Anda di halaman 1dari 3

Kiat Praktis Guru Membuat Karya Tulis

Pokok-pokok Pikiran

Oleh Henri Nurcahyo

1. Banyak cara, teknik, atau kiat untuk membuat karya tulis. Setiap orang memiliki
caranya sendiri, sangat personal. Seperti belajar mengendarai sepeda ketika pertama
kali, seperti belajar berenang. Tidak ada pedoman yang baku. Yang penting mulai
saja. Learning by doing. Tetapi syarat utama tentu saja, harus bisa menulis. Jangan
langsung memvonis diri sendiri: “saya tidak bisa menulis”. Toh setiap saat kita rajin
nulis SMS, BBM, nulis status FB, chatting, atau email. Mungkin sudah tidak jamannya
menulis surat di kertas yang dikirim pake pos.

2. Membuat karya tulis, memang berbeda dengan menulis biasa. Tetapi, sekali lagi,
juga jangan langsung berkata: “wah kalau itu saya tidak bisa.” Dan tidak melakukan
apa-apa untuk mencobanya. Pertama, niat. Kedua, rumuskan APA yang ingin ditulis
dalam sebuah kalimat. Mungkin sulit membuat rumusan pertama kali, karena terlalu
banyak yang ingin dikerjakan, terlalu luas bidang yang hendak ditulis, atau terlalu
kabur apa yang dimaksudkan. Jadi, cobalah lagi tuliskan, APA yang hendak ditulis
dalam sebuah kalimat saja. Buatlah kalimat dengan MAKNA TUNGGAL. Jangan
panjang-panjang, jangan membuat kalimat bertingkat. Tulis saja sebisa mungkin,
jangan pikirkan ejaan, jangan pikirkan tatabahasa, tulis saja. Nah, kalau sudah
selesai, baru dibaca ulang, mana yang perlu dicoret, dibenahi tatabahasanya,
diperjelas maksudnya.

3. Makna tunggal, artinya kalimat itu hanya punya satu makna, tidak bias, tidak
menimbulkan salah persepsi, melainkan sekali dibaca sudah jelas apa maksudnya.
Kalau masih kesulitan, tulislah satu KATA dulu tentang apa yang hendak ditulis.
Misalnya (sekadar contoh saja): “Durian.” Nah, apa yang hendak kita tulis tentang
buah apel? Kemungkinannya adalah:
a. Mengenal berbagai jenis Durian yang beredar di pasaran
b. Asal usul buah Durian masuk ke Indonesia
c. Cara mengenali buah Durian yang berkualitas
d. Teknologi pasca panen buah Durian.
e. Manfaat buah Durian bagi kesehatan
f. Wonosalam, desa penghasil Durian
g. Teknik budidaya pohon Durian
h. Dsb, dll, dst.......

4. Breakdown, itulah langkah selanjutnya. Ibarat sebuah menu makanan, maka


breakdown adalah menentukan BAHAN-BAHAN apa yang kita butuhkan untuk
membuat masakan berupa kalimat yang sudah kita pilih tadi. Misalnya contoh 3.a:
“Mengenal berbagai jenis Durian yang beredar di pasaran”. Maka dalam daftar
rencana belanja-data kita dapat dicantumkan misalnya:

1
a. Seperti apa yang disebut durian? (Durian adalah nama buah yang bla bla bla......)
b. Ciri umum dari buah durian
c. Mengenali jenis durian dari besarnya, warna kulitnya, bentuk durinya, besar
bijinya, ketebalan dagingnya, warna dagingnya, rasanya, baunya dll
d. Mengenali durian dari asalnya
e. Mengenal nama-nama jenis durian
f. Mengenal pasar atau tempat-tempat penjualan durian
g. Mengenal spesifikasi masing-masing tempat penjualan durian

5. Belanja Data. Pasti langsung tanya Mbah Google. Apakah SEMUA kebutuhan data
kita sudah dapat terpenuhi dalam SATU artikel di Google. Kalau iya, buat apa kita
menulis lagi. Kalau masih sebagian, mungkin kita bisa browsing lagi. Kalau semuanya
sudah lengkap, kita tinggal merakitnya saja. Ingat, jangan menjiplak, copy paste saja,
tetap sebutkan sumbernya. Hargailah karya tulis orang lain. Yang perlu diwaspadai,
sumber di Google seringkali ngawur, tidak jelas asal-usulnya, asal kutip, apalagi yang
dimuat di blog pribadi. Belanja di Google harus ekstra waspada, mana yang bisa
dipercaya, yang bisa dikutip, mana yang hanya dapat dijadikan inspirasi saja. Google
hanya sekadar memudahkan langkah awal, selanjutnya carilah bukunya saja.

6. Pengamatan langsung, adalah cara terbaik memperoleh data. Memang tidak semua
daftar belanja data kita dapat dipenuhi hanya dengan pengamatan saja. Perlu
wawancara dengan pedagang durian, petani durian, penggemar durian, kalau perlu
ke peneliti durian. Hasil pengamatan langsung merupakan data yang sangat berharga
karena bersifat empiris. Gunakan segala peralatan yang diperlukan untuk
mendokumentasikan hasil pengamatan, khususnya kamera. Ingat, bicara soal ukuran
harus ada parameternya yang mudah diverifikasi. Kalau bilang “ukuran besar” itu
sebesar apa? Bandingannya apa?

7. Merangkum hasil belanja data. Tinggal sekarang kita mau membuat karya tulis dalam
bentuk apa? Apakah mau dibuat menjadi karya fiksi? (puisi, cerpen, novel) Ataukah
artikel esei populer? Karya ilmiah populer? Atau karya ilmiah yang baku untuk
kepentingan studi? Semua ada aturan-aturan teknisnya yang tinggal mengikuti saja.
Fokus materi dalam makalah ini adalah teknik membuat karya tulis secara umum.
Yang penting mampu membuat karya tulis itu saja dulu. Kalau mau tanya Mbah
Google semua sudah lengkap.

8. Kiat paling jitu untuk membuat karya tulis adalah: Mencoba langsung saja. Ibarat
belajar renang, langsung nyebur saja, kalau sudah pernah merasakan tenggelam
pasti terdorong bagaimana caranya agak tidak tenggelam. Asal saja, jangan malah
menjadi trauma tidak mau belajar renang. Dan ketika kita sudah mahir berenang,
maka teknik itu seolah-olah menjadi tidak penting lagi.

9. Kesimpulannya: Teknik itu dipelajari untuk dilupakan.

Sidoarjo, 21 Februari 2012

2
(artikel ini disajikan sebagai panduan dalam acara Latihan Pembuatan Karya Tulis
bagi Guru di Jombang)

Semacam Biodata:
Henri Nurcahyo, lahir di Lamongan 22 Januari 1959, pernah sekolah di Fakultas
Kedokteran Hewan UGM, sekolah yang sesungguhnya adalah aktivitasnya di dunia
jurnalistik, LSM dan kesenian. Pernah menang lomba karya tulis 10 (sepuluh) kali,
menjadi editor dan penulis lebih dari 20 buku, aktif dalam kegiatan kesenian sebagai
juri, pengamat dan penulis. Sekarang menjadi anggota pleno Dewan Kesenian Jatim,
ketua bidang program Dewan Kesenian Sidoarjo, dan ketua Lembaga Ekologi Budaya
(elbud).
Nomor kontak: 0812 3100 832,
email: henrinurcahyo@gmail.com, blog: henrinurcahyo.wordpress.com

Anda mungkin juga menyukai