Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

“GOOD GOVERMENT DAN CLEAN GOVERNMENT (PEMERINTAH


YANG BAIK DAN PEMERINTAH YANG BERSIH)”

Dosen Pembimbing:

Drs. Helfia Edial, Mt

Disusun oleh :

1. RESKI HAOLONGAN (21087170)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN KEPELATIHAN OLAHARGA

DEPARTEMEN KEPELATIHAN

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2023
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, bahwa atas ridho dan karunia-Nya lah , maka kami masih dapat
menyelesaikan tugas-tugas menyusun Makalah dalam rangka menyelesaikan tugas meskipun di
tengah-tengah kesibukan dan dalam waktu yang sangat singkat. Hal ini dikarenakan kami merasa
mempunyai kewajiban dan tanggung jawab sebagai mahasiswa sekaligus akan melatih diri kami
dalam menyampaikan pemikiran-pemikiran khusunya yang berkaitan dengan makalah kami.
Tentu saja dengan terbatasnya pengetahuan yang dimiliki oleh penulis ditambah sempitnya
waktu yang diberikan kepada penulis, tulisan ini masih jauh dari sempurna, lebih-lebih dukungan
datanya hampir tidak ada,

Namun walaupun demikian penulis berharap tulisan ini bisa bermanfaat bagi para
pembacanya. Kritik dan saran yang bermasud membangun, apa lagi mengembankan pemikiran
ini, kiranya masih terbukan bagi siapa saja. Betapa kecilnya bantuan yang diberikan namun
apabila diseta niat yang baik, akan terasa besar juga manfaatnya Semoga bermanfaat.

Padang 11 desember 2023

Peenulis,

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar…………………………………………………………………………………..i

Daftar Isi………………………………….…………………………………………………......ii

BAB I PENDAHULUAN………………………….……………………………………………1

A. Latar Belakang Masalah…………………………….………………………………..1

B. Rumusan Masalah……………………………………….……………………………1

C. Tujuan Penulisan……………………………………….……………………………..1

BAB II PEMBAHASAN………………………………………..…………………………....…..2

A. Pengertian good dan clean goverment…………………………..…………...………..2

B. Prinsip Good Government dan Clean Goverment ……………………....…………3-8

BAB III PENUTUP………………………………………………………………….…………...9

A. Kesimpulan…………………………………………………………………..………..9

B. Saran…………………………………………………………………..……………….9

Daftar Pustaka……………………………………………………………...……………………..iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Istilah clean and good governance atau tata pemerintah yang bersih dan baik merupakan wacana
yang mengiringi gerakan reformasi. Wacana clean and good governance sering kali dikaitkan
dengan tuntutan atau pengelolaan pemerintahan yang professional, akuntabel dan bebas korupsi,
kolusi dan nepotisme.

Sebuah kritik terhadap pengelolaan pemerintahan orde baru yang sarat KKN yang berakhir krisis
ekonomi yang berkepanjangan. Perdebatan clean and good governance merupakan bagian
penting dari wacana umum demokrasi, HAM dan masyarakat madani yang di usung gerakan
reformasi.

1.2. RUMUSAN MASALAH

Rumusan masalah materi dalam makalah ini diarahkan pada pengertian clean and good
governance, apa saja pengetahuan atau prinsip dasar dari pemerintah yang bersih dan baik agar
terciptanya pemerintah yang berdaulat

1.3. TUJUAN DAN MANFAAT

Tujuan makalah ini untuk memahami pentingnya clean and good governance yang mewujudkan
transparasi disegala bidang.Hal ini juga bias mengetahui apa saja prinsip-prinsip clean and good
governancemengenal lebih dalam apa saja prinsip prinsip dan hubungan dalam pembentuk
pemerintah yang baik dan bersih (Good Government dan Clean Government)

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. PENGERTIAN GOOD AND CLEAN GOVERNANCE

Istilah good and clean governance merupakan wacana baru dalam kosa kata ilmu politik.
Ia muncul pada awal 1990-an. Secara umum pengertian good and clean governance adalah
segala hal yang terkait dengan tindakan yang bersifat mengarah. Mengendalikan atau
mempengaruhi urusan public untuk mewujudkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sehari-
hari. Sedangkan secara khusus pengertian Good and clean governance adalah pengejawantahan
nilai-nilai luhur dalam mengarahkan warga Negara (citizens) kepada masyarakat dan pemerintah
yang berkeadapan melalui wujud pemerintah yang suci dan damai.Dalam kontek Indonesia
substansi good and clean governance di padankan dengan pemerintah yang baik, bersih dan
berwibawa. Sedangkan dalam definisi lain, pengertian good and clean governance adalah
pelaksanaan politik, ekonomi dan administrasi dalam mengelola masalah bangsa. Pelaksanaan
tersebut bisa dikatakan baik jika dilakukan dengan efektif dan efisien, responsive terhadap
kebutuhan rakyat dalam suasana demokratis, akuntabel dan trasparan (Said, 2010).

