1 Kia
1 Kia
Karya Ilmiah Akhir Ners ini adalah hasil karya saya sendiri, dan semua
sumber baik yang dikutip maupun dirujuk
telah saya nyatakan dengan benar.
Tanda Tangan :
Tanggal: Juli 2022
HALAMAN PENGESAHAN
DEWAN PENGUJI
Ditetapkan di : Pekanbaru
Tanggal : Juli 2022
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Sebagai sivitas akademik Universitas Riau, saya yang bertanda tangan di bawah
ini:
Nama : Vidia Humaira
NPM : 2111437214
Program Studi : Pendidikan Profesi Ners
Jenis Karya : Karya Ilmiah Akhir Ners
beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti
Noneksklusif ini Universitas Riau berhak menyimpan, mengalihmedia/format-
kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database) merawat, dan
memublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai
penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya
(Vidia Humaira)
KATA PENGANTAR
Penulis
RINGKASAN
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa yang paling banyak dialami, salah satu
gejala yang paling sering muncul yaitu risiko perilaku kekerasan. Risiko perilaku
kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang
dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Asuhan keperawatan pada risiko perilaku kekerasan meliputi
memberikan intervensi penyebab risiko perilaku kekerasan, melatih teknik napas
dalam dan pukul bantal, meminta serta menolak dengan cara yang baik,
melakukan aktivitas spiritual, dan pendidikan obat. Asuhan keperawatan ini
penting diberikan dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual untuk
menunjang proses perawatan klien. Beberapa penelitian terkait terapi relaksasi
progresif berbasis spiritual pada gangguan jiwa sudah banyak yang membuktikan
keefektifannya. Pemberian asuhan keperawatan ini dilakukan pada klien
skizofrenia dengan gejala risiko perilaku kekerasan, dengan masalah keperawatan
penyerta harga diri rendah dan risiko bunuh diri. Asuhan keperawatan diberikan
pada Ny. R (28 Th) di ruang Siak Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau.
Setelah diberikan intervensi selama 4 hari dengan intensitas interaksi 1 kali sehari,
didapatkan perkembangan kondisi yang baik, dimana terdapat berkurangnya
tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dialami klien. Selain itu, klien
juga menunjukkan semangat dalam menjalani hidup. Berdasarkan hasil penerapan
asuhan keperawatan ini disarankan kepada perawat jiwa dan klien agar dapat
mempraktikan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual ini dalam
penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan risiko perilaku kekerasan.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL........................................................................................
HALAMAN JUDUL............................................................................................
HALAMAN PERNYATAAN ORISINILITAS................................................
HALAMAN PENGESAHAN.............................................................................
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI........................
KATA PENGANTAR.........................................................................................
RINGKASAN.......................................................................................................
DAFTAR ISI........................................................................................................
DAFTAR TABEL................................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................................
BAB I PENDAHULUAN....................................................................................
A. Latar Belakang...............................................................................................
B. Tinjauan Pustaka............................................................................................
C. Tujuan............................................................................................................
1. Tujuan Umum.........................................................................................
2. Tujuan Khusus.........................................................................................
D. Manfaat..........................................................................................................
1. Manfaat Keilmuan...................................................................................
2. Manfaat Aplikatif....................................................................................
3. Manfaat Karya Ilmiah Ners.....................................................................
BAB II GAMBARAN KASUS KELOLAAN....................................................
A. Asuhan Keperawatan Kasus...........................................................................
1. Pengkajian...............................................................................................
2. Diagnosis.................................................................................................
3. Rencana Keperawatan.............................................................................
4. Implementasi...........................................................................................
5. Evaluasi...................................................................................................
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................
A. Analisis Asuhan Keperawatan (Berdasarkan Konsep Terkait)......................
B. Analisis Penerapan Intervensi (Berdasarkan Hasil Kajian Praktik Berbasis
Bukti)
1. Intervensi Umum pada Klien..................................................................
2. Alternatif Pemecahan Masalah................................................................
C. Rekomendasi..................................................................................................
D. Implikasi.........................................................................................................
1. Pelayanan Keperawatan..........................................................................
2. Pendidikan Keperawatan.........................................................................
3. Penelitian Keperawatan...........................................................................
BAB IV PENUTUP..............................................................................................
A. Kesimpulan.....................................................................................................
B. Saran...............................................................................................................
1. Aplikatif..................................................................................................
2. Pendidikan...............................................................................................
3. Karya Ilmiah Akhir Ners.........................................................................
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................
LAMPIRAN.........................................................................................................
DAFTAR TABEL
A. Latar Belakang
Kehidupan manusia saat ini menjadi semakin kompleks. Stressor psikososial
semakin bertambah karena budaya masyarakat yang semakin modern. Tekanan-
tekanan hidup yang dialami dapat menyebabkan meningkatnya kualitas maupun
kuantitas penyakit gangguan mental-emosional manusia (Suryanti & Ariani,
2018). Apabila seseorang tidak dapat mengatasinya maka dapat membuat individu
tersebut merasa tertekan dan depresi bahkan stres yang mengakibatkan individu
mengalami gangguan jiwa (Aini, 2021). Selain itu masyarakat dengan sosial
ekonomi yang lebih rendah memiliki resiko dua sampai tiga kali lebih besar untuk
mengalami masalah gangguan jiwa (Edward, 2016). Gangguan jiwa menurut
American Psychiatric Association merupakan sindrom yang dihubungkan dengan
adanya distress atau disabilitas dan disertai dengan adanya peningkatan resiko
untuk sakit atau mati (Prabowo, 2014). Gangguan jiwa merupakan salah satu
masalah utama di negara berkembang salah satunya di Indonesia. Meskipun
gangguan jiwa dianggap sebagai salah satu masalah kesehatan yang tidak dapat
menyebabkan kematian secara langsung, namun beratnya gangguan akan
menyebabkan penderitanya menjadi tidak produktif dan tergantung pada orang
lain (Yosep, 2011).
Berdasarkan data WHO (2017) terdapat sekitar 450 juta orang di dunia yang
mengalami gangguan jiwa. Di Indonesia pada tahun 2013 diperoleh jumlah
gangguan jiwa 400.000 orang dan meningkat pada tahun 2018 menjadi 1.647.000
orang (Riskesdas, 2018). Salah satu gangguan jiwa yang cukup banyak dialami
pasien yaitu skizofrenia. Skizofrenia adalah suatu penyakit yang mempengaruhi
otak dan dapat menyebabkan timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan
perilaku aneh dan mengganggu (Videbeck, 2018). Skizofrenia merupakan bagian
dari psikosis yang menempati urutan atas dari semua jenis gangguan jiwa yang
ada (Nuraenah, 2012). Berdasarkan data WHO (2019) skizofrenia menyerang 20
juta orang di seluruh dunia. Menurut Arif (2016) skizofrenia merupakan masalah
kesehatan yang banyak dialami di Indonesia, dimana sekitar 99% pasien di
Rumah Sakit Jiwa di Indonesia adalah penderita Skizofrenia. Adapun masalah
keperawatan yang sering muncul pada penderita skizofrenia adalah perilaku
kekerasan (Pribadi & Djamaludin, 2019).
