Perubahan Perilaku Konformitas Remaja Pengguna Media Sosial Instagram Ke Arah Risk Society
Perubahan Perilaku Konformitas Remaja Pengguna Media Sosial Instagram Ke Arah Risk Society
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS AIRLANGGA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu media berbasis aplikasi yang memiliki banyak pengguna adalah
Instagram. Instagram adalah salah satu media sosial populer di dunia, termasuk
Indonesia yang memiliki berjuta anggota dari beragam tipe akun media sosial.
Fungsi dan kegunaan Instagram ialah sebagai media untuk membuat foto dan
mengirimkannya dalam waktu yang sangat cepat. Tujuan tersebut sangat
dimungkinkan oleh teknologi internet yang menjadi basis aktivitas dari media
sosial ini. (Pengertian Instagram dan Keistimewaannya, 2015).
Pengguna instagram memiliki rentang usia yang luas, salah satunya yang
paling banyak adalah remaja. Remaja merupakan individu yang sedang melalui
masa transisi pada manusia dimana belum menyandang status orang dewasa tetapi
tidak lagi memiliki status anak-anak. Remaja disebut juga adolescence yang
artinya menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Erikson
(dalam Bay, 2015) menyatakan bahwa remaja cenderung untuk mencari jati diri
dalam rangka pengembangan kepribadiannya di kemudian hari. Karena hal inilah,
melalui instagram remaja dapat menuangkan kreatifitas, melakukan promosi
produk atau sekedar memamerkan foto di dunia maya dan menjadikan instagram
diminati remaja dan anak-anak sekarang (Mahardika, 2014)
Namun semakin lama, banyak pula muncul akun di instagram yang
memang dikhususkan sebagai sarana remaja masa kini untuk mengekspresikan
diri mereka. Berawal dari akun-akun ini pula, maka tren ‘remaja masa kini’
dengan cepat menyebar. Tren yang muncul juga tidak terbatas pada suatu jenis
tertentu namun bermacam-macam jenisnya, baik menunjukkan kreatifitas remaja
maupun tren yang tidak jelas dan tidak bermanfaat. Pada akhirnya remaja
mengimitasi segala yang mereka lihat dari instagram agar terlihat sama dengan
yang lain. Hal ini disebut dengan konformitas. Melalui hal ini, remaja
menunjukkan pada dunia mengenai eksplorasi jati diri mereka (Bay, 2015).
LANDASAN TEORITIK
2.1. Remaja
Monks (1998) menetapkan batasan usia remaja antara 12-21 tahun yang
dibagi dalam tiga fase, yaitu 12-15 tahun sebagai remaja awal, 15-18 tahun
sebagai remaja pertengahan dan 18-21 sebagai remaja akhir. Pada tiga fase ini,
individu berkembang ke arah kematangan seksual serta memantapkan identitas
dirinya, periode remaja ini merupakan masa yang kritis bagi individu dalam
memantapkan pengalaman yang diperoleh sejak kecil dalam membentuk
kepribadian serta bekal bagi penyesuaian dalam kehidupan bermasyarakat
selanjutnya.
2.2. Konformitas
Menurut Cialdini & Goldstein (Taylor, dkk, 2009) Konformitas adalah
tendensi untuk mengubah keyakinan atau perilaku seseorang agar sesuai dengan
perilaku orang lain. Kartono dan Gulo (2000) menambahkan bahwa konformitas
adalah kecenderungan untuk dipengaruhi tekanan kelompok dan tidak menentang
norma-norma yang telah digariskan oleh kelompok.
Taylor, dkk (2004) membagi aspek konformitas menjadi lima, yaitu:
a. Peniruan
b. Penyesuaian
c. Kepercayaan
d. Kesepakatan
e. Ketaatan