Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN

GANGGUAN JIWA BERAT DENGAN MASALAH KURANGNYA AKESES


DALAM MENGGUNAKAN FASILITAS KESEHATAN DI DESA BANDUNG
REJO KECAMATAN BANTUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Di Susun Oleh :
NORA ADITYA
2209.1490.1382

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS TAHAP PROFESI


STIKES WIDYAGAMA HUSADA
2022

i
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN
GANGGUAN JIWA BERAT DENGAN MASALAH KURANGNYA AKESES
DALAM MENGGUNAKAN FASILITAS KESEHATAN
DI DESA BANDUNG REJO
KECAMATAN BANTUR

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ners

Di susun oleh :
NORA ADITYA
2209.1490.1382

PEMINATAN KEPERAWATAN JIWA


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN
NERS SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN WIDYAGAMA HUSADA
2022
ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners ini disetujui untuk dipertahankan dihadapan Tim
Penguji Karya Ilmiah Akhir Profesi Ners
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama Husada :

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA KELUARGA DENGAN


GANGGUAN JIWA BERAT DENGAN MASALAH KURANGNYA AKESES
DALAM MENGGUNAKAN FASILITAS KESEHATAN DI DESA BANDUNG
REJO KECAMATAN BANTUR

NORA ADITYA
2209.1490.1382

Malang,..................................

Menyetujui

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ahmad Guntur Alfianto,S.Kep.,Ners,.M.Kep Miftakhul Ulfa,S.Kep.Ners,M.Ke

iii
KATA PENGANTAR

Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala Berkat dan Karunia-Nya
sehingga dapat terselesaikan Karya Tulis Ilmiah dengan Judul “Asuhan
keperawatan jiwa pada keluarga dengan ansietas yang memiliki anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa di desa bandungrejo kecamatan bantur
” sebagai salah satu persyaratan akademis dalam rangka menyelesaikan kuliah
di Program Studi Pendidikan Ners Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Widyagama
Husada Malang.
Dalam menyusun karya tulis ilmiah ini banyak kekurangan ataupun kesulitan
yang saya hadapi karena keterbatasan kemampuan penulis, oleh karena itu
penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang tidak terhingga
kepada
:

1. Bapak dr. Rudy Joegijantoro, MMRS selaku ketua STIKES Widyagama


Husada Malang
2. Bapak Abdul Qodir, S.Kep., Ners., M.Kep selaku ketua Prodi Pendidikan
Ners STIKES Widyagama Husada Malang
3. Bapak Ahmad Guntur Alfianto, S.Kep., Ners., M.Kep selaku pembimbing
1 yang telah memberikan bimbingan petunjuk, koreksi, serta saran
sehingga dapat terwujud tugas karya tulis ilmiah ini
4. Ibu Miftakhul Ulfa,S.,Kep.,Ners.,M.,Kep selaku pembimbing 2 yang telah
memberikan bimbingan petunjuk, koreksi, serta saran sehingga dapat
terwujud tugas karya tulis ilmiah ini
5. Kedua orang tua saya tercinta

Malang, 2022

Nora Aditya

iv
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah kondisi dimana seorang individu dapat


berkembang secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu
tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat
bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk
komunitasnya. Gangguan jiwa merupakan manifestasi dari bentuk
penyimpangan perilaku akibat adanya distorsi emosi sehingga ditemukan
ketidakwajaran dalam bertingkah laku, hal ini terjadi karena menurunnya
semua fungsi kejiwaan (Alifudin & Heppy Rochmawati, n.d.).
Menurut data World Health Organization sebanyak 35 juta orang
terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 47,5 juta terkena dimensia
dan 21 juta terkena skizofrenia (Iswanti & Lestari, 2018). Provinsi Jawa
Timur memiliki target bebas pasung sebesar 0,7% atau jumlah kasus pasung
maksimal adalah 591 kasus. Perhitungan tersebut diperoleh dari kasus yang
dipasung berdasarkan estimasi orang dengan gangguan jiwa sebanyak
84.410 jiwa dengan jumlah penduduk sebesar 38.368.301. Berdasarkan
aspek sumberdaya manusia dapat disebabkan karena belum adanya
pelatihan dan sosialisasi untuk pemegang program jiwa dan kader; belum
optimalnya peran dari dokter jiwa, psikiater, dan kader kesehatan jiwa, tim
TPKJM Kecamatan dan puskesmas; serta kurangnya dukungan dari tokoh
masyarakat, tokoh agama, keluarga, dan stakeholder (Ramawati, 2017).
Menurut Riskesdas 2018 yang dilakukan oleh Kementrian Kesehatn
Republik Indonesia menyimpulkan bahwa prevelensi gangguan jiwa
bervariasi dimana prevelensi Rumah tangga dengan ART gangguan jiwa
skizofrenia/psikosis menurut provinsi yang memiliki angka gangguan jiwa