Perilaku kekerasan merupakan suatu keadaan dimana seseorang melakukan
tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri, orang
lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap sebagai suatu akibat yang
berbahaya dari rasa marah (Suryanti & Ariani, 2018). Menurut Aini (2021)
perilaku kekerasan adalah suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang
yang dapat mendorongnya untuk melukai diri, membunuh diri sendiri atau
membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri. Tanda dan gejala perilaku
kekerasan seperti muka merah dan tegang, mata melotot, pandangan tajam,
mengepalkan tangan, mengatuk rahang dengan kuat, bicara kasar, suara tinggi,
dan berteriak (Muhith, 2015). Perilaku kekerasan merupakan kondisi
kegawatdaruratan psikiatri yang perlu dicegah dan ditangani dengan segera karena
dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Umumnya terapi yang
diberikan pada pasien perilaku kekerasan yaitu dengan pemberian obat
antipsikosis, selain itu terapi yang bersifat alternatif juga dapat diberikan untuk
mencegah dan mengurangi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan salah
satunya adalah dengan terapi relaksasi progresif berbasis spiritual(Suhartono,
2019).
Terapi relaksasi progresif merupakan teknik relaksasi otot yang dilakukan
dengan cara meminta pasien untuk menegangkan dan melemaskan otot pada
bagian tubuh tertentu dalam satu waktu. Pasien juga diminta untuk berkonsentrasi
sehingga dapat mengontrol diri saat keinginan perilaku kekerasan muncul
(Karang, 2018). Relaksasi otot progresif dilakukan mulai dari bagian kepala
sampai kaki secara bertahap (Casey & Benson, 2012). Menurut Sari dan Subandi
(2015) terapi ini dapat memberikan rasa relaks dan mengurangi ketegangan pada
individu dimana hal ini dapat diidentifikasi dengan menurunnya tekanan darah
dan detak jantung seseorang. Suryanti & Ariani (2018) dalam penelitiannya
tentang “Pengaruh Relaksasi Otot Progresif terhadap Penurunan Perilaku
Kekerasan pada Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten” yang
menyatakan bahwa terapi relaksasi otot progresif sangat berpengaruh dalam
menurunkan tingkat perilaku kekerasan pada pasien skizofrenia. Analisa bivariat
menunjukkan bahwa ada penurunan rerata antara sebelum dan sesudah diberi
tindakan relaksasi progresif dari 2,07 menjadi 1,63. Hasil penelitian ini diperkuat
dengan hasil penelitian Pardede et al., (2020) dalam penelitiannya tentang gejala
risiko perilaku kekerasan yang menurun setelah diberikan progressive muscle
relaxation therapy pada pasien skizofrenia. Selain itu terapi relaksasi progresif
juga dapat diberikan bersamaan dengan terapi religius atau spiritual. Terapi
spiritual merupakan terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri klien
terhadap kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spiritual diantaranya
adalah berdo’a, sholat, dzikir, dan beristighfar (Triyani, Dwidiyanti & Suerni,
2019). Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Suhartono (2019)
diperoleh hasil bahwa teknik relaksasi otot progresif berbasis spiritual efektif
dalam mengontrol perilaku kekerasan di Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Penelitian lainnya yang dilakukan oleh
(Mohr et al) diperoleh bahwa dengan beristighfar dapat mengurangi gejala negatif
yang dialami oleh pasien dengan skizofrenia.
Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Ruang Siak Rumah Sakit Jiwa
Tampan Provinsi Riau pada tanggal 20 Juni 2022, didapatkan jumlah pasien 8
orang dengan diagnosa keperawatan resiko perilaku kekerasan 2 orang, halusinasi
3 orang, dan harga diri rendah 3 orang. Adapun dampak yang biasa muncul dari
perilaku kekerasan yaitu keributan, perkelahian antara pasien, dan kerusakan
fasilitas rumah sakit. Berdasarkan uraian di atas mendorong penulis untuk
menyusun Karya Ilmiah Akhir Ners (KIAN) “Asuhan Keperawatan Jiwa pada
Pasien Ny. R dengan Pendekatan Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual”.
B. Tinjauan Pustaka
1. Risiko Perilaku Kekerasan
Skizofrenia adalah jenis gangguan jiwa yang sangat mengganggu dan
mempengaruhi emosi, kognitif, persepsi, dan aspek lainnya dari tingkah
laku (Ayano, 2016). Gejala dari skizofrenia meliputi gangguan emosi,
halusinasi, delusi, dan perilaku yang abnormal (WHO, 2019). Perilaku
kekerasan merupakan gejala yang paling banyak dialami oleh pasien
skizofrenia setelah halusinasi. Perilaku kekerasan adalah suatu bentuk
perilaku yang bertujuan untuk melukai seseorang baik secara fisik maupun
psikologis. Perilaku kekerasan dapat berbentuk verbal, diarahkan pada diri
sendiri maupun orang lain (Musmini, 2019). Perilaku kekerasan dapat
terjadi dalam dua bentuk yaitu saat sedang berlangsung perilaku kekerasan
atau riwayat perilaku kekerasan (Dermawan & Rusdi, 2013).
Dampak yang ditimbulkan oleh pasien yang mengalami perilaku
kekerasan yaitu salah satunya adalah kehilangan kontrol diri, dimana klien
akan dikuasi oleh rasa marah sehingga klien dapat melukai diri sendiri,
orang lain dan lingkungan (Musmini, 2019). Penatalaksanaan perilaku
kekerasan sama halnya dengan skizofrenia, yaitu dilakukan dengan cara
farmakologi dan intervensi psikososial (Ayono, 2016). Peran perawat sangat
penting terutama dalam melakukan intervensi psikososial dengan cara
menerapkan asuhan keperawatan. Perawat berperan dalam memandirikan
pasien dan menunjang pengobatan, sehingga kesembuhan pasien dapat
tercapai (Destyana, 2020).
2. Asuhan Keperawatan
Proses asuhan keperawatan terdiri dari pengkajian, perumusan masalah,
perencanaan, penerapan intervensi, dan evaluasi terhadap hasil dan tujuan
yang ingin dicapai. Pengkajian merupakan tahap awal dari proses
keperawatan yang terdiri dari pengumpulan informasi dan data klien untuk
mendukung identifikasi permasalahan klien (Dinarti & Muryanti, 2017).
