Anda di halaman 1dari 70

UNIVERSITAS RIAU

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DENGAN PENDEKATAN RELAKSASI
PROGRESIF BERBASIS SPIRITUAL

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

VIDIA HUMAIRA, S. Kep


2111437214

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
UNIVERSITAS RIAU

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN RESIKO PERILAKU


KEKERASAN DENGAN PENDEKATAN RELAKSASI
PROGRESIF BERBASIS SPIRITUAL

KARYA ILMIAH AKHIR NERS


Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

VIDIA HUMAIRA, S. Kep


2111437214

PRAKTIK PROFESI KEPERAWATAN


PROGRAM STUDI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2022
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.

Nam: Vidia Humaira


NIM: 2111437214

Tanda Tangan :
Tanggal: Juli 2022
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Ilmiah Akhir Ners ini diajukan oleh:


Nama : Vidia Humaira
NPM : 2111437214
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Judul :Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Resiko
Perilaku Kekerasan dengan Pendekatan Relaksasi
Progresif Berbasis Spiritual

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Dewan Penguji dan diterima


sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ners
pada Program Studi Profesi Ners, Fakultas Keperawatan, Universitas Riau.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing : Ns. Jumaini, M.Kep., Sp. Kep.J ( )

Penguji 1 : Veny Elita, MN(MH) ( )

Penguji 2 : Ns. Rosdiar, S.Kep ( )

Ditetapkan di : Pekanbaru
Tanggal : Juli 2022
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI

Sebagai sivitas akademik Universitas Riau, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Vidia Humaira
NPM : 2111437214
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners

demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada


Universitas Riau Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royality-
Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul:

“Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan dengan


Pendekatan Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual”

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Riau berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya

Dibuat di: Pekanbaru


Pada tanggal: Juli 2022
Yang menyatakan

(Vidia Humaira)
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwata’ala yang telah


memberikan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga, penulis dapat
menyelesaikan menyelesaikan karya ilmiah akhir ners (KIAN) yang berjudul
“Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan dengan
Pendekatan Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual”. Penulisan KIAN ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Ners,
program studi Ilmu Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Riau.
Saya menyadari menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari
berbagai pihak, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan KIAN ini. Oleh
karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Ir. Usman M. Tang, MS selaku Dekan Fakultas Keperawatan
Universitas Riau
2. Dr. Reni Zulfitri, M. Kep., Sp. Kep. Kom selaku Ketua Prodi Profesi Ners
Fakultas Keperawatan Universitas Riau
3. Ns. Jumaini, M.Kep., Sp. Kep.J selaku dosen pembimbing yang telah
menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam
penyusunan KIAN ini
4. Ns. Rosdiar, S.Kep selaku pembimbing klinik sekaligus penguji II yang telah
membimbing dan memberikan saya kesempatan dalam menambah
pengalaman praktik keperawatan jiwa
5. Veny Elita, MN(MH) selaku penguji I yang telah memberikan saran dan
kritik demi kebaikan penulisan KIAN ini
6. Para staf dan karyawan di Ruang Siak Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi
Riau yang telah memberikan kesempatan dan dukungan sehingga KIAN ini
dapat diselesaikan dengan baik
7. Ayahanda Bapak Junaidi, ibunda Dra. Nofia Irma, abang Lutfy Aulia S. Pi
serta adik saya Naila Althafunnisa’ serta keluarga besar yang selalu
mendoakan dan memberi dukungan kepada saya
8. Teman-teman seperjuangan A2017 sebagai tempat melepas penat dan saling
membantu serta memberi dukungan dalam menyelesaikan KIAN ini
9. Ny. R yang bersedia menjadi klien saya dan kooperatif dalam pemberian
asuhan keperawatan ini.
Akhir kata, saya berharap semoga Allah Subhanahuwata’ala berkenan
membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga KIAN ini
dapat membawa manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Pekanbaru, Juli 2022

Penulis
RINGKASAN

Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak dialami, salah satu
gejala yang paling sering muncul yaitu risiko perilaku kekerasan. Risiko perilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Asuhan keperawatan pada risiko perilaku kekerasan meliputi
memberikan intervensi penyebab risiko perilaku kekerasan, melatih teknik napas
dalam dan pukul bantal, meminta serta menolak dengan cara yang baik,
melakukan aktivitas spiritual, dan pendidikan obat. Asuhan keperawatan ini
penting diberikan dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual untuk
menunjang proses perawatan klien. Beberapa penelitian terkait terapi relaksasi
progresif berbasis spiritual pada gangguan jiwa sudah banyak yang membuktikan
keefektifannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan pada klien
skizofrenia dengan gejala risiko perilaku kekerasan, dengan masalah keperawatan
penyerta harga diri rendah dan risiko bunuh diri. Asuhan keperawatan diberikan
pada Ny. R (28 Th) di ruang Siak Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.
Setelah diberikan intervensi selama 4 hari dengan intensitas interaksi 1 kali sehari,
didapatkan perkembangan kondisi yang baik, dimana terdapat berkurangnya
tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dialami klien. Selain itu, klien
juga menunjukkan semangat dalam menjalani hidup. Berdasarkan hasil penerapan
asuhan keperawatan ini disarankan kepada perawat jiwa dan klien agar dapat
mempraktikan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual ini dalam
penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan.

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL........................................................................................
HALAMAN JUDUL............................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
RINGKASAN.......................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tinjauan Pustaka............................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
1. Tujuan Umum.........................................................................................
2. Tujuan Khusus.........................................................................................
D. Manfaat..........................................................................................................
1. Manfaat Keilmuan...................................................................................
2. Manfaat Aplikatif....................................................................................
3. Manfaat Karya Ilmiah Ners.....................................................................
BAB II GAMBARAN KASUS KELOLAAN....................................................
A. Asuhan Keperawatan Kasus...........................................................................
1. Pengkajian...............................................................................................
2. Diagnosis.................................................................................................
3. Rencana Keperawatan.............................................................................
4. Implementasi...........................................................................................
5. Evaluasi...................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................
A. Analisis Asuhan Keperawatan (Berdasarkan Konsep Terkait)......................
B. Analisis Penerapan Intervensi (Berdasarkan Hasil Kajian Praktik Berbasis
Bukti)
1. Intervensi Umum pada Klien..................................................................
2. Alternatif Pemecahan Masalah................................................................
C. Rekomendasi..................................................................................................
D. Implikasi.........................................................................................................
1. Pelayanan Keperawatan..........................................................................
2. Pendidikan Keperawatan.........................................................................
3. Penelitian Keperawatan...........................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
1. Aplikatif..................................................................................................
2. Pendidikan...............................................................................................
3. Karya Ilmiah Akhir Ners.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Analisa Data.............................................................................................


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Format Pengkajian........................................................................


Lampiran 2. SOP Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual...............................
Lampiran 3. Instrumen Risiko Perilaku Kekerasan........................................
Lampiran 4. Grafik.............................................................................................
Lampiran 5. Catatan Perkembangan Pasien Terintegritas............................
Lampiran 6. Biodata Penulis..............................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehidupan manusia saat ini menjadi semakin kompleks. Stressor psikososial
semakin bertambah karena budaya masyarakat yang semakin modern. Tekanan-
tekanan hidup yang dialami dapat menyebabkan meningkatnya kualitas maupun
kuantitas penyakit gangguan mental-emosional manusia (Suryanti & Ariani,
2018). Apabila seseorang tidak dapat mengatasinya maka dapat membuat individu
tersebut merasa tertekan dan depresi bahkan stres yang mengakibatkan individu
mengalami gangguan jiwa (Aini, 2021). Selain itu masyarakat dengan sosial
ekonomi yang lebih rendah memiliki resiko dua sampai tiga kali lebih besar untuk
mengalami masalah gangguan jiwa (Edward, 2016). Gangguan jiwa menurut
American Psychiatric Association merupakan sindrom yang dihubungkan dengan
adanya distress atau disabilitas dan disertai dengan adanya peningkatan resiko
untuk sakit atau mati (Prabowo, 2014). Gangguan jiwa merupakan salah satu
masalah utama di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Meskipun
gangguan jiwa dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan yang tidak dapat
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan akan
menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan tergantung pada orang
lain (Yosep, 2011).
Berdasarkan data WHO (2017) terdapat sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa. Di Indonesia pada tahun 2013 diperoleh jumlah
gangguan jiwa 400.000 orang dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 1.647.000
orang (Riskesdas, 2018). Salah satu gangguan jiwa yang cukup banyak dialami
pasien yaitu skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi
otak dan dapat menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
perilaku aneh dan mengganggu (Videbeck, 2018). Skizofrenia merupakan bagian
dari psikosis yang menempati urutan atas dari semua jenis gangguan jiwa yang
ada (Nuraenah, 2012). Berdasarkan data WHO (2019) skizofrenia menyerang 20
juta orang di seluruh dunia. Menurut Arif (2016) skizofrenia merupakan masalah
kesehatan yang banyak dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Adapun masalah
keperawatan yang sering muncul pada penderita skizofrenia adalah perilaku
kekerasan (Pribadi & Djamaludin, 2019).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang
berbahaya dari rasa marah (Suryanti & Ariani, 2018). Menurut Aini (2021)
perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang dapat mendorongnya untuk melukai diri, membunuh diri sendiri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan seperti muka merah dan tegang, mata melotot, pandangan tajam,
mengepalkan tangan, mengatuk rahang dengan kuat, bicara kasar, suara tinggi,
dan berteriak (Muhith, 2015). Perilaku kekerasan merupakan kondisi
kegawatdaruratan psikiatri yang perlu dicegah dan ditangani dengan segera karena
dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Umumnya terapi yang
diberikan pada pasien perilaku kekerasan yaitu dengan pemberian obat
antipsikosis, selain itu terapi yang bersifat alternatif juga dapat diberikan untuk
mencegah dan mengurangi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan salah
satunya adalah dengan terapi relaksasi progresif berbasis spiritual(Suhartono,
2019).
Terapi relaksasi progresif merupakan teknik relaksasi otot yang dilakukan
dengan cara meminta pasien untuk menegangkan dan melemaskan otot pada
bagian tubuh tertentu dalam satu waktu. Pasien juga diminta untuk berkonsentrasi
sehingga dapat mengontrol diri saat keinginan perilaku kekerasan muncul
(Karang, 2018). Relaksasi otot progresif dilakukan mulai dari bagian kepala
sampai kaki secara bertahap (Casey & Benson, 2012). Menurut Sari dan Subandi
(2015) terapi ini dapat memberikan rasa relaks dan mengurangi ketegangan pada
individu dimana hal ini dapat diidentifikasi dengan menurunnya tekanan darah
dan detak jantung seseorang. Suryanti & Ariani (2018) dalam penelitiannya
tentang “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Perilaku
Kekerasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten” yang
menyatakan bahwa terapi relaksasi otot progresif sangat berpengaruh dalam
menurunkan tingkat perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Analisa bivariat
menunjukkan bahwa ada penurunan rerata antara sebelum dan sesudah diberi
tindakan relaksasi progresif dari 2,07 menjadi 1,63. Hasil penelitian ini diperkuat
dengan hasil penelitian Pardede et al., (2020) dalam penelitiannya tentang gejala
risiko perilaku kekerasan yang menurun setelah diberikan progressive muscle
relaxation therapy pada pasien skizofrenia. Selain itu terapi relaksasi progresif
juga dapat diberikan bersamaan dengan terapi religius atau spiritual. Terapi
spiritual merupakan terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri klien
terhadap kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spiritual diantaranya
adalah berdo’a, sholat, dzikir, dan beristighfar (Triyani, Dwidiyanti & Suerni,
2019). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2019)
diperoleh hasil bahwa teknik relaksasi otot progresif berbasis spiritual efektif
dalam mengontrol perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
(Mohr et al) diperoleh bahwa dengan beristighfar dapat mengurangi gejala negatif
yang dialami oleh pasien dengan skizofrenia.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Siak Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau pada tanggal 20 Juni 2022, didapatkan jumlah pasien 8
orang dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan 2 orang, halusinasi
3 orang, dan harga diri rendah 3 orang. Adapun dampak yang biasa muncul dari
perilaku kekerasan yaitu keributan, perkelahian antara pasien, dan kerusakan
fasilitas rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk
menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) “Asuhan Keperawatan Jiwa pada
Pasien Ny. R dengan Pendekatan Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual”.

