Anda di halaman 1dari 19

MATERI KULIAH ONLINE UNIOL 4.

0
DIPONOROGO
Selasa, 1 Agustus 2023
(Di bawah Asuhan: Prof. Dr. Suteki, S.H.,
M.Hum.)
=============================

Ironis, El Nino Menelan Korban Jiwa di Papua:


Inikah Potret Pemerintah Abai dalam Sistem
Demokrasi Kapitalisme?

Oleh: Dewi Srimurtiningsih

I. PENGANTAR

Bencana El Nino yang melanda Indonesia


menyebabkan kekeringan parah di beberapa
daerah. Bahkan, bencana ini telah memakan
korban jiwa di Distrik Lambewi dan Distrik
Agandugume, Kabupaten Puncak, Papua
Tengah. Sebanyak enam orang dilaporkan
meninggal dunia, salah satunya adalah bayi.

Para korban adalah Yenis Telenggen (38),


Yemina Murib (42), Ater Tabuni (46), Tenus
Murib (46), Tera Murib (39), dan juga bayi
bernama Ila Telenggen. Korban meninggal
dalam kondisi lemas terkena diare, panas
dalam, seriawan, dan sakit kepala. (Kompas,
27/7/2023)

Selain itu, berdasarkan data masih ada 7.500


warga yang kelaparan dan terancam
meninggal pula dari kedua distrik tersebut
apabila pemerintah tak juga cepat tanggap
atas bencana yang melanda rakyatnya.

Pasalnya, Bupati Puncak Willem Wandik di


Mimika, Papua Tengah,
mengatakan musibah itu dipicu cuaca ekstrem,
temperatur udara sangat dingin dan tanpa
hujan sejak Mei, dan akibatnya, warga gagal
panen ubi dan keladi.

Diakui Willem, kondisi kesehatan warga


terdampak makin anjlok karena demi
mendapat bantuan makanan di Distrik Sinak,
warga harus berjalan selama dua hari.
Distribusi makanan belum maksimal karena
terkendala masalah keamanan.

”Maskapai penerbangan tak berani membawa


bantuan makanan dari Sinak ke Distrik
Agandugume. Mereka takut pesawatnya
ditembak kelompok kriminal bersenjata,”
ungkap Willem.

Seharusnya, selang waktu dua bulan lebih dari


cukup bagi pemerintah untuk memaksimalkan
bantuan demi mengantisipasi munculnya
korban jiwa dari bencana ini. Terlebih, pihak
BMKG mengklaim telah memberi tahu pada
pemerintah mengenai adanya musim kemarau
sejak Maret 2023. Sedangkan, Kemensos
mengaku akan menyiapkan lumbung
penyimpanan bahan makanan.
Faktor keamanan dan akses jalan menjadi
alasan pemerintah atas lambatnya penyaluran
bantuan dalam mengantisipasi dampak dari
bencana El Nino yang menyebabkan
kekeringan dan kelaparan. Pada akhirnya,
rakyat yang menderita dan terenggut
nyawanya.

II. PERMASALAHAN
Dari pengantar di atas, permasalahan yang
akan dibahas sebagai berikut:

(1) Mengapa pemerintah abai dalam menyikapi


bencana El Nino hingga bisa menelan korban
jiwa di Papua dalam sistem demokrasi
kapitalisme?

(2) Apa dampak abainya pemerintah dalam


sistem demokrasi kapitalisme?

(3) Bagaimana strategi Islam menghadapi


bencana alam yang sedang melanda?

III. PEMBAHASAN

A. Potret Pemerintah Abai di Sistem Demokrasi


Kapitalisme

Dampak bencana El Nino yang menyebabkan


kekeringan dan kelaparan hingga merenggut
korban jiwa sekiranya patut untuk kita
sematkan sebagai potret nyata abainya
pemerintah. Pasalnya, ini bukanlah bencana
yang tiba-tiba terjadi layaknya gunung meletus,
tsunami ataupun gempa bumi. Bahkan,
bencana yang tergolong tiba-tiba ini saja,
masih dapat diupayakan meminimalkan korban
dengan memaksimalkan mitigasi bencana.

Memang benar yang dikatakan Bupati Puncak


Willem
musibah yang merenggut nyawa enam warga
itu dipicu cuaca ekstrem, temperatur udara
sangat dingin, dan tanpa hujan sejak Mei, dan
akibatnya, warga gagal panen ubi dan keladi.
Namun, upaya maksimal pemerintah turut
dipertanyakan dalam melakukan persiapan
menghadapi dampak bencana. Terlebih
muncul korban akibat warga terpaksa
memakan bahan makanan yang tak layak
konsumsi. Sebagaimana diakui Willem
buruknya kesehatan warga demi memperoleh
bantuan, warga harus berjalan selama dua hari
ke Distrik Sinak.

Bahkan, nampak pemerintah saling lempar


alasan, sebagaimana pihak BMKG yang
merasa telah menyampaikan akan muncul
bencana El Nino yang diprediksi hingga
September 2023 sejak Maret 2023. Pihak
Kemensos pun memberikan alasan susahnya
akses jalan untuk menjangkau lokasi. Dan
aparat keamanan yang meyakinkan sulitnya
pemberian bantuan karena merajalelanya KKB
yang penulis lebih cenderung menyebut
kelompok teroris atau separatis.