Pengkajian resiko perilaku kekerasan diawali dengan mengkaji data
subjektif dan objektif klien baik dengan cara wawancara maupun observasi.
Selain itu perawat juga perlu mengkaji penyebab dari perilaku kekerasan
serta tanda gejalanya. Kemudian perawat juga perlu mengkaji respon pasien
terkait perasaan dan tindakan yang dilakukan saat gejala resiko perilaku
kekerasan itu muncul. Pengkajian pada resiko perilaku kekerasan dapat
ditemukan data subjektif berupa cepat tersinggung, pernah memukul orang
dan ingin mengamuk. Sedangkan data objektif, dapat berupa kontak mata
tajam, berbicara keras, pandangan tajam, dan emosi yang labil (Yosep,
2011).
Kemudian dilakukan penegakkan diagnosis keperawatan setelah data-
data diperoleh melalui pengkajian. Diagnosa keperawatan adalah keputusan
klinis mengenai seseorang, keluarga atau masyarakat sebagai akibat dari
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang aktual atau potensial.
Diagnosa keperawatan merupakan dasar dalam menyusun rencana tindakan
yang nantinya akan dilakukan (Leniwita & Anggraini, 2019).
Intervensi keperawatan merupakan rangkaian kegiatan penentuan
langkah-langkah pemecahan masalah dan prioritas yang mengacu pada
analisis data dan diagnosa keperawatan (Leniwita & Anggraini, 2019).
Intervensi resiko perilaku kekerasan dimulai dengan penerapan SP 1 hingga
SP 5. Pertama perawat dapat membantu pasien dengan cara membantu klien
dalam mengenal tanda dan gejala dari perilaku kekerasan, kemudian
membantu klien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara relaksasi napas
dalam, memukul bantal atau kasur, meminta dan menolak dengan baik,
sholat atau beristighfar serta minum obat secara teratur (Dermawan &
Rusdi, 2013). Pada intervensi tersebut dapat diberikan dengan teknik
relaksasi otot progresif berbasis spiritual. Pendekatan intervensi dengan
relaksasi otot progresif berbasis spiritual meliputi gerakan pada tangan,
wajah, leher, punggung, dada, perut, dan kaki yang diikuti dengan
beristighfar setelah melakukan tiap-tiap gerakan.
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang
dilakukan oleh perawat untuk membantu pasien dari masalah kesehatan
yang dihadapi ke status kesehatan yang lebih baik yang menggambarkan
kriteria hasil yang diharapkan. Proses pelaksanaan implementasi harus
berpusat pada kebutuhan klien (Leniwita & Anggraini, 2019). Implementasi
keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan dengan
memperhatikan dan mengutamakan masalah utama yang aktual dan
mengancam klien. Sebelum melakukan tindakan keperawatan, perawat juga
perlu menvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan masih dibutuhkan
dan sesuai dengan kondisi klien saat ini (Keliat, Budi & Akemat 2012).
Evaluasi keperawatan merupakan proses berkelanjutan untuk menilai
efek dari tindakan keperawatan yang telah dilakukan. Evaluasi dilakukan
terus menerus pada respon pasien. Evaluasi proses dilakukan setelah selesai
melakukan tindakan. Evaluasi ini dapat dilakukan dengan menggunakan
SOAP sabagai pola pikirnya (Keliat, 2011).
3. Pendekatan Relaksasi Progresif Berbasis Spiritual
Relaksasi diartikan sebagai teknik yang dapat dilakukan untuk
mengurangi stres karena akan terjadi peningkatan aliran dalam darah
sehingga perasaan akan menjadi lebih tenang (Abbasi et al, 2018). Relaksasi
merupakan proses merilekskan otot-otot yang mengalami ketegangan atau
mengendorkan otot-otot tubuh dan pikiran agar kondisi yang nyaman dapat
tercapai (Yunus, 2014). Teknik relaksasi progresif adalah teknik relaksasi
otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi atau sugesti. Teknik ini
memusatkan perhatian pada aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot
yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan relaksasi
untuk dapat merasakan relaks (Helen, Dwi & Sawab, 2014). Berdasarkan
pada beberapa penelitian diperoleh bahwa relaksasi progresif dapat
membantu mengontrol marah pada pasien dengan resiko perilaku kekerasan
(Pangestika, Rochmawati & Purnomo, 2018). Oleh karena itu, pendekatan
relaksasi progresif diterapkan dengan tujuan agar pasien dapat mengontrol
diri saat keinginan perilaku kekerasan muncul (Karang, 2018). Selain itu
relaksasi progresif mudah untuk dipelajari, dampaknya dapat mengurangi
kecemasan dan depresi, peningkatan perasaan kontrol diri dan peningkatan
kemampuan koping dalam mengatasi situasi yang menimbulkan stres
(Melo-Dias, et al., 2019). Terapi relaksasi progresif juga dapat diberikan
bersamaan dengan terapi religius atau spiritual. Terapi spiritual merupakan
terapi yang dilakukan dengan cara mendekatkan diri klien terhadap
kepercayaan yang dianutnya. Bentuk dari terapi spiritual diantaranya adalah
berdo’a, sholat, dzikir, dan beristighfar (Triyani, Dwidiyanti & Suerni,
2019). Dengan beristighfar dapat mengurangi gejala negatif yang dialami
pada pasien skizofrenia (Mohr et al).
Tindakan yang dilakukan pada situasi kasus ini yaitu dengan
menerapkan intervensi sesuai standar perawatan resiko perilaku kekerasan
yang dikaitkan dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual.
Tahapan dari relaksasi progresif berbasis spiritual ini meliputi: (1) gerakan
untuk melatih kekuatan otot tangan, (2) gerakan untuk melatih otot lengan,
(3) gerakan untuk melatih otot wajah, (4) gerakan untuk melatih otot leher
dan bahu, (5) gerakan untuk melatih otot dada, (6), gerakan untuk melatih
otot punggung, (7) gerakan untuk melatih otot kaki, kemudian dilanjutkan
dengan mengucapkan istighfar pada masing-masing gerakan yang
dilakukan. Penelitian Pardede, Simanjuntak, dan Lala (2020), dilakukan
penerapan relaksasi otot progresif pada pasien resiko perilaku kekerasan,
didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan gejala resiko perilaku kekerasan
setelah pertemuan selama 4 hari. Studi kasus ini dilakukan selama 4 hari
dengan jumlah pertemuan sebanyak 1 kali dalam sehari. Pendekatan
relaksasi progresif ini diawali dengan penerapan standar perawatan resiko
perilaku kekerasan mulai dari SP 1 hingga SP 5.