B. Tinjauan Pustaka
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Skizofrenia adalah jenis gangguan jiwa yang sangat mengganggu dan
mempengaruhi emosi, kognitif, persepsi, dan aspek lainnya dari tingkah
laku (Ayano, 2016). Gejala dari skizofrenia meliputi gangguan emosi,
halusinasi, delusi, dan perilaku yang abnormal (WHO, 2019). Perilaku
kekerasan merupakan gejala yang paling banyak dialami oleh pasien
skizofrenia setelah halusinasi. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun
psikologis. Perilaku kekerasan dapat berbentuk verbal, diarahkan pada diri
sendiri maupun orang lain (Musmini, 2019). Perilaku kekerasan dapat
terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan
atau riwayat perilaku kekerasan (Dermawan & Rusdi, 2013).
Dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku
kekerasan yaitu salah satunya adalah kehilangan kontrol diri, dimana klien
akan dikuasi oleh rasa marah sehingga klien dapat melukai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Musmini, 2019). Penatalaksanaan perilaku
kekerasan sama halnya dengan skizofrenia, yaitu dilakukan dengan cara
farmakologi dan intervensi psikososial (Ayono, 2016). Peran perawat sangat
penting terutama dalam melakukan intervensi psikososial dengan cara
menerapkan asuhan keperawatan. Perawat berperan dalam memandirikan
pasien dan menunjang pengobatan, sehingga kesembuhan pasien dapat
tercapai (Destyana, 2020).
2. Asuhan Keperawatan
Proses asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, perumusan masalah,
perencanaan, penerapan intervensi, dan evaluasi terhadap hasil dan tujuan
yang ingin dicapai. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan yang terdiri dari pengumpulan informasi dan data klien untuk
mendukung identifikasi permasalahan klien (Dinarti & Muryanti, 2017).
Pengkajian resiko perilaku kekerasan diawali dengan mengkaji data
subjektif dan objektif klien baik dengan cara wawancara maupun observasi.
Selain itu perawat juga perlu mengkaji penyebab dari perilaku kekerasan
serta tanda gejalanya. Kemudian perawat juga perlu mengkaji respon pasien
terkait perasaan dan tindakan yang dilakukan saat gejala resiko perilaku
kekerasan itu muncul. Pengkajian pada resiko perilaku kekerasan dapat
ditemukan data subjektif berupa cepat tersinggung, pernah memukul orang
dan ingin mengamuk. Sedangkan data objektif, dapat berupa kontak mata
tajam, berbicara keras, pandangan tajam, dan emosi yang labil (Yosep,
2011).
Kemudian dilakukan penegakkan diagnosis keperawatan setelah data-
data diperoleh melalui pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam menyusun rencana tindakan
yang nantinya akan dilakukan (Leniwita & Anggraini, 2019).
Intervensi keperawatan merupakan rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritas yang mengacu pada
analisis data dan diagnosa keperawatan (Leniwita & Anggraini, 2019).
Intervensi resiko perilaku kekerasan dimulai dengan penerapan SP 1 hingga
SP 5. Pertama perawat dapat membantu pasien dengan cara membantu klien
dalam mengenal tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, kemudian
membantu klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara relaksasi napas
dalam, memukul bantal atau kasur, meminta dan menolak dengan baik,
sholat atau beristighfar serta minum obat secara teratur (Dermawan &
Rusdi, 2013). Pada intervensi tersebut dapat diberikan dengan teknik
relaksasi otot progresif berbasis spiritual. Pendekatan intervensi dengan
relaksasi otot progresif berbasis spiritual meliputi gerakan pada tangan,
wajah, leher, punggung, dada, perut, dan kaki yang diikuti dengan
beristighfar setelah melakukan tiap-tiap gerakan.
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat pada kebutuhan klien (Leniwita & Anggraini, 2019). Implementasi
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan
mengancam klien. Sebelum melakukan tindakan keperawatan, perawat juga
perlu menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan
dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Keliat, Budi & Akemat 2012).
Evaluasi keperawatan merupakan proses berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan
terus menerus pada respon pasien. Evaluasi proses dilakukan setelah selesai
melakukan tindakan. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
SOAP sabagai pola pikirnya (Keliat, 2011).
3. Pendekatan Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual
Relaksasi diartikan sebagai teknik yang dapat dilakukan untuk
mengurangi stres karena akan terjadi peningkatan aliran dalam darah
sehingga perasaan akan menjadi lebih tenang (Abbasi et al, 2018). Relaksasi
merupakan proses merilekskan otot-otot yang mengalami ketegangan atau
mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar kondisi yang nyaman dapat
tercapai (Yunus, 2014). Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi
otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi atau sugesti. Teknik ini
memusatkan perhatian pada aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan relaksasi
untuk dapat merasakan relaks (Helen, Dwi & Sawab, 2014). Berdasarkan
pada beberapa penelitian diperoleh bahwa relaksasi progresif dapat
membantu mengontrol marah pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
(Pangestika, Rochmawati & Purnomo, 2018). Oleh karena itu, pendekatan
relaksasi progresif diterapkan dengan tujuan agar pasien dapat mengontrol
diri saat keinginan perilaku kekerasan muncul (Karang, 2018). Selain itu
relaksasi progresif mudah untuk dipelajari, dampaknya dapat mengurangi
kecemasan dan depresi, peningkatan perasaan kontrol diri dan peningkatan
kemampuan koping dalam mengatasi situasi yang menimbulkan stres
(Melo-Dias, et al., 2019). Terapi relaksasi progresif juga dapat diberikan
bersamaan dengan terapi religius atau spiritual. Terapi spiritual merupakan
terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri klien terhadap
kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spiritual diantaranya adalah
berdo’a, sholat, dzikir, dan beristighfar (Triyani, Dwidiyanti & Suerni,
2019). Dengan beristighfar dapat mengurangi gejala negatif yang dialami
pada pasien skizofrenia (Mohr et al).
Tindakan yang dilakukan pada situasi kasus ini yaitu dengan
menerapkan intervensi sesuai standar perawatan resiko perilaku kekerasan
yang dikaitkan dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual.
Tahapan dari relaksasi progresif berbasis spiritual ini meliputi: (1) gerakan
untuk melatih kekuatan otot tangan, (2) gerakan untuk melatih otot lengan,
(3) gerakan untuk melatih otot wajah, (4) gerakan untuk melatih otot leher
dan bahu, (5) gerakan untuk melatih otot dada, (6), gerakan untuk melatih
otot punggung, (7) gerakan untuk melatih otot kaki, kemudian dilanjutkan
dengan mengucapkan istighfar pada masing-masing gerakan yang
dilakukan. Penelitian Pardede, Simanjuntak, dan Lala (2020), dilakukan
penerapan relaksasi otot progresif pada pasien resiko perilaku kekerasan,
didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan gejala resiko perilaku kekerasan
setelah pertemuan selama 4 hari. Studi kasus ini dilakukan selama 4 hari
dengan jumlah pertemuan sebanyak 1 kali dalam sehari. Pendekatan
relaksasi progresif ini diawali dengan penerapan standar perawatan resiko
perilaku kekerasan mulai dari SP 1 hingga SP 5.