1
tertinggi adalah provinsi Bali (11%) dan terendah provinsi Kepulauan Riau
(3%). Untuk proporsi rumah tangga yang memiliki ART gangguan jiwa
skizofrenia/psikosis yang pernah dipasung dalam rumah tangga sebanyak
(14%) dan yang tidak sebanyak (86%), sedangkan yang pernah melakukan
pasung tiga bulan terakhir sebanyak (31,5%) dan yang tidak sebanyak
(68,5%) (Yusuf dkk., 2015).
Puskesmas Bantur merupakan salah satu Puskesmas di Kabupaten
Malang dengan jumlah penderita skizofrenia mencapai 212 penderita pada
bulan Juni 2016 yang tersebar dalam 5 Desa di wilayah kerja Puskesmas
Bantur. Desa Bantur pada tahun 2014 telah dinobatkan sebagai Desa Siaga
Sehat Jiwa (DSSJ) di provinsi Jawa Timur. Dengan dinobatkannya desa
Bantur tersebut, tentu menjadi hal yang sangat menarik untuk diketahui
bagaimana petugas pelaksana dan tokoh masyarakat dapat mewujudkan
kondisi tersebut. (Guntur Alfianto et al., 2019a).
Desa Bandung Rejo merupakan salah satu desa yang berada di
kecamatan Bantur dan terdapat 60 orang yang mengalami gangguan jiwa,
banyak warga yang menderita gangguan jiwa salah satunya penyebabnya
yaitu trauma, ditingal orang yang disayang, bullying, diacuhkan keluarga,
peristiwa ancaman, cacat tubuh dan kecelakaan. Akses kesehatan desa
Bandungrejo didapatkan dari beberapa Puskesmas Pembantu (Pustu), serta
Perawat dan Bidan yang praktik. Ada 12 Pustu yang ada di desa
Bandungrejo, namun sarana yang dimiliki masih cukup terbatas karena jarak
dan medan menuju pustu tersebut sulit dan jauh. Hal ini akan menimbulkan
permasalahan kesehatan saat masyarakat tidak mampu mencapai pusat
penyedia layanan kesehatan disaat kondisi mendesak.
Kecemasan, baik akut maupun kronis, merupakan komponen utama
bagi semua gangguan psikiatri, sebagian dari komponen kecemasan itu
menjelma dalam bentuk gangguan panik,fobia, obsesi kompulsi, dan
sebagainya. penatalaksanaan ansietas pada tahap pencegahaan dan terapi
memerlukan suatu metode pendekatan yang bersifat holistik, yaitu
mencangkup fisik, psikologik atau psikiatrik, psikososial dan psikoreligius.
(Alifudin & Heppy Rochmawati, n.d.)
Anggota keluarga berhubungan dekat dengan penderita skizofrenia,
mereka lebih mampu memantau perilaku penderita skizofrenia. Mereka tahu
anggota keluarga ini, dan mereka bisa memastikan penyebab perilaku
negatif penderita skizofrenia. Pemahaman yang lebih dekat ini

2
memungkinkan mereka untuk melakukan intervensi secara proaktif dan
sebelum perilaku bergejala negatif muncul.(Guntur Alfianto et al., 2019)
Ada beberapa masalah yang teridentifikasi yang dialami oleh
keluarga dengan anggota keluarga ganggun jiwa berat di masyarakat yaitu
akses layanan Kesehatan yang kurang memadai dan terlalu jauh bagi
keluarga yang merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa berat,
sedangkan puskesmas adalah unit Kesehatan yang memiliki perawatan
untuk pasien dengan gangguan jiwa satu-satu nya yang berada 1 daerah itu
yang diketahui oleh masyarakat sekitar.
Keterbatasan akses ke pelayanan Kesehatan juga mengakibatkan
keluarga mengalami ansietas pada keluarga yang memiliki anggota keluarga
dengan gangguan jiwa disebabkan oleh adanya pengalaman traumatis
diantaranya perubahan perilaku pasien dan kekambuhan pasien gangguan
jiwa pada anggota keluarga dengan mekanisme koping yang maladaptif
karena beberapa keluarga terkadang telat untuk mengambil stok obat karena
keterbatasan akses layanan Kesehatan tersebut. Selain faktor internal
keluarga yang mengalami kecemasan dalam merawat anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa ada juga faktor eksternal yaitu stigma
negatif yang diberikan oleh masyarakat terhadap anggota keluarga yang
mempunyai anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa (Daha et al.,
2022)
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang
melibatkan hubungan kerjasama antara perawat dengan klien, keluarga atau
masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal.Tindakan
keperawatan yang dilakukan kepada klien berupa tindakan keperawatan
generalis (Daha et al., 2022).
Berdasarkan hasil studi pendahuluan didesa Bandungrejo kecamatan
bantur didapatkan dari 3 keluarga klien yang mengalami gangguan jiwa
berat bahwa keluarga sering merasakan kecemasan yang dikategorikan
dalam kecemasan berat karena keluraga merasa akses pelayanan
kesahatan terlalu jauh dan sulit dijangkau jika sewaktu-waktu obat habis atau
pasien mengalami kekambuhan keluarga tidak mampu membawa pasien
tersebut sesegera mungkin dan keluarga juga tidak mampu menangani hal
tersebut sendiri hal ini mengakibatkan keluarga sering meninggalkan
aktivitasnya karena khawatir dengan keadaan keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa. Sehingga dalam studi kasus ini peneliti akan melakukan
asuhan keperawatan jiwa pada keluarga dengan gangguan jiwa berat
3
dengan masalah kurangnya akses dalam menggunakan fasilitas Kesehatan.
1.2 Rumusan Masala
Bagaiamana Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Keluarga Dengan
Gangguan Jiwa Berat Dengan Masalah Kurangnya Akses Dalam
Menggunakan Fasilitas Kesehatan.Di Desa Bandungrejo, Kecamatan
Bantur.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum

Studi kasus ini bertujuan untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Jiwa


Pada Keluarga Dengan Gangguan Jiwa Berat Dengan Masalah Kurangnya
Akses Dalam Menggunakan Fasilitas Kesehatan di Desa bandungbrejo,
Kecamatan Bantur.

4
1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengkaji keluarga yang mengalami kesulitan mengakses layanan


keshata dengan anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
b. Merumuskan diagnosis keperawatan pada keluarga yang mengalami
kesulitan dalam menjangkau pelayanan Kesehatan untuk anggota
keluarga yang mengalami gangguan jiwa
c. Menyusun perencanaan keperawatan pada keluarga yang mengalami
kesulitan dalam menjangkau pelayanan Kesehatan karena memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
d. Melakukan implementasi keperawatan pada keluarga yang mengalami
kesulitan dalam menjangkau pelayanan Kesehatan karena memiliki
anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa
e. Mengevaluasi keluarga yang mengalami kesulitan dalam menjangkau
pelayanan Kesehatan karena memiliki anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa
1.4 Manfaat

1. Bagi Peneliti
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan
pengetahuan dan menambah wawasan dalam melakukan asuhan
keperawatan pada keluarga klien yang mengalami resiko gangguan jiwa
2. Bagi Tempat Penelitian
Hasil dari studi kasus ini diharapkan dapat memberikan manfaat
khusunya untuk salah satu bahan acuan untuk melakukan penelitian yang
akan datang
3. Bagi Perkembangan Ilmu Keperawatan
Hasil studi kasus ini diharapkan dapat memberikan informasi tambahan
bagi perkembangan keperawatan jiwa dan sebagai acuan untuk
meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang asuhan
keperawatan pada keluarga klien yang mengalami resiko gangguan jiwa