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Menganalisis asuhan keperawatan pada pasien resiko perilaku kekerasan
dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi tanda dan gejala resiko perilaku kekerasan
b. Menyusun rencana asuhan keperawatan dengan SP resiko perilaku
kekerasan
c. Melakukan intervensi relaksasi progresif berbasis spiritual
d. Mengevaluasi intervensi terapi relaksasi progresif berbasis spiritual
yang telah diberikan
D. Manfaat
1. Manfaat Keilmuan
Karya ilmiah ini dapat dijadikan referensi untuk menambah wawasan baik
bagi penulis dan pembaca. Selain itu, karya ilmiah ini dapat dijadikan tambahan
ilmu pengalaman praktik dalam mengaplikasikan asuhan keperawatan pada pasien
resiko perilaku kekerasan
2. Manfaat Aplikatif
Studi kasus ini dapat dijadikan sumber informasi bagi pihak rumah sakit
dalam mengevaluasi penerapan asuhan keperawatan pada pasien gangguan jiwa.
Kemudian, pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual menjadi intervensi
yang perlu dilakukan bagi klien dengan resiko perilaku kekerasan
3. Manfaat Karya Ilmiah Ners
Karya ilmiah ini dapat digunakan sebagai bahan referensi bagi studi kasus
yang serupa. Selain itu, dapat dijadikan referensi pembuktian asuhan keperawatan
dan perbaikan dalam karya ilmiah ners selanjutnya.
BAB II
GAMBARAN KASUS KELOLAAN
c. Pohon Masalah
2. Diagnosis
Berdasarkan kasus ini, masalah keperawatan yang muncul pada klien
meliputi resiko perilaku kekerasan dan harga diri rendah. Kemudian,
diagnosis keperawatan yang diangkat untuk dibahas pada bagian ini adalah
resiko perilaku kekerasan.
3. Rencana Keperawatan
Berdasarkan analisa data pada studi kasus ini, didapatkan masalah
keperawatan yang muncul yaitu resiko perilaku kekerasan, risiko bunuh diri
dan harga diri rendah. Intervensi yang diberikan selama merawat klien,
mencakup semua masalah keperawatan yang muncul, namun perencanaan
yang ditulis disini hanya diagnosis resiko perilaku kekerasan dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual. Intervensi yang diberikan
berupa tindakan keperawatan pada individu yaitu klien.
a. Individu
1) Tujuan Tindakan Keperawatan Individu
a) Pasien mampu mengenal risiko perilaku kekerasan
b) Pasien mampu mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spirirtual
c) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
2) Rencana Tindakan Keperawatan Individu
a) Mengidentifikasi penyebab dan tanda-gejala risiko perilaku
kekerasan
b) Mengajarkan pasien melakukan teknik napas dalam
c) Mengajarkan pasien melakukan teknik pukul bantal
d) Mengajarkan pasien cara mengungkapkan perasaan marah secara
verbal
e) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
spiritual: sholat
f) Memberikan pendidikan kesehatan tentang penggunaan obat secara
teratur
g) Melatih pasien mengontrol perilaku kekerasan dengan cara
relaksasi progresif berbasis spiritual
4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan selama mengelola klien diawali dengan
membina hubungan saling percaya. Setelah membina hubungan saling
percaya, kemudian dilakukan pengkajian dan klien mengutarakan semua
perasaan yang dirasa selama ini, keluh kesah, serta harapan. Interaksi
dilakukan selama 1 minggu. Kemudian intervensi awal yang akan dilakukan
yaitu menerapkan SP risiko perilaku kekerasan yang diberikan dengan
melatih relaksasi napas dalam dan dilanjutkan dengan teknik memukul bantal
atau kasur. Intervensi selanjutnya yaitu dengan melatih cara mengontrol
marah secara verbal: meminta dan menolak dengan baik, serta dengan
melakukan aktivitas spiritual. Klien mengatakan bahwa ia sudah lama tidak
sholat. Kemudian, klien diberikan pemahaman tentang pentingnya ibadah dan
manfaatnya. Intervensi lainnya yang diberikan adalah dengan cara meminum
obat secara teratur. Klien diberikan pemahaman tentang prinsip minum obat,
dan pentingnya minum obat secara teratur.
Intervensi utama dari asuhan keperawatan ini yaitu, intervensi dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual. Klien yang sudah
mendapatkan latihan mengontrol risiko perilaku kekerasan dengan
pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual dilatih untuk merelaksasikan
otot dan banyak beristighfar. Aktivitas ini bertujuan untuk membuat klien
menjadi lebih rileks dan tenang. Selain penerapan intervensi relaksasi
progresif berbasis spiritual, penulis juga melakukan pengukuran evaluasi
tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang dialami klien. Pada skor
evaluasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan sebelum dilakukan
intervansi berjumlah 6 point dan terdapat penurunan tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan, dimana skor setelah dilakukannya intervansi yaitu
menjadi 2 point. Hal ini dibuktikan dengan berkurangnya tanda dan gejala
risiko perilaku kekerasan yang muncul pada klien seperti merusak benda,
mengucapkan kata-kata kasar, berteriak dan mampu mengontrol perilaku
kekerasan.
5. Evaluasi
Penerapan intervensi pertama pada klien, yaitu teknik relaksasi napas
dalam memberikan manfaat relaksasi pada klien. Setelah dilakukan intervensi
klien mampu mengulangi relaksasi napas dalam dan mengatakan merasa lebih
nyaman. Pada intervensi selanjutnya dilakukan teknik pukul bantal/kasur.
Klien mampu mengikutinya dan mengatakan lebih lega. Intervensi yang
ketiga yaitu secara verbal, klien dilatih untuk menolak dan meminta dengan
cara yang baik, klien mampu mempraktikkan ulang cara meminta dan
menolak dengan baik. Kemudian, dilakukan intervensi melakukan kegiatan
spiritual yaitu melatih klien untuk rutin melakukan sholat. Klien mengatakan
hatinya menjadi lebih tenang setelah melakukan sholat. Klien juga diberikan
intrevensi tentang prinsip benar obat dan pentingnya minum obat secara
teratur. Klien mengatakan bahwa ia rutin minum obat.
Intervensi selanjutnya yaitu latihan relaksasi progresif berbasis
spiritual. Klien dilatih untuk menegangkan dan merilekskan otot-otot badan
kemudian diikuti dengan mengucapkan istighfar setelah melakukan tiap-tiap
gerakan. Intervensi ini dilakukan kurang lebih selama 5 menit. Gerakan ini
dimulai dari otot lengan, wajah, leher, bahu, tangan dan kaki. Klien mampu
mengulangi gerakkan yang telah dicontohkan dan klien mengatakan bahwa
tubuhnya merasa lebih rileks dan nyaman setalah dilakukan intervensi
relaksasi progresif berbasis spiritual. Selain itu klien juga mengatakan bahwa
tremor yang dialaminya berkurang.