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan pada pasien resiko perilaku kekerasan
dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan dengan SP resiko perilaku
kekerasan
c. Melakukan intervensi relaksasi progresif berbasis spiritual
d. Mengevaluasi intervensi terapi relaksasi progresif berbasis spiritual
yang telah diberikan
D. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
Karya ilmiah ini dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan baik
bagi penulis dan pembaca. Selain itu, karya ilmiah ini dapat dijadikan tambahan
ilmu pengalaman praktik dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien
resiko perilaku kekerasan
2. Manfaat Aplikatif
Studi kasus ini dapat dijadikan sumber informasi bagi pihak rumah sakit
dalam mengevaluasi penerapan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
Kemudian, pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual menjadi intervensi
yang perlu dilakukan bagi klien dengan resiko perilaku kekerasan
3. Manfaat Karya Ilmiah Ners
Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi studi kasus
yang serupa. Selain itu, dapat dijadikan referensi pembuktian asuhan keperawatan
dan perbaikan dalam karya ilmiah ners selanjutnya.

BAB II
GAMBARAN KASUS KELOLAAN

A. Asuhan Keperawatan Klien


1. Pengkajian
a. Riwayat Klien Sebelumnya
Berdasarkan hasil pengkajian, didapatkan data klien (Ny. R, 28
tahun) sudah mengalami skizofrenia sejak tahun 2019 dan sudah
beberapa kali masuk ke rumah sakit jiwa. Didalam keluarga klien tidak
ada yang mangalami gangguan jiwa. Klien mengatakan pernah beberapa
kali berkelahi secara fisik yaitu berkelahi dengan teman SD, teman SMP,
abang ipar dan kakak kandung. Klien mengatakan bahwa ketika duduk
dibangku SMP ia dikeluarkan dari sekolah (drop out) karena sering
memiliki masalah seperti berkelahi dengan teman dan juga memecahkan
kursi. Klien mengatakan sedih karena ia pernah diselingkuhi oleh mantan
suaminya pada tahun 2012. Klien juga mengatakan jika ada masalah
hanya dipendam saja dan tidak mau bercerita kepada orang lain. Klien
merupakan seorang anak yatim piatu. Ibunya telah meninggal pada tahun
2014. Klien mengatakan pada tahun 2019 ayahnya meninggal kerena
mengalami stroke dan membuat klien sangat terpukul sehingga
menyebabkan klien tidak mau makan dan keluar kamar selama beberapa
minggu. Keluarga mengatakan satu bulan sebelum masuk rumah sakit
klien gelisah, tidur kurang, makan sedikit, keluyuran, marah-marah tanpa
sebab, mengganggu dan meresahkan warga. Selain itu keluarga
mengatakan bahwa pasien dibawa ke rumah sakit karena memukul abang
ipar dan kakak kandung.
b. Kondisi Klien
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, saat ini klien
mengatakan bahwa ia sering emosi dan mendorong-dorong pintu terali
karena kesal telah diantar ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya dan ingin
pulang. Saat bercerita tentang mantan suaminya klien tampak emosi,
mata klien melotot, dan nada suara klien keras. Tampak saat berbicara
dahi klien selalu berkerut. Emosi klien tampak labil. Klien tampak
gelisah, pandangan tampak tajam. Saat dilakukan pengkajian klien juga
tampak mudah tersinggung. Klien tampak mengamuk dan mendorong-
dorong pintu terali karena ingin pulang. Selain itu klien mengatakan tidak
ada orang yang sayang dengannya, tidak ada gunanya ia hidup, dan klien
mengatakan ingin mati saja. Klien mengatakan bahwa ia tidak dihargai
oleh keluarganya, klien juga mengatakan bahwa ia merasa hanya menjadi
beban bagi keluarga dan hidupnya tidak berguna.
Tabel 2.1 Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Ds: Risiko perilaku
Klien mengatakan pernah beberapa kali berkelahi kekerasan
secara fisik: teman SD, teman SMP, abang ipar dan
kakak kandung
Klien mengatakan pernah memecahkan bangku
sekolah ketika SMP
Klien mengatakan saat ini terkadang suka emosi dan
mendorong-dorong pintu terali karena kesal telah
diantar ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya
Do:
Klien tampak mengamuk dan mendorong-dorong pintu
terali karena ingin pulnag
Pandangan klien tampak tajam
Klien tampak mudah tersinggung
Klien tampak gelisah
Nada suara kuat
Emosi klien tampak labil
Dahi klien tampak berkerut saat berbicara
TD: 103/83 mmhg
N: 110x/menit
S: 36,6⁰c
RR: 22x/menit
2. Ds: Resiko bunuh diri
Klien mengatakan tidak ada orang yang sayang
dengannya
Klien mengatakan tidak ada gunanya ia hidup
Klien mengatakan ingin mati saja
Do:
Pandangan klien tampak tajam
Emosi klien tampak labil
3. Ds: Harga diri rendah
Klien mengatakan tidak dihargai oleh keluarganya
Klien mengatakan merasa menjadi beban oleh
keluarga
Klien mengatakan hidupnya tidak berguna
Do:
Klien tampak menyendiri

c. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Resiko perilaku kekerasan

Harga diri rendah

2. Diagnosis
Berdasarkan kasus ini, masalah keperawatan yang muncul pada klien
meliputi resiko perilaku kekerasan dan harga diri rendah. Kemudian,
diagnosis keperawatan yang diangkat untuk dibahas pada bagian ini adalah
resiko perilaku kekerasan.
3. Rencana Keperawatan
Berdasarkan analisa data pada studi kasus ini, didapatkan masalah
keperawatan yang muncul yaitu resiko perilaku kekerasan, risiko bunuh diri
dan harga diri rendah. Intervensi yang diberikan selama merawat klien,
mencakup semua masalah keperawatan yang muncul, namun perencanaan
yang ditulis disini hanya diagnosis resiko perilaku kekerasan dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual. Intervensi yang diberikan
berupa tindakan keperawatan pada individu yaitu klien.
a. Individu
1) Tujuan Tindakan Keperawatan Individu
a) Pasien mampu mengenal risiko perilaku kekerasan
b) Pasien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spirirtual
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2) Rencana Tindakan Keperawatan Individu
a) Mengidentifikasi penyebab dan tanda-gejala risiko perilaku
kekerasan
b) Mengajarkan pasien melakukan teknik napas dalam
c) Mengajarkan pasien melakukan teknik pukul bantal
d) Mengajarkan pasien cara mengungkapkan perasaan marah secara
verbal
e) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual: sholat
f) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur
g) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
relaksasi progresif berbasis spiritual
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan selama mengelola klien diawali dengan
membina hubungan saling percaya. Setelah membina hubungan saling
percaya, kemudian dilakukan pengkajian dan klien mengutarakan semua
perasaan yang dirasa selama ini, keluh kesah, serta harapan. Interaksi
dilakukan selama 1 minggu. Kemudian intervensi awal yang akan dilakukan
yaitu menerapkan SP risiko perilaku kekerasan yang diberikan dengan
melatih relaksasi napas dalam dan dilanjutkan dengan teknik memukul bantal
atau kasur. Intervensi selanjutnya yaitu dengan melatih cara mengontrol
marah secara verbal: meminta dan menolak dengan baik, serta dengan
melakukan aktivitas spiritual. Klien mengatakan bahwa ia sudah lama tidak
sholat. Kemudian, klien diberikan pemahaman tentang pentingnya ibadah dan
manfaatnya. Intervensi lainnya yang diberikan adalah dengan cara meminum
obat secara teratur. Klien diberikan pemahaman tentang prinsip minum obat,
dan pentingnya minum obat secara teratur.
Intervensi utama dari asuhan keperawatan ini yaitu, intervensi dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual. Klien yang sudah
mendapatkan latihan mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual dilatih untuk merelaksasikan
otot dan banyak beristighfar. Aktivitas ini bertujuan untuk membuat klien
menjadi lebih rileks dan tenang. Selain penerapan intervensi relaksasi
progresif berbasis spiritual, penulis juga melakukan pengukuran evaluasi
tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dialami klien. Pada skor
evaluasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan sebelum dilakukan
intervansi berjumlah 6 point dan terdapat penurunan tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan, dimana skor setelah dilakukannya intervansi yaitu
menjadi 2 point. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya tanda dan gejala
risiko perilaku kekerasan yang muncul pada klien seperti merusak benda,
mengucapkan kata-kata kasar, berteriak dan mampu mengontrol perilaku
kekerasan.
5. Evaluasi
Penerapan intervensi pertama pada klien, yaitu teknik relaksasi napas
dalam memberikan manfaat relaksasi pada klien. Setelah dilakukan intervensi
klien mampu mengulangi relaksasi napas dalam dan mengatakan merasa lebih
nyaman. Pada intervensi selanjutnya dilakukan teknik pukul bantal/kasur.
Klien mampu mengikutinya dan mengatakan lebih lega. Intervensi yang
ketiga yaitu secara verbal, klien dilatih untuk menolak dan meminta dengan
cara yang baik, klien mampu mempraktikkan ulang cara meminta dan
menolak dengan baik. Kemudian, dilakukan intervensi melakukan kegiatan
spiritual yaitu melatih klien untuk rutin melakukan sholat. Klien mengatakan
hatinya menjadi lebih tenang setelah melakukan sholat. Klien juga diberikan
intrevensi tentang prinsip benar obat dan pentingnya minum obat secara
teratur. Klien mengatakan bahwa ia rutin minum obat.
Intervensi selanjutnya yaitu latihan relaksasi progresif berbasis
spiritual. Klien dilatih untuk menegangkan dan merilekskan otot-otot badan
kemudian diikuti dengan mengucapkan istighfar setelah melakukan tiap-tiap
gerakan. Intervensi ini dilakukan kurang lebih selama 5 menit. Gerakan ini
dimulai dari otot lengan, wajah, leher, bahu, tangan dan kaki. Klien mampu
mengulangi gerakkan yang telah dicontohkan dan klien mengatakan bahwa
tubuhnya merasa lebih rileks dan nyaman setalah dilakukan intervensi
relaksasi progresif berbasis spiritual. Selain itu klien juga mengatakan bahwa
tremor yang dialaminya berkurang.
Evaluasi terkait tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan diukur dari
waktu ke waktu, selama 6 hari mengelola klien dengan intensitas pertemuan
setiap hari. Dari hasil evaluasi diperoleh penurunan skor dari 6 pada satu hari
sebelum dilakukan intervensi relaksasi progresif berbasis spiritual menjadi 2
pada satu hari setelah intervensi selesai diberikan. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya perkembangan pada kondisi klien, yaitu tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan mulai berkurang. Secara keseluruhan selama penerapan
asuhan keperawatan ini klien menjadi lebih tenang dalam menjalani hidup
dan memiliki harapan untuk bisa menjadi lebih baik lagi.
BAB III
PEMBAHASAN

