TERM OF REFERENCE
PENDAMPINGAN RUJUKAN BALITA STUNTING ATAU GIZI BURUK
A. Pendahuluan
Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus
diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana dimaksud dalam
Pancasila dan Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap
orang berhak untuk sehat.
1. Latar Belakang
Dalam undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan, khususnya
pada Bab VIII tentang Gizi, pada pasal 141 ayat 1 menyatakan bahwa upaya
perbaikan gizi masyarakat ditujukan untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan
masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan, perbaikan
perilaku sadar gizi dan peningkatan akses mutu pelayanan gizi dan kesehatan sesuai
dengan kemajuan ilmu serta teknologi. Upaya pembinaan dan intervensi gizi yang
dilakukan oleh pemerintah secara bertahap dan berkesinambungan yaitu dengan
kegiatan pemeriksaan dokter spesialis anak kepada balita Kurang Energi Protein
(KEP).
Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kekurangan gizi
kronis terutama pada 1000 HPK. Penurunan stunting penting dilakukan sedini
mungkin untuk menghindari dampak jangka panjang yang merugikan seperti
terhambatnya tumbuh kembang, perkembangan otak serta terjangkitnya penyakit
tidak menular.
Upaya penurunan stunting dilakukan melalui dua intervensi, yaitu intervensi
gizi spesifik untuk mengatasi penyebab langsung dan intervensi gizi sensitif untuk
mengatasi penyebab tidak langsung. Selain melalui intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif perlu adanya rujukan berjenjang dimulai dari skrining di
posyandu, kemudian rujukan ke Puskesmas dan terakhir ke rumah sakit.
Keadaan gizi masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Suradita berdasarkan
hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) Balita tahun 2022 dengan indikator BB/TB
diperoleh data prevalensi balita wasting 4.3%, indikator TB/U diperoleh data
prevalensi balita stunting 4%, Sedangkan dengan indikator BB/U diperoleh data
prevalensi balita underweight 5.6%. Prevalensi ibu hamil KEK 5.4% dan anemia
gizi besi 13.9%. Dampak yang timbul dari masalah Anemia dan KEK tersebut
adalah adanya kelahiran BBLR selama tahun 2022 sebesar 2.4%.
Sebagai tindak lanjut maka puskesmas sebagai lini terdepan dari strkutur
jajaran kementrian kesehatan menjadi penggerak utama di masyarakat dalam
penanggulangan masalah gizi serta mengajak semua lapisan masyarakat untuk
berperan aktif dalam kegiatan penganggulangan masalah gizi. Masalah gizi yang
terjadi pada kelompok balita di wilayah kerja Puskesmas Suradita diatatasi dengan
pemeriksaan oleh dokter spesialis anak.
Rujukan berjenjang dilakukan pada RSUD di wilayah Kabupaten Tangerang
yakni RSUD Kabupaten Tangerang ataupun Dinas Kesehatan Kabupaten
Tangerang bekerjasama dengan dokter spesialis anak RSUD Kabupaten Tangerang
dengan jemput bola yaitu membuat jadwal konsultasi dokter spesialis anak di 4 titik
yaitu: Puskesmas Teluknaga, Puskesmas Balaraja, Puskesmas Pagedangan dan
Puskesmas Rajeg dengan tujuan bayi balita mendapatkan pelayanan pemeriksaan
lebih lengkap.
3. Jadwal Kegiatan
Bulan
No Kegiatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
PENDAMPINGAN
RUJUKAN BALITA
1
STUNTING ATAU GIZI
BURUK