Evaluasi terkait tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan diukur dari
waktu ke waktu, selama 6 hari mengelola klien dengan intensitas pertemuan
setiap hari. Dari hasil evaluasi diperoleh penurunan skor dari 6 pada satu hari
sebelum dilakukan intervensi relaksasi progresif berbasis spiritual menjadi 2
pada satu hari setelah intervensi selesai diberikan. Hal ini menunjukkan
bahwa adanya perkembangan pada kondisi klien, yaitu tanda dan gejala risiko
perilaku kekerasan mulai berkurang. Secara keseluruhan selama penerapan
asuhan keperawatan ini klien menjadi lebih tenang dalam menjalani hidup
dan memiliki harapan untuk bisa menjadi lebih baik lagi.
BAB III
PEMBAHASAN
C. Rekomendasi
Penerapan asuhan keperawatan ini memberikan perkembangan yang baik
pada kondisi klien, namun memiliki sedikit hambatan. Hambatan dari penerapan
asuhan keperawatan ini dikarenakan klien kurang kooperatif sehingga membuat
intervensi yang dilakukan kurang maksimal. Oleh karena itu, penulis
merekomendasikan penerapan intervensi ini dilakukan pada pasien yang
kooperatif sehingga intervensi dapat dilakukan dengan maksimal.
D. Implikasi
1. Pelayanan Keperawatan
Penerapan asuhan keperawatan dengan pendekatan relaksasi berbasis
spiritual pada klien risiko perilaku kekerasan dapat memberikan manfaat
dalam mengontrol risiko terjadinya perilaku kekerasan. Hal ini dibuktikan
dengan penurunan skor tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan yang
dialami klien. Selain itu asuhan keperawatan ini juga dapat meningkatkan
kebutuhan spiritual klien karena klien dilatih untuk memperbanyak istighfar.
2. Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan terus berkembang sejalan dengan kemajuan
ilmu pengetahuan. Penerapan asuhan keperawatan ini dapat menjadi
penunjang ilmu pengetahuan terkait dengan relaksasi progresif berbasis
spiritual.
3. Penelitian Keperawatan
Penerapan asuhan keperawatan ini dapat menambah referensi pada
penelitian intervensi keperawatan dengan pendekatan relaksasi otot berbasis
spiritual. Selain itu, karya ilmiah akhir ners ini dapat membuktikan penelitian
lain terkait dengan penerapan terapi modalitas dan psikoreligius.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Skizofrenia yang dialami oleh klien disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu
kehilangan, tekanan hidup, memendam saat ada masalah, dan koping yang tidak
efektif. Ny. R (28 tahun) didiagnosa skizofrenia sejak tahun 2019 yaitu sekitar
usia 25 tahun, karena telah lama memendam kekesalan dan kesedihan akhirnya
klien mengalami beberapa gejala skizofrenia, salah satunya risiko perilaku
kekerasan. Selain risiko perilaku kekerasan, terdapat beberapa masalah
keperawatan lainnya yaitu harga diri rendah dan risiko bunuh diri karena klien
mengatakan ingin mati saja dan hanya menyusahkan keluarga. Saat ini klien
dirawat di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau tepatnya di ruangan Siak.
Asuhan keperawatan pada risiko perilaku kekerasan ini, diawali dengan
intervensi mengidentifikasi tanda dan gejala serta penyebab dari risiko perilaku
kekerasan. Klien mengatakan bahwa yang menyebabkan ia marah adalah karena
sering dipukul oleh abang ipar dan kakak kandungnya. Klien mengatakan bahwa
tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan adalah mata melotot dan tangan
mengepal. Intervensi selanjutnya yang diberikan yaitu latihan napas dalam,
memukul bantal/kasur, meminta dan menolak dengan cara yang baik, melakukan
kegiatan spiritual: sholat, dan minum obat secara teratur. Intervensi lainnya yang
juga diberikan adalah latihan relaksasi progresif berbasis spiritual. Intervensi ini
dilakukan selama 4 hari dengan pertemuan sebanyak 1 kali dalam sehari.
Asuhan keperawatan dengan teknik relaksasi progresif berbasis spiritual
ini dapat membantu proses perawatan dan spiritual klien. Selain itu, parameter
tujuan dari penerapan asuhan keperawatan ini dapat tercapai adalah ditandai
dengan berkurangnya tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan pada klien
dengan penurunan skor evaluasi tanda dan gejala risiko perilaku kekerasan dari 6
menjadi 2 di akhir intervensi.
B. Saran
1. Aplikatif
Pihak rumah sakit jiwa dapat menggunakan hasil penerapan asuhan
keperawatan ini sebagai bahan evaluasi dan pembuatan suatu ketentuan atau
peraturan terkait dengan pelayanan dengan pendekatan relaksasi progresif
berbasis spiritual. Bidang keperawatan dapat mengembangkan intervensi ini
sebagai pembuatan standar perawat pasien dengan gangguan jiwa, terutama
pada pasien risiko perilaku kekerasan. Setelah standar perawatan relaksasi
progresif berbasis spiritual ini dibuat, kepala ruangan memastikan agar
perawat pelaksana dapat menjalankan intervensi ini dengan baik. Klien dapat
menerapkan dan melanjutkan intervensi yang telah diberikan sebagai program
tindak lanjut atau terapi dirumah.
2. Pendidikan
Karya ilmiah akhir ners ini memberikan gambaran mengenai penerapan
intervensi dengan pendekatan relaksasi progresif berbasis spiritual pada
pasien risiko perilaku kekerasan. Penulis berharap karya ilmiah ini dapat
menjadi contoh kasus yang aplikatif dalam pembelajaran mata ajar
keperawatan jiwa nantinya, terutama dalam pembelajaran keperawatan
relaksasi progresif berbasis spiritual.
3. Karya Ilmiah Akhir Ners
Pada peneliti selanjutnya diharapkan dapat mempelajari hambatan dari
penelitian ini. Interaksi dapat dilakukan 1 kali sehari pada pagi hari. Kriteria
klien disarankan adalah klien yang kooperatif sehingga dapat memudahkan
saat memberikan intervensi relaksasi progresif berbasis spiritual. Asuhan
keperawatan ini dilakukan pada klien yang kurang kooperatif, sehingga
terdapat hambatan yang dijumpai seperti sulitnya mengajak klien untuk
memulai terapi, dibutuhkan berbagai upaya agar klien mau mengikuti terapi
relaksasi progresif berbasis spiritual yang akan diberikan.