A. Analisis Asuhan Keperawatan (Berdasarkan Konsep Terkait)


Berdasarkan analisis dari hasil pengkajian pada klien Ny. R, terdapat
beberapa hal yang menyebabkan klien mengalami gangguan jiwa, seperti kejadian
hidup yang penuh tekanan, diselingkuhi oleh mantan suami, dan memendam saat
ada masalah. Hal ini sejalan dengan penelitian Rinawati dan Alimansur (2016)
dimana tipe kepribadian yang tertutup merupakan penyebab terbanyak orang
mengalami gangguan jiwa. Orang dengan tipe kepribadian tertutup cenderung
menyimpan segala permasalahan sendiri, sehingga membuat masalah akan
semakin menumpuk. Hal ini yang menyebabkan klien bukannya menyelesaikan
masalah, namun akan binggung dengan permasalahannya dan dapat membuat
klien menjadi depresi.
Kondisi klien juga dipengaruhi oleh tekanan hidup, klien mengatakan bahwa
ia sering dipukul oleh kakak dan abang iparnya klien juga mengatakan bahwa
tidak ada yang mau mendengar ceritanya. Tekanan hidup dan keinginan yang
tidak terpenuhi seperti kebutuhan untuk didengar membuat individu memiliki
dunianya sendiri yaitu dunia imajinasi atau halusinasi (Saputri, 2016). Penelitian
yang dilakukan oleh Sari dan Sirna (2015) menunjukkan bahwa tekanan hidup
yang berkepanjangan dapat menjadikan individu tersebut semakin terpuruk
sehingga memicunya menjadi skizofrenia.
Berdasarkan pengkajian, klien mengatakan bahwa awal masuk ke Rumah
Sakit Jiwa yaitu pada tahun 2019 setelah ayahnya meninggal. Klien mengatakan
sangat terpukul atas kehilangan ayahnya karena ia merupakan anak terakhir dan
dimanja, hal ini menyebabkan ia tidak mau keluar kamar dan tidak mau makan
selama beberapa minggu. Kehilangan adalah suatu keadaan individu berpisah
dengan sesuatu yang sebelumnya ada kemudian menjadi tidak ada (Wijayanti dan
lain-lain, 2020). Kehilangan orang yang disayangi dapat memicu individu
mengalami gangguan jiwa. Hal ini terjadi karena mekanisme koping yang tidak
baik sehingga membuat ia mudah untuk megalami gangguan jiwa (Rinawati &
Alimansur, 2016).

B. Analisis Penerapan Intervensi (Berdasarkan Hasil Kajian Praktik Berbasis


Bukti)
1. Intervensi Umum pada Klien
Terapi generalis yang diberikan sesuai dengan standar asuhan
keperawatan risiko perilaku kekerasan yaitu mengenal penyebab, tanda dan
gejala, latihan napas dalam, latihan memukul bantal/kasur, meminta dan
menolak dengan baik, aktivitas spiritual: sholat, dan minum obat secara
teratur. Intervensi pertama yang diberikan berupa pengkajian terkait risiko
perilaku kekerasan yang klien alami dengan mengidentifikasi penyebab, tanda
gejala risiko perilaku kekerasan dan mengkaji respon klien (Keliat dkk,
2019). Klien mengatakan bahwa penyebab marahnya adalah karena sering
dipukul oleh abang ipar dan kakak kandungnya. Klien juga mengatakan
bahwa tanda dan gejala marah adalah tangan mengepal dan mata melotot.
Pengkajian tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien
dilakukan dengan instrumen evaluasi tanda dan gejala risiko perilaku
kekerasan yang diukur sebelum dan setelah intervensi diberikan. Instrumen
ini terdiri dari 10 komponen yang telah dimodifikasi oleh Amimi dkk (2020)
seperti mata merah dan tegang, pandangan tajam, mengepalkan tangan,
mengatupkan rahang dengan kuat, bicara kasar, suara tinggi, menjerit atau
berteriak, mengancam secara verbal atau fisik, melempar atau memukul
benda/orang lain, merusak barang/benda, dan tidak mampu mengontrol
perilaku kekerasan.
Berdasarkan observasi instrumen tersebut, didapatkan muka klien
tampak merah dan tegang, klien merusak benda/barang, berbicara kasar,
berteriak, pandangan mata tajam dan tidak mampu mengontrol perilaku
kekerasan. Pandangan mata yang tertuju pada satu arah dalam waktu lama
merupakan suatu ekspresi dari marah, pandangan mata yang tajam merupakan
suatu yang menandakan bahwa seseorang sedang memikirkan atau
menghayalkan perasaannya (Amimi dkk, 2020).
Dari hasil pengkajian klien mengatakan bahwa sejak orang tuanya
meninggal ia tinggal bersama dengan kakak dan abang iparnya. Ia merasa
hanya menjadi beban bagi keluarganya dengan kondisi seperti saat ini, klien
juga mengatakan tidak ada yang mau mendengarkan ceritanya. Hal ini saling
berkaitan dengan masalah keperawatan yang dialami klien yaitu harga diri
rendah. Harga diri rendah dan risiko perilaku kekerasan dapat menyebabkan
munculnya gejala risiko bunuh diri pada klien, dimana klien mengatakan
bahwa saat ini tidak ada gunanya ia hidup.
Dukungan keluarga sangat penting bagi sesorang yang sedang
membutuhkan bantuan dalam menghadapi masalah dikehidupannya (Rif’ati,
2018). Menurut Sarafino & Smith (2012) dukungan keluarga meliputi rasa
perduli, umpan balik atau saran, penghargaan dan instrumental yang
diberikan kepada anggota keluarga. Selain itu dukungan keluarga sangat
penting dalam proses penyembuhan pasien dengan gangguan jiwa.
2. Alternatif Pemecahan Masalah
Terapi generalis yang diterapkan sesuai dengan standar perawatan pada
pasien risiko perilaku kekerasan, kemudian dikaitkan dengan pendekatan
relaksasi progresif berbasis spiritual. Implementasi yang diberikan yaitu
melatih klien melakukan relaksasi napas dalam dan memukul bantal/kasur
untuk mengontrol risiko perilaku kekerasan pada klien. Implementasi
selanjutnya yang diberikan yaitu melatih klien cara meminta dan menolak
dengan baik serta melakukan kegiatan spiritual seperti sholat. Terapi spiritual
adalah suatu terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri klien
terhadap agama yang dianutnya (Yusuf, 2015). Terapi ini jika dilakukan
dengan tekun dan khusyu’ dapat memberikan dampak yang baik pada klien
dengan risiko perilaku kekerasan dimana, klien akan merasa lebih rileks dan
tenang (Saputri & Heppy, 2015). Klien juga diberikan edukasi tentang patuh
minum obat karena kepatuhan minum obat merupakan hal utama yang
berpengaruh pada keberhasilan pengobatan dan kesembuhan klien dengan
skizofrenia (Mulyani, 2020).
Selanjutnya implementasi utama yang diberikan yaitu terapi relaksasi
progresif berbasis spiritual. Terapi ini diberikan untuk mengurangi tanda dan
gejala risiko perilaku kekerasan dengan tujuan agar klien merasa lebih rileks
dan tenang (Pardede, Simanjuntak & Laia, 2020). Pemberian terapi relaksasi
berbasis spiritual ini telah dibuktikan mampu mengontrol rasa marah pada
pasien dengan risiko perilaku kekerasan (Suhartono, 2019).
Terapi relaksasi progresif dapat membuat klien menjadi lebih tenang
dalam berfikir dan mengelola rasa marah (Resti, 2014). Hal ini terjadi karena
terapi relaksasi progresif menurunkan resistensi perifer dan meningkatkan
elastisitas pembuluh darah sehingga akan membuat aliran oksigen menuju
otak di dalam pembuluh darah menjadi lancar (Marwati, 2020).
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Tobing (2014) diperoleh bahwa
terapi relaksasi progresif dapat mengurangi ketegangan yang dialami oleh
klien dengan risiko perilaku kekerasan. Hal ini terjadi karena relaksasi
progresif dapat meningkatkan produksi hormon serotonin. Hormon serotonin
berperan dalam mengatur emosi dan perilaku seseorang. Semakin rendah
kadar serotonin maka akan semakin agresif perilaku seseorang (Budisetyani,
dkk, 2016).
Sedangkan terapi spiritual yaitu terapi yang dilakukan dengan cara
mendekatkan diri kepada kepercayaan yang dianut. Salah satu bentuk dari
terapi spiritual adalah dengan beristighfar (Ernawati, Samsualam, & Suhermi,
2020). Mengingat Allah dengan beristighfar akan membuat tubuh menjadi
rileks, hal ini karna adanya keseimbangan antara sistem saraf simpatik dan
parasimpatik (Mardiati, Elita & Sabrian, 2018). Sistem kimia tubuh akan
diperbaiki sehingga meningkatkan vaskularisasi otak, dan meningkatkan
hormon serotonin dan dopamin (Guyton dan Heriyati dalam Mayasari, Elita
& Bayhakki, 2017). Terapi relaksasi progresif yang diberikan dengan berbasis
spiritual dapat memberikan dua kenyamanan atau rasa rileks, pertama yaitu
rasa nyaman karena terjadinya vasodilatasi pembuluh darah serta peningkatan
aliran oksigen dalam darah dan yang kedua rasa nyaman karena mengingat
Allah.
Berdasarkan terapi relaksasi progresif berbasis spiritual yang telah
dilakukan pada klien diperoleh bahwa relaksasi progresif berbasis spiritual
dapat menurunkan tanda gejala risiko perilaku kekerasan. Terapi ini dapat
menurunkan tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dengan
memperhatikan lingkungan yang tenang, posisi yang nyaman, dan keadaan
klien yang kooperatif sehingga dapat memaksimalkan manfaat dari intervensi
yang diberikan (Pangestika, Rochmawati, & Purnomo, 2018).