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Definisi
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami-
istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan
anaknya (UUD No.52,2009). Menurut (Depkes RI, 2000) keluarga adalah unit
terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang
yang terkumpul dan tinggal disuatu tempat dibawah satu atap dalam keadaan
saling kebergantungan. Keluarga adalah kumpulan dua orang atau lebih yang
disatukan oleh kebersamaaan dan kedekatan emosional serta
mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari keluarga.(Ashidiqie, 2020)
2.1.2 Tipe keluarga
Dalam ilmu sosialogi, keluarga memerlukan pelayanan kesehatan yang
bersal dari berbagai macam pola kehidupan. Sesuai dengan perkembangan
sosial maka tipe keluarga berkembang mengikutinya. Agar dapat
mengupayakan peran serta keluarga dalam meningkatkan derajat kesehatan
maka ners perlu mengetahui berbagai tipe keluarga.(Ulva et al., 2020)
1. Tradisional
1) The nuclear family (keluarga inti)
Keluarga terbentuk oleh pernikahan, peran keluarga atau orangtua.
Keluarga terdiri dari suami-istri anak biologis atau adopsi. Keluarga inti ada
beberapa tipe yaitu:
a) The Dyad family ( keluarga tanpa anak)
Yang terdiri atas ayah ibu tanpa anak.keluarga yang terdiri atas suami dan
istri saja
b) The Childess Family
Keluarga tanpa anak yang telat menikah karena mengutamakan pekerjaan,
pendidikan atau karier.
c) Keluarga adopsi
Keluarga yang mengambil tanggung jawab sah untuk merawat anak dari
orangtua kandungnya.
2) The extended family

6
Keluarga yang terdiri dari 3 generasi yang hidup bersama dalam satu rumah,
seperti nuclear family disertai tante, paman, orangtua, kakek-nenek,
keponakan, dll.
3) The single parrent family (keluarga orangta tunggal)
Keluarga dengan orang tua tunggal satu orang sebagai kepala keluarga,
biasanya bagian dari keluarga akibat perceraian.
4) Commuter family
Kedua orangtua kerja diuar kota yang berbeda dan hanya berkumpul ketika
weekand saja.
5) Multigenerational family
Keluarga yang berkumpul atu rumah dari beberapa generasi.
6) Kin-Network family
Beberapa keluarga inti yang tinggal dalam satu rumah dan berbagi fasilitas
rumah seperti: kamar mandi, daput, televisi, telpon, dll.
7) Keluarga campuran (blended family)
Duda atau janda yang menikah lagi dan merawat anak dari hasil pernikahan
sebelumnya.
8) Lajang yang tinggal sendirian
Orang dewasa yang tinggal sendiri karena pilihannya atau perpisahan,
seperti perceraian atau ditinggal mati.
9) Foster family
Keluarga yang menempatkan anak pisah dari orangtua aslinya yan biasanya
berada di foster home jika orangtua dinyatakan tidak bisa merawat anaknya
dengan baik karena suatu hal. Penempatan anak dpenampungan hanya
untuk sementara waktu sampai orang tua sudah mampu kembali untuk
merawat anaknya.
a. Non tradisional
Bentuk keluarga non-tradisional meliputi keluarga yang berbeda satu sama
lain. Yang paling umum saat ini adalah:
1) The unmarried teenage mother
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak tanpa
hubungan pernikahan,
2) The step parent family
Keluarga dengan orangtua tiri
3) Commune family

7
Bebrapa keluarga serta anaknya yang tidak memilik hubungan darah yang
tinggal stu rumah dengan fasilitas dan penalaman yang sama serta
sosialisasi anak melalui aktivitas kelompok/ membesarkan anak bersama.
b. The non marital hetero sexual (elurga kumpul kebo hetero sexual)Hidup
bersama dan berganti-ganti pasangan
c. Gay and lesbian family
d. Sesorang yang mempunyai persamaan sexs hidup bersama sebagaiamana
marital partner.
e. Cohabitatig family
Orang yang tinggal bersama karena beberapa alasan.
2.1.3 Peran keluarga
1. Peran sebagai ayah.
Ayah sebagai suami dari istri dan ayah dari anaknya yang berperan
sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman juga
sebagai kepala keluarga anggota kelompok sosial serta anggota masyarakat
dan lingkungan.
2. Peran sebagai ibu.
Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya berperan untuk mengurus
rumah tangga sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan
salah satu anggota kelompok sosial serta sebagai anggota masyarakat dan
lingkungan di samping dapat berperan pula sebagai mencari nafkah
tambahan keluarga
3. Peran sebagai anak. Anak melaksanakan peran psikososial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual

2.1.4 Fungi keluarga


Lima Fungsi Keluarga menurut Buku Ajar Asuhan Keperawatan Keluarga
M.Friedman(Nadirawati, n.d.)
1. Fungsi Afektif (affective function)
Berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga yang merupakan basis
kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan psikososial.
Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada kebahagiaan dan
kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota keluarga saling
mempertahankan iklim yang positif, perasaan memiliki perasaan yang
berarti dan merupakan sumber kasih sayang dan reinforcement. Hal

