Anda di halaman 1dari 102

PENGELOLAAN SEDIAAN FARMASI

DAN ALAT KESEHATAN


apt. Rizki Siti Nurfitria, MSM.
Kapita Selekta Kefarmasian - 2023
Manajemen Farmasi

stnurfitria2023
Pengelolaan Obat*
 Pengelolaan sediaan farmasi dan alat  Pengelolaan Sediaan Farmasi, Alat
kesehatan merupakan suatu kegiatan Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai
untuk mempertahankan jumlah dilakukan sesuai ketentuan peraturan
persediaan pada tingkat atau jumlah perundang-undangan yang berlaku
yang dikehendaki. meliputi
 Merupakan unsur penting dalam fungsi  pemilihan (RS, klinik),
manajerial, karena ketidakefisienan akan  perencanaan,
memberikan dampak negatif bagi yankes  pengadaan,
baik secara medis maupun secara  penerimaan,
ekonomis.
 penyimpanan,
 berhubungan erat dengan anggaran dan  pendistribusian (RS, PKM, klinik ranap),
belanja
 pemusnahan dan penarikan,
Perbekalan farmasi: obat, bahan obat, alat kesehatan,  pengendalian,
reagensia, radio farmasi dan gas medis
Perbekalan Kesehatan: Obat, Bahan Obat, Obat
 pencatatan dan pelaporan.
Tradisional, Kosmetik, Alat Kesehatan, Perbekalan
Kesehatan Rumah Tangga (PKRT) stnurfitria2023
Dasar hukum
 UU. No. 36 tahun 2009, tentang KESEHATAN (terbaru UU No. 17 tahun 2023)
 PP. No. 72 Tahun 1998, tentang PENGAMANAN SEDIAAN FARMASI DAN ALAT KESEHATAN
 Permenkes No. 72 tahun 2016 tentang STANDAR PELAYANAN FARMASI DI RUMAH SAKIT
 Permenkes No. 73 tahun 2016 tentang STANDAR PELAYANAN FARMASI DI APOTEK
 Permenkes No. 74 tahun 2016 tentang STANDAR PELAYANAN FARMASI DI PUSKESMAS
 Permenkes No. 34 tahun 2021 tentang STANDAR PELAYANAN FARMASI DI KLINIK
 Petunjuk Teknis Standar Pelayanan Kefarmasian di Rumah Sakit/Apotek/Puskesmas tahun 2019
 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 3 Tahun 2015 tentang Peredaran, Penyimpanan, Pemusnahan, dan
Pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan Prekusor Farmasi
 Perka BPOM no. 24 tahun 2021 tentang Pengawasan Pengelolaan Obat, Bahan Obat, Narkotika,
Psikotropika, Dan Prekursor Farmasi Di Fasilitas Pelayanan Kefarmasian menggantikan Perka BPOM no. 4
tahun 2018
 Good Pharmacy Practice(GPP)/Cara Pelayanan Kefarmasian yang Baik (CPFB) tahun 2011
 Pedoman Pengelolaan Obat Rusak dan Kadaluarsa di Fasilitas Pelayanan Kesehatan dan Rumah Tangga
stnurfitria2023

tahun 2021
Alur Pengelolaan PEMILIHAN

Obat
MONITORING &
EVALUASI PERENCANAAN

PENCATATAN & PENGADAAN


PELAPORAN

PEMUSNAHAN &
PENARIKAN PENERIMAAN
(dulu:
PENGHAPUSAN)

PENGENDALIAN PENYIMPANAN

PENYALURAN/
DISTRIBUSI
stnurfitria2023
Kegiatan Pengelolaan di RS, Apotek, Puskesmas dan Klinik
RS (PMK no. 72/2016) Apotek (PMK no. 73/2016) Puskesmas (PMK no. 74/2016) Klinik (PMK no. 34/2021)

Pemilihan - - Pemilihan

Perencanaan Perencanaan Perencanaan Perencanaan


Pengadaan Pengadaan Permintaan Pengadaan
Penerimaan Penerimaan Penerimaan Penerimaan
Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan Penyimpanan

Pendistribusian - Pendistribusian Pendistribusian (rawat


inap)
Pemusnahan dan Pemusnahan dan Pemusnahan dan penarikan Pemusnahan dan
penarikan penarikan penarikan
Pengendalian Pengendalian Pengendalian Pengendalian
Administrasi (termasuk Pencatatan dan Pencatatan, pelaporan, Administrasi
Pencatatan Pelaporan Pelaporan pengarsipan
- - Pemantauan dan evaluasi
stnurfitria2023
-
Peran Kritis Apoteker
dalam Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Alat Kesehatan
 Perencanaan (metode konsumsi, morbiditas, ABC, VEN)
 Pengadaan: Pemesanan (ttd SP NPP)
 Penerimaan (ttd faktur NPP)
 Penyimpanan (obat khusus)
 Pemusnahan dan penarikan (terutama obat rusak dan ED)
 Pelaporan Narkotika dan Psikotropika (di aplikasi SIPNAP) dan
prekursor

*NPP=Narkotika, Psikotropika, Prekursor

stnurfitria2023
A. Pemilihan (RS dan Klinik)
 Pemilihan adalah kegiatan untuk menetapkan jenis Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai sesuai dengan kebutuhan.
 Pemilihan dilakukan berdasarkan:
a. formularium dan standar pengobatan/pedoman diagnosa dan terapi;
b. standar Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang telah
ditetapkan;
c. pola penyakit;
d. efektifitas dan keamanan;
e. pengobatan berbasis bukti (evidence-based medicine);
f. mutu;
g. harga; dan
h. ketersediaan di pasaran.

stnurfitria2023
Formularium RS
 disusun mengacu kepada Formularium Nasional.
 merupakan daftar Obat yang disepakati staf medis,
disusun oleh Komite/Tim Farmasi dan Terapi yang
ditetapkan oleh Pimpinan Rumah Sakit.
 harus tersedia untuk semua penulis Resep, pemberi Obat,
dan penyedia Obat di Rumah Sakit.
 Evaluasi terhadap Formularium Rumah Sakit harus secara
rutin dan dilakukan revisi sesuai kebijakan dan kebutuhan
Rumah Sakit.
 Penyusunan dan revisi Formularium Rumah Sakit
dikembangkan berdasarkan pertimbangan terapeutik dan
ekonomi dari penggunaan Obat agar dihasilkan
Formularium Rumah Sakit yang selalu mutakhir dan dapat
memenuhi kebutuhan pengobatan yang rasional.

stnurfitria2023
Kriteria Pemilihan
Obat yang Masuk Formularium
 Kriteria pemilihan Obat untuk masuk Formularium Rumah Sakit:
a. mengutamakan penggunaan Obat generik;
b. memiliki rasio manfaat-risiko (benefit-risk ratio) yang paling menguntungkan penderita;
c. mutu terjamin, termasuk stabilitas dan bioavailabilitas;
d. praktis dalam penyimpanan dan pengangkutan;
e. praktis dalam penggunaan dan penyerahan;
f. menguntungkan dalam hal kepatuhan dan penerimaan oleh pasien;
g. memiliki rasio manfaat-biaya (benefit-cost ratio) yang tertinggi berdasarkan biaya langsung dan tidak
langsung; dan
h. Obat lain yang terbukti paling efektif secara ilmiah dan aman (evidence-based medicines) yang paling
dibutuhkan untuk pelayanan dengan harga yang terjangkau.
 Dalam rangka meningkatkan kepatuhan terhadap formularium Rumah Sakit, maka Rumah Sakit harus
mempunyai kebijakan terkait dengan penambahan atau pengurangan Obat (Penghapusan Obat)
dalam Formularium Rumah Sakit dengan mempertimbangkan indikasi penggunaaan, efektivitas, risiko,
dan biaya.