C. Rekomendasi
Penerapan asuhan keperawatan ini memberikan perkembangan yang baik
pada kondisi klien, namun memiliki sedikit hambatan. Hambatan dari penerapan
asuhan keperawatan ini dikarenakan klien kurang kooperatif sehingga membuat
intervensi yang dilakukan kurang maksimal. Oleh karena itu, penulis
merekomendasikan penerapan intervensi ini dilakukan pada pasien yang
kooperatif sehingga intervensi dapat dilakukan dengan maksimal.

D. Implikasi
1. Pelayanan Keperawatan
Penerapan asuhan keperawatan dengan pendekatan relaksasi berbasis
spiritual pada klien risiko perilaku kekerasan dapat memberikan manfaat
dalam mengontrol risiko terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dibuktikan
dengan penurunan skor tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang
dialami klien. Selain itu asuhan keperawatan ini juga dapat meningkatkan
kebutuhan spiritual klien karena klien dilatih untuk memperbanyak istighfar.
2. Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan terus berkembang sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan. Penerapan asuhan keperawatan ini dapat menjadi
penunjang ilmu pengetahuan terkait dengan relaksasi progresif berbasis
spiritual.
3. Penelitian Keperawatan
Penerapan asuhan keperawatan ini dapat menambah referensi pada
penelitian intervensi keperawatan dengan pendekatan relaksasi otot berbasis
spiritual. Selain itu, karya ilmiah akhir ners ini dapat membuktikan penelitian
lain terkait dengan penerapan terapi modalitas dan psikoreligius.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Skizofrenia yang dialami oleh klien disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
kehilangan, tekanan hidup, memendam saat ada masalah, dan koping yang tidak
efektif. Ny. R (28 tahun) didiagnosa skizofrenia sejak tahun 2019 yaitu sekitar
usia 25 tahun, karena telah lama memendam kekesalan dan kesedihan akhirnya
klien mengalami beberapa gejala skizofrenia, salah satunya risiko perilaku
kekerasan. Selain risiko perilaku kekerasan, terdapat beberapa masalah
keperawatan lainnya yaitu harga diri rendah dan risiko bunuh diri karena klien
mengatakan ingin mati saja dan hanya menyusahkan keluarga. Saat ini klien
dirawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau tepatnya di ruangan Siak.
Asuhan keperawatan pada risiko perilaku kekerasan ini, diawali dengan
intervensi mengidentifikasi tanda dan gejala serta penyebab dari risiko perilaku
kekerasan. Klien mengatakan bahwa yang menyebabkan ia marah adalah karena
sering dipukul oleh abang ipar dan kakak kandungnya. Klien mengatakan bahwa
tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan adalah mata melotot dan tangan
mengepal. Intervensi selanjutnya yang diberikan yaitu latihan napas dalam,
memukul bantal/kasur, meminta dan menolak dengan cara yang baik, melakukan
kegiatan spiritual: sholat, dan minum obat secara teratur. Intervensi lainnya yang
juga diberikan adalah latihan relaksasi progresif berbasis spiritual. Intervensi ini
dilakukan selama 4 hari dengan pertemuan sebanyak 1 kali dalam sehari.
Asuhan keperawatan dengan teknik relaksasi progresif berbasis spiritual
ini dapat membantu proses perawatan dan spiritual klien. Selain itu, parameter
tujuan dari penerapan asuhan keperawatan ini dapat tercapai adalah ditandai
dengan berkurangnya tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien
dengan penurunan skor evaluasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dari 6
menjadi 2 di akhir intervensi.

B. Saran
1. Aplikatif
Pihak rumah sakit jiwa dapat menggunakan hasil penerapan asuhan
keperawatan ini sebagai bahan evaluasi dan pembuatan suatu ketentuan atau
peraturan terkait dengan pelayanan dengan pendekatan relaksasi progresif
berbasis spiritual. Bidang keperawatan dapat mengembangkan intervensi ini
sebagai pembuatan standar perawat pasien dengan gangguan jiwa, terutama
pada pasien risiko perilaku kekerasan. Setelah standar perawatan relaksasi
progresif berbasis spiritual ini dibuat, kepala ruangan memastikan agar
perawat pelaksana dapat menjalankan intervensi ini dengan baik. Klien dapat
menerapkan dan melanjutkan intervensi yang telah diberikan sebagai program
tindak lanjut atau terapi dirumah.
2. Pendidikan
Karya ilmiah akhir ners ini memberikan gambaran mengenai penerapan
intervensi dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual pada
pasien risiko perilaku kekerasan. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat
menjadi contoh kasus yang aplikatif dalam pembelajaran mata ajar
keperawatan jiwa nantinya, terutama dalam pembelajaran keperawatan
relaksasi progresif berbasis spiritual.
3. Karya Ilmiah Akhir Ners
Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempelajari hambatan dari
penelitian ini. Interaksi dapat dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari. Kriteria
klien disarankan adalah klien yang kooperatif sehingga dapat memudahkan
saat memberikan intervensi relaksasi progresif berbasis spiritual. Asuhan
keperawatan ini dilakukan pada klien yang kurang kooperatif, sehingga
terdapat hambatan yang dijumpai seperti sulitnya mengajak klien untuk
memulai terapi, dibutuhkan berbagai upaya agar klien mau mengikuti terapi
relaksasi progresif berbasis spiritual yang akan diberikan.

DAFTAR PUSTAKA

Abbasi F. A., Bastani, F., & Haghani, H. (2018). The effect Of Foot Reflexology
Massage On The Sleep Quality Of Elderly Women With Restless Leg Sindrome.
Journal of Client Cantered Nursing Care. 4(2). Hal.96-103. Diperoleh dari
https://jccnc.iums.ac.ir/article-1-152-en.html
Amimi, R., Malfasari, E., Febrina, R., & Maulinda, D. (2020). Analisis Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa 3(1). Diperoleh dari
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/478
Arif, I. S. (2016). Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Jakarta: Refika
Aditama.
Ayano, Getinet (2016). “Schizophrenia: A Concise Overview of Etiology,
Epidemiology Diagnosis and Management: Review of literatures”. Journal of
schizophrenia research. Diperoleh dari
https://austinpublishinggroup.com/schizophrenia/fulltext/schizophrenia-v3-
id1026.php
Budisetyani, I. G. A. P. W, et al. (2016). Bahan Ajar Psikologi Abnormal. Badung:
Universitas Udayana
Casey, A & Benson, H. (2012). Panduan Harvard Medical School:Menurunkan
Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Edward, J. (2016). Fundamental facts about mental health. Mental Health Foundation.
Diperoleh dari https://www.mentalhealth.org.uk/sites/default/files/fundamental-
facts-about-mental-health-2016.pdf
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Destyana. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Halusinasi Pendengaran
dengan Pendekatan Berbasis Spiritual Terjadwal. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Indonesia
Dinarti & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: Indo Kemenkes BPPSDM
Helen, F., Dwi, M., & Rochma. (2014). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kecemasan pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di RSJ Amino
Gondhohutomo Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. 4(1). Hal.108
Karang, M. T. A. J. (2018). Efektifitas Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia. Diperoleh dari https://doi.org/10.33221/jiiki.v7i04.71
Keliat, A., & Akemat. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, A., Budi., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, Yani, A., Putri, Y. S., Daulima, N., Wardani, I. Y., & Susanti,
H. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Leniwita, H., & Anggraini, Y. (2019). Modul Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
Universitas kristen indonesia
Mardiati, S., Elita, V., & Sabrian, F. (2018). Pengaruh Psikoreligius: Membaca Al-
Fatihah Terhadap Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia. Jurnal Ners Indonesia
Melo-Dias., Lopes, R. C., Cardoso, D., Bobrowiez-Campos, E., & Apostolo, J. (2019).
Schizophrenia and Progressive Muscle Relaxation-A Systematic Review of
Effectiveness. Heliyon. 5(4). Diperoleh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6479115/pdf/main.pdf
Mulyani., Isnani, N., & Sholihin, R, A, A, H, S, P, S. (2020). Hubungan Kepatuhan
Minum Obat Terhadap Tingkat Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Poli Jiwa
RSUD. DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan
dan Teknologi, 2(1)
Mohr S, Borras L, Pierre-Yves B, Gillieron C, Huguelet P. Delusions with Religious
Content in Patients with Psychosis: How They Interact with Spiritual Coping.
Psychiatry Interpers Biol Process. Diperoleh dari
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1521/psyc.2010.73.2.158
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Andi Offset
Mushtaq, B. & Khan, A. A. (2018). Jacobson Muscle Relaxatation Technique (Jpmr)(20
min). JOJ Nursing & Health Care, 8(1)
Musmini. S. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan
Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda.
Karya Tulis Ilmiah. Poltiteknik kesehatan kementrian Samarinda
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat
Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). Gejala Risiko Perilaku
Kekerasan Menurun Setelah Diberikan Progresif Muscle Relaxation Therapy pada
Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 3(2).
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Nuha medika
Pangestika, A. T., Rochmawati, D. H., & Purnomo. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah pada Pasien Risiko Perilaku
Kekerasan di RSJD DR. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan 3(3)
Pardede, J, A., Simanjuntak, G. V., & laia, R. (2020). Gejala Risiko Perilaku Kekerasan
Menurun Setelah Diberikan Progressive Muscle Relaxation Therapy pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 3(2)
Pribadi, T., & Djamaludin, D. (2019). Terapi psikoreligi terhadap penurunan perilaku
kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung. Diperoleh dari
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/1940
Resti, I. B. (2014). Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk Mengurangi Stres pada
Penderita Asma. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Rif’ati, M. I., et al. (2018). Konsep Dukungan Sosial. Surabaya: Universitas Airlangga.
Diperoleh dari
https://www.researchgate.net/publication/328354497_KONSEP_DUKUNGAN_S
OSIAL
Rinawati, F., & Alimansur, M. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Stress Stuart. Jurnal Ilmu kesehatan
5(1). Diperoleh dari https://ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/article/view/112
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diperoleh dari
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Sarafini, E. P., & Smith, T. W. (2012). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions Seven Edition. New York: Jhon Wiley & Sons
Sari, H. & Sirna, W. (2015). Faktor Predisposisi Penderita Skizofrenia di Poli Klinik
Rumah Sakit Jiwa Aceh. Idea Nursing Journal. 6(2). Diperoleh dari
http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6530
Sari, A, & Subandi. (2015). Pelatihan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
pada primary caregiver penderita kanker payudara. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Diperoleh dari https://jurnal.ugm.ac.id/gamajpp/article/view/9393
VOLUME 1, NO. 3, DESEMBER 2015: 173 – 192 ISSN: 2407-7801
Saputri, A, I. (2016). Analisis Faktor Predisposisi dan Presipitasi Gangguan Jiwa di
Ruang Instalasi Gawat darurat Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah surakarta
Suhartono, D. L. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien RPK dengan Teknik
Relaksasi Otot Progresif Berbasis Religi terhadap Kemampuan Mengontrol Marah
di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Suryanti & Ariani, D. (2018). Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten.
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 7(1). Diperoleh dari http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/Int/article/view/389.
Triyani, F. A., Dwidiyanti, M., & Suerni, T. (2019). Gambaran Terapi Spiritual pada
Pasien Skizofrenia: Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 2(1).
Diperoleh dari https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/250
Videbeck, S. L. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wahyuningsih, D. (2009). Pengaruh Assertiveness Training (AT) Terhadap Perilaku
Kekerasan pada Klien Skizofrenia di RSUD Banyumas. Tesis. Universitas
Indonesia
Wijayanti, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa. HIJP: Health
Information Jurnal Penelitian, 12(2). Diperoleh dari https://myjurnal.poltekkes-
kdi.ac.id/index.php/HIJP/article/view/234/145
Yosep. (2011). Keperawatan Jiwa Ed. 4. Jakarta: Refika Aditama
Triyani, F. A., Dwidiyanti, M., & Suerni. (2019). Gambaran Terapi Spiritual pada
Pasien Skizofrenia: Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 2(1)
World Health Organization. (2022). Schizophrenia. Diperoleh drai
https://www.who.int/newsroom/fact-sheets/detail/schizophrenia
Yosep. (2011). Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta: Refika Aditama
Yunus, A.(2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Zahnia, S. & Sumekar, D. W. (2016). Kajian Epidemiologi Skizofrenia. Majority 5(5).
Diperoleh dari
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/904