8
tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan berhubungan
dalam keluarga. Dengan demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan
fungsi afektif seluruh anggota keluarga dapat mengembangkan konsep diri
yang positif. Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Perceraian atau masalah keluarga sering timbul
sebagai akibat tidak terpenuhinya fungsi afektif
2. Fungsi Sosialisasi dan Tempat Bersosialisasi (Socialization and Social
Placement Function)
Fungsi ini sebagai tempat untuk melatih anak dan mengembangkan
kemampuannya untuk berhubungan dengan orang lain di luar rumah.
Keluarga merupakan tempat individu untuk belajar bersosialisasi
keberhasilan perkembangan individu dan keluarga dicapai melalui interaksi
atau hubungan antara anggota keluarga yang ditujukan dalam sosialisasi.
Anggota keluarga belajar 21 tentang disiplin, norma-norma, budaya dan
perilaku melalui hubungan dan interaksi dalam keluarga.
3. Fungsi reproduksi (reproductive function)
Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan dan menambah
sumber daya manusia. Dengan adanya program Keluarga Berencana, maka
fungsi ini sedikit terkontrol. Di sisi lain, banyak kelahiran yang tidak
diharapkan atau di luar ikatan perkawinan sehingga lahirlah keluarga baru
dengan satu orang tua
4. Fungsi ekonomi (economic function)
Keluarga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan ekonomi dan tempat
mengembangkan kemampuan individu untuk meningkatkan penghasilan dan
memenuhi kebutuhan keluarga seperti makan, pakaian dan rumah. Fungsi ini
sukar dipenuhi oleh keluarga di bawah garis kemiskinan.
5. Fungsi perawatan atau pemeliharaan kesehatan (health care function)
Fungsi ini untuk mempertahankan keadaan keluarga agar tetap memiliki
produktivitas yang tinggi. Kemampuan keluarga dalam memberikan
perawatan kesehatan mepengaruhi status kesehatan keluarga. Bagi tenaga
kesehatan keluarga yang profesional, fungsi perawatan kesehatan
merupakan pertimbangan vital dalam pengkajian keluarga. Untuk
menempatkannya dalam perspektif fungsi ini merupakan salah satu fungsi
keluarga dalam pemenuhan kebutuhan kebutuhan fisik seperti makan,
pakaian, tempat tinggal dan perawatan kesehatan.

9
Keluarga menyediakan makanan, pakaian, perlindungan dan memelihara
kesehatan. Keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami gangguan
kesehatan. keluarga pula yang menentukan kapan anggota keluarga yang
terganggu meminta pertolongan tenaga profesional. Kemampuan keluarga
memberikan asuhan keperawatan memengaruhi tingkat kesehatan keluarga
dan individu. tingkat pengetahuan keluarga tentang sehat-sakit juga
memengaruhi perilaku keluarga menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
2.1.5 Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga Pra Sejahtera yaitu keluarga yang belum dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya (basic need) secara minimal seperti kebutuhan akan
spiritual, pangan, sandang, papan, kesehatan dan KB. Keluarga Pra Sejahtera
(Sering dikelompokkan sebagai “Sangat Misikin”) Belum dapat memenuhi
salah satu atau lebih indikator yang meliputi:
1. Indikator Ekonomi:
1) Makan dua kali atau lebih sehari,
2) Memiliki pakaian yang berbeda untuk aktivitas (misalnya dirumah,
berkerja,sekolah dan bepergian),
3) Bagian terluas lantai rumah bukan dari tanah.
2. Indikator Non-Ekonomi
1) Melaksanakan ibadah
2) Bila anak sakit dibawa ke sarana kesehatan
a. Keluarga Sejahtera 1
Keluarga Sejahtera 1 yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi
kebutuhan dasarnya secara minimal tetapi belum dapat memenuhi
kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, KB,
interaksi lingkungan tempat tinggal dan transportasi. Keluarga Sejahtera 1
yakni keluarga yang kebutuhan dasar telah terpenuhi namun kebutuhan
sosial psikologi belum terpenuhi. Indikator Keluarga Sejahtera 1 sebagai
berikut:
1. Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur.
2. Paling kurang sekali seminggu keluarga makan daging atau ikan atau
telor.
3. Setahun terakhir seluruh anggota keluarga memperoleh paling kurang
satu stel pakaian baru.
4. Luas lantai rumah paling kurang 8 m untuk tiap pengguna rumah.

10
5. Seluruh anggota keluarga sehat dalam tiga bulan terakhir.
6. Paling kurang satu anggota keluarga yang umurnya diatas 15 tahun punya
penghasilan tetap.
7. Seluruh anggota keluarga yang berusia 10-60 tahun dapat baca tulis huruf
latin.
8. Seluruh anak berusia 5-15 tahun bersekolah. 25
9. Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga pasangan usia subur memakai alat
kontrasepsi (kecuali sedang hamil).
b. Keluarga Sejahtera
Keluarga Sejahtera yaitu keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, kebutuhan sosial psikologis dan perkembangan
keluarganya. Indikator Keluarga Sejahtera meliputi:
1. Keluarga mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
2. Keluarga mempunyai tabungan.
3. Keluarga biasanya makan bersama minimal sekali dalam sehari.
4. Turut serta dalam kegiatan masyarakat.
5. Keluarga mengadakan rekreasi bersama minimal sekali dalam 6 bulan.
6. Keluarga dapat memperoleh berita dari surat kabar/ radio/ televisi/
majalah.
7. Anggota keluarga dapat menggunakan sarana transportasi.
8. Sumbangan secara teratur dan sukarela untuk kegiatan social
masyarakat dalam bentuk materi.
9. Aktif sebagai pengurus yayasan/instansi.
2.1.6 Lima Tugas Kesehatan Keluarga
1. Mengenal masalah Kesehatan setiap anggota keluarganya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, ,maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu dicatat kapan terjadinya, perubahan apa
yang terjadi dan seberapa besar perubahannya.
2. Mengambil keputusan Tindakan Kesehatan yang tepat.
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencai
pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan
pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai kemampuan
memutuskan untuk menentukan Tindakan keluarga maka dengan segera
melakukan Tindakan yang tepat agar masalah Kesehatan dapat dikurangi

