Anda di halaman 1dari 2

JURNAL REFLEKSI DWI MINGGUAN

MODUL 2.1 BUDAYA POSITIF


GIRI WAHYU PRASETYO, S.Pd
SDIT KUNTUM INSAN CEMERLANG
CGP ANGKATAN 9

Peristiwa

Proses mempelajari modul 2.1 merupakan kelanjutan dari modul sebelumnya, yakni modul 1. Kegiatan dimulai dengan
melakukan pre-test. Saat menjawab soal, saya mengalami kendala jaringan yang membuat waktu yang tersedia hampir tidak
mencukupi. Pendekatan pembelajaran menggunakan langkah-langkah MERDEKA, yaitu Mulai dari diri sendiri, Eksplorasi
konsep, Ruang kolaborasi, Demonstrasi kontekstual, Elaborasi pemahaman, Koneksi antar materi, dan Aksi nyata. Langkah
pertama, "Mulai dari diri", bertujuan untuk mempersiapkan diri dalam menerima pengetahuan baru pada modul 2.1.
Selanjutnya, kami melakukan eksplorasi konsep dari modul sebelumnya, berdiskusi dengan rekan CGP di ruang kolaborasi
untuk mencari kesamaan persepsi dan memberikan masukan konstruktif dalam menyusun rencana pembelajaran
berdiferensiasi. Saya juga menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) berdiferensiasi secara mandiri dan
mengunggahnya di LMS untuk mendapatkan umpan balik dari sesama CGP dan fasilitator. Selain itu, kami mendapatkan
penguatan dari narasumber dalam elaborasi pemahaman, membuat keterkaitan dengan materi sebelumnya yang telah
dipelajari, dan mengakhiri dengan melakukan aksi nyata praktik pembelajaran berdiferensiasi di kelas sesuai dengan RPP yang
sudah disusun.

Perasaan

Pada modul 2.1 yang membahas tentang pembelajaran berdiferensiasi, saya merasa penasaran karena sebagai seorang guru,
saya harus mempertimbangkan karakteristik unik setiap siswa. Selama ini, fokus utama saya hanya pada pencapaian materi
kurikulum, sehingga yang saya kejar adalah agar semua siswa mencapai ketuntasan materi. Namun, saya menyadari bahwa
saya telah mengabaikan fakta bahwa ada beragam kebutuhan belajar di antara murid-murid di satu kelas. Hal ini sejalan
dengan nilai-nilai filosofi dari Konsep Hidup dan Dunia (KHD) tentang belajar, yaitu membimbing murid-murid untuk
mencapai tujuan mereka. Tentu saja, sebagai guru, saya menyadari bahwa saya tidak dapat memaksa setiap murid untuk
melewati proses yang sama dalam mencapai tujuan mereka. Sebaliknya, saya dituntut untuk bisa memfasilitasi murid-murid
dengan memberikan berbagai alternatif yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing.
Pembelajaran

Pembelajaran berdiferensiasi dirancang agar guru dapat memberikan pembelajaran yang dapat menyesuaikan dengan berbagai
kebutuhan belajar murid. Sebagai guru, penting untuk memiliki kepekaan dalam merespon berbagai kebutuhan belajar murid,
termasuk memperhatikan kesiapan belajar mereka, minat terhadap materi pembelajaran, dan profil belajar masing-masing
murid. Selanjutnya, dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran, guru juga perlu mempertimbangkan strategi diferensiasi,
termasuk diferensiasi konten, proses, dan produk. Dalam proses penilaian, penting untuk menggunakan penilaian yang bersifat
berjenjang. Dengan demikian, diharapkan semua murid dapat memiliki kesempatan yang sama dalam mengikuti pembelajaran,
menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi mereka

Penerapan

Agar pembelajaran berdiferensiasi dapat dilankasanakan secara efektif, penting untuk melakukan pemetaan kebutuhan belajar
murid berdasarkan kesiapan, minat, dan profil belajar masing-masing murid. Hal ini memungkinkan guru untuk menentukan
perbedaan dalam konten, proses, dan produk dalam kegiatan pembelajaran. Salah satu cara untuk melakukan ini adalah melalui
asesmen diagnostik non-kognitif. Data pemetaan dapat diperoleh dari informasi murid pada tahun atau semester sebelumnya,
melalui pengisian angket, observasi, atau wawancara dengan rekan guru dan wali murid. Bagi saya, ini adalah pengetahuan
baru, sehingga dalam implementasinya membutuhkan proses pembelajaran dan terus belajar. Semoga hal ini dapat
memberikan kontribusi positif dalam transformasi pendidikan di Indonesia, di mana murid menjadi aset yang akan menjadi
pemimpin bangsa di masa depan.

Anda mungkin juga menyukai