Anda di halaman 1dari 10

Pert- 12

Peran Pemimpin dalam Pengembangan Staf

Disampaikan oleh:
Dr. Ismail Marzuki, M.Pd.
Mata Kuliah Islamic Leadership
Prodi Magister Manajemen
Gaya Kepemimpinan Terbaik “?”

Sesungguhnya tidak ada gaya kepemimpinan sebuah


perusahaan pun yang dapat disebut benar-benar serasi bagi
segala keperluan. Pemimpin-pemimpin yang berhasil
mencapai sukses adalah pemimpin-pemimpin yang dapat
menyesuaikan sikap dan tingkah laku meraka guna memenuhi
tuntutan-tuntutan yang secara khas terjadi dalam lingkungan
situasi mereka masing-masing.
A. Gaya Kepemimpinan Situasional

Kepemimpinan Situasional mendasarkan diri pada saling


berhubungan antara sejumlah petunjuk, pengarahan dan
dukungan sosio-emosional yang diberikan oleh pimpinan.

Faktor-faktor situasional (jenis pekerjaan, lingkungan


organisasi, atau karakteristik individu yang terlihat dalam
organisasi).
Dua jenis tingkahlaku dalam Memimpin
Ohio State University:
1. Pola Tingkah laku dalam Melaksanakan Tugas (Task Behavior)
Ruang lingkup yang seorang pemimpin digunakan sebagai tempat untuk berbijak dalam
kegiatannya untuk melakukan komunikasi satu arah, yaitu dengan memberikan penjelasan mengenai
apa saja yang oleh setiap pengikutnya perlu/harus dilakukan, dimana dan dengan cara yang
bagaimanakah tugas-tugas itu harus dilakukan.

2. Pola Tingkah laku dalam Relationship (Relationship Behavior)


Ruang lingkup oleh seorang pemimpin digunakan sebagai tempat untuk untuk berbijak dalam segala
kegiatannya untuk melakukan komunikasi dua arah, yaitu dengan memberikan dukungan sosio-
emosional, pengaruh-pengaruh psikologis dan dengan memberikan kebebasan-kebebasan yang lebih
besar kepada orang-orang bawahanya untuk melakukan tindakan-tindakan yang dipandang perlu.
B. Tingkat Kematangan
• Kematangan dalam memimpin sepatutnya tercermin pada
keteladanan kepemimpinan Rasulullah dalam memimpin.
• Pemimpin seperti apakah Rasulullah “?”
• Pertama, sebelum memimpin orang lain, Rasulullah selalu mengawali
dengan memimpin dirinya sendiri (mata, tutur katanya, nafsu,
keinginannya, dan keluarganya sehingga beliau mampu memimpin
umatnya.
• Kedua, memperlihatkan kepemimpinannya tidak dengan banyak
menyuruh atau melarang, beliau memimpin dengan suri tauladan
yang baik.
• Ketiga, tidak hanya menggunakan akal dan fisik, tetapi juga
menggunakan kalbunya.
C. Gagasan Pokok
• Dengan makin bertambah majunya taraf kematangan seorang
pengikut, bila dilihat dari segi kemampuannya untuk melakukan
sebuah tugas spesifik, pemimpin mulai mengurangi pola orientasi
penugasan (task behavior), dan menambah orientasi terhadap
pengembangan relationship (relationship behavior). Hendaknya
diterukan kepada orang lain baik secara individu ataupun kelompok
• Ketika pengikut mampu mengambil keputusan-keputusan dan
tindakan-tindakan pengukuhannya sendiri, maka sebagian besar dari
bantuan/dukungan sosio-emosional pemimpin tidak diperlukan
kembali.
• Perkembangan gagasan-gagasan pokok
D. Penerapan Gaya KepemimpinanYang Tepat
• Sikap Kepemimpinan High Task and Low Relationship (S1)
Komunikasi searah, memperlihatkan peranan dan tugas-tugas yang perlu dilaksanakan bawahannya dan
harus dilaksanakan.
• Sikap High Task and High Relationship (S2)
Sistem komunikasi dua arah serta dukungan sosio-emosional, berusaha bagaimana caranya pengikutnya
mengikuti keputusan atau menyetujui kebijakan yang diambil.
• Sikap High Relationship and Low Task (S3)
Sikap berturut-serta, dalam gaya ini baik pemimpin maupun pengikut melalui sistem komunikasi dua arah
bekerjasama dalam proses pembuatan keputusan. Meringankan pemimpin, karena para pengikutnya
memiliki kemampuan dan pengetahuan yang baik untuk dapat melakukan tugas-tugas yang ada.
• Sikap Low Relationship and Low Task (S4)
Pendelegasian, karena gaya ini mengandung kesediaan, untuk membiarkan pengikutnya untuk mengurus
pekerjaan/tugas-tugasnya sendiri. Pemimpin melalukan pendelegasian dikarenakan bawahannya sudah
matang sekali, kemampuan yang besar dan baik serta bersedia mengambil tanggung jawab mengenai
segala sesuatu yang menyangkut usaha untuk mengarahkan tingkah laku mereka sendiri.
E. Mengubah Tingkat Kematangan Pengikut
• Seorang pemimpin perlu berhati-hati, dalam arti bahwa
hendaknya jangan terlalu cepat memperbanyak
memberikan dukungan sosio-emosional, sedemikian
hingga bila terjadi, dimungkinkan dipandang oleh
bawahanya sebagai orang yang berjiwa lunak
• Kemajuan yang dialami pengikutnya terjadi sedikit demi
sedikit, yaitu dengan mengurangi task behavior serta
menambah unsur relationship behavior.
F. Pemimpin Efektif

• Pemimpin perlu mengenal bawahan


• Pemimpin mengetahui kemampuan kerja beserta kewajiban-kewajiban
yang harus dipenuhi, kewajiban tersebut suatu saat dapat berubah sesuai
kondisi
• Hendaknya jangan sekali-kali dilupkan baik secara induvidu maupun
kelompok, senantiasa mengembangkan pola tingkah laku dan cara bekerja
• Menurut sifatnya, maka proses ini tidak dapat diwujudkan secara
revolusioner. Dalam arti bahwa perubahan-perubahan yang terjadi
setingkat demi setingkat, setahap demi setahap, dan merupakan hasil dari
keadaan saling mempercayai dan saling menghormati satu sama lain.
Referensi:
Veitshzal Rivai dan Arviyan Arifin (2009), Islamic Leadership, Membangun
Superleadership melalui Kecerdasan Spiritual, Jakarta: Bumi Aksara.

Anda mungkin juga menyukai