11
atau bahkan teratasi,
3. Memberikan perawatan pada anggota keluarga yang sakit
Perawatan Kesehatan dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan Tindakan untuk pertolongan pertama atau kelayanan
Kesehatan untuk memperoleh pelayan lanjutan agar masalah yang lebih
parah tidak terjadi.
4. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
5. Mempertahankan hubungan dengan menggunakan fasilitas masyarakat.
2.1.7 Fungsi tugas Kesehatan untuk kelurga yang merawat anggota
keluarga dengan ganngguan jiwa
Tugas kesehatan keluarga kategori baik didukung oleh
kemampuan keluarga mengenal masalah gangguan jiwa baik atau
pengetahuan baik sehingga berdampak pada pengambilan keputusan
tepat dalam merawat, menyediakan fasilitas dan lingkungan pada ODGJ
serta pemanfaatan Rumah Sakit atau Puskesmas dalam mengontrol
kesehatan serta pengobatan teratur. Dari beberapa penelitian
menyimpulkan rata-rata responden mengatakan bahwa informasi tentang
gangguan jiwa didapatkan dari petugas kesehatan dipuskesmas. Tugas
kesehatan keluarga yang baik dapat dikatakan sebagi perilaku keluarga
yang baik dalam meningkatkan kesehatan jiwa pasien atau ODGJ.
(Cahyati et al., 2021)
Hasil penelitian Cheng at all (2017) menemukan bahwa fungsi
keluarga yang baik berpengaruh signifikan terhadap Kesehatan mental
anggota keluarga baik yang tinggal di perkotaan maupun di perdesaan.
Lawrence Green menjelaskan bahwa salah satu factor predisposisi dalam
perilaku kesehatan yang baik adalah pengetahuan yang tinggi dan akses
ke pelayanan Kesehatan yang kurang terjangkau. Penelitian Sulastri
(2018) menjelaskan bahwa kemampuan keluarga kurang memadai dalam
merawat ODGJ dikarenakan pengetahuan yang minim tentang perawatan
gangguan jiwa. Perbaikan fungsi keluarga sebagai perwujudan tugas
keluarga di bidang kesehatan untuk perawatan ODGJ dibutuhkan
optimalisasi peran perawat dalam memberikan asuhan langsung ke
keluarga dan dibutuhkan kemudahan kases pelayanan Kesehatan bagi
keluarga yang merawat anggota keluarga dengan gangguan jiwa agar
keluarga mampu merawat dengan baik anggota keluarga yang menderita

12
gangguan jiwa berat.

2.2 Konsep Skizofrenia


2.2.1 Definisi
Skizofrenia yaitu penyakit neuorologis yang mempengaruhi
persepsi klien, cara berfikir, Bahasa, emosi dan perilaku sosialnya ,
skizofrenia merupakan sindrom dengan variasi penyebab dan
perjalanan penyakit yang luas serta sejumlah akibat yang
tergantung pada perimbangan pengaruh genetik, fisik dan sosial
budaya (Buku Panduan Pedoman Diagnosis Gangguan Jiwa III,
Maslim 2013). Skizofrenia adalah gangguan psikotik yang ditandai
dengan gangguan utama dalam pikiran, emosi dan perilaku.
Skizofrenia adalah gangguan spikotik yang kronis, mengalami
kambuh dan remisi dengan manifestasi yang banyak dan tidak
khas, penyesuaian pamoroit, gelaja dan perjalanannya bervariasi.
Pada skizofrenia ditemukan gejala yang berat, ketidak mampuan
pasien untuk merawat dirinya sendiri, pemburukan social yang
bertahap, halusinasi yang menimbulkan tegangan, perilaku yang
kacau, inkohorensi, agitasi, dan penelantaran (Widiastutik1 et al., 2016)
2.2.2 Macam-macam skizofrenia
1. Skizofrenia Simplek
Sering timbul pertama kali pada usia pubertas, gejala utama
berupa kedangkalan emosidan kemunduran kemauan.
Gangguan proses berfikir sukar di temukan , waham dan
halusinasi jarang di dapat, jenis ini timbulnya perlahan- dan
sering timbul pada masa remaja.
2. Skizofrenia hebefrenia
Permulaannya perlahan-lahan atau sub akut dan sering
timbul pada masa remaja atau antara 15-25 tahun. gejala
yang menyolok ialah gangguan proes berfikir, gangguan
kemauan dan adanya depersanilisasi atau double
personaliti, gangguan personaliti, gangguan psikomotor
seperti menerims, neulogisme atau perilaku ke kanak-
kanakan. sering terdapat waham dan halusinasi banyak

13
sekali.
3. Skizofrenia katatonia
Timbul pertama kali umur 15-30 tahun dan biasanya akut
serta sering di dahului oleh stress emosional, mungkin
terjadi gaduh gelisah katatonik atau stupor katatonik
4. Skizofrenia paranoid
Gejala yang mencolok ialah waham primer, di sertai dengan
waham sekunder dan halusinasi, dengan pemeriksaan yang
teliti ternyata adanya gangguan proses berfikir, gangguan
efek emosi dan kemauan
5. Episode skizofrenia
Gejala skizofrenia timbul mendadak sekali dan pasien dalam
keadaan mimpi, kesadarannya mungkin berkabut, dalam
keadaan ini timbul perasaan seakan-akan dunia luar
maupun dirinya sendiri berubah, semuanya seakan-akan
mempunyai suatu arti yang khusus baginya.
6. Skizofrenia residual
Keadaan skizofrenia dengan gejala primernya bleuler, tetapi
tidak jelas adanya gejala-gejala sekunder. Keadaan ini yang
timbul sesudah beberapa kali serangan skizofrenia (Amimi
et al., n.d.)
2.2.3 Gejala skizofrenia
1. Gejala primer
a) Gangguan proses pikiran atau bentuk, langkah dan isi
pikiran. Pada skizofrenia inti gangguan memang
terdapat pada proses pikiran yang terganggu
terutama ialah asosiasi, kadang-kadang satu idea
belum selesai diutarakan, sudah timbul idea lain.
b) Gangguan kemauan Banyak penderita dengan
skizofrenia mempunyai kelemahan kemauan mereka
tidak dapat mengambil keputusan, tidak dapat
bertindak dalam suatu keadaan. Mereka selalu
memberikan alasan, meskipun alasan itu tidak jelas
atau tepat atau mereka menganggap hal itu biasa
saja dan tidak perlu diterangkan.