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS RIAU

Ruang Rawat : Siak


Identitas Klien
Inisial : Ny. R (P)
RM. No. : 04 33 04
Tanggal Masuk RS : 18-06-2022
Tanggal Masuk Ruang : 20-06-2022
Tanggal Pengkajian : 20-06-2022
Tanggal Lahir / Umur : 15-04-1994 (28 tahun)
Status Perkawinan : Cerai hidup
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT
Agama : Islam
Suku Bangsa : Melayu
Alamat Klien : Pekanbaru
Sumber Informasi : Pasien dan keluarga

I. KONDISI/ KELUHAN SAAT INI


Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan, saat ini klien
mengatakan bahwa klien sering emosi dan mendorong-dorong pintu terali
karena kesal telah diantar ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya dan ingin
pulang. Saat bercerita tentang mantan suaminya klien tampak emosi, mata
klien melotot, dan nada suara klien keras. Tampak saat berbicara dahi klien
selalu berkerut. Emosi klien tampak labil. Klien tampak gelisah, pandangan
tampak tajam. Saat dilakukan pengkajian klien juga tampak mudah
tersinggung. Klien tampak mengamuk dan mendorong-dorong pintu terali
karena ingin pulang. Selain itu klien mengatakan tidak ada orang yang
sayang dengannya, tidak ada gunanya ia hidup, dan klien mengatakan ingin
mati saja. Klien mengatakan bahwa ia tidak dihargai oleh keluarganya, klien
juga mengatakan bahwa ia merasa hanya menjadi beban oleh keluarga dan
hidupnya tidak berguna.

II. ALASAN MASUK/ FAKTOR PRESIPITASI


Klien diantar ke rumah sakit jiwa Tampan karena memukul abang ipar
dan kakak kandung, keluyuran, makan sedikit, marah-marah tanpa sebab,
mengganggu dan meresahkan warga, gelisah 1 bulan sebelum masuk rumah
sakit. Klien mengatakan bahwa ia rutin meminum obat. Klien mengatakan
bahwa penyebab ia marah adalah karena sering dipukul oleh abang ipar dan
kakak kandungnya.
III. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa
di masa lalu?
Ya
Tidak
2. Pengobatan sebelumnya
Berhasil
Kurang berhasil
Tidak berhasil
3. Trauma Usia Pelaku Korban Saksi
Aniaya fisik 27 abang ipar klien kakak klien
Aniaya seksual tidak ada
Penolakan tidak ada
Kekerasan dalam keluarga tidak ada
Tindakan criminal tidak ada
Jelaskan : klien mengatakan bahwa kepalanya pernah dipukul oleh
abang iparnya
4. Anggota keluarga yang gangguan jiwa
Ada
Tidak
Jika ada : tidak ada
Hubungan keluarga : tidak ada
Gejala : tidak ada
Riwayat pengobatan : tidak ada
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan?
Klien mengatakan sangat terpukul dengan kepergian ayahnya, klien juga
mengatakan sedih karena pernah diselingkuhi oleh mantan suaminya

IV. Pemeriksaan Fisik


1. Tanda Vital :
TD : 103/83 mmHg
HR : 110 X/ menit
S : 36,6 ⁰c
RR : 22 X/menit
2. Ukur:
BB : 54 Kg
TB : 148 cm
3. Keluhan Fisik
Tidak ada

V. Psikososial
Genogram :

Keterangan:

: klien
: perempuan hidup

: laki-laki hidup

: perempuan meninggal

: laki-laki meninggal
: tinggal serumah
Jelaskan :
Klien tinggal dirumah bersama dengan kakak kandung dan abang iparnya
sejak kedua orang tuanya meninggal

1. Konsep diri
a. Citra Tubuh :klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya
b. Identitas :klien merupakan seorang ibu rumah tangga, namun ia
telah bercerai dari suaminya pada tahun 2012
c. Peran :sejak bercerai dari suamiyan klien tinggal bersama
dengan kakak dan abang iparnya, dirumah tersebut
klien selalu membantu membersih-bersihkan rumah
d. Ideal diri :klien berharap agar ia bisa cepat sembuh dan
berkempul dengan keluarganya kembali
e. Harga diri :klien mengatakan bahwa keluarganya tidak perduli
dengannya
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan bahwa ia sangat menyayangi
ayahnya namun ayahnya telah meninggal pada
tahun 2019
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien
mengatakan saat berada dirumah ia dilarang
keluar rumah oleh kakaknya, sehingga ia hanya
berada didalam rumah saja membantu
membersihkan rumah
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : tidak ada
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan bahwa gagguan jiwa terjadi
karena kurang melakukan ibadah
b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan sudah lama tidak melakukan
sholat maupun kegiatan ibadah lainnya

VI. Status Mental


1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan :
Klien berpakaian kurang rapi
2. Pembicaraan
Cepat Apatis
Keras Lambat
Gagap Membisu
Inkoherensi Tidak mampu memulai pembicaraan
Jelaskan :
Saat diajak bicara nada suara klien terkadang keras
3. Aktifitas motorik
Lesu Tik
Tegang Grimasem
Gelisah Tremor
Agitasi Kompulsif
Jelaskan :
Klien tampak gelisah dan wajah tampak tegang
4. Alarm perasaan
Sedih
Ketakutan
Putus asa
Khawatir
Gembira berlebihan
Jelaskan :
Klien mengatakan sedih karena sudah diatar ke Rumah Sakit Jiwa oleh
keluarganya.
5. Afek
Datar
Tumpul
Labil
Tidak sesuai
Jelaskan :
Saat berbicara tentang suaminya terlihat wajah klien langsung marah, dan
mata melotot, namun saat berbicara tentang hal lain klien tampak
tersenyum.
6. Interaksi selama wawancara
Bermusuhan
Tidak kooperatif
Mudah tersinggung
Kontak mata kurang
Curiga
Jelaskan :
Selama wawancara klien tampak mudah tersinggung, terutama saat
membahas tentang masa lalunya
7. Persepsi
Halusinasi/Ilusi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Jelaskan :
Klien mengatakan tidak ada mendengar/melihat/merasa sesuatu
8. Isi Pikir
Obsesi Depersonalisasi
Phobia Ide yang terkait
Hipokondria Pikiran magis
Waham :
Agama Nihilistik
Somatik Sisip pikir
Kebesaran Siar pikir
Curiga Kontrol pikir
Jelaskan :
Tidak ada
9. Proses pikir
Sirkumstansial Flight of idea
Tangensial Blocking
Kehilangan Perseverasi
Jelaskan :
Saat wawancara klien menggulang-ulang perkataan bahwa ia kesal dengan
kakak dan abang iparnya yang telah membawanya ke Rumah Sakit Jiwa
10. Tingkat kesadaran
Bingung Disorientasi waktu
Sedasi Disorientasi orang
Stupor Disorientasi tempat

