Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PENELITIAN

TUGAS SEJARAH ARSITEKTUR II

LAPORAN PENELITIAN KUNJUNGAN WISATA


TEMPAT : GEREJA KATEDRAL JAKARTA

Disusun Oleh:
Brigita Pricillia [315170025]
Felicia Dominique [315170027]
Jeffry [315170029]
Louis Frederick [315170035]

Dosen Kelas : Ir. Titin Fatimah M. Eng, Dr. Eng


Dosen Pembimbing : Ir. Titin Fatimah M. Eng, Dr. Eng

UNIVERSITAS TARUMANAGARA
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN ARSITEKTUR
2018
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................ i

DAFTAR TABEL.................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR............................................................................... iii

BAB I PENDADUHULUAN.................................................................. 1

1.1. Latar Belakang................................................................................... 1

BAB II SEJARAH PENDIRIAN BANGUNAN................................... 2

2.1. Sejarah Gereja Katedral...................................................................... 2

BAB III KONSEP ARSITEKTUR......................................................... 3

3.1. Konsep Bangunan............................................................................... 3

BAB IV ANALISIS DETAIL ARSITEKTUR....................................... 5

4.1. Detail Interior..................................................................................... 5

4.2. Detail Eksterior................................................................................... 11

BAB V ANALISIS PENGARUH BUDAYA DARI LUAR................... 15

5.1. Pengaruh Kebudayaan Eropa............................................................. 15

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 19

6.1. Kesimpulan......................................................................................... 19

6.2. Saran................................................................................................... 19

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 20

i
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1.1 Sejarah Gereja Katedral ......................................................... 2

ii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1.1 3 Menara..................................................................................... 4

Gambar 3.1.2 Kaca Rozeta................................................................................ 4

Gambar 4.1.1 Altar St.Maria............................................................................. 5

Gambar 4.1.2 Altar St.Yoseph........................................................................... 6

Gambar 4.1.3 Altar Utama................................................................................ 6

Gambar 4.1.4 Mimbar....................................................................................... 7

Gambar 4.1.5 Lukisan Grafis............................................................................ 7

Gambar 4.1.6 Tahta Uskup Katedral................................................................. 8

Gambar 4.1.7 Organ Pipa.................................................................................. 8

Gambar 4.1.8 Patung Malaikat.......................................................................... 9

Gambar 4.1.9 Gambar Atap.............................................................................. 9

Gambar 4.2.1 Potongan Gereja Katedral .......................................................... 11

Gambar 4.2.2 Menara....................................................................................... 12

Gambar 4.2.3 Atap Gereja ................................................................................ 12

Gambar 4.2.4. Pintu Utama .............................................................................. 13

Gambar 4.2.5 Patung Bunda Maria .................................................................. 13

Gambar 4.2.6 Dinding Gereja .......................................................................... 13

Gambar 4.2.7 Goa Maria .................................................................................. 14

Gambar 5.1.1 Gereja Katedral.......................................................................... 17

Gambar 5.1.2 Patung pada gerbang pintu utama .............................................. 17

Gambar 5.1.3 Kaca pada Gereja Katedral ........................................................ 18

BAB I

iii
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia memiliki 6 macam agama yang diakui, antara lain Islam, Buddha, Kristen,
Katholik, Hindu dan Khonghuchu. Setiap agama tersebut memiliki tempat ibadah dengan ciri
khasnya masing-masing. Islam dengan pengaruh kebudayaan Timur Tengah, Buddha dan
Khonghuchu dengan pengaruh kebudayaan Asia Timur, Hindu dengan pengaruh kebudayaan
Asia Selatan, serta Kristen dan Katholik dengan pengaruh kebudayaan Eropa.

Pada kesempatan kali ini, kami akan menjelaskan mengenai Gereja Katedral Santa
Maria Pelindung Diangkat Ke Surga, yang berlokasi di Jakarta Pusat. Gedung gereja ini
diresmikan pada 1901 dan dibangun dengan arsitektur neo-gotik dari Eropa, yakni arsitektur
yang sangat lazim digunakan untuk membangun gedung gereja beberapa abad yang lalu.

Gereja yang