14
2. Gejala psikomotor
Gejala ini juga dinamakan gejala-gejala katatonik atau
gangguan perbuatan kelompok gejala ini oleh Bleuker
dimasukkan kedalam kelompok gejala skizofrenia yang
sekunder sebab didapati juga pada penyakit lain.
3. Gejala sekunder
a) Waham
Pada skizofrenia waham sering tidak logis sama
sekali. Waham di bagi menjadi 2 kelompok yaitu :
waham primer timbul secara tidak logis sama sekali,
tanpa penyebab apa-apa dari luar dan waham
sekunder biasanya logis kedengarannya, dapat diikuti
dan merupakan cara bagi penderita untuk
menerangkan gejala-gejala skizofrenia lain.
b) Halusinasi
Pada skizofrenia, halusinasi timbul tanpa penurunan
kesadaran dan hal ini merupakan suatu gejala yang
hampir tidak dijumpai pada keadaan lain. Paling
sering pada skizofrenia ialah halusinasi pendengaran
(aditif atau akustik). Kadang-kadang terdapat
halusinasi penciuman (olfaktorius), halusinasi cita
rasa (gustatorik) atau halusinasi singgungan (taktik).
Halusinasi penglihatan agak jarang pada skizofrenia,
lebih sering pada psikosa akut yang berhubungan
dengan sindroma otak organic(Widiastutik1 et al., 2016)

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan

2.3.1 Pengkajian

Pengkajian yang digunakan untuk masalah keperawatan


manajemen keluarga tida efektif yaitu pengkajian keluarga. Menurut
Friedman (2010) yang difokuskan pada masalah keperawatan yaitu
fungsi keluarga yang meliputi :

a. Fungsi Afektif (kasih sayang, dukungan keluarga, dan sikap


menghargai terhadap ODGJ)

15
b. Fungsi Sosialisasi (interaksi keluarga dan perilaku terhadap
ODGJ)

c. Fungsi Perawatan Kesehatan (keluarga mengetahui tentang


proses penyakit gangguan jiwa dan peran keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang sakit)

d. Fungsi Ekonomi (kemampuan keluarga dalam memenuhi


kebutuhan ODGJ seperti biaya pengobatan, makan, tempat
tinggal dan pakaian)

e. Fungsi Reproduksi (keluarga menjaga kelangsungan generas


2.3.2 Diagnosa Keperawatan
Berdasar Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia penulisan
diagnosa keperawatan yang muncul pada masalah tersebut
manajemen kesehatan keluarga tidak efektif. Manajemen kesehatan
keluarga tidak efektif adalah pola penanganan masalah kesehatan
dalam keluarga tidak memuaskan untuk memulihkan kondisikesehatan
anggota keluarga.
2.3.3 Intervensi Keperawatan
Berdasarkan Keperawatan Perencanaan merupakan proses
penyusunan strategi atau intervensi keperawatan yang dibutuhkan
untuk mencegah, mengurangi atau mengatasi masalah kesehatan
klien yang telah diidentifikasi dan divalidasi pada tahap perumusan
diagnosis keperawatan. Perencanaan disusun dengan penekanan
pada partisipasi klien, keluarga dan koordinasi dengan tim kesehatan
lain.

a. Identifikasi bagaimana masalah keluarga menyelesaikan masalah


gangguan jiwa. Identifikasi meliputi menggali informasi pada
keluarga, mengali pengetahuan keluarga melalui wawancara.
b. Identifikasi peran dalam keluarga. Mengali informasi kemampuan
keluarga dalam perawatan ODGJ di rumah, baik perawatan individu
seperti perawatan fisik, mengontrol minum obat dalam keluarga
mematuhui tidak.
c. Berikan pendidikan dan informasi tentang gangguan jiwa.
Mamberikan informasi tentang bagaimana mendeteksi, mencegah,

16
meningkatkan kemampuan mandiri dan produktif pada ODGJ yang
dilakukan oleh keluarga.
d. Bantu anggota keluarga untuk merubah bagaimana mereka
berhubungan dengan anggota keluarga yang lain. Keluarga
melakukan konseling, memberikan dukungan pada keluarga,
manajemen beban keluarga dan berbagi peran tanggung jawab
dalam pengelolaan ODGJ di rumah.

2.1.1 Implementasi
Implementasi adalah pelaksanaan keperawatan oleh klien.
Dalam melakukan implementasi keperawatan pada keluarga
dengan ODGJ harus dilakukan secara interaksi dalam melakukan
tindakan yang akan di implementasikan.

2.1.2 Evaluasi
Evaluasi adalah proses berkelanjutan untuk menilai efek dari
tindakan yang dilakukan pada klien, evaluasi dilakukan sesuai
dengan tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

2.2 Pendidikan Kesehatan

2.2.1 Pengertian
Pendidikan kesehatan dalam arti pendidikan. secara umum adalah
segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain, baik
individu, kelompok, atau masyarakat, sehingga mereka melakukan apa yang
diharapkan oleh pelaku pendidikan atau promosi kesehatan. Hasil yang
diharapkan dari suatu promosi atau pendidikan kesehatan adalah perilaku
kesehatan, atau perilaku untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan yang
kondusif oleh sasaran dari promosi kesehatan. (Notoadmojo, 2012).
2.2.2 Tujuan
Promosi kesehatan mempengaruhi 3 faktor penyebab terbentuknya
perilaku tersebut Green dalam (Notoadmojo, 2012) yaitu :

a. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor predisposisi.

Promosi kesehatan bertujuan untuk mengunggah kesadaran,


memberikan atau meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang
pemeliharaan dan penigkatan kesehatan bagi dirinya sendiri maupun
ODGJ.

17
b. Promosi kesehatan dalam faktor-faktor enabling (penguat)

Bentuk promosi kesehatan ini dilakukan agar masyarakat dapat


memberdayakan masyarakat agar mampu mengadakan sarana dan
prasarana kesehatan dengan cara memberikan kemampuan dengan
cara bantuan teknik, memberikan arahan, dan cara-cara mencari
dana untuk pengadaan sarana dan prasarana pada ODGJ.

c. Promosi kesehatan dalam faktor reinforcing (pemungkin)

Promosi kesehatan pada faktor ini bermaksud untuk mengadakan


pelatihan bagi keluarga dengan tujuan agar sikap dan perilaku
keluarga baik dalam merawat ODGJ.

2.2.3 Media
Media sebagai alat bantu menyampaikan pesan-pesan kesehatan. Alat-
alat bantu tersebut mempunyai fungsi sebagai berikut (Notoadmojo, 2012)
:

a. Menimbulkan minat sasaran pendidikan;

b. Mencapai sasaran yang lebih banyak;

c. Membantu dalam mengatasi banyak hambatan dalam pemahaman;

d. Menstimulasi sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan –pesan


yang diterima oran lain;
e. Mempermudah penyampaian bahan atau informasi kesehatan;

f. Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran/ masyarakat;

g. Mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih


mendalami, dan akhirnya mendapatkan pengertian yang lebih baik;
dan
h. Membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.
Pada kali ini penulis menggunakan power point dan booklet untuk
pendidikan kesehatan.