Jelaskan :
Klien mengetahui dimana keberadaannya saat ini dan kapan ia masuk ke
RSJ
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jawaban :
Klien mampu mengingat kapan ia masuk Rumah Sakit Jiwa dan kapan
pertama kali ia di rawat di RSJ
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Saat wawancara terlihat konsentrasi klien mudah teralih
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Klien dapat memilih antara mandi atau makan terlebih dahulu
14. Daya titik diri
Mengingkari penyakit yang di derita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa ia tidak sakit, sehingga tidak perlu berobat

VII. Kebutuhan Perencanaan Pulang


1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
Makanan
Keamanan
Perawatan kesehatan
Pakaian
Transportasi
Tempat tinggal
Uang
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa ia dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
mandiri
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri BT BM
Mandi …. ✔
Kebersihan …. ✔
Makan …. ✔
BAK / BAB …. ✔
Ganti pakaian …. ✔
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa ia dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
mandiri
b. Nutrisi
Apakah anda puas dengan pola makan anda?
Ya
Tidak
Frekuensi sehari :3X
Frekuensi kedepan sehari : 3 X
Nafsu makan
Meningkat
Menurun
Berlebihan
Sedikit-sedikit
Berat badan :
Meningkat
Menurun
BB terendah : 48 Kg BB tertinggi : 60 Kg
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa saat ini nafsu makannya sudah mulai
meningkat dibandingkan saat sebelum dirawat
c. Tidur
Apakah ada masalah tidur ? Tidak
Apakah merasa segar setelah bangun tidur ? Ya
Apakah ada kebiasaan tidur siang ? Tidak
Lama tidur siang : tidak ada
Apa yang menolong tidur : obat
Tidur malam jam : 20.00 WIB bangun jam : 06.00 WIB
Apakah ada gangguan tidur ?
Sulit untuk tidur
Bangun terlalu pagi
Somnambulisme
Terbangun saat tidur
Gelisah saat tidur
Berbicara saat tidur
Jelaskan:
Tidak ada
3. Penggunaan Obat
Bantuan Minimal Bantuan Total
4. Pemeliharaan Kesehatan
Ya Tidak
Perawatan lanjutan
Sistem pendukung

5. Aktivitas di dalam rumah


Ya Tidak
Mempersiapkan makanan
Menjaga kerapian rumah
Mencuci pakaian
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa dirumah ia selalu membantu kakaknya
membersihkan rumah
6. Aktivitas di luar rumah
Ya Tidak
Belanja
Transportasi
Lain-lain
Jelaskan :
Klien mengatakan dilarang keluar rumah oleh kakaknya

VIII. Mekanisme Koping


Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan Reaksi lambat / berlebih
masalah
Tekhnik korelasi Menghindar
Aktivitas konstruktif Mencederai diri
Olahraga Lainnya : merusak barang

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan


Masalah dengan dukungan kelompok / keluarga, uraikan :
klien mengatakan bahwa ia sering dimarahi oleh abang ipar dan kakak
kandungnya
Masalah berhubungan dengan lingkungan, uraikan: tidak ada

Masalah dengan pendidikan, uraikan :


klien mengatakan bahwa ia pernah dikeluarkan dari sekolah karena
berkelahi dengan teman dan memecahkan kursi
Masalah dengan pekerjaan, uraikan : Tidak ada
Masalah dengan perumahan, uraikan : Tidak ada
Masalah dengan ekonomi, uraikan : Tidak ada
Masalah dengan pelayanan kesehatan, uraikan : Tidak ada
Masalah dengan lainnya, uraikan Tidak ada

X. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Ds: Risiko perilaku
- Klien mengatakan pernah beberapa kali berkelahi kekerasan
secara fisik: teman SD, teman SMP, abang ipar dan
kakak kandung
- Klien mengatakan pernah memecahkan bangku
sekolah ketika SMP
- Klien mengatakan saat ini terkadang suka emosi
dan mendorong-dorong pintu terali karena kesal
telah diantar ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya
Do:
- Klien tampak mengamuk dan mendorong-dorong
pintu terali karena ingin pulang
- Pandangan klien tampak tajam
- Klien tampak mudah tersinggung
- Klien tampak gelisah
- Nada suara kuat
- Emosi klien tampak labil
- Dahi klien tampak berkerut saat berbicara
- TD: 103/83 mmhg
- N: 110x/menit
- S: 36,6⁰c
- RR: 22x/menit
2. Ds: Resiko bunuh diri
- Klien mengatakan tidak ada orang yang sayang
dengannya
- Klien mengatakan tidak ada gunanya ia hidup
- Klien mengatakan ingin mati saja
Do:
- Pandangan klien tampak tajam
Emosi klien tampak labil
3. Ds: Harga diri rendah
- Klien mengatakan tidak dihargai oleh keluarganya
- Klien mengatakan merasa menjadi beban oleh
keluarga
- Klien mengatakan hidupnya tidak berguna
Do:
- Klien tampak menyendiri

XI. Pohon Masalah

Resiko bunuh diri

Resiko perilaku kekerasan

Harga diri rendah

XII. Diagonsa Keperawatan


1. Risiko perilaku kekerasan
2. Risiko bunuh diri
3. Harga diri rendah

XIII. ASPEK MEDIK


Diagnosa Medik : Skizofrenia
Terapi Medik :
Haloperidol 2x1
Depakote 500mg: 1-0-0
Chlorpromazine 100mg: 0-0-1
1
Trifluoperazin 5 mg: 2 x
2

DAFTAR NAMA MASALAH KEPERAWATAN


Klien Gangguan Jiwa :
1. Risiko perilaku kekerasan
2. Risiko bunuh diri
3. Harga diri rendah kronis

Pekanbaru, 21 Juni 2022

Mahasiswa

Standar Operasional Prosedur


Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual
Pada Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS RIAU
Kampus UNRI Jl. Pattimura No. 9, Gedung G – Pekanbaru
Telpon (0761) 31162 Faksimile (0761) 859258
Peran Nama
Vidia Humaira, S. Kep
Penulis
NIM. 2111437214
Reviewer Pembimbing I:
Ns. Jumaini, M.Kep., Sp. Kep.J
Penguji I
Veny Elita, MN(MH)
Penguji II
Ns. Rosdiar, S.Kep
Ketua Prodi
Pengesahan
Dr. Reni Zulfitri, M. Kep., Sp. Kep. Kom
Terapi relaksasi progresif berbasis spiritual merupakan teknik
relaksasi otot yang dilakukan dengan cara meminta pasien untuk
Pengertian
menegangkan dan melemaskan otot pada bagian tubuh tertentu
dalam satu waktu kemudian diikuti dengan istighfar.
Pasien mampu mengontrol tanda dan gejala risiko perilaku
Tujuan
kekerasan
Sasaran Pasien dengan gangguan jiwa risiko perilaku kekerasan
Langkah- FASE ORIENTASI
langkah a. Salam terapeutik
b. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan terapi relaksasi otot
progresif
c. Tempat yang digunakan tenang dan jauh dari gangguan suara
d. Ciptakan suasana nyaman untuk klien
e. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan di lakukan
FASE KERJA
Tangan
Kepalkan tangan masing masing secara terpisah (kanan dan kiri),
rasakan ketegangan di kepalan tangan dan lengan masing-masing
5 detik. Lepaskan kepalan, relaks,
mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10
detik.
Lengan
a. Lipat lengan secara terpisah (kiri dan kanan) sampai ke siku
dan tegangkan otot bisep, rasakan ketegangannya selama 5
detik. Lepaskan lengan, relaks,mengucapkan Astaghfirullah
al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik.
b. Luruskan lengan secara terpisah (kanan dan kiri), tegangkan
trisep tahan selama 5 detik. Relaks, mengucapkan
Astaghfirullah al-'Adhim 3x, dan rasakan relaksasi selama 10
detik
Otot Wajah
a. Kerutkan dahi anda, cobalah untuk membuat alis anda
menyentuh garis rambut sampai merasakan tegang. Rasakan
ketegangan sampai 5 detik. Relax, mengucapkan
Astaghfirullah al-'Adhim 3x, dan rasakan selaa 10 detik
Leher dan Bahu
a. Dorong kepala ke arah belakang sejauh mungkin, rasakan
ketegangan selama 5 detik. Lepaskan, relax, mengucapkan
Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik
b. Arahkan kepala ke arah bawah dan tekan dagu menempel pada
dada selama 5 deik. Angkat kembali kepala. Lepaskan, relax,
mengucapkan Astaghfirullah al- 'Adhim 3x dan rasakan selama
10 detik
c. Tegangkan bahu dengan mengangkat bahu sampai ke
telinga anda, rasakan
ketegangan selama 5 detik. Lepaskan, relax, mengucapkan
Astaghfirullah al- 'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik.
Dada
Tarik nafas dalam dalam sampai benar benar mengisi paru
paru, tahan nafas selama beberapa detik dan hembuskan
perlahan lahan. Lepaskan, relax, mengucapkan
Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik.
Punggung
Lengkungkan punggung anda menjauh dan rasakan
ketegangan selama 5 detik.
Lepaskan, relax, mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan
rasakan elama 10 detik
Kaki bawah
a. Arahkan jari jari kaki ke arah kepala anda hingga timbul rasa
tegang pada otot betis. Rasakan ketegangan selama 5 detik.
Lepaskan, relax,mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan
rasakan selama 10 detik
b. Arahkan jari jari kaki menjauh dari arah kepala. Rasakan
ketegangan selama 5 detik. Lepaskan, relax, mengucapkan
Astaghfirullah al-'Adhim 3x dan rasakan selama 10 detik
Setelah latihan
a. Rileks kan seluruh tubuh
b. Tutup mata anda dan biarkan diri anda tetap berada pada
keadaan rileks
c. Buka mata anda dan nikmati energi yang baru, santai dan segar
d. Duduk, peregangan, dan berdiri perlahan lahan
e. Mengucapkan Astaghfirullah al-'Adhim 3x
FASE ELIMINASI
Mencatat kegiatan dalam lembar observasi