Arti good dalam good gaverance mengandung dua pengertian (Widodo, 2000 dalam
Rakhmat 2009). Pertama, nilai-nilai yang menjunjung tinggi kehendak rakyat dan nilai-nilai
yang dapat meningkatkan kemapuan rakyat dalam pencapaian kemandirian, pembangunan
berkelanjutan dan keadilan social. Kedua aspek-aspek fungsional dari pemerintahan yang efektif
dan efisien dalam melakukan upaya pencapaian tujuan nasional. Orientasi pertama mengacu
pada demokratisasi dalam kehidupan bernegara dengan elemen konstituennya seperti legitimacy,
accountability, autonomy and devolustion of power. Orientasi kedua tergantung pada bagaimana
pemerintahan mempunyai kompetensi serta struktur dan mekanisme politik dan administrasi
berfungsi secara efisien dan efektif.

2
2.2. PRINSIP-PRINSIP GOOD AND CLEAN GOVERNANCE

Menurut Kumorotomo (2010), Untuk merealisasikan pemerintahan yang professional dan


akutanbel yang berdasarkan pada prinsip-prinsip good and clean governance, Lembaga
Administrasi Negara merumuskan 9 aspek fundamental yaitu :

 Partisipasi

 Penegakan hukum

 Transparansi

 Rensponsif

 Orientasi kesepakatan

 Keadilan

 Efektifitas dan efesiensi

 Akutanbilitas

 Visi strategis

a. Partisipasi

Semua warga negara mempunyai suara dalam pengambilan keputusan baik secara
langsung maupun melalui lembaga perwakilan yang sah. Patisipasi tersebut di bangun
berdasarkan prinsip demokrasi yakni kebebasan berkumpul dan mengungkapkan pendapat secara
konstruktif. Dalam Undang-Undang Dasar 1945, disebutkan bahwa warga negara dijamin
kebebasannya berserikat, berkumpul, dan mengeluarkan pendapat, menyatakan pikiran melewati
tulisan maupun lisan(Ramadhan, 1989 dalam elbaruqy, 2010). Setiap orang berhak mencari,
memperoleh, dan memberikan informasi tentang dugaan korupsi, serta menyampaikan saran dan
pendapat maupun pengaduan kepada penegak hukum (polisi, jaksa, hakim, advokat). Dalam
pasal 1,ayat 1, PP Nomor 71 Tahun 2000 di sebutkan peran serta masyarakat adalah peran aktif
perorangan, organisasi masyarakat atau lembaga swadaya masyarakat dalam pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana korupsi. Artinya bahkan setiap orang, organisasi masyarakat, atau
lembaga swadaya masyarakat berhak mencari, memperoleh dan memberikan informasi adanya
3
dugaan hukum dan atau komisi yang menangani perkara tindak pidana korupsi, seperti juga
tercantum dalam pasal 2 ayat 1 peraturan pemerintah tersebut (Pengurus Pergerakan Indonesia,
2007 dalam elbaruqy, 2010).

b. Penegakan hukum

Pelaksanaan kenegaraan dan pemerintah harus di tata oleh sebuah aturan hukum yang kuat
dan memiliki kepastian hukum. Maka hal tersebut harus diimbangi dengan komitmen penegakan
hukum dengan karakter-karakter antara lain:

 Supremasi hukum

Supremasi hukum akan menjamin tidak terjadinya tindakan penguasa atas dasar diskresi
(tindakan sepihak berdasarkan kekuasaan yang dimilikinya).

 Kepastian hukum

Bahwa setiap kehidupan berbangsa dan bernegara diatur oleh hukum yang jelas dan pasti, tidak
duplikatif dan tidak pertentangan antara satu dan lainnya.