2.2.4 Power Point


Media penyampaian pesan atau informasi menggunakan program aplikasi
presentasi yang merupakan salah satu program aplikasi dibawah microsoft

18
office program komputer. Keunggulannya adalah : praktis, memberikan
kemungkinan tatap muka dan mengamati respon dari penerima pesan,
memiliki variasi teknik penyajian dengan berbagai kombinasi warna atau
animasi, dapat digunakan berulang-ulang .

2.2.5 Booklet
Media cetak yang berbentuk buku kecil. Terutama digunakan untuk topik
dimana terdapat minat yang cukup tinggi terhadap suatu kelompok
sasaran. Ciri lain dari booklet adalah : berisi informasi pokok tentang hal
yang dipelajari, ekonomis dalam arti waktu dalam memperoleh informasi,
memungkinkan seseorang mendapat informasi dengan caranya sendiri.
Penulis menggunakan media power point dan booklet karena
praktis, menarik, efisien, mudah dibuat, keluarga dapat membaca kembali
yang disampaikan, dapat memberikan informasi secara detail.
2.2.6 Pelaksanaan

1. Tahap pertama pendekatan dan pengkajian pada kelurga ODGJ,


melakukan kujungan kerumah keluarga ODGJ.
2. Tahap kedua melakukan pendidikan kesehatan pada keluarga ODGJ.

Pelaksanaan pendidikan kesehatan pada keluarga ODGJ sebagai berikut:


1) Topik : Peran keluarga dalam perawatan pasien
gangguan jiwa
a. Sasaran : Keluarga klien gangguan jiwa
b. Tempat pelaksanaan : Rumah klien gangguan jiwa
c. Waktu : 30 Menit
d. Metode : Ceramah dan tanya jawab
e. Media : Power point dan booklet
f. Penyaji : Perawat

2) Langkah – langakah :

a. Orientasi

a) Mengucapkan salam

b) Memperkenalkan diri

c) Kontrak waktu

d) Menjelaskan tujuan

19
b. Fase kerja

a) Menjelaskan materi

b) Memberikan kesempatan keluarga untuk bertanya

c) Memberikan kuesioner

c. Terminasi

a) Evaluasi pengetahuan keluarga

b) Menyampaikan rencana tindak lanjut

c) Berpamitan

3. Tahap ketiga melakukan evaluasi, pendampingan setiap hari


merawat klien ODGJ.

20
Pathways

ODGJ

BIOLOGIS Psikologi SOSIAL

PSIKOFARMASI
PSIKOTERAPI KELUARGA

1. Antipsikotik
(taxilat,leponex  Terapi aktivitas
taractan, anatensol, kelompok
clozapine)  Terapi okupasi
2. Antidepresan  Terapi lingkungan
(tofranil, larox,
marplan, trisiklik,
trazodone) 1. Mengekspresikan
keinginan untuk
3. Obat penstabil mood
(lithium) melakukan penangan 1. Akselerasi gejala
terhadap factor resiko penyakit seorang
4. Antiansietas 2. Mengekspresikan anggota keluarga
(benzodiazepin) keinginan untuk 2. Kegagalan
5. Stimulant (stimulus melakukan penanganan melakukan
SSP, etilfenidat, terhadap gejala tindakan
pemolin dan 3. Mengekspresikan mengurangi
dekstroamfetamin) keinginan untuk faktor resiko
melakukan penanganan 3. Kesulitan dengan
terhadap regimen yang regimen yang
diprogramkan ditetapkan
4. Mengekspresikan 4. Ketidaktepatan
keinginan untuk akitivitas keluarga
memenuhi status untuk memenuhi
imunisasi/vaksinasi tujuan kesehatan
Kesiapan 5. Mengekspresikan 5. Kurang perhatian
meningkatkanmanajem keinginan untuk pada penyakit
en kesehatan menangani penyakit
6. Mengekspresikan
keinginan untuk
meningkatkan pilihan
Ketidakefektifan
hidup sehari-hari untuk
manajemen kesehatan
memenuhi kebutuhan.
keluarga

21
BAB 3

METODE

3.1 Pendekatan
Penulisan karya tulis ilmiah menggunakan metode desain karya tulis

ilmiah dalam bentuk studi kasus dengan menggunakan pendekatan diskriptif

kualitatif dan kuantitatif untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan

pada keluarga yang memiliki anggota keluarga yang mengalami gangguan

jiwa dengan mengumpulkan data-data dengan cara pengkajian, menentukan

diagnosa, melakukan perencanaan, melaksanakan tindakan dan melakukan

evaluasi kemampuan kepada keluarga dalam merawat anggotanya yang

sakit

3.2 Subyek Penelitian


Jumlah pasien yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 3 orang. Subyek

penelitian yang digunakan dalam penelitian keperawatan adalah:

1. Keluarga inti atau (orang yang merawat klien)

2. Keluarga yang tinggal dalam satu rumah dan terlibat dalam

perawatan sehari-hari.

3. Keluarga mempunyai anggota yang mengalami masalah kesehatan jiwa

3.3 Lokasi dan waktu studi kasus


1. Waktu

Penelitian akan dilakukan selama 4 minggu

2. Lokasi

Penelitian ini dilakukan pada keluarga pasien di wilayah

Desa Bandungrejo Kecamatan Bantur

22
3.4 Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data

yang diperlukan dalam studi kasus ini. Metode pengumpulan data yang

digunakan adalah sebagai berikut:

3.4.1 Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan cara

mewawancarai langsung responden yang diteliti, metode ini memberikan

hasil secara langsung. Pada studi kasus ini, sumber data diperoleh dari

hasil wawancara terhadap klien dan keluarga klien.

3.4.2 Observasi
Observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara melakukan

pengamatan secara langsung kepada responden untuk mencari

perubahan atau hal hal yang akan diteliti

3.4.3 Instrumen Studi Kasus


Instrument pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan

format pengkajian asuhan keperawatan jiwa dengan format pengkajian

Stuart.