Dokumentasi
Rekam medis klien
terkait
Formulir
yang Lembar observasi
digunakan
Referensi Mushtaq, B. & Khan, A. A. (2018) dan Suhartono, D. L. (2019)
Instrumen Penelitian

Pre test Post test


Tanggal: Tanggal:
No Tanda dan Gejala 23-06-2022 28-06-2022
Tidak Tidak
Ya (1) Ya (1)
(0) (0)
1. Muka merah dan tegang ✔ ✔
2. Mata melotot/pandangan tajam ✔ ✔
3. Mengepalkan tangan ✔ ✔
4. Mengatupkan rahang dengan kuat ✔ ✔
5. Bicara kasar ✔ ✔
6. Suara tinggi atau teriak ✔ ✔
7. Mengancam secara verbal atau fisik ✔ ✔
8. Melempar atau memukul benda/orang lain ✔ ✔
9. Merusak benda atau barang ✔ ✔
10. Tidak mampu mengontrol perilaku kekerasan ✔ ✔
Total skor 6 2

Sumber: Amimi, Malfasari, Febtrina & Maulinda (2020)

Grafik

Skor Tanda dan Gejala RPK


7

0
Pre-test Post-test

Grafik 1. Skor Tanda dan Gejala RPK


Evaluasi Tanda dan Gejala RPK
7

0
6/23/2022 6/24/2022 6/25/2022 6/26/2022 6/27/2022 6/28/2022

Grafik 2. Evaluasi Tanda dan Gejala RPK

Catatan Perkembangan Klien Terintegritas

Nama klien : Ny. R


Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 28 tahun
Hari/ Implementasi Evaluasi
Tanggal
Selasa/ DS: S:
21-06- Resiko Bunuh Diri - Klien
2022 - Klien mengatakan tidak ada orang mengatakan
yang sayang dengannya dapat
- Klien mengatakan tidak ada gunanya melakukan
ia hidup teknik
- Klien mengatakan ingin mati saja relaksasi
Risiko Perilaku Kekerasan napas dalam
- Klien mengatakan pernah beberapa
kali berkelahi secara fisik: teman O:
SD, teman SMP, abang ipar dan - Klien
kakak kandung tampak dapat
- Klien mengatakan pernah mempraktikk
memecahkan bangku sekolah ketika an ulang
SMP teknik napas
- Klien mengatakan kesal karena telah dalam
diantar ke rumah sakit jiwa oleh
keluarganya A:
Harga Diri Rendah - Masalah
- Klien mengatakan tidak dihargai risiko
oleh keluarganya perilaku

- Klien mengatakan merasa menjadi kekerasan

beban oleh keluarga teratasi

- Klien mengatakan hidupnya tidak sebagian

berguna dengan
relaksasi

DO: napas dalam

Resiko Bunuh Diri


- Pandangan klien tampak tajam P:

- Emosi klien tampak labil - Latihan


relaksasi
Risiko Perilaku Kekerasan
napas dalam
- Klien tampak mengamuk dan
- Latihan cara
mendorong-dorong pintu terali
pukul
karena ingin pulang
bantal/kasur
- Pandangan klien tampak tajam
- Latihan cara
- Klien tampak mudah tersinggung
mengontrol
- Klien tampak gelisah marah
- Nada suara kuat dengan cara
- Klien tampak kesal verbal

- Emosi klien tampak labil (memint dan

- Dahi klien tampak berkerut saat menolak

berbicara dengan baik)

Harga Diri Rendah


- Klien tampak menyendiri

Dx:
- Resiko Bunuh Diri
- Risiko Perilaku Kekerasan
- Harga Diri Rendah
Perawat,
Vidia
Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Mengkaji data subjektif dan objektif
3. Mengidentifikasi penyebab dan
tanda gejala perilaku kekerasan
4. Melatih teknik napas dalam

RTL:
1. Melanjutkan pengkajian
2. Mengevaluasi latihan relaksasi napas
dalam
3. Melatih cara mengontrol marah
dengan cara pukul bantal/kasur
4. Melatih cara mengontrol marah
dengan cara verbal (memint dan
menolak dengan baik)
Rabu/ 22- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan masih kesal dan 1. Klien
mendorong-dorong pintu terali mengatakan
karena ingin pulang merasa lebih
rileks setelah
DO: melakukan
- Klien masih gelisah teknik relaksasi
dan pukul bantal
Dx: 2. Klien
- Risiko Perilaku Kekerasan mengatakan
merasa sulit
Tindakan Keperawatan: untuk
1. Mengevaluasi latihan napas dalam mempraktikkan
2. Melatih cara memukul bantal/kasur cara meminta
3. Melatih cara meminta dan menolak dan menolak
dengan baik dengan baik
O:
RTL: 1. Klien mampu
1. Mengevaluasi latihan pukul mempraktikkan
bantal/kasur teknik relaksasi
2. Mengevaluasi cara meminta dan napas dalam
menolak dengan baik 2. Klien mampu
3. Melatih cara mengontrol marah mempraktikkan
dengan cara spiritual cara memukul
4. Melatih cara mengontrol marah bantal/kasur
dengan caran minum obat secara 3. Klien mampu
teratur mempraktikkan
cara meminta
dan menolak
dengan baik
A:
1. Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan cara
verbal dan
memukul
bantal/kasur
P:
1. Latihan pukul
bantal/kasur
2. Latihan cara
meminta dan
menolak dengan
baik
3. Latihan cara
spiritual dan
rutin minum obat

Perawat,
Vidia
Kamis/23 DS: S:
Juni 2022 - Klien mengatakan masih kesal - Klien
DO: mengatakan
- Klien tampak gelisah merasa lebih
- Klien tampak bicara kotor tenang setelah
Dx: melakukan
Tindakan Keperawatan: aktivitas
1. Mengevaluasi cara memukul spiritual: sholat
bantal/kasur O:
2. Mengevaluasi cara meminta dan - Klien tampak
menolak dengan baik dapat
3. Melatih cara mengontrol marah mempraktikkan
dengan spiritual: sholat cara sholat dan
4. Melatih cara mengontrol marah cara memukul
dengan cara minum obat secara bantal/kasur
teratur - Klien mampu
menyebutkan
RTL: tentang
1. Mengevaluasi SP 1-5 pentingnya
2. Melatih relaksasi progresif berbasis minum obat
spiritual secara teratur
A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan cara
spiritual dan
minum obat
secara teratur
P:
- Latihan SP 1-5
- Latihan relaksasi
progresif
berbasis spiritual

Perawat,
Vidia
Jum’at/24 DS: S:
Juni 2022 - Klien mengatakan masih gelisah - Klien dapat
DO: menyebutkan dan
- Klien tampak masih gelisah dan mempraktikkan
mendorong-dorong pintu terali SP 1-5
- Klien tampak teriak-teriak - Klien
Dx: mengatakan lebih
- Risiko Perilaku Kekerasan rileks setelah
RTL: latihan relaksasi
1. Melatih relaksasi progresif progresif
berbasis spiritual berbasis spiritual
O:
- Klien tampak
dapat
menyebutkan
dan
mempraktikkan
SP 1-5
- Klien tampak
lebih tenang
A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi
sebagian
dengan teknik
relaksasi
berbasis
spiritual
P:
1. Latihan
relaksasi
progresif
berbasis
spiritual

Perawat,
Vidia
Sabtu/25- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan rasa kesal - Klien
terhadap kakak dan abang iparnya mengatakan
sudah mulai berkurang nyaman dan
DO: merasa lebih
- Tampak klien tidak mendorong- rileks setelah
dorong pintu terali latihan relaksasi
progresif
Dx: berbasis spiritual
- Risiko Perilaku Kekerasan O:
RTL: - Klien tampak
1. Melatih relaksasi progresif berbasis lebih tenang
spiritual A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan teknik
relaksasi berbasis
spiritual
P:
1. Latihan
relaksasi
progresif
berbasis
spiritual

Perawat,
Vidia
Ahad/26- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan gelisah berkurang - Klien
- Klien mengatakan tidak ada berkata mengatakan saat
kasar lagi ini merasa
DO: nyaman dan
- Tampak klien tidak ada berkata tremor berkurang
kasar O:
- Klien terlihat
Dx: dapat
- Risiko Perilaku Kekerasan mengulangi
RTL: latihan relaksasi
1. Melatih relaksasi progresif berbasis progresif
spiritual berbasis spiritual
- Klien terlihat
lebih tenang
A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan teknik
relaksasi berbasis
spiritual
P:
- Latihan relaksasi
progresif
berbasis spiritual

Perawat,
Vidia
Senin/27- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan perasaannya - Klien
sudah lebih baik mengatakan
- Klien mengatakan tidak ada relaksasi
berteriak lagi progresif
DO: memberikan rasa
- Klien tampak tidak ada berteriak tenang
Dx: O:
- Risiko Perilaku Kekerasan - Klien mampu
RTL: menyebutkan
1. Mengevaluasi perasaan klien latihan yang
2. Mengevaluasi pelaksanaan relaksasi telah dilakukan
progresif spiritual A:
3. Terminasi - Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi dengan
pendekatan
relaksasi
progresif
berbasis spiritual
P:
- Melakukan
latihan yang
telah dilatih

Perawat,
Vidia

Anda mungkin juga menyukai