 Hukum yang reponsif

Aturan-aturan hukum itu disusun berdasrkan aspirasi masyarakat dan mampu mengakomodir
berbagai kebutuhan publik.

 Independensi peradilan

Bahwa peradilan tidak dipengaruhi oleh penguasa.

c. Trasparansi

Hal ini mutlak dilakukan untuk menghilangkan budaya korupsi dikalangan pelaksana
pemerintah. Terdapat 7 macam korupsi yang biasa dilakukan oleh kalangan birokrasi di
Indonesia, yaitu

4
 Transactive corruption

Yaitu korupsi yang dilakukan saat transaksi dan kedua belah pihak mengambil keuntungan dari
transaksi dengan merugikan negara.

 Investive corruption

Yakni investasi yang belum memiliki kepastian keuntungannya.

 Neposistive corruption

Yakni pemberian pekerjaan pada keluarga sehingga mengurang efektifitas kontrol.

 Defensive corruption

Yakni pihak korban memberikan sesuatu kepada pihak lain untuk mempertahankan diri dan
prilaku pemberikan tersebut merugikan negara.

 Utogenic corruption

Yakni korupsi yang dilakukan seseorang dan tidak melibatkan orang lain yang dapat
menguntungkan dirinya.

 Supportive corruption

Yakni korupsi untuk melindungi korupsi yang lain yang telah dilakukannya.

Terdapat 8 aspek mekanisme pengelolaan negara yang harus dilakukan secara trasparan,
yaitu:

 Penetapan posisi dan jabatan


 Kekayaan pejabat publik
 Pemberian penghargaan
 Penetapan kebijakan
 Kesehatan
 Moralitas pejabat
 Keamanan dan ketertiban
 Kebijakan strategis
5

d. Rensponsif

Pemerintah harus memahami kebutuhan masyarakat, tidak menunggu mereka menunggu


keinginannya tetapi secara proaktif mempelajari dan menganalisa kebutuhan masyarakat untuk
kemudian melahirkan berbagai kebijakan strategis guna memenuhi kepentingan umum.

Sesuai asas rensponsif, setiap unsur pemerintah harus memiliki 2 etika yaitu:

 Etika individual

Yakni kualivikasi etika individual menurut pelaksanaan birokrasi pemerintah agar memiliki
kriteria kapabilitas dan loyalitas profesional.

 Etika sosial

Yakni menurut pelaksanaan birokrasi pemerintah agar memiliki sensitifitas terhadap berbagai
kebutuhan publik.

Pemerintah bisa dikatakan baik jika telah melahirkan kebijakan yang beerdampak baik
kepada sebagian negaranya. Sebaliknya Pemerintah bisa dikatakan buruk jika membuat sebagian
warganya hidup tidak selayaknya dan kesejahteraan hanya dinikmati oleh elit birokrasi. Terkait
asas rensponsif adalah pemerintah harus terus merumuskan kebijaka-kebijakan pembangunan
terhadap semua kelompok sosial sesuai dengan karakteristik budayanya. Hal ini karena masih
sering dijumpai masyarakat yang hidup dlam kemiskinan dan terbelakang dari segi pendidikan
namun mereka menikmatinya. Hal ini bukan disebabkan karena tidak ada program yang
dilakukan pemerintah tetapi secara kultural mereka menolak terhadap program-program
pembangunan.

e. Konsensus

Bahwa keputusan apapun harus dilakukan melalui proses musyawarah.Paradikma ini


perlu dikembangkan dalam pelaksanaan pemerintah karena urusan yang mereka kelola adalah
persoalan public yang harus dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Untuk meningkatkan
dinamika dan menjaga akuntanbilitas dari proses pengelolaan tugas-tugas pemerintah dalam
pengambilan berbagai kebijakan, pemerintah harus mengembankan kebijakan sikap yaitu:

 Optimistik

Yakni sikap yang memperlihatkan bahwa setiap persoalan dapat diselesaikan dengan baik dan

 Keberanian

Yakni keberanian dalam mengambil keputusan dengan penuh integritas dan kejujuran sesuai
dengan prosedur yang benar serta tidak takut dengan intimadi penguasa atau organisasi tertentu.