3.4.3 Dokumentasi
Dokumentasi dilakukan setiap hari setlah melakukan asuhan

keperawatan jiwa pada klien dan dilakukan dengan menggunakan format

asuhan keperawatan jiwa

3.5 Uji Keabsahan Data


Agar data dalam penelitian kualitatif dapat dipertanggungjawabkan sebagai

penelitian ilmiah perlu dilakukan uji keabsahan data. Adapun uji keabsahan

data yang dapat dilaksanakan.

23
3.5.1 Credibility

Uji credibility (kredibilitas) atau uji kepercayaan terhadap data hasil

penelitian yang disajikan oleh peneliti agar hasil penelitian yang dilakukan

tidak meragukan sebagai sebuah karya ilmiah yang dilakukan.

3.5.3 Transferability
Transferability merupakan validitas eksternal dalam penelitian

kualitatif. Validitas eksternal menunjukkan derajat ketepatan atau dapat

diterapkannya hasil penelitian ke populasi di mana sampel tersebut

diambil

3.5.4 Dependability
Penelitian yang dependability atau reliabilitas adalah penelitian apabila

penelitian yang dilakukan oleh orang lain dengan proses penelitian yang

sama akan memperoleh hasil yang sama pula. Pengujian dependability

dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses

penelitian. Dengan cara auditor yang independen atau pembimbing yang

independen mengaudit keseluruhan aktivitas yang dilakukan oleh peneliti

dalam melakukan penelitian.

3.5.5 Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai

pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai waktu. Dengan

demikian terdapat triangulasi sumber, triangulasi teknik pengumpulan

data, dan waktu

3.5.6 Analisa data dan penyajian data


Pengolahan dan menggunakan analisis deskriptif. Analisis deskriptif

adalah digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan

data yang terkumpul untuk membuat suatu kesimpulan. Pengolahan data

ini untuk melakukan asuhan keperawatan pada keluarga klien. Teknik

24
analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban jawaban dari

penulisan yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam

yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah penulisan. Teknik

analisis digunakan dengan cara observasi oleh penulis dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya dinterpretasikan

dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut

3.5.7 Etika Studi Kasus

Etika yang mendasari penyusunan studi kasus adalah :

1. Informed Consent ( persetujuan menjadi responden)

Dimana subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap


tentang tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak
untuk bebas berpatisipasi atau menolak menjadi responden. Pada
informed consent juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh
hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu

2. Anonimity (tanpa nama)

Dimana subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang


diberikan harus dirahasiakan . Kerahasiaan dari responden dijamin
dengan jalan mengaburkan identitas dari responden atau tanpa nama
(anonymity).

3. Rahasia (confidentiality)

kerahasiaan yang diberikan kepada responden dijamin oleh peneliti.

25
DAFTAR PUSTAKA

Alifudin, A., & Heppy Rochmawati, D. (n.d.). Pengaruh mendengarkan asmaul husna
PENGARUH MENDENGARKAN ASMAUL HUSNA TERHADAP TINGKAT
KECEMASAN PADA PASIEN RESIKO PERILAKU KEKERASAN DI RSJD DR.
AMINO GONDOHUTOMO PROVINSI JAWA TENGAH.
Amimi, R., Malfasari, E., Febtrina, R., & Maulinda, D. (n.d.). ANALISIS TANDA DAN
GEJALA RESIKO PERILAKU KEKERASAN PADA PASIEN SKIZOFRENIA.
Ashidiqie, M. L. I. I. (2020). Peran Keluarga Dalam Mencegah Coronavirus Disease
2019. SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar-i, 7(8).
https://doi.org/10.15408/sjsbs.v7i8.15411
Cahyati, P., Kustiawan, R., Hartono, D., Keperawatan, J., & Kesehatan Tasikmlaya, P.
(2021). PEMBERDAYAAN KELUARGA DALAM MERAWAT ORANG DENGAN
GANGGUAN JIWA MELALUI TERAPI SUPORTIF DI PUSKESMAS
PURBARATU TASIKMALAYA. In Jurnal Pengabdian Masyarakat (JUPEMAS
(Vol. 2, Issue 1).
Daha, O. U., Alfianto, A. G., & Ulfa, M. (. (2022). Terapi Generalis Ansietas pada
Anggota Keluarga yang Merawat Orang Dengan Gangguan Jiwa. In Nursing
News: Jurnal Ilmiah Keperawatan (Vol. 6, Issue 1).
Guntur Alfianto, A., Apriyanto, F., Diana, M., Program, ), Keperawatan, S. I.,
Widyagama, S., & Malang, H. (2019a). PENGARUH PSIKOEDUKASI
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG STIGMA GANGGUAN
JIWA. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 37–41.
Guntur Alfianto, A., Apriyanto, F., Diana, M., Program, ), Keperawatan, S. I.,
Widyagama, S., & Malang, H. (2019b). PENGARUH PSIKOEDUKASI
TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG STIGMA GANGGUAN
JIWA. Jurnal Ilmu Kesehatan, 2(2), 37–41.
Nadirawati, S. Kp. , M. Kep. (n.d.). BUKU AJAR ASUHAN KEPERAWATAN
KELUARGA.
Ulva, N., Devi, K., Studi, P., & Publik, A. (2020). ADAPTASI PRANATA KELUARGA
PADA PROSES PEMBELAJARAN E-LEARNING DALAM MENGHADAPI
DAMPAK PANDEMI COVID-19. In Jurnal Ilmiah Politik, Kebijakan, & Sosial
(Publicio) (Vol. 2, Issue 2).
Widiastutik1, W., Winarni, I., Lestari, R., Program, M., Magister, S., Universitas

26
Brawijaya, K., Program, D., Keperawatan, S. M., & Brawijaya, U. (2016). STUDI
FENOMENOLOGI : RESILIENCE KELUARGA PENDERITA SKIZOFRENIA DI
PUSKESMAS BANTUR. In Jurnal Ilmiah Kesehatan Keperawatan (Vol. 12, Issue
3).
 

27

Anda mungkin juga menyukai