stnurfitria2023
stnurfitria2023
B. Perencanaan obat
 merupakan kegiatan menyusun daftar kebutuhan perbekalan farmasi,
menentukan jumlah dan periode pengadaan Sediaan Farmasi, Alat
Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai yang berkaitan dengan suatu
pedoman sesuai dengan hasil kegiatan pemilihan untuk menjamin
terpenuhinya kriteria tepat jenis, tepat jumlah, tepat waktu dan efisien.
 Perencanaan dilakukan secara optimal dengan menggunakan metode yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dasar perencanaan yang telah
ditentukan antara lain:
 konsumsi,
 epidemiologi,
 kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi
dan disesuaikan dengan anggaran yang tersedia.

stnurfitria2023
Tujuan perencanaan
1. Untuk mencegah terjadinya kekurangan/kekosongan obat atau
kelebihan persediaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
serta meningkatkan penggunaan secara efektif dan efisien.
2. Untuk menetapkan jenis dan jumlah perbekalan farmasi sesuai
dengan pola penyakit dan kebutuhan pelayanan kesehatan di rumah
sakit

stnurfitria2023
Perencanaan obat dan metodenya

Metode Perhitungan Kebutuhan Obat Metode Evaluasi Perencanaan Obat

1. Metode konsumsi 1. Metode ABC ( Analisis ABC


2. Metode morbiditas (Always, Better,
(epidemiologi) Salah satu Control)/Pareto Analysis)
Model
Pengendalian 2. Metode VEN (Vital,
Persediaan
Essensial, Non Essensial)

→ Dilakukan untuk menghindari masalah kekosongan


obat atau kelebihan obat.

stnurfitria2023
Metode konsumsi
 menggunakan data dan hasil analisis konsumsi atau penggunaan obat
individual tahun sebelumnya dalam memproyeksikan kebutuhan yang
akan datang, dengan berbagai penyesuaian dan koreksi
 Tahapan:

1) Pengumpulan dan pengolahan data


2) Analisa data untuk informasi dan evaluasi
3) Perhitungan perkiraan kebutuhan perbekalan farmasi
4) Penyesuaian jumlah kebutuhan perbekalan farmasi dengan alokasi
dana.

stnurfitria2023
Contoh perhitungan kebutuhan Amoxycillin di PKM:
Total pengadaan Amoxycillin kaplet Januari – Desember 2018 sebanyak 2.500.000 kaplet
(ternyata habis dipakai selama 10 bulan, jadi ada kekosongan 2 bulan)
Sisa stok per 31 Desember 2018 sebanyak = 0 tablet
Kebutuhan Obat 1 thn= pemakaian 1thn+safety stock+lead time stok-sisa
stok
a. Pemakaian rata-rata per bulan 2.500.000 tab/10 = 250.000 kaplet
b. Kebutuhan Pemakaian 12 bulan = 250.000 x 12 = 3.000.000 kaplet
c. Stok pengaman (10-20%) = 20% x 3.000.000 kaplet = 600.000 kaplet
d. Lead time (waktu tunggu) stok 3 bulan = 3 x 250.000 = 750.000 kaplet
e. Kebutuhan amoxycillin kaplet tahun 2019 adalah b + c + d yaitu (3.000.000 + 600.000 +
750.000) kaplet = 4.350.000 kaplet
f. Jadi pengadaan tahun 2019 adalah hasil perhitungan (e – sisa) stok yaitu (4.350.000)
kaplet =4.350.000 kaplet atau sama dengan 4350 kaleng @1000 kaplet.

stnurfitria2023
Metode Morbiditas
 Metode morbiditas: perhitungan kebutuhan  Langkah-langkah dalam metode morbiditas:
obat berdasarkan pola penyakit. 1. Mengumpulkan data yang diperlukan
 memperkirakan keperluan obat a. Perkiraan jumlah populasi.
berdasarkan dari jumlah, kejadian b. Pola morbiditas penyakit:
penyakit dan mempertimbangkan pola ◼ jenis penyakit pertahun untuk seluruh
standar pengobatan untuk penyakit populasi pada kelompok umur yang
tertentu. ada
 Pada prakteknya di Apotek jarang ◼ frekuensi kejadian masing-masing
penyakit pertahun untuk seluruh
diterapkan karena keterbatasan data
populasi pada kelompok umur yang
terkait pola penyakit.
ada.
 Faktor yang perlu diperhatikan adalah
2. Menghitung kebutuhan jumlah sediaan farmasi,
perkembangan pola penyakit dan lead dengan cara jumlah kasus dikali jumlah obat
time sesuai pedoman pengobatan dasar → Dapat
mempertimbangkan lead time dan buffer stock.
stnurfitria2023
Contoh perhitungan dengan metode morbiditas
Penggunaan oralit pada penyakit diare akut Penggunaan oralit pada penyakit diare akut
Anak-anak Dewasa
 Satu siklus pengobatan diare  Satu siklus pengobatan diare
diperlukan 15 bungkus oralit @ 200 diperlukan 6 bungkus oralit @ 1 liter.
ml.
 Jumlah kasus 180.  Jumlah kasus 108 kasus.
 Jumlah oralit yang diperlukan =  Jumlah oralit yang diperlukan = 108
180 kasus x 15 bungkus = 1.620 kasus x 6 bungkus = 648 bungkus.
bungkus @ 200ml

stnurfitria2023
Evaluasi Perencanaan
 Setelah dilakukan perhitungan kebutuhan perbekalan farmasi untuk
periode yang akan datang, akan diperoleh jumlah kebutuhan, dan
idealnya diikuti dengan evaluasi
 Cara/teknik evaluasi yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:
a. Analisa nilai ABC, untuk evaluasi aspek ekonomi
b. Pertimbangan/kriteria VEN, untuk evaluasi aspek medik/terapi
c. Kombinasi ABC dan VEN
d. Revisi daftar perbekalan farmasi

stnurfitria2023
Metode ABC/Analisis ABC*
(Always, Better, Control)/Pareto Analysis
 Untuk menentukan jumlah obat yang akan diadakan berdasarkan prioritas.
 Erat kaitannya dengan biaya dan pemakaian perbekalan farmasi dalam setahun,
sehingga diperlukan tingkatan prioritas dengan asumsi berapa jumlah pesanan dan
kapan dipesan.
 Analisis ini mengelompokkan item barang dalam 3 jenis klasifikasi berdasarkan
volume tahunan dalam jumlah persediaan uang.
 Untuk menentukan nilai dari suatu volume item tertentu, maka analisis ABC dilakukan
dengan cara mengukur permintaan (demand) dari setiap butir persediaan dikalikan
dengan biaya perunit.

*ABC=Activity Based Costing


stnurfitria2023
Prinsip Pareto:
Prinsip utama adalah dengan menempatkan jenis-jenis perbekalan farmasi ke dalam suatu
urutan, dimulai dari jenis yang memakan anggaran/rupiah terbanyak. Urutan langkah
sbb:
a. Kumpulkan kebutuhan perbekalan farmasi yang diperoleh dari salah satu metode
perencanaan, daftar harga perbekalan farmasi, dan biaya yang diperlukan untuk tiap
nama dagang. Kelompokkan ke dalam jenis-jenis/kategori, dan jumlahkan biaya per jenis
kategori perbekalan farmasi.
b. Jumlahkan anggaran total, hitung masing-masing prosentase jenis perbekalan farmasi
terhadap anggaran total.
c. Urutkan kembali jenis- jenis perbekalan farmasi diatas, mulai dengan jenis yang memakan
prosentase biaya terbanyak.
d. Hitung persentase kumulatif, dimulai dengan urutan 1 dan seterusnya.
e. Identifikasi jenis perbekalan farmasi apa yang menyerap ±70% anggaran total (biasanya
didominasi oleh beberapa jenis perbekalan farmasi saja).

stnurfitria2023
Pengelompokan

Kelompok A

• Persediaan yang menyerap anggaran/jumlah unit uang pertahunnya


tinggi (60-90%), tetapi biasanya volumenya (5-10%)

Kelompok B :

• Persediaan yang menyerap anggaran/jumlah nilai uang pertahunnya


sedang (20-30%), tetapi biasanya volumenya sedang (20-30%)

Kelompok C :

• Persediaan yang menyerap anggaran/jumlah nilai uang pertahunnya


rendah (10-20%), tetapi biasanya volumenya besar (60-70%).

