Anda di halaman 1dari 1

SEJARAH

Pada tanggal 20 Maret 1878, Pastor Claesens mengajukan permohonan kepada


pemerintah Belanda untuk mendirikan satu stasi yang meliputi wilayah Sumatera’s
Oostkust. Maka pada tahun yang sama, pemimpin Gereja Katolik di Batavia mengutus
Pastor Carolus Wenneker ke Medan untuk mencari lokasi yang tepat untuk membangun
gereja katolik di Medan. Ia memilih Jalan Pemuda (atau dulu lebih dikenal dengan nama
Jalan Istana/Paleisweg) sebagai titik awal. Yang mana saat ini Gereja Katedral Medan
tersebut diresmikan dengan nama Gereja Santa Perawan Maria yang Dikandung Tanpa
Noda.

Pada awal berdirinya di tahun 1879, Gereja Katedral Medan ini adalah sebuah gubuk
beratap daun rumbia dan ijuk tempat beribadah puluhan umat Katolik. Pada tahun
1884, ketika umat sudah berjumlah 193 orang, Gereja tersebut mulai direncanakan
untuk diperbaiki dan diperbesar. Pada tahun 1905, karena perkembangan jumlah umat
yang meningkat, pembangunan pun dilaksanakan oleh Pastor Ordo Jesuit. Saat itu,
Gereja Katedral dibangun dengan dinding batu, beratap seng dan sebagian masih
beratap daun rumbia dan ijuk.

Mulai 30 Januari 1928, Gereja diperluas sebesar 6 meter dengan menambah bagian
panti imam, ruang pengakuan dosa serta dengan pelataran depan dan Menara dimana
perluasan dan pembangunan permanen tersebut dirancang oleh arsitek Belanda yang
bernama Mr. Han Groenewegen dan dilaksanakan oleh Mr. Langereis. Hasil dari
rancangan dan pelaksanaan tersebut lah yang membuat Gereja Katedral di Jalan
Pemuda tersebut menjadi salah satu bangunan tua bersejarah dan bernilai arsitek yang
tinggi di kota Medan ini.

Ada bangunan tua lain di sisi kanan dari Gereja Katedral yang mana merupakan tempat
tinggal para pastor yang biasa dikenal dengan sebutan pastoran. Pada tahun 1906,
Pastoran Katedral dibangun berdinding kayu dan beratap rumbia dan ijuk. Barulah pada
masa selama tahun 1964-1965, bangunan pastoran tersebut diganti dengan gedung
permanen seperti bangunan lainnya.

Anda mungkin juga menyukai