DAFTAR PUSTAKA
Abbasi F. A., Bastani, F., & Haghani, H. (2018). The effect Of Foot Reflexology
Massage On The Sleep Quality Of Elderly Women With Restless Leg Sindrome.
Journal of Client Cantered Nursing Care. 4(2). Hal.96-103. Diperoleh dari
https://jccnc.iums.ac.ir/article-1-152-en.html
Amimi, R., Malfasari, E., Febrina, R., & Maulinda, D. (2020). Analisis Tanda dan
Gejala Risiko Perilaku Kekerasan pada Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa 3(1). Diperoleh dari
https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/478
Arif, I. S. (2016). Skizofrenia: Memahami Dinamika Keluarga Pasien. Jakarta: Refika
Aditama.
Ayano, Getinet (2016). “Schizophrenia: A Concise Overview of Etiology,
Epidemiology Diagnosis and Management: Review of literatures”. Journal of
schizophrenia research. Diperoleh dari
https://austinpublishinggroup.com/schizophrenia/fulltext/schizophrenia-v3-
id1026.php
Budisetyani, I. G. A. P. W, et al. (2016). Bahan Ajar Psikologi Abnormal. Badung:
Universitas Udayana
Casey, A & Benson, H. (2012). Panduan Harvard Medical School:Menurunkan
Tekanan Darah. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Edward, J. (2016). Fundamental facts about mental health. Mental Health Foundation.
Diperoleh dari https://www.mentalhealth.org.uk/sites/default/files/fundamental-
facts-about-mental-health-2016.pdf
Dermawan, R., & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa: Konsep dan Kerangka Kerja
Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing
Destyana. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Pasien Halusinasi Pendengaran
dengan Pendekatan Berbasis Spiritual Terjadwal. Karya Tulis Ilmiah. Universitas
Indonesia
Dinarti & Muryanti, Y. (2017). Bahan Ajar Keperawatan: Dokumentasi Keperawatan.
Jakarta: Indo Kemenkes BPPSDM
Helen, F., Dwi, M., & Rochma. (2014). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot Progresif
Terhadap Kecemasan pada Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di RSJ Amino
Gondhohutomo Jawa Tengah. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan. 4(1). Hal.108
Karang, M. T. A. J. (2018). Efektifitas Terapi Relaksasi Otot Progresif Terhadap
Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia Dengan Hipertensi. Jurnal Ilmiah Ilmu
Keperawatan Indonesia. Diperoleh dari https://doi.org/10.33221/jiiki.v7i04.71
Keliat, A., & Akemat. (2011). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, A., Budi., & Akemat. (2012). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa.
Jakarta: EGC.
Keliat, Budi Anna, Yani, A., Putri, Y. S., Daulima, N., Wardani, I. Y., & Susanti,
H. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Leniwita, H., & Anggraini, Y. (2019). Modul Dokumentasi Keperawatan. Jakarta:
Universitas kristen indonesia
Mardiati, S., Elita, V., & Sabrian, F. (2018). Pengaruh Psikoreligius: Membaca Al-
Fatihah Terhadap Skor Halusinasi Pasien Skizofrenia. Jurnal Ners Indonesia
Melo-Dias., Lopes, R. C., Cardoso, D., Bobrowiez-Campos, E., & Apostolo, J. (2019).
Schizophrenia and Progressive Muscle Relaxation-A Systematic Review of
Effectiveness. Heliyon. 5(4). Diperoleh dari
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6479115/pdf/main.pdf
Mulyani., Isnani, N., & Sholihin, R, A, A, H, S, P, S. (2020). Hubungan Kepatuhan
Minum Obat Terhadap Tingkat Kekambuhan Pasien Skizofrenia di Poli Jiwa
RSUD. DR. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin. Jurnal Kajian Ilmiah Kesehatan
dan Teknologi, 2(1)
Mohr S, Borras L, Pierre-Yves B, Gillieron C, Huguelet P. Delusions with Religious
Content in Patients with Psychosis: How They Interact with Spiritual Coping.
Psychiatry Interpers Biol Process. Diperoleh dari
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1521/psyc.2010.73.2.158
Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Andi Offset
Mushtaq, B. & Khan, A. A. (2018). Jacobson Muscle Relaxatation Technique (Jpmr)(20
min). JOJ Nursing & Health Care, 8(1)
Musmini. S. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa pada Klien Risiko Perilaku Kekerasan
Terintegrasi dengan Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Sempaja Samarinda.
Karya Tulis Ilmiah. Poltiteknik kesehatan kementrian Samarinda
Nuraenah. (2012). Hubungan Dukungan Keluarga dan Beban Keluarga dalam Merawat
Anggota dengan Riwayat Perilaku Kekerasan di RS Jiwa Islam Klender Jakarta
Timur. Tesis. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pardede, J. A., Simanjuntak, G. V., & Laia, R. (2020). Gejala Risiko Perilaku
Kekerasan Menurun Setelah Diberikan Progresif Muscle Relaxation Therapy pada
Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 3(2).
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta.
Nuha medika
Pangestika, A. T., Rochmawati, D. H., & Purnomo. (2018). Pengaruh Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah pada Pasien Risiko Perilaku
Kekerasan di RSJD DR. Amino Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Ilmu
Keperawatan dan Kebidanan 3(3)
Pardede, J, A., Simanjuntak, G. V., & laia, R. (2020). Gejala Risiko Perilaku Kekerasan
Menurun Setelah Diberikan Progressive Muscle Relaxation Therapy pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 3(2)
Pribadi, T., & Djamaludin, D. (2019). Terapi psikoreligi terhadap penurunan perilaku
kekerasan pada pasien Skizofrenia di ruang rawat inap Rumah Sakit Jiwa Daerah
Provinsi Lampung. Diperoleh dari
http://ejurnalmalahayati.ac.id/index.php/holistik/article/view/1940
Resti, I. B. (2014). Teknik Relaksasi Otot Progresif untuk Mengurangi Stres pada
Penderita Asma. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang
Rif’ati, M. I., et al. (2018). Konsep Dukungan Sosial. Surabaya: Universitas Airlangga.