Inilah wujud lemahnya peran negara dalam


sistem demokrasi kapitalisme. Baik faktor
alam, faktor keamanan, dan faktor akses jalan
adalah akibat penerapan sistem kehidupan
yang merusak ini. Faktor alam yang
mengakibatkan bencana El Nino parah tidak
lepas dari andil kapitalisme dalam tata kelola
pembangunannya. Faktor keamanan yang
mengganggu proses distribusi lebih
menunjukkan ketidakmampuan negara
menumpas kelompok separatis yang berlarut-
larut melancarkan terornya, padahal ulah
mereka sudah banyak merenggut nyawa.
Faktor akses jalan yang merupakan sarana
publik juga menunjukkan lemahnya negara
yang menerapkan kapitalisme dalam
memeratakan pembangunan.

Sangat miris, ketika bencana El Nino yang


mengakibatkan
kekeringan dan kelaparan hingga merenggut
nyawa. Lebih ironis lagi, ketika ini terjadi di
Papua yang dikenal dengan sumber saya
alamnya yang melimpah. Dan seharusnya
memalukan dengan dengan gunung emasnya
yang dikangkangi PT. Freeport sejak lama tak
serta merta memeratakan pembangunan
terutama akses jalan yang merupakan sarana
publik yang vital. Ini mematahkan statement
sebelumnya yang mengatakan keberadaan PT.
Freeport memberi keuntungan bagi
masyarakat sekitar. Menuju gempita perayaan
kemerdekaan Indonesia ke-78 diwarnai noktah
merah rakyatnya yang meninggal akibat
kelaparan. Miris, ironis, dan tragis. Inilah potret
pemerintah abai dalam sistem demokrasi
kapitalisme.

B. Pemerintah Abai dalam Penanganan


Bencana Alam dapat Membahayakan Rakyat

Dampak nyata dari abainya pemerintah dalam


penanganan bencana alam dapat
Membahayakan rakyat. Bahkan, ini nyata telah
membahayakan rakyat dengan terenggutnya
enam nyawa termasuk salah satu di antaranya
bayi.

Ini juga tidak lepas merupakan dampak dari


pemilihan sistem ekonomi politik yang salah.
Pembangunan yang bertumpu pada
kapitalisme tak memberi manfaat bagi rakyat,
kecuali hanya segelintir rakyat yang bermodal.
Kapitalis semata yang diuntungkan dengan
keberadaan sistem demokrasi kapitalisme ini.
Sistem ini juga melemahkan ketahanan
negara, membuatnya lemah tak berdikari,
bahkan sekadar untuk menumpas kelompok
separatis hingga dibiarkan berlarut-larut
menebarkan terornya.
Jika sistem kehidupan ini terus dipertahankan,
maka sikap abai pemerintah terhadap
rakyatnya tidak akan pernah berakhir. Ini
karena sistem demokrasi kapitalisme lazim
melahirkan pemerintah abai dalam meriayah
rakyatnya.

Sekarang memang bantuan sudah mulai


berdatangan untuk 7.500 jiwa rakyat Papua
yang masih bertahan hidup di dua distrik.
Namun, rakyat membutuhkan pemerintah yang
peduli dengan rakyatnya, pemerintah yang
memainkan perannya sebagai pengurus
seluruh urusan rakyatnya, bukan yang
bergerak cepat dan tanggap ketika korban jiwa
telah jatuh. Jadi, selama mempertahankan
sistem demokrasi kapitalisme maka akan
selalu berpeluang munculnya pemerintah yang
abai dalam penanganan bencana alam dan
dapat berakibat akan makin membahayakan
rakyat.

C. Strategi Islam Menghadapi Bencana Alam


Berlawanan dengan sistem demokrasi
kapitalisme yang niscaya memunculkan
pemerintah abai dalam kepengurusan
rakyatnya, sistem Islam dapat hadir sebagai
solusi. Sistem Islam niscaya melahirkan
pemimpin yang amanah dan bertanggung
jawab atas rakyatnya.

Jika persoalannya adalah distribusi bahan


pokok, maka Islam dengan sistem ekonominya
mampu mewujudkan pemerataan atas
kebutuhan rakyat di seluruh wilayahnya, bukan
hanya
menunggu ketika terjadi bencana alam.
Kalaupun terjadi bencana alam, maka
pemerintah dalam Islam akan makin
memaksimalkan perannya untuk memenuhi
kebutuhan rakyat yang terdampak bencana.

Ketahanan pangan negara diwujudkan salah


satunya untuk mengcover ketika terjadi
bencana kekeringan hingga berakibat paceklik
pada hasil panen rakyat. Jadi, upaya
pemenuhan tanggung jawab negara bukan
ketika bencana telah terjadi, tetapi jauh
sebelumnya terjadi bencana. Salah satu
daerah yang dilanda paceklik akan dipenuhi
kebutuhannya dengan mendatangkan dari
daerah lain. Upaya maksimal menghadapi
bencana alam, seperti paceklik telah jauh
ribuan abad yang lalu dicontohkan oleh
Khalifah Umar bin Khattab.