 Keadilan yang berwatak kemurahan hati

Yakni kemampuan untuk menyeimbangkan komitmen atas orang atau kelompok dengan etik.

f. Kesetaraan

Yakni kesamaan dalam perlakuan dan pelayanan karena kenyataan bangsa Indonesia
sebagai bangsa yang majmuk baik etnis, agama dan budaya.

g. Efektifitas dan Efisiensi

Kriteria efektifitas biasanya diukur dengan produk yang dapat menjangkau sebesar-besar
kepentingan masyarakat. Sedangkan efesiensinya diukur dengan rasinalitas biaya pembangunan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Semakin kecil biaya yang terpakai untuk kepentingan
terbesar maka termasuk dalam kategori pemerintahan efesien.

h. Akutanbilitas

Akutanbilitas adalah pertanggung jawaban pejabat publik terhadap masyarakat yang


memberinya kewenangan untuk mengurusi kepentingan mereka. Pengembangan akutanbilitas
bertujuan agar para pejabat yang diberi kewenangan mengelola urusan publik selalu terkontrol
dan tidak memiliki peluang melakukan penyimpangan.
Secara teoritik akutanbilitas menyangkut 2 dimensi yaitu akutanbilitas vertikal dan akutanbilitas
horisontal. Akutanbilitas vertikal menyangkut hubungan antara pemegang kekuasaan dengan
rakyatnya. Pemegang kekuasaan dalam struktur kenegaraan harus menjelaskan kepada
masyarakat apa yang telah dilakukan, sedang dan akan yang dilakukan dimasa mendatang.
Akutanbilitas vertikal memiliki pengertian bahwa setiap pejabat harus

mempertanggungjawabkan kebijakan dan pelaksanaan tugas-tugasnya kepada atasan yang lebih


tinggi. Seperti bupati mempertanggungjawabkan tugasnya kepada gubernur. Sedangkan
akutanbilitas horisontal adalah pertanggungjawaban pemegang jawaban publik kepada lembaga
yang setara, seperti gubernur dengan DPRD I, bupati dengan DPRD II.

i. Visi strategis

Visi strategis adalah pandangan strategis untuk menghadapi masa yang akan datang
karena perubahan dunia dengan kemajuan tegnoliginya begitu cepat. Seseorang yang menempati
jabatan publik harus mempunyai kemampuan menganalisa persoalan dan tantangan yang akan
dihadapi oleh lembaga yang dipimpinnya.
8

BAB IV

PENUTUP

4.1. Kesimpulan

Dari penjabaran pembahasan diatas, kami penulis menyimpulkan beberapa poin sebagai berikut:

1. Good and Clean Governance sebagai wacana bagi pemerintah untuk mewujudkan
kepemerintahan yang besih, profesional, akuntanbel dalam segala bidang, serta bebas dari
mala praktek yang merugikan negara.

2. Dengan adanya Good and Clean Governance pemerintah bisa lebih transparan dalam
pelayanan publik, dan bisa meningkatkan kinerja birokasi.

3. Dengan adanya Good and Clean Governance pemerintah bisa mempunyai monitoring
yang handal dari kalangan swasta atau masyarakat pada umumnya.

4. Good and Clean Governance adalah landasan untuk menciptakan negara yang kuat,
kokoh, tangguh dalam segala aspek.

3.2. Saran

1. Good and Clean Governance harus dijalankan semaksimal mungkin oleh kalangan
birokrasi atau kalangan pemegang kekuasaan dan juga harus didukung oleh masyarakat.
Kalau semua sudah maksimal maka pemerintah akan selalu memegang teguh
peraturannya yakni (bebas KKN).
2. Pemerintah harus transparan dalam hal dalam pelayanan publik, supaya negara terbebas
dari oknum-oknum yang merugikan negara.

3. Supaya pemerintah menggalakkan kepada semua kalangan kepemerintahan mulai dari


RT sampai ke Pejabat yang paling tinggi.

4. Supaya pemerintah mengadakan semacam seminar-seminar wawasan kebangsaan kepada


semua masyarakat umumnya, khususnya kepada para Pejabat Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Kumorotomo, Wahyudi. 2010. Reformasi Aparatur Negara Ditinjau Kembali. Gava Media

Yogyakarta.

Rosyada, et. Al. 2007, Dede. Pendidikan Kewargaan (Civic Education): Tata kelola

Good & Clean Governance, ICC UIN Malang:Jakarta

Said, M. Mas’ud. 2010. Birokrasi Di Negara Birokratis. UMMPRESS : Malang


iii

Anda mungkin juga menyukai