Diperoleh dari
https://www.researchgate.net/publication/328354497_KONSEP_DUKUNGAN_S
OSIAL
Rinawati, F., & Alimansur, M. (2016). Analisis Faktor-Faktor Penyebab Gangguan Jiwa
menggunakan Pendekatan Model Adaptasi Stress Stuart. Jurnal Ilmu kesehatan
5(1). Diperoleh dari https://ejurnaladhkdr.com/index.php/jik/article/view/112
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) (2018). Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Kementerian RI tahun 2018. Diperoleh dari
https://www.litbang.kemkes.go.id/laporan-riset-kesehatan-dasar-riskesdas/
Sarafini, E. P., & Smith, T. W. (2012). Health Psychology: Biopsychosocial
Interactions Seven Edition. New York: Jhon Wiley & Sons
Sari, H. & Sirna, W. (2015). Faktor Predisposisi Penderita Skizofrenia di Poli Klinik
Rumah Sakit Jiwa Aceh. Idea Nursing Journal. 6(2). Diperoleh dari
http://jurnal.unsyiah.ac.id/INJ/article/view/6530
Sari, A, & Subandi. (2015). Pelatihan teknik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
pada primary caregiver penderita kanker payudara. Tesis. Universitas Gadjah
Mada. Diperoleh dari https://jurnal.ugm.ac.id/gamajpp/article/view/9393
VOLUME 1, NO. 3, DESEMBER 2015: 173 – 192 ISSN: 2407-7801
Saputri, A, I. (2016). Analisis Faktor Predisposisi dan Presipitasi Gangguan Jiwa di
Ruang Instalasi Gawat darurat Rumah Sakit Jiwa daerah Surakarta. Surakarta:
Universitas Muhammadiyah surakarta
Suhartono, D. L. (2019). Asuhan Keperawatan pada Pasien RPK dengan Teknik
Relaksasi Otot Progresif Berbasis Religi terhadap Kemampuan Mengontrol Marah
di Instalasi Jiwa RSUD Banyumas. Skripsi. Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
Suryanti & Ariani, D. (2018). Pengaruh Relaksasi Progresif terhadap Penurunan
Perilaku Kekerasan Pasien Skizofrenia di Rumah Sakit Jiwa Daerah Klaten.
Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 7(1). Diperoleh dari http://jurnal.poltekkes-
solo.ac.id/index.php/Int/article/view/389.
Triyani, F. A., Dwidiyanti, M., & Suerni, T. (2019). Gambaran Terapi Spiritual pada
Pasien Skizofrenia: Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 2(1).
Diperoleh dari https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/250
Videbeck, S. L. (2018). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Wahyuningsih, D. (2009). Pengaruh Assertiveness Training (AT) Terhadap Perilaku
Kekerasan pada Klien Skizofrenia di RSUD Banyumas. Tesis. Universitas
Indonesia
Wijayanti, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad. (2020). Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa. HIJP: Health
Information Jurnal Penelitian, 12(2). Diperoleh dari https://myjurnal.poltekkes-
kdi.ac.id/index.php/HIJP/article/view/234/145
Yosep. (2011). Keperawatan Jiwa Ed. 4. Jakarta: Refika Aditama
Triyani, F. A., Dwidiyanti, M., & Suerni. (2019). Gambaran Terapi Spiritual pada
Pasien Skizofrenia: Literatur Review. Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa. 2(1)
World Health Organization. (2022). Schizophrenia. Diperoleh drai
https://www.who.int/newsroom/fact-sheets/detail/schizophrenia
Yosep. (2011). Keperawatan Jiwa Edisi 4. Jakarta: Refika Aditama
Yunus, A.(2014). Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013.
Bandung: Refika Aditama.
Zahnia, S. & Sumekar, D. W. (2016). Kajian Epidemiologi Skizofrenia. Majority 5(5).
Diperoleh dari
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/view/904
V. Psikososial
Genogram :
Keterangan:
: klien
: perempuan hidup
: laki-laki hidup
: perempuan meninggal
: laki-laki meninggal
: tinggal serumah
Jelaskan :
Klien tinggal dirumah bersama dengan kakak kandung dan abang iparnya
sejak kedua orang tuanya meninggal
1. Konsep diri
a. Citra Tubuh :klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya
b. Identitas :klien merupakan seorang ibu rumah tangga, namun ia
telah bercerai dari suaminya pada tahun 2012
c. Peran :sejak bercerai dari suamiyan klien tinggal bersama
dengan kakak dan abang iparnya, dirumah tersebut
klien selalu membantu membersih-bersihkan rumah
d. Ideal diri :klien berharap agar ia bisa cepat sembuh dan
berkempul dengan keluarganya kembali
e. Harga diri :klien mengatakan bahwa keluarganya tidak perduli
dengannya
2. Hubungan sosial
a. Orang yang berarti : klien mengatakan bahwa ia sangat menyayangi
ayahnya namun ayahnya telah meninggal pada
tahun 2019
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien
mengatakan saat berada dirumah ia dilarang
keluar rumah oleh kakaknya, sehingga ia hanya
berada didalam rumah saja membantu
membersihkan rumah
c. Hambatan dalam hubungan dengan orang lain : tidak ada
3. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan bahwa gagguan jiwa terjadi
karena kurang melakukan ibadah
b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan sudah lama tidak melakukan
sholat maupun kegiatan ibadah lainnya
Jelaskan :
Klien mengetahui dimana keberadaannya saat ini dan kapan ia masuk ke
RSJ
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka pendek
Gangguan daya ingat jangka panjang
Gangguan daya ingat saat ini
Konfabulasi
Jawaban :
Klien mampu mengingat kapan ia masuk Rumah Sakit Jiwa dan kapan
pertama kali ia di rawat di RSJ
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Mudah beralih
Tidak mampu berkonsentrasi
Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan :
Saat wawancara terlihat konsentrasi klien mudah teralih
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan
Gangguan bermakna
Jelaskan :
Klien dapat memilih antara mandi atau makan terlebih dahulu
14. Daya titik diri
Mengingkari penyakit yang di derita
Menyalahkan hal-hal di luar dirinya
Jelaskan :
Klien mengatakan bahwa ia tidak sakit, sehingga tidak perlu berobat
X. Analisa Data
No. Data Masalah Keperawatan
1. Ds: Risiko perilaku
- Klien mengatakan pernah beberapa kali berkelahi kekerasan
secara fisik: teman SD, teman SMP, abang ipar dan
kakak kandung
- Klien mengatakan pernah memecahkan bangku
sekolah ketika SMP
- Klien mengatakan saat ini terkadang suka emosi
dan mendorong-dorong pintu terali karena kesal