Persoalan ketahanan pangan, jauh telah


dicontohkan di masa kekhilafahan Islam. Imam
Al-Qurtubi mengatakan: “Bertani adalah salah
satu kewajiban berkecukupan. Oleh karena itu,
umat Islam/pemimpin Negara/Khilafah harus
mendorong rakyat untuk bercocok tanam,
bertani dan berkebun, sampai terpenuhinya
kebutuhan pangan negara/rakyat/masyarakat”.
Muslim menghasilkan semua yang mereka
butuhkan bahkan seorang sejarawan
peradaban berkata: Saya belum pernah
mendengar bahwa Muslim, di mana pun
mereka menetap, mengimpor makanan dari
luar negara-negara dunia Islam. Umat Muslim
juga menulis tentang properti tanah dan cara
menghasilkan kompos, memperkenalkan
perbaikan substansial dalam metode
pembajakan, pertanian, dan irigasi.” (Ahmad
Amin, 1966). (Hidayatullah.com)
Sedangkan, apabila persoalannya adalah
akses jalan yang tidak merata, maka dalam
sistem Islam sulit akan ditemui ini. Pasalnya,
sistem ekonomi Islam tidak akan membiarkan
SDA diprivatisasi, tetapi wajib dikelola negara
yang hasilnya akan digunakan untuk
membangun sarana publik, baik sarana jalan,
sarana pendidikan, sarana kesehatan, hingga
memberikan akses murah, mudah, dan bahkan
gratis untuk rakyatnya atas sarana publik
tersebut. Keberlimpahan SDA tidak akan
menjadikan negara kekurangan modal dalam
mengurusi rakyatnya. Jarang ditemui khilafah
menarik dharibah bagi rakyatnya demi
membangun fasilitas publik.

Teringat Khalifah Umar bin Khattab saat


melihat ada jalan yang rusak, beliau berkata
“Jangan ada satu keledai pun yang terperosok
karena jalan yang rusak, ini akan menjadi
pertanggung jawabanku di akhirat kelak”. Inilah
wujud ungkapan seorang pemimpin yang lahir
dalam sistem Islam.

Kemudian, ketika yang menjadi persoalan


adalah teror dari kelompok separatis, maka
tidak akan diragukan lagi akan semangat jihad
fisabilillah dari tentara Muslim yang rela syahid
di jalan-Nya untuk secepatnya menumpas
mereka tanpa menunggu berlarut-larut hingga
banyak nyawa rakyat sipil menjadi korban.

Dalam Islam, bukan hanya sistem ekonomi


dan ketahanan militernya saja yang diatur
dengan Islam. Namun, seluruh aturan
kehidupan di seluruh lini kehidupan akan diatur
dengan syariat Islam.
Oleh karena itu, sangat penting untuk dicatat
bahwa masa kegemilangan Islam dalam
catatan sejarah tidak lepas dari adanya
implementasi syariah Islam secara kaffah
hingga peradaban Islam dapat bertahan
selama 14 abad. Peradaban Islam telah
membawa kemajuan dalam kondisi sosial dan
material (termasuk ketersediaan dan
keamanan pangan). Islam membentuk
peradaban yang melampaui semua peradaban
sebelumnya (termasuk Romawi) dalam hal
ekspansi, ketahanan, dan pencapaiannya.

IV. PENUTUP

Berdasarkan pembahasan di atas, maka dapat


disimpulkan sebagai berikut:

1. Bencana El Nino yang menyebabkan


kekeringan dan kelaparan hingga merenggut
nyawa di tanah Papua tentu sangat miris
sekali. Ironis, Papua yang dikenal kaya dengan
sumber daya alam emasnya yang dikangkangi
kapitalis (PT. Freeport) sejak lama tak
berdampak pada pembangunan fasilitas publik
masyarakat sekitar. Tragis, akses jalan yang
sulit dan ketidakamanan akibat ulah kelompok
teroris menjadi alasan sulitnya bantuan masuk.
Sungguh, inilah potret pemerintah abai dalam
sistem demokrasi kapitalisme.

2. Sistem demokrasi kapitalisme berpeluang


memunculkan pemerintah yang abai terhadap
rakyatnya. Salah satunya abai dalam upaya
menghadapi bencana kekeringan dan
kelaparan yang sampai merenggut nyawa
rakyat. Kondisi ini berdampak
membahayakan rakyat. Bahkan, apabila terus
dibiarkan cara pengurusan rakyat seperti ini
maka akan makin membahayakan rakyat.

3. Dibutuhkan sistem baru yang mampu


menghadirkan pemimpin yang amanah untuk
meriayah seluruh urusan rakyatnya. Sistem
Islam dengan seperangkat aturannya, secara
komprehensif diterapkan di semua lini
kehidupan. Ini akan mewujudkan periayahan
rakyat secara optimal dalam segala kondisi,
termasuk dalam kondisi terjadi bencana alam.

#LamRad
#LiveOppressedOrRiseUpAgainst

Anda mungkin juga menyukai