stnurfitria2023
→ PRIORITAS

ALWAYS BETTER
stnurfitria2023 CONTROL
CARA perhitungan:
1. Hitung jumlah dana yang dibutuhkan untuk masing-masing obat
dengan cara mengalikan jumlah obat dengan harga obat
2. Tentukan rangkingnya mulai dari yang terbesar sampai yang terkecil
3. Hitung persentasenya terhadap total dana yang dibutuhkan
4. Hitung kumulasi persennya
 Perbekalan Farmasi kategori A termasuk dalam kumulasi 70%
 Perbekalan Farmasi kategori B termasuk dalam kumulasi 71 – 90%
 Perbekalan Farmasi kategori C termasuk dalam kumulasi 90 – 100%

stnurfitria2023
stnurfitria2023
stnurfitria2023
stnurfitria2023
Metode VEN
(Vital, Essensial, Non Essensial)
1. Kriteria Vital

 Analisis VEN artinya menentukan  kelompok obat yang sangat utama


prioritas kebutuhan suatu perbekalan (pokok/vital).
farmasi → menentukan apakah suatu  Diperlukan untuk menyelamatkan kehidupan
(life saving drugs), dan bila tidak tersedia
jenis perbekalan farmasi termasuk:
akan meningkatkan risiko kematian, antara
 kriteria vital (harus tersedia), lain :
 esensial (perlu tersedia), atau a. obat penyelamat jiwa,
 non-esensial (tidak prioritas untuk b. dibutuhkan sangat cepat,
disediakan). c. tidak dapat digantikan obat lain.
 Contoh: obat shock anafilaksis

stnurfitria2023
2. Kriteria Essensial, 3. Kriteria Non Essensial,
 kelompok obat yang bekerja kausal yaitu  merupakan obat penunjang yaitu obat yang
obat yang bekerja pada sumber penyebab kerjanya ringan dan biasa digunakan untuk
penyakit, tidak untuk mencegah kematian menimbulkan kenyamanan atau untuk
secara langsung/kecacatan. mengatasi keluhan ringan, meliputi
 Terbukti efektif untuk menyembuhkan  aneka ragam perbekalan farmasi yang digunakan
penyakit, atau mengurangi penderitaan untuk penyakit yang sembuh sendiri (self-limiting
disease),
pasien.  perbekalan farmasi yang diragukan manfaatnya,
 Contoh:  perbekalan farmasi yang mahal namun tidak
 Sediaan farmasi untuk pelayanan kesehatan pokok mempunyai kelebihan manfaat dibanding
(contoh: antidiabetes, analgesik, antikonvulsi) perbekalan farmasi sejenis lainnya, dll.
 Sediaan farmasi untuk mengatasi penyakit penyebab  Contoh: suplemen
kematian terbesar.

stnurfitria2023
Prinsip Analisis VEN
 Penggolongan obat sistem VEN dapat digunakan untuk penyesuaian rencana kebutuhan obat dengan
alokasi dana yang tersedia.
 Penyusunan rencana kebutuhan obat yang masuk kelompok vital diusahakan agar tidak terjadi
kekosongan obat.
 Untuk menyusun daftar VEN perlu ditentukan terlebih dahulu kriteria penentuan VEN yang
mempertimbangkan kebutuhan masing-masing spesialisasi antara lain:
 Klinis,
 konsumsi,
 target kondisi dan
 biaya.
 Langkah-langkah menentukan VEN.
(1) Menyusun kriteria menentukan VEN.
(2) Menyediakan data pola penyakit.
(3) Standar pengobatan.

stnurfitria2023
stnurfitria2023
Metode Kombinasi
 Logikanya, jenis sediaan farmasi yang  Tabel Metode Kombinasi
termasuk kategori A dari analisis ABC adalah
jenis sediaan farmasi yang benar-benar
diperlukan untuk penanggulangan
penyakit terbanyak. Dengan kata lain,
statusnya harus E dan sebagian V dari VEN.
 Sebaliknya, jenis sediaan farmasi dengan
status N harusnya masuk kategori C.
 Digunakan untuk:
 menetapkan prioritas untuk pengadaan
sediaan farmasi dimana anggaran yang
ada tidak sesuai dengan kebutuhan.
 melakukan pengurangan sediaan
farmasi.

stnurfitria2023
Peran Apoteker dan TTK dalam perencanaan

Apoteker TTK

1. Menghitung kebutuhan obat Mencatat kebutuhan sediaan farmasi


dan perbekalan kesehatan:
dengan metode ttt (misal dgn
1. Memeriksa ketersediaan sediaan
metode konsumsi, morbiditas) di unit kerja
2. Evaluasi perencanaan obat 2. Memeriksa persediaan sediaan
(analisis kebutuhan obat yang mendekati kadaluarsa
ABC/pareto, VEN, dll) 3. Membuat usulan penanganan obat
yang akan dipesan (menyusun
defekta)

stnurfitria2023
stnurfitria2023
C. Pengadaan Obat
 Pengadaan merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk merealisasikan
perencanaan kebutuhan.
 Pengadaan yang efektif harus menjamin ketersediaan, jumlah, dan waktu yang tepat
dengan harga yang terjangkau dan sesuai standar mutu.
 Pengadaan merupakan kegiatan yang berkesinambungan dimulai dari pemilihan,
penentuan jumlah yang dibutuhkan, penyesuaian antara kebutuhan dan dana,
pemilihan metode pengadaan, pemilihan pemasok, penentuan spesifikasi
kontrak, pemantauan proses pengadaan, dan pembayaran.
 Untuk memastikan Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis
Pakai sesuai dengan mutu dan spesifikasi yang dipersyaratkan maka jika proses
pengadaan dilaksanakan oleh bagian lain di luar Instalasi Farmasi dan harus
melibatkan tenaga kefarmasian.

stnurfitria2023
Tujuan Pengadaan
 Untuk mendapatkan perbekalan farmasi dengan
 harga yang layak,
 mutu yang baik,

 pengiriman barang terjamin dan tepat waktu, proses berjalan lancar dan

 tidak memerlukan tenaga serta waktu berlebihan

stnurfitria2023
Mekanisme Pengadaan Obat
Pengadaan secara umum dapat dilakukan melalui:

Pembelian (di RS melalui Panitia


pengadaan, SK Direktur)
Produksi Sediaan Farmasi

Sumbangan/Dropping/Hibah

stnurfitria2023
Langkah-langkah Pembelian
 Proses pembelian mempunyai beberapa langkah yang baku dan merupakan siklus yang
berjalan terus-menerus sesuai dengan kegiatan rumah sakit.
 Langkah proses pengadaan dengan metode pembelian dimulai dengan
 mereview daftar perbekalan farmasi yang akan diadakan,
 menentukan jumlah masing-masing item yang akan dibeli,
 menyesuaikan dengan situasi keuangan,
 memilih metode pengadaan,
 memilih rekanan,
 membuat syarat kontrak kerja,
 memonitor pengiriman barang,
 menerima barang,
 melakukan pembayaran serta
 menyimpan kemudian mendistribusikan.

stnurfitria2023
Kriteria Pemilihan PBF

Kecepatan dan
Legalitas PBF Ketepatan Pemilihan
Barang

Penawaran diskon Kualitas barang


atau bonus

Kemungkinan
pengembalian Jarak PBF
barang rusak atau ED
stnurfitria2023
Dokumen Pengadaan dan Tugas Apoteker/TTK

