berita ‘Bingkisan Lebaran Kepada
Penjual Jamu Gendong’ dapat diketahui bahwa tidak terdapat penerapan norma
timbal balik, karena yang lembaga PKPU lakukan sebagai lembaga zakat, lebih
bersifat kemanuasiaan tanpa mengharapkan timbal balik. Lebih mengedepankan
ke-ikhlasan dan lebih mengharapkan pahala dari Allah.
DAFTAR PUSTAKA

Sumber berita : Majalah Lembaga Zakat PKPU. Giving Inspiring You.


Zakat, di Ujung Hakikat. Penerbit PKPU Lembaga Kemanusiaan Nasional
Cabang Semarang. Terbitan September 2014.

Asih, Gusti Yuli dan Margaretha Maria. 2010. Perilaku Prososial


Ditinjau Dari Empati Dan Kematangan Emosi. Jurnal Psikologi Univeristas
Muria Kudus. Volume 1, nomer 1. Desember 2010. Diambil dari
https://jurnal.umk.ac.id/index.php/PSI/article/viewFile/23/22 (2 Mei 2018).

Avianti, Annisa. 2010. Tingkah Laku Prososial: Kenapa Orang-Orang


menolong?. Diunduh dari
https://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/31/tingkah-laku-prososial-kenapa-
orang-orang-menolong/ (3 Mei 2018).

Soleman, Indris. 2015. Tingkah Laku Menolong. Diunduh dari


https://idrissoleman.wordpress.com/2015/12/18/tingkah-laku-menolong/ (14 Mei
2018).

Anda mungkin juga menyukai