Pada dekade awal abad ke-21, bangsa indonesia menghadapi gelombang besar pada masa reformasi
berupa meningkatnya tuntutan demokratisasi,dsntralisasi, dan globalisasi. Sekalipun keadaan serupa
pernah terjadi beberapa kurun waktu yang lalu, namun tuntutan saat ini mengandung nuansa yang
berbeda dengan kemajuan zaman. Globalisasi yang menyentuh berbagai bidang kehidupan di
seluruh wilayah pemerintahan negara menuntut repormasi sistem perekonomian, termasuk
birokrasinya, sehingga memungkinkan interaksi perekonomian antar daerah dan antar bangsa
berlangsung lebih episien. Kunci keberhasilan pembangunan perekonomian adalah daya saing, dan
kunci dari daya saing episiensi peroses pelayanan, mutu, dan kepastian kebijakan publik.
Dalam upaya menghadapi tantangan tersebut, salah satu persaratan yang perlu di
kembangkan adalah komitmen yang tinggi untuk menerapkan nilai luhur dan perinsip tata kelola
(good govermance) dalam mewujudakan cita – cita dan tujuan negara, sebagai mana diamanatkan
dalam pembukaan UUD 1945.
United Nations Develpment program (UNDP) dalam dokumen kebijakan yang berjudul “Governance
For Sustainable Human Devolepment”(1977), mendefinisikan kepemerintahan goverment) sebagai
berikut : “ goverment is the exercise of economic, political, and administrative, authority to a
country’ affairs at all levels and means by which states promote social cohesion, integration, and
sure the well being of their population. ( kepemimpinan dalah pelaksanaan kewenangan atau
kekuasaan dalam bidang ekonomi, politik, dan adminisreatife untuk mengelola berbagai urusan
negara pada setiap tingkatannya dan merupakan instrumen kebijakan negara untuk mendorong
terciptanya kondisi kesejahtraan integritas dan kohesitas sosial dalam masyarakat).
Pemerintah atau “goverment” dalam bahasa inggris diartikan sebagai pengarahan dan administrasi
yang berwenang atass kegiatan orang-orang dalam sebuah negara, negara bagian, kota, dan
sebagainya. Ditinjau dari sisi semantik, kebahasaan govermens berarti kepemerintahab dan good
govermance bermakna tata kepemerintahan yang baik.
Latar belakang
Penerapan good govermance di idnonesia dilatarbelakangi oleh dua hal yang sangat mendasar.
a. Tuntutan eksternal: pengaruh globalisai telah memaksa kita untuk menerapkan good
govermance . Good govermance telah menjadi ideologi negara dan lembaga donor
internasional dalam mendorong negara- negara anggotanya menghormati prinnsip- prinsip
ekonomi pasar dan demokrasi sebagai persyaratan dalam pergaulan interbasional. Stilah
good govermens mulai mengemuka di indonesia pada akhir tahun 1960-an, seiiring dengan
interaksi antara pemerintah indonesia dengan negara-negara diluar dan lembaga-lebaga
donor yang menyoroti kondisi objektif situasi petkembangan ekonomi dan politik dalam
negri indonesia.
b. Tuntutan internal : masyrakat melihat dan merasakan bahwa salah stu penyebab terjadinya
krisis multidimensional saat ini adalah terjadinya abse of power yang terwujud dalam KKN
dan sudah sedemikian rupa mewabah dalam segala sapek kehidupan. Proses check and
blance tidak terwujud dan dampaknya menyeret bangsa indonesia pada keterpulrukan
ekonomi dan ancaman disintegrasi. Bebagai kajiaan ihwal korupsi di indonesia
memperlihatkan korupsi berdampak negatif terhadap pembangunan melalui kebocoran,
mark up yang meyebabkan produk high cost dan tidak kompetitif di pasar gelobal (hihg cost
ekonomi), merusakkan tantanan masyarakat dan kehidupan bernegara. Masyrakat menilai
praktik KKN yang paling mencolok kualitas dan kuantitasnya adalah justru yang dilakukan
oleh cabang-cabang pemerintahan, eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Hal ini mengarahan
wacana pada bagaiman menggaas revormasi birokrasi pemerintahan (govermens refoerm).
Lembaga administrasi negara (2000) menyimpulka bahwa ujud good governance adalah
menyelenggarakan pemerintah negara yang solid dan bertanggung jawab, serta efisien dan
efektif, dengan menjaga sinergisan intraksi yang kontruktifdiantara domain-domain negara,
sektor suasta,dan masyarakat.