Pengadaan Tugas Apoteker/TTK

 Surat Pesanan  Apoteker


 SP reguler (2 rangkap)  Membuat dan menandatangani SP
(wajib untuk obat NPP dan OOT)
 SP Narkotika (minimal 3 rangkap, dilengkapi cap apotek dan No. SIPA
1 lembar SP untuk 1 item obat)  TTK
 SP Psikotropika (minimal 3  Menandatangani SP (hanya SP
rangkap) reguler, hanya oleh TTK yang memiliki
SIPTTK, dilengkapi cap apotek)
 SP Prekursor (minimal 3 rangkap)
 Melakukan pemesanan ke PBF (telp,
 SP Obat-Obat Tertentu (OOT) SMS, WA, online aplikasi/web) berd.
(minimal 3 rangkap) permintaan apoteker

stnurfitria2023
Contoh Surat Pesanan Obat

SP reguler SP narkotika

stnurfitria2023
stnurfitria2023
stnurfitria2023
D. PENERIMAAN OBAT
→ kegiatan untuk menerima perbekalan  Petugas penerimaan
farmasi yang telah diadakan sesuai dengan  bertanggung jawab
aturan kefarmasian, melalui pembelian  terlatih baik
langsung, tender, konsinyasi atau
sumbangan.  harus mengerti sifat penting dari
perbekalan farmasi.
 merupakan kegiatan untuk menjamin
 tim harus mencakup tenaga farmasi.
kesesuaian jenis, spesifikasi, jumlah,
mutu, waktu penyerahan dan harga
yang tertera dalam kontrak atau surat
pesanan dengan kondisi fisik yang
diterima.
 Semua dokumen terkait penerimaan
barang harus tersimpan dengan baik.
 sebaiknya dilakukan dengan teliti hal ini
disebabkan karena pengantaran obat
dapat mengakibatkan kerusakan
stnurfitria2023
Tujuan Penerimaan Obat
untuk menjamin perbekalan farmasi yang diterima sesuai kontrak
baik spesifikasi mutu, jumlah dan waktu
 Semua perbekalan farmasi harus ditempatkan dalam tempat
persediaan
 segera setelah diterima, harus segera disimpan di dalam lemari besi

atau tempat lain yang aman.


 harus sesuai dengan spesifikasi kontrak yang telah ditetapkan

stnurfitria2023
SOP Penerimaan Obat
• Nama PBF, alamat PBF, no telp
Periksa keabsahan • No. faktur/invoice
faktur • tanda tangan APJ dan stempel PBF

• Nama sarana pelayanan


Identitas Penerima • Alamat sarana pelayanan
• Nama APJ

• nama sediaan, bentuk sediaan, kekuatan, jumlah


Mencocokkan produk di sediaan, harga
faktur dengan obat fisik • nomor batch sediaan

• kondisi wadah (segel) dan sediaan


Memeriksa kondisi fisik • ED
obat • Bila rusak maka obat dikembalikan dan minta diganti

• faktur ditandatangani, diberi tanggal serta distempel.


Setelah pemeriksaan Faktur yang asli diserahkan kepada sales sedang
salinan faktur disimpan oleh apotek sebagai arsip.
stnurfitria2023
Dokumen dan Peran Apoteker/ATK dalam
Penerimaan
Peran ATK Dokumen

Menerima sediaan farmasi  Faktur Pembelian


(kecuali NP, Prekursor OK)  Buku Pembelian dan Penerimaan Barang
dan perbekalan kesehatan:  Bukti Retur

• memeriksa kesesuaian Peran Apoteker


pesanan Menerima sediaan farmasi Narkotika,
• Memeriksa keadaaan fisik Psikotropika, dan Prekursor (terutama
sediaan golongan OK)
• Membuat bukti penerimaan Penerimaan Prekursor Obat Jadi dapat
dikuasakan kepada TTK dengan
disertai Surat Kuasa (per PBF)
stnurfitria2023
Contoh Faktur
Pembelian Obat

Faktur penjualan
obat (oleh PBF)

stnurfitria2023
Bukti Retur

stnurfitria2023
Lengkapnya di

E. Penyimpanan Petunjuk Teknis


Standar Layanan
Farmasi di RS

→ suatu kegiatan menyimpan dan memelihara dengan cara menempatkan perbekalan


farmasi yang diterima pada tempat yang dinilai aman dari pencurian serta gangguan
fisik yang dapat merusak mutu obat.
 Setelah penerimaan → penyimpanan → pendistribusian.

 Harus dapat menjamin kualitas dan keamanan perbekalan farmasi sesuai dengan
persyaratan farmasi, meliputi:
 stabilitas dan keamanan
 sanitasi
 cahaya
 kelembaban
 ventilasi
 penggolongan jenis sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan

stnurfitria2023
Tujuan Penyimpanan
1. Memelihara mutu sediaan farmasi
2. Menghindari penggunaan yang tidak bertanggung jawab
3. Menjaga ketersediaan
4. Memudahkan pencarian dan pengawasan

stnurfitria2023
Lemari palet
Lemari obat narkotika

Rak obat
Rak obat OTC
stnurfitria2023
Syarat Lemari Narkotika dan Psikotropika
a. terbuat dari bahan yang kuat (harus dibuat seluruhnya dari kayu atau bahan lain yang kuat);
b. tidak mudah dipindahkan (apabila tempat khusus tersebut berupa lemari berukuran kurang dari
40 x 80 x 100 cm maka lemari tersebut harus dibuat pada tembok → saran BPOM atau lantai
kecuali lemari tersebut bagian dari lemari atau meja resep yang besar)
c. mempunyai 2 (dua) buah kunci yang berbeda (lemari terdiri dari 2 kompartemen masing-masing
dengan kunci yang berlainan ; bagian pertama dipergunakan untuk menyimpan narkotika,
petidina, dan garam-garamnya serta persediaan narkotik, bagian kedua dipergunakan untuk
menyimpan narkotika lainnya yang dipakai sehari-hari);
d. harus diletakkan dalam ruang khusus di sudut gudang, untuk Instalasi Farmasi Pemerintah;
e. diletakkan di tempat yang aman dan tidak terlihat oleh umum, untuk Apotek, Instalasi Farmasi
Rumah Sakit, Puskesmas, Instalasi Farmasi Klinik, dan Lembaga Ilmu Pengetahuan ; dan
f. kunci lemari khusus dikuasai oleh Apoteker penanggung jawab/Apoteker yang ditunjuk dan
pegawai lain yang dikuasakan.
g. Tempat penyimpanan Narkotika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Narkotika.
h. Tempat penyimpanan Psikotropika dilarang digunakan untuk menyimpan barang selain
Psikotropika
stnurfitria2023
Metode Penyimpanan
 Penyimpanan obat dapat dilakukan berdasarkan cara penempatan sbb:
✓ kelas terapi,
✓ bentuk sediaan, dan
✓ jenis sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan
dan disusun secara alfabetis dengan menerapkan sistem penataan obat sbb:
✓ prinsip First Expired First Out (FEFO),
✓ First In First Out (FIFO) atau
✓ Last In First Out (LIFO)
disertai sistem informasi manajemen yang selalu menjamin ketersediaan perbekalan farmasi sesuai kebutuhan.

 Penyimpanan sebaiknya dilakukan dengan memperpendek jarak gudang dan


pemakai → untuk efisiensi

stnurfitria2023
Sistem Penataan Obat
Ada beberapa macam sistem penataan obat, antara lain:
1. First In First Out (FIFO) yaitu obat yang datang kemudian diletakkan di belakang
obat yang terdahulu.
2. Last in First Out (LIFO) yaitu obat yang datang kemudian/terakhir diletakkan di
depan obat yang datang dahulu.
3. First Expired First Out (FEFO) yaitu obat yang mempunyai tanggal kadaluwarsa
lebih dahulu diletakkan di depan obat yang mempunyai tanggal kadaluwarsa
kemudian

stnurfitria2023
Obat LASA

Penyimpanan Obat LASA

 Menurut Permenkes RI No.  Obat-obatan yang memiliki bentuk/rupa dan


1691/MENKES/PER/VIII/2011 Tentang Keselamatan pengucapannya sama “TIDAK BOLEH” di
Pasien Rumah Sakit, Look Alike Sound Alike/NORUM letakkan secara berdekatan. Seperti Contoh :
(Nama Obat Rupa Ucapan Mirip) masuk ke dalam obat-
Epinephrine injeksi dan Ephendrine injeksi;
obatan yang perlu diwaspadai (High-Alert Medications)  Jika terletak pada huruf abjad yang sama
harus di selingi dengan obat lain minimal 2
 Penanganan obat yang tergolong LASA: Tall-Mann obat dengan kategori LASA di antaranya
Latering → metode yang digunakan untuk membedakan untuk mencegah terjadinya human error;
huruf yang tampaknya sama dengan obat yang mirip.  Gunakan wadah atau tempat dengan warna
 contohnya: metFORmin dan metRONIdaZOL, ePINEFrin yang berbeda;
dan efeDRIN. Seminimal mungkin kesalahan sampai 0%.  Menempelkan stiker pada setiap obat LASA.
 https://www.ismp.org/recommendations/confused-drug-
names-list (obat International)