telah diantar ke rumah sakit jiwa oleh keluarganya
Do:
- Klien tampak mengamuk dan mendorong-dorong
pintu terali karena ingin pulang
- Pandangan klien tampak tajam
- Klien tampak mudah tersinggung
- Klien tampak gelisah
- Nada suara kuat
- Emosi klien tampak labil
- Dahi klien tampak berkerut saat berbicara
- TD: 103/83 mmhg
- N: 110x/menit
- S: 36,6⁰c
- RR: 22x/menit
2. Ds: Resiko bunuh diri
- Klien mengatakan tidak ada orang yang sayang
dengannya
- Klien mengatakan tidak ada gunanya ia hidup
- Klien mengatakan ingin mati saja
Do:
- Pandangan klien tampak tajam
Emosi klien tampak labil
3. Ds: Harga diri rendah
- Klien mengatakan tidak dihargai oleh keluarganya
- Klien mengatakan merasa menjadi beban oleh
keluarga
- Klien mengatakan hidupnya tidak berguna
Do:
- Klien tampak menyendiri
Mahasiswa
Dokumentasi
Rekam medis klien
terkait
Formulir
yang Lembar observasi
digunakan
Referensi Mushtaq, B. & Khan, A. A. (2018) dan Suhartono, D. L. (2019)
Instrumen Penelitian
Grafik
0
Pre-test Post-test
0
6/23/2022 6/24/2022 6/25/2022 6/26/2022 6/27/2022 6/28/2022
berguna dengan
relaksasi
Dx:
- Resiko Bunuh Diri
- Risiko Perilaku Kekerasan
- Harga Diri Rendah
Perawat,
Vidia
Tindakan Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya
2. Mengkaji data subjektif dan objektif
3. Mengidentifikasi penyebab dan
tanda gejala perilaku kekerasan
4. Melatih teknik napas dalam
RTL:
1. Melanjutkan pengkajian
2. Mengevaluasi latihan relaksasi napas
dalam
3. Melatih cara mengontrol marah
dengan cara pukul bantal/kasur
4. Melatih cara mengontrol marah
dengan cara verbal (memint dan
menolak dengan baik)
Rabu/ 22- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan masih kesal dan 1. Klien
mendorong-dorong pintu terali mengatakan
karena ingin pulang merasa lebih
rileks setelah
DO: melakukan
- Klien masih gelisah teknik relaksasi
dan pukul bantal
Dx: 2. Klien
- Risiko Perilaku Kekerasan mengatakan
merasa sulit
Tindakan Keperawatan: untuk
1. Mengevaluasi latihan napas dalam mempraktikkan
2. Melatih cara memukul bantal/kasur cara meminta
3. Melatih cara meminta dan menolak dan menolak
dengan baik dengan baik
O:
RTL: 1. Klien mampu
1. Mengevaluasi latihan pukul mempraktikkan
bantal/kasur teknik relaksasi
2. Mengevaluasi cara meminta dan napas dalam
menolak dengan baik 2. Klien mampu
3. Melatih cara mengontrol marah mempraktikkan
dengan cara spiritual cara memukul
4. Melatih cara mengontrol marah bantal/kasur
dengan caran minum obat secara 3. Klien mampu
teratur mempraktikkan
cara meminta
dan menolak
dengan baik
A:
1. Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan cara
verbal dan
memukul
bantal/kasur
P:
1. Latihan pukul
bantal/kasur
2. Latihan cara
meminta dan
menolak dengan
baik
3. Latihan cara
spiritual dan
rutin minum obat
Perawat,
Vidia
Kamis/23 DS: S:
Juni 2022 - Klien mengatakan masih kesal - Klien
DO: mengatakan
- Klien tampak gelisah merasa lebih
- Klien tampak bicara kotor tenang setelah
Dx: melakukan
Tindakan Keperawatan: aktivitas
1. Mengevaluasi cara memukul spiritual: sholat
bantal/kasur O:
2. Mengevaluasi cara meminta dan - Klien tampak
menolak dengan baik dapat
3. Melatih cara mengontrol marah mempraktikkan
dengan spiritual: sholat cara sholat dan
4. Melatih cara mengontrol marah cara memukul
dengan cara minum obat secara bantal/kasur
teratur - Klien mampu
menyebutkan
RTL: tentang
1. Mengevaluasi SP 1-5 pentingnya
2. Melatih relaksasi progresif berbasis minum obat
spiritual secara teratur
A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan cara
spiritual dan
minum obat
secara teratur
P:
- Latihan SP 1-5
- Latihan relaksasi
progresif
berbasis spiritual
Perawat,
Vidia
Jum’at/24 DS: S:
Juni 2022 - Klien mengatakan masih gelisah - Klien dapat
DO: menyebutkan dan
- Klien tampak masih gelisah dan mempraktikkan
mendorong-dorong pintu terali SP 1-5
- Klien tampak teriak-teriak - Klien
Dx: mengatakan lebih
- Risiko Perilaku Kekerasan rileks setelah
RTL: latihan relaksasi
1. Melatih relaksasi progresif progresif
berbasis spiritual berbasis spiritual
O:
- Klien tampak
dapat
menyebutkan
dan
mempraktikkan
SP 1-5
- Klien tampak
lebih tenang
A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi
sebagian
dengan teknik
relaksasi
berbasis
spiritual
P:
1. Latihan
relaksasi
progresif
berbasis
spiritual
Perawat,
Vidia
Sabtu/25- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan rasa kesal - Klien
terhadap kakak dan abang iparnya mengatakan
sudah mulai berkurang nyaman dan
DO: merasa lebih
- Tampak klien tidak mendorong- rileks setelah
dorong pintu terali latihan relaksasi
progresif
Dx: berbasis spiritual
- Risiko Perilaku Kekerasan O:
RTL: - Klien tampak
1. Melatih relaksasi progresif berbasis lebih tenang
spiritual A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan teknik
relaksasi berbasis
spiritual
P:
1. Latihan
relaksasi
progresif
berbasis
spiritual
Perawat,
Vidia
Ahad/26- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan gelisah berkurang - Klien
- Klien mengatakan tidak ada berkata mengatakan saat
kasar lagi ini merasa
DO: nyaman dan
- Tampak klien tidak ada berkata tremor berkurang
kasar O:
- Klien terlihat
Dx: dapat
- Risiko Perilaku Kekerasan mengulangi
RTL: latihan relaksasi
1. Melatih relaksasi progresif berbasis progresif
spiritual berbasis spiritual
- Klien terlihat
lebih tenang
A:
- Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi sebagian
dengan teknik
relaksasi berbasis
spiritual
P:
- Latihan relaksasi
progresif
berbasis spiritual
Perawat,
Vidia
Senin/27- DS: S:
06-2022 - Klien mengatakan perasaannya - Klien
sudah lebih baik mengatakan
- Klien mengatakan tidak ada relaksasi
berteriak lagi progresif
DO: memberikan rasa
- Klien tampak tidak ada berteriak tenang
Dx: O:
- Risiko Perilaku Kekerasan - Klien mampu
RTL: menyebutkan
1. Mengevaluasi perasaan klien latihan yang
2. Mengevaluasi pelaksanaan relaksasi telah dilakukan
progresif spiritual A:
3. Terminasi - Masalah risiko
perilaku
kekerasan
teratasi dengan
pendekatan
relaksasi
progresif
berbasis spiritual
P:
- Melakukan
latihan yang
telah dilatih
Perawat,
Vidia