Penerapan sembilan perinsip good governance hendaknya dapat diterapkan diseluruh sektor
pembangunan, dengan memerhatikan agenda kebijakan pemerintah untuk beberapa tahun
mendatang dan perlu disesuaikan dan diarahkan kepada:
1. Setabilitas moneter, kususnya kurs dolar AS (USD) hingga mencapai target wajar, dan
stabilitas harga kebutuhan pokok pada tingkat yang terjangkau.
2. Penanganan dampak krisis moneter, khususnya pengembangan proyekpadt karya untuk
mengatasi pengangguran dan percukupan kebutuhan pangan bagi yang kekurangan.
3. Rekapitalisasi perusahaan kecul dan menengah yang sebenarnya sehat dan produktif.
4. Operasional langkah reformasi meliputi kebijaksanaan moneter, sistem perbangkan,
kebijakan piskal, dan anggaran serta penyelsaiaan hutang swasta dan restrukturisasi
sektor riil.
5. Melanjutkan langkah menghadapi era globalisas, khususnya untuk meningkatkan
ketahanan dan daya saing ekonomi.
Di samping itu perlu juga diperhatikan adnya keberhasilan bangunan aparatur negara
dalam rangka mewujudkan kepemerinrahan yang baik dalam era reformasi. Sebagaiman
tercantum dalam keketapan MPR Nomor VIII/MPR/1998, bab III yang mencangkup:
1. Mengatasi krisis ekpnomi dalam waktu yang sesingkat-singkatnya terutama untuk
menghasilkan setabilitas moneter yang tanggap terhadap pengaruh global dan
pemulihan aktivitas usaha nasional.
2. Mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan masyarakat,
berbangsa, dan bernegara melaui peluasan dan peningkatan partusupasi politik
rakyat secara tertib untuk menciptakan stabilitas nasional.
3. Menegakkan hukum berdasarkan nilai kebenaran dan keadilan, hak asasi manusia
menuju terciptanya ketertiban umum, dan perbaikan sikap mental.
4. Meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi pembangunan, agama, dan
sosial budaya dalam usaha mewujudkan masyarakat madani.
Penerapan good govenance pada sektor publik tidak dapat terepas dari visi masa depan
indonesia sebagai fokus tujuan pembanguna kepemerintahan yang baik dan memiliki
tugas pokok yang mencakup:
Menurut penjelasan uu tersebut, asas akuntabilitas adalah asas yang menentukan bahwa setiap
kegiatan dan hail akhir kegiatan penyelengaraan negara harus dapat dipertanggungjawabkan kepada
masyrakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan tertinggi negara sesuai dengan ketentuan
pelraturan perundang-undangan yang berlaku.presiden berkewajiban mempertanggungjawabkan
seluruh kegiatan pemerintahan secara priodik kepada MPR. Pertanggungjawaban presiden tersebut
merupakan akumulasi dari keseluruhan pelaksanaan tugas-tugas umum pemerintahan dan
pembangunan instansi pemerintah, baik pusat maupun daerah, yang perlu disampaikan pula kepada
DPR atau DPRD.
Oleh sebab itu, inpres No 7 tahun 1999 mewajibkan setiap instansi pemerintah sebagai
unsur penyelenggara pemerintahan negara mulai pejabat eleson II ke atas untuk mempertanggung
jawabkan pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya serta kewenangan pengelolaan sumber daya dan
kebijaksanaan yang di percayakan kepadanya berdasarkan perancanaan strategis yang di rumuskan
sebelumnya.pertanggung jawaban adalah :
Dalam Surat Keputusan Kepala Lembaga Adiministrasi Negara Nomor 589/IX/6/Y/99, yang di
perbaharui oleh Nomor 239/IX/6/2003 tentang Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas
kinerja Instansi Pemerintah, diutarakan bahwa akuntabilitas kinerja instansi pemerintaha (AKIP)
adalah perwujudan kewajiban suatu instansi pemerintah untuk mempertangungjawabkan
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan misi organisasi dalam mencapai sasaran dan tujuan yang
telah ditetapkan melalui pertanggungjawaban secara periodik.Sistem Akuntabilitas Kinerja Instani
Pemerintah pada pokoknya adalah instrumen yang digunakan instansi pemerintah ddalam
memenuhi kewajiban untuk mempertanggung jawabkan keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
misi organisasi, terdiri atas berbagai komponen yang merupakan satu kesatuan, yaituperencanaan
sterategis, serta perencanaan, pengukuran kerja,dan pelaporan kinerja. Laporan Akuntabilitaas
Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) adalah dokumen yang berisi gambaran perwujudan LAKIP yang
disusun dan disampaikan secara sistematik dan melembaga. LAKIP bermanfaat antara lain untuk :
Dengan telah dipahaminya penerapan perinsipgood governance pada sektor publik, maka untuk
mengaitkannya dengan penerapan good governance di sektor swasta berikut ini perlu dipahami
tentang good corporate governance. Berdasarkan surat kepurisan Menteri Badan Usaha Milik
Negara Nomer EP-117/M-MBU/2000 tentang penerapan peraktik good corporate governance
adalah suatu proses dan suatu struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan
keberhasilan suatu usaha dan akuntabilitassuatu perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang
saham dalam jangka panjangdengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya,
berlandaskan peraturan perundangan dan nilai-nilai etika. Stakeholders adalah pihak-pihak yang
memiliki kepentingan dengan BUMN, baik langsung maupun tidak langsung, yaitu pemegang
saham/ pemilik modal, komisaris atau dewan pengawas, direksi dan karyawan serta pemerintah,
kreditor dan pihak yang berkepentingan lainnya.
Adapun prinsip-prinsif good corporate governance (GCG) yang dimaksud dalam keputusan ini
meliputi:
Berdasarkan konsepsi kepemerintahan yang baik yang pada hakikatnya terdiri atas tiga pilar, yaitu
pemerintah, dunia usaha, atau sektor swasta, dan masyarakat madani, maka arah kebijakn
tersebut sejalan pula dengan konsepsi dan perinsip “ Reinventing Goverment” sebagaiman di
rekomendasikan oleh David Obsorne dan Ted Gaibler (1992), bahwa pemerintahan (negara)
hendaknya berperan sebagai katalis ( Catalytic Goverment) dimana pemerintah atau negara
hanya akan dibatasi hanya pada peran “steering rather than rowing” ( peran mengendalikan pada
peran melaksanakan).
Keberhasilan pemerintah era Reformasi nasional dewasa ini harus dapat diukur dari kinerja
mengatasi krisis ekonomi, mewujudkan kedaulatan rakyat dalam seluruh sendi kehidupan
masysyarakat, berbangsa dan bernegara, menegakkan hukum secara berkeadilan, serta
mewujudkan masyarakat madani indonesia. Agenda reformasi nasiona untuk menjamin
kelancaran jalannya pemerintahan dalam upaya mewujudkan sasaran tersebut antara lain
mencakup:
1. Kerangka kerja tim ( team works) antarorgansme, departemen, dan antar wilayah.
2. Hubungan kemitaraan ( phatnership), antara pemerinta dengan setiap unurmasyarakt
negara yang bersangkutan tadi tidak sekedar kemitraan internal antara jajaran instansi
pemerintah.
3. Pemahaman dan komitmen akan manfaat dan arti pentingnya tanggungjawab dan kerjasam
( cooperation) dalam satu kepaduan serta sinergisme dalammencapai tujuan.
4. Adanya dukungan dan sistem kemampuaan dan keberadaan menanggung resiko ( risk
talking) dan keberanian menanggung resiko ( risk talking dan berinisiatif, sepanjang hal ii
secara realistik dapat dikembangakan).
5. Adnya kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai internasional (kode etik) administrasi
publik, juga terhadap nilai etika dan moralitas yang diakui dan dijunjung tinggi secara
bersama-sama dengan masyarakt yang dilayani.
6. Adnya pelayanan administrasi publik yang berorientasi kepada masyarkat yangdilayani,
insklusif ( mencerminkan layanan yang mencakup secara merata seluruh masyarakat yang
bersangkutan, tanpa ada perkecualiaan),administrasi publih yang mudah dijangkau
masyarakat, dan bersifat bersahabat, berasakan pemerataan tyang berkeadilan dalam
setiaptindakan dalan lyanan dalam setiap tindakan. Layanan yang diberikan kepada
masyarakat mencerminkan wajah pemerintah yang sebenarnya atau tidak menerapkan
standar ganda dalam menentukan kebijakan