stnurfitria2023
Tall Man lettering

stnurfitria2023
stnurfitria2023
Obat HAM (High Alert Medication)
 High Alert Medication adalah obat-obat yang memerlukan pengawasan
khusus sejak proses pengadaan, penerimaan, penyimpanan, pendistribusian
sampai pada pemberian obat kepada pasien karena sering menyebabkan
terjadinya kesalahan serius (sentinel event) dan berisiko tinggi menyebabkan
Reaksi Obat yang Tidak Diinginkan (ROTD).
 HAM mencakup :
 Obat risiko tinggi, yaitu sediaan farmasi dengan zat aktif yang akan menimbulkan
kematian atau kecacatan bila terjadi kesalahan (error) dalam penggunaannya
(contoh: insulin, heparin atau kemoterapeutik)
 Obat LASA/NORUM
 Elektrolit konsentrat contoh: kalium klorida dengan konsentrasi sama atau lebih dari
2 mEq/ml, kalium fosfat, natrium klorida dengan konsentrasi lebih dari 0,9% dan
magnesium sulfat injeksi dengan konsentrasi 50% atau lebih
 Elektrolit konsentrasi tertentu, contoh: kalium klorida dengan konsentrasi 1 mEq/ml,
magnesium sulfat 20% dan 40%.

 Penanganan : Lakukan DOUBLE CHECK!!

stnurfitria2023
NO GOLONGAN NAMA OBAT HIGH-ALERT

Contoh Obat HAM


1 ELEKTROLIT KONSENTRAT KCL (POTASSIUM CHLORIDE) 7.46%
NACL (SODIUM CHLORIDE) 3%
NAHCO3 (SODIUM BICARBONATE) 8.4%
MGSO4 (MAGNESIUM SULFATE) ≥ 20%
CODEINE (SEMUA BENTUK SEDIAAN)
FENTANYL (SEMUA BENTUK SEDIAAN)
HYDROMORPHONE HCL (SEMUA BENTUK
• Daftar High-Alert Medication ditentukan berdasarkan SEDIAAN)
referensi dari literatur (WHO, Institute of Safe 2 NARKOTIKA MORPHINE (SEMUA BENTUK SEDIAAN)
Medication Practices/ISMP, Institute of Healthcare OXYCODONE (SEMUA BENTUK SEDIAAN)
PETHIDINE (SEMUA BENTUK SEDIAAN)
Improvement/IHI), dan laporan insiden rumah sakit.
3 SITOSTATIKA CARBOPLATIN
• www.ismp.org/Tools/institutionalhighAlert.asp (lalu CISPLATIN
scroll kebawah) VINCRISTINE
• https://www.ismp.org/recommendations/high- DOXETACEL INJECTION
PACLITAXEL
alert-medications-acute-list HERCEPTIN INJECTION
• https://www.ismp.org/recommendations/high- OXALIPLATIN

alert-medications-community-ambulatory-list 4 OBAT ANESTESI VECURONIUM INJECTION


ATRACURIUM
• https://www.ismp.org/recommendations/high- ROCURONIUM INJECTION
alert-medications-long-term-care-list PROPOFOL
LIDOCAINE INJECTION
KETAMINE
MIDAZOLAM
5 LAIN-LAIN INSULIN
HEPARIN
CHLORAL HYDRATE
DEXTROSE ≥ 20%
stnurfitria2023
Indikator Efektivitas dan Efisiensi Penyimpanan
Beberapa indikator penyimpanan obat dan perbekalan farmasi dapat
digunakan untuk mengevaluasi efektivitas dan efisiensi sistem penyimpanan.
Indikator penyimpanan tersebut antara lain:
1. Persentase kesesuaian data stok antara barang (fisik) dengan kartu stok
atau data komputer.
2. Turn Over Ratio (TOR): besarnya perputaran dana untuk tiap-tiap
jenis obat dalam satu periode untuk mengukur efisiensi pengelolaan
persediaan barang
3. Sistem penataan gudang.
4. Persentase nilai obat yang kadaluwarsa atau rusak.
5. Persentase stok mati (dead stock).

stnurfitria2023
F. Pendistribusian (RS, PKM, Klinik Ranap)
→ rangkaian kegiatan dalam rangka menyalurkan/menyerahkan
Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai dari
tempat penyimpanan sampai kepada unit pelayanan/pasien dengan
tetap menjamin mutu, stabilitas, jenis, jumlah, dan ketepatan waktu.
 Rumah Sakit harus menentukan sistem distribusi yang dapat menjamin

terlaksananya pengawasan dan pengendalian Sediaan Farmasi, Alat


Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai di unit pelayanan.

stnurfitria2023
Sistem distribusi
a. Sistem Persediaan Lengkap di Ruangan (floor stock)
1) Pendistribusian perbekalan untuk persediaan di ruang rawat, disiapkan dan
dikelola oleh Instalasi Farmasi.
2) Perbekalan yang disimpan di ruang rawat harus dalam jenis dan jumlah yang
sangat dibutuhkan.
3) Dalam kondisi sementara dimana tidak ada petugas farmasi yang mengelola
(di atas jam kerja) maka pendistribusiannya didelegasikan kepada penanggung
jawab ruangan.
4) Setiap hari dilakukan serah terima kembali pengelolaan obat floor stock
kepada petugas farmasi dari penanggung jawab ruangan.
5) Apoteker harus menyediakan informasi, peringatan dan kemungkinan interaksi
Obat pada setiap jenis Obat yang disediakan di floor stock.
stnurfitria2023
b. Sistem Resep Perorangan  Sistem distribusi Unit Dose Dispensing (UDD) sangat
Pendistribusian perbekalan berdasarkan dianjurkan untuk pasien rawat inap mengingat dengan
Resep perorangan/pasien rawat jalan dan sistem ini tingkat kesalahan pemberian Obat dapat
rawat inap melalui Instalasi Farmasi. diminimalkan sampai kurang dari 5% dibandingkan
dengan sistem floor stock atau Resep individu yang
c. Sistem Unit Dosis/Unit Dose Dispensing (UDD)
mencapai 18%.
Pendistribusian perbekalan berdasarkan  Sistem distribusi dirancang atas dasar kemudahan untuk
Resep perorangan yang disiapkan dalam unit dijangkau oleh pasien dengan mempertimbangkan:
dosis tunggal atau ganda, untuk penggunaan
a. efisiensi dan efektifitas sumber daya yang ada; dan
satu kali dosis/pasien. Sistem unit dosis ini
digunakan untuk pasien rawat inap. b. metode sentralisasi atau desentralisasi.

d. Sistem Kombinasi
Sistem pendistribusian perbekalan bagi
pasien rawat inap dengan menggunakan
kombinasi a + b atau b + c atau a + c.

stnurfitria2023
Peran Apoteker/ATK dalam Penyimpanan dan
Distribusi Obat
1. Menyimpan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan:
1. Menyimpan sesuai dengan golongannya
2. Verifikasi ruang dan alat
3. Menyimpan sesuai bentuk sediaannya
2. Menyimpan sesuai sifat fisika dan kimia berdasarkan informasi pada kemasan

stnurfitria2023
Dokumen Penyimpanan dan Distribusi
Penyimpanan, distribusi
dan pengendalian
 Kartu stok/buku
mutasi (pengendalian:
stok opname)
Dokumen distribusi
 Resep obat

 Formulir obat (rawat


inap)
 Faktur penjualan/struk

stnurfitria2023
E. Pemusnahan dan penarikan

Pemusnahan Obat Pemusnahan Resep (termasuk R/ Narkotika)


1. Obat kadaluwarsa atau rusak harus 1. Resep yang telah disimpan melebihi
dimusnahkan sesuai dengan jenis dan bentuk jangka waktu 5 (lima) tahun dapat
sediaan.
dimusnahkan.
2. Pemusnahan Obat kadaluwarsa atau rusak yang
mengandung narkotika atau psikotropika 2. Pemusnahan Resep dilakukan oleh
dilakukan oleh Apoteker dan disaksikan oleh Apoteker disaksikan oleh sekurang-
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Pemusnahan kurangnya petugas lain di Apotek
Obat NPP dilakukan sesuai dengan ketentuan dengan cara dibakar atau cara
yang tercantum di PMK No. 3 tahun 2015
pemusnahan lain yang dibuktikan
Pemusnahan Obat selain narkotika dan
3.
psikotropika dilakukan oleh Apoteker dan dengan Berita Acara Pemusnahan
disaksikan oleh tenaga kefarmasian lain yang Resep
memiliki surat izin praktik atau surat izin kerja. 3. Selanjutnya dilaporkan kepada dinas
4. Pemusnahan dibuktikan dengan berita acara kesehatan kabupaten/kota.
pemusnahan.

stnurfitria2023
*obat2 kadaluarsa masyarakat→ serahkan ke puskesmas,
Cara Pemusnahan Obat di bukan ke apotek. Apotek tidak boleh menitipkan obat
kadaluarsa tersebut ke puskesmas atau dinkes, harus
Apotek dan Toko Obat melakukan pemusnahan mandiri

Sediaan obat padat (tablet, kaplet, kapsul, Sediaan cair dan semi padat (sirup, cairan obat
supositoria) luar, krim, gel)
 Tablet, kaplet, kapsul, supositoria dikeluarkan dari kemasan  Periksa apakah terdapat endapan di botol, jika ada
endapan atau obat obat mengental, tambahkan air dan
aslinya (kemasan primer) kocok untuk melarutkan.
 Sediaan obat padat dihancurkan dan dicampur dengan bahan  Tuang cairan dan sediaan semi padat ke dalam wadah
limbah lainnya sehingga tidak dapat digunakan kembali. Pastikan sehingga bercampur dengan bahan limbah lainnya agar
tidak dapat digunakan kembali.
partikel debu tidak dilepaskan ke udara.
 Limbah cair kemudian dapat dibuang melalui wastafel atau
 Untuk sediaan obat padat antibiotik, penghancuran harus WC.
ditambahkan cairan asam dan/atau basa atau dihancurkan  Sediaan cair yang mengandung antibiotik harus dilarutkan
menggunakan metode enkapsulasi. dalam air terlebih dahulu selama beberapa minggu baru
kemudian dibuang menuju WC.
 Simpan campuran dalam wadah untuk kemudian diikutkan untuk  Untuk menghilangkan penyalahgunaan, bekas wadah obat
dihancurkan bersama limbah B3 medis lainnya secara mandiri berupa botol plastik, pot plastik atau kaca (gelas), dan tube
atau bekerjasama dengan Pihak Ketiga. dibuang dengan cara menghilangkan semua label dari
wadah dan tutup, merusak wadah dengan cara digunting,
 Seluruh kemasan primer dihancurkan dengan cara disobek atau dicacah, atau dipecahkan untuk kemudian disimpan dalam
dicacah untuk kemudian dibuang ke tempat sampah non-medis. wadah yang dilapisi kantong plastik.

stnurfitria2023
Penyimpanan obat rusak dan kedaluwarsa pada area/gudang
khusus di Apotek dengan penandaan yang jelas

stnurfitria2023
Pedoman Terbaru
Unduh di:
https://farmalkes.kemkes.go.id/unduh/pedoman-
pengelolaan-obat-rusak-dan-kedaluwarsa/

stnurfitria2023
Abstrak

Terjadinya beberapa kontaminan air, termasuk obat-obatan,


diselidiki dalam sampel air laut yang dikumpulkan dari lokasi
yang didominasi limbah di Indonesia: 4 lokasi di Teluk Jakarta
dan satu di pantai utara Jawa Tengah. Data yang disajikan
dalam studi pendahuluan ini memberikan gambaran kualitas air
laut di daerah-daerah tersebut. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa parameter nutrisi melebihi batas Baku Mutu Air Laut
Indonesia, dan beberapa logam juga ada. , konsentrasi tinggi
parasetamol terdeteksi di Angke (610 ng/L) dan Ancol (420
ng/L), keduanya di Teluk Jakarta. Sampai saat ini, ini adalah
studi pertama yang melaporkan keberadaan parasetamol
(acetaminophen) di perairan pesisir di sekitar Indonesia.
Konsentrasi tinggi yang terdeteksi, dibandingkan dengan
tingkat lain yang dilaporkan dalam literatur ilmiah,
meningkatkan kekhawatiran tentang risiko lingkungan yang
terkait dengan paparan jangka panjang dan, terutama,
dampak pada peternakan kerang di dekatnya. Mengingat
pertimbangan obat-obatan sebagai kontaminan yang muncul,
data ini menunjukkan penyelidikan lebih lanjut diperlukan.

stnurfitria2023
Berita Acara
Pemusnahan Obat
Kadaluarsa/Rusak

stnurfitria2023
Berita Acara
Pemusnahan Resep

stnurfitria2023
Penarikan Obat
1. Penarikan sediaan farmasi yang tidak memenuhi standard/ketentuan
peraturan perundang-undangan dilakukan oleh pemilik izin edar
berdasarkan perintah penarikan oleh BPOM (mandatory recall) atau
berdasarkan inisiasi sukarela oleh pemilik izin edar (voluntary recall)
dengan tetap memberikan laporan kepada Kepala BPOM.
2. Penarikan Alat Kesehatan dan Bahan Medis Habis Pakai dilakukan
terhadap produk yang izin edarnya dicabut oleh Menteri.

stnurfitria2023
F. Pengendalian
 dilakukan untuk mempertahankan jenis  Pengendalian persediaan dilakukan
dan jumlah persediaan sesuai menggunakan kartu stok baik dengan
kebutuhan pelayanan, melalui cara manual atau elektronik.
pengaturan sistem pesanan atau  Kartu stok sekurang- kurangnya memuat
pengadaan, penyimpanan dan
pengeluaran.  nama Obat,
 tanggal kadaluwarsa,
 bertujuan untuk menghindari terjadinya
 jumlah pemasukan,
 kelebihan,
 jumlah pengeluaran dan
 kekurangan,
 sisa persediaan.
 kekosongan,
 kerusakan,
 kadaluwarsa,
 kehilangan serta
 pengembalian pesanan.

stnurfitria2023
Model Pengendalian Persediaan: EOQ
 Makin besar persediaan berarti makin besar pula resiko penyimpanan
Teknik pengendalian dan besarnya fasilitas yang harus dibangun, sehingga membutuhkan
persediaan tertua dan biaya pemeliharaan yang lebih besar, namun di lain pihak biaya
paling terkenal, mudah pemesanan dan biaya distribusi menjadi lebih kecil. Ini berarti perlu
digunakan
adanya optimalisasi agar tercapai kesetimbangan antara membangun
persediaan serta biaya distribusi dan pemesanan.
 Secara matematis perhitungan tersebut dirumuskan dalam rumus
Jumlah pesanan yang ekonomis (Economic Order Quantity / EOQ) dan
Economic Order Interval (EOI)
2 Co. S 2 Co
EOQ = EOI =
𝐶𝑚 . 𝑈 𝐶𝑚 . 𝑈. 𝑆

Co : Cost per Order (biaya sekali Pesan)


Cm : Cost of maintenance dari persediaan dalam setahun
S : Jumlah permintaan setahun stnurfitria2023
U : Cost per unit
EOQ
Gambar Penggunaan persediaan sepanjang
Ada beberapa asumsi:
waktu
1. Tingkat permintaan diketahui & bersifat konstan
2. Lead time, waktu antara pemesanan &
penerimaan pesanan, diketahui dan bersifat
konstan Jumlah yg Q
dipesan
3. Persediaan diterima dengan segera → (persediaan
persediaan yg dipesan tiba dalam bentuk maksimal)
kumpulan produk, pada satu waktu
4. Biaya variabel yg muncul hanya biaya
pemesanan dan biaya penyimpanan
persediaan sepanjang waktu
5. Keadaan kehabisan stok dapat dihindari sama
sekali bila pemesanan dilakukan pada waktu
yg tepat. Persediaan 0
minimum

stnurfitria2023
Reorder Point (ROP)
 Saat pemesanan dilakukan, yang dinyatakan dalam jumlah
barang

ROP = d x L
𝐷
d=
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ𝑎𝑟𝑖 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛
 d : kebutuhan per hari
 L : waktu tunggu (lead time)
 D : kebutuhan tahunan
stnurfitria2023
Biaya Pemesanan Biaya Penyimpanan

Mencakup: Biaya penyimpanan: sewa bangunan, 6%


penyusutan, biaya operasional, pajak,
1. Biaya pasokan asuransi
2. Formulir Biaya penanganan: peralatan, sewa, 3%
listrik, biaya operasional
3. Pemrosesan pesanan Biaya tenaga kerja: penanganan 3%
4. Tenaga para pekerja tambahan
Biaya investasi: biaya pinjaman, pajak, 11 %
asuransi persediaan
Pencurian, kelalaian 3%
TOTAL 26 %
stnurfitria2023
Contoh Soal
 Instalasi farmasi rumah sakit ABC menggunakan Halothane 250
cc sejumlah 1200 botol per tahun. Harga perbotolnya RP.
900.000,- Rumah sakit memperkirakan Carrying Cost Interest
Rate = 20% dan biaya pemesanan = Rp.50.000,-/order.
Kepala instalasi Farmasi ingin mengetahui berapa banyak
Halothane yang harus dipesan setiap kali pemesanan. Buat
Fixed period system jika diketahui lead time nya 2 hari!

stnurfitria2023
Jawaban
EOQ = 2 Co. S EOI = 2 Co
𝐶𝑚 . 𝑈 𝐶𝑚 . 𝑈. 𝑆

2 𝑥 50.000
EOQ = 2 x 50.000 x . 1.200
0,2 𝑥 .900.000
EOI= 0,2𝑥 900.000 𝑥 1.200
= 25,8 = 0,0215 tahun
(jika hari kerja = 6, maka jumlah hari kerja adalah 312)
= 26 botol
= 6,7 hari
Jumlah obat yang harus
Pembelian obat dilakukan setiap 7
diadakan adalah 26 botol
hari sekali

stnurfitria2023
G. Pencatatan dan Pelaporan

 Pencatatan dilakukan pada setiap proses pengelolaan perbekalan misalnya


 pengadaan (surat pesanan, faktur),
 penyimpanan (kartu stok),
 penyerahan (nota atau struk penjualan) dll.
 Dalam konsep manajemen mutu, Pencatatan memiliki fungsi Pengendalian secara
umum
 Pelaporan terdiri dari pelaporan internal dan eksternal.
 Pelaporan internal merupakan pelaporan yang digunakan untuk kebutuhan manajemen
Apotek, meliputi keuangan, barang dan laporan lainnya.
 Pelaporan eksternal merupakan pelaporan yang dibuat untuk memenuhi kewajiban
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan, meliputi pelaporan narkotika,
psikotropika dan pelaporan lainnya.

stnurfitria2023
Pencatatan NPP
 Instalasi Farmasi Pemerintah, Apotek, Puskesmas, Instalasi Farmasi Rumah Sakit,
Instalasi Farmasi Klinik, atau dokter praktik perorangan yang melakukan produksi,
Penyaluran, atau Penyerahan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib
membuat pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor Farmasi.
 Toko Obat yang melakukan penyerahan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi
wajib membuat pencatatan mengenai pemasukan dan/atau pengeluaran Prekursor
Farmasi dalam bentuk obat jadi.

stnurfitria2023
Pencatatan NPP
 Pencatatan (kartu stok) paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran/penyerahan;
f. jumlah yang disalurkan/diserahkan;
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran/penyerahan; dan
h. paraf atau identitas petugas yang ditunjuk.
 Pencatatan harus dibuat sesuai dengan dokumen penyerahan.
 Seluruh dokumen pencatatan, dokumen penerimaan, dokumen penyaluran, dan/atau dokumen penyerahan
termasuk surat pesanan Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi wajib disimpan secara terpisah paling
singkat 3 (tiga) tahun (kecuali resep, 5 tahun)

stnurfitria2023
Pelaporan
 Instalasi Farmasi Pemerintah Pusat wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Direktur Jenderal dengan tembusan Kepala
Badan.
 Instalasi Farmasi Pemerintah Daerah wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyaluran
Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor Farmasi dalam bentuk obat jadi kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi atau
Kabupaten/Kota setempat dengan tembusan kepada Kepala Balai setempat.
 Pelaporan paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. tanggal, nomor dokumen, dan sumber penerimaan;
d. jumlah yang diterima;
e. tanggal, nomor dokumen, dan tujuan penyaluran;
f. jumlah yang disalurkan; dan
g. nomor batch dan kadaluarsa setiap penerimaan atau penyaluran dan persediaan awal dan akhir

stnurfitria2023
 Apotek, Instalasi Farmasi Rumah Sakit, Instalasi Farmasi Klinik, Lembaga Ilmu Pengetahuan, dan dokter praktik
perorangan wajib membuat, menyimpan, dan menyampaikan laporan pemasukan dan penyerahan/penggunaan
Narkotika dan Psikotropika, setiap bulan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dengan tembusan
Kepala Balai setempat.
 Pelaporan paling sedikit terdiri atas:
a. nama, bentuk sediaan, dan kekuatan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi;
b. jumlah persediaan awal dan akhir bulan;
c. jumlah yang diterima; dan
d. jumlah yang diserahkan.
 Laporan dapat menggunakan sistem pelaporan Narkotika, Psikotropika, dan/atau Prekursor Farmasi secara
elektronik (Sistem Pelaporan Narkotika dan Psikotropika/SIPNAP).
 Laporan disampaikan paling lambat setiap tanggal 10 bulan berikutnya.

stnurfitria2023
Aplikasi SIPNAP

→ Sistem Pelaporan
Narkotika dan
Psikotropika
(www.sipnap.kemkes.
go.id)

stnurfitria2023
stnurfitria2023
Obat NPP dan OOT

stnurfitria2023
NARKOTIKA
 Narkotika:obat yang diperlukan dalam bidang pengobatan dan IPTEK serta dapat menimbulkan ketergantungan
dan ketagihan/adiksi yang sangat merugikan individu apabila digunakan tanpa pembatasan dan pengawasan
dokter; contohnya kodein, metadon, petidin, morfin, dan opium.
 Menurut UU no. 35 tahun 2009 tentang Narkotika: Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan
kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat menimbulkan
ketergantungan, yang dibeda-bedakan ke dalam golongan-golongan sebagaimana yang terlampir dalam
undang-undang ini atau yang kemudian ditetapkan dalam keputusan Menteri Kesehatan.
 Narkotika yang diizinkan digunakan untuk pengobatan adalah Narkotika golongan II dan III.
 Tanda khusus pada kemasan sediaan jadi narkotika adalah palang medali merah
 Instansi yang mendapat izin untuk memproduksi dan mendistribusikan bahan baku/ sediaan jadi narkotika di Indonesia : PT
Kimia Farma
 Pengelolaan:
 PMK NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN PELAPORAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
 Peraturan Kepala BPOM No 24 Th. 2021 tentang Pengawasan Obat Narkotika, Psikotropika, dan Prekursor
lampiran PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR FARMASI DI
FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

stnurfitria2023
PENGGOLONGAN NARKOTIKA (PMK NO 7/2018 TTG PERUBAHAN GOL.
NARKOTIKA, TERBARU Permenkes Nomor 4 Tahun 2021 MOHON DICEK KEMBALI)

 Narkotika gol. 1 → hanya digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan dan tidak
digunakan dalam terapi serta mempunyai potensi yang sangat tinggi
mengakibatkan ketergantungan.
 Tanaman Papaver Somniferum L , koka, ganja
 Opium mentah
 Kokain
 Heroin
 Ekstasi (MDMA)
 Lisergida (LSD) Sebelumnya
 Psilosibina psikotropika
 Amfetamin, Deksamfetamin, Metamfetamin
 Karisoprodol → sebelumnya OK

stnurfitria2023
 Narkotika Golongan II adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan
sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau untuk tujuan
pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunayai potensi tinggi mengakibatkan
ketergantungan.
 Contoh:
 Morfin Injeksi,
 Petidin Injeksi,
 Petidin tablet,
 Fentanyl injeksi,
 Difenoksilat tablet.
 Metadon

stnurfitria2023
 Narkotika Golongan III adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan
banyak digunakan dalam terapi dan/atau tujuan pengembangan ilmu
pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan.
 Contoh: Metilmorfin( Codein), Etilmorfin HCl (Dionine).
 Contoh sediaan jadi:
 Codein® tablet mengandung Codein HCl/Codein Fosfat 10, 15 dan 20 mg,
 Coditam® tablet (Codein+ Paracetamol),
 Doveri® tablet ( Opii Pulvis Compositus= Opii Pulvis+ Ipecapulvis+ K2SO4 ) 100 , 150,
200 mg,
 Lomotil® tablet/sirup (Difenoksilat HCl+Atropin sulfat)
 Codipront® sirup/capsul (Codein+ feniltoloxamin)
 Codipront® cum ekspektoran cap/sirup (Codein+ Feniltoloxamin+ Guafenesin)

stnurfitria2023
PSIKOTROPIKA
 Menurut UU no. 5 tahun 1997 tentang Psikotropika: Psikotropika adalah zat atau obat, baik
alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh
selektif pada susunan saraf pusat, yang menyebabkan perubahan khas pada aktifita
smental dan perilaku.
 Psikotropika yang diizinkan digunakan untuk pengobatan adalah psikotropika golongan II, III
dan IV.
 Penandaan khusus pada kemasan obat jadi golongan psikotropika sama seperti pada
golongan obat keras.
 Pengelolaan:
 PMK NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PEREDARAN, PENYIMPANAN, PEMUSNAHAN, DAN
PELAPORAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA, DAN PREKURSOR FARMASI
 Peraturan Kepala BPOM No 24 Th. 2021 tentang Pengawasan Obat Narkotika,
Psikotropika, dan Prekursor lampiran PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN NARKOTIKA,
PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR FARMASI DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

stnurfitria2023
PENGGOLONGAN PSIKOTROPIKA (Permenkes Nomor 2 Tahun 2021 TTG
Penetapan dan Perubahan Penggolongan Psikotropika, MOHON DICEK KEMBALI)

 Obat psikotropika terbagi menjadi empat golongan, yaitu:


 Golongan I, yaitu obat psikotropika dengan daya candu (dapat menyebabkan ketergantungan) yang sangat kuat
dan dilarang digunakan untuk terapi dan hanya untuk kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan.
◼ Contoh: rolisiklidin/STP, etisiklidin.
 Golongan II, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan dapat digunakan dalam terapi dan/ atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindroma ketergantungan.
◼ Contoh: amineptina, metilfenidat, sekobarbital
 Golongan III, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan/ atau untuk
tujuan ilmu pengetahuan dan serta mempunyai potensi sedang mengakibatkan sindroma ketergantungan.
◼ Contoh: flunitrazepam, pentobarbital, buprenorsina, lumibal
 Golongan IV, yaitu psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi dan/ atau
untuk tujuan ilmu pengetahuan dan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindroma ketergantungan.
◼ Contoh: diazepam (Valium), nitrazepam (dumolid, mogadon, BK), dan alprazolam (Xanax), barbital, fenobarbital,
flurazepam, klobazam, lorazepam, Klordiazepoksid

stnurfitria2023
Prekursor farmasi
 PP No 44 Tahun 2010 tentang Prekursor -> zat atau  Bahan Obat adalah bahan berkhasiat
bahan pemula atau bahan kimia yg dpt digunakan sbg yang mengandung prekursor yang
bahan baku /penolong u/ keperluan proses produksi digunakan dalam pengolahan obat
industri farmasi atau produk antara, produk ruahan, dan dengan standar dan mutu sebagai bahan
produk jadi yg mengandung
baku farmasi termasuk baku
 Efedrin, pembanding.
 Pseudoefedrin,  Produk Antara adalah tiap bahan atau
 Norefedrin/Fenilpropanolamin (PPA), campuran bahan yang masih
 Ergotamin, memerlukan satu atau lebih tahap
 Ergometrin Atau pengelolaan lanjutan untuk menjadi
 Kalium Permanganat
produk ruahan.
 Pengelolaan: Peraturan Kepala BPOM No 24 Th. 2021  Produk Ruahan adalah bahan yang telah
tentang Pengawasan Obat Narkotika, Psikotropika, dan selesai diolah dan tinggal
Prekursor lampiran PEDOMAN TEKNIS PENGELOLAAN memerlukan kegiatan pengemasan untuk
NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN PREKURSOR FARMASI menjadi obat jadi.
DI FASILITAS PELAYANAN KEFARMASIAN

stnurfitria2023
Pengelolaan OOT yang sering disalahgunakan
 Peraturan BPOM No. 10 Tahun 2019 tentang  terdiri atas obat-obat yang mengandung
 Tramadol,
Pedoman Pengelolaan OOT
 Triheksifenidil,
 Obat-Obat Tertentu yang Sering Disalahgunakan,  Klorpromazin,

yang selanjutnya disebut dengan Obat-Obat  Amitriptilin,

Tertentu, adalah obat-obat yang bekerja di sistem  Dextromethorphan dan/atau


 Haloperidol.
susunan syaraf pusat selain Narkotika dan
Psikotropika, yang pada penggunaan di atas dosis  Pengelolaan Obat-Obat Tertentu meliputi kegiatan:
a. pengadaan;
terapi dapat menyebabkan ketergantungan dan b. penyimpanan;
perubahan khas pada aktivitas mental dan c. pembuatan;
d. penyaluran;
perilaku, e. penyerahan;
f. penanganan obat kembalian;
g. penarikan kembali obat (recall);
h. pemusnahan; dan
i. pencatatan dan pelaporan.

stnurfitria2023
Metode Evaluasi Mutu Manajerial
a. Audit
 Audit merupakan usaha untuk menyempurnakan kualitas pelayanan dengan
pengukuran kinerja bagi yang memberikan pelayanan dengan menentukan
kinerja yang berkaitan dengan standar yang dikehendaki. Oleh karena itu, audit
merupakan alat untuk menilai, mengevaluasi, menyempurnakan Pelayanan
Kefarmasian secara sistematis.
 Audit dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring terhadap proses dan
hasil pengelolaan.
 Contoh:
1. audit Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai lainnya (stock
opname)
2. audit kesesuaian SPO
3. audit keuangan (cash flow, neraca, laporan rugi laba)

stnurfitria2023
b. Review
 Review yaitu tinjauan/kajian terhadap pelaksanaan Pelayanan

Kefarmasian tanpa dibandingkan dengan standar.


 Review dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring

terhadap pengelolaan Sediaan Farmasi dan seluruh sumber daya


yang digunakan.
 Contoh:

1. pengkajian terhadap Obat fast/slow moving


2. perbandingan harga Obat
stnurfitria2023
c. Observasi
 Observasi dilakukan oleh Apoteker berdasarkan hasil monitoring

terhadap seluruh proses pengelolaan Sediaan Farmasi.


 Contoh:

1. observasi terhadap penyimpanan Obat


2. proses transaksi dengan distributor
3. ketertiban dokumentasi

stnurfitria2023
Indikator Evaluasi Mutu
a. kesesuaian proses terhadap standar (evaluasi proses)
b. efektifitas dan efisiensi (evaluasi hasil)

stnurfitria2023
Selamat Belajar

stnurfitria2023

Anda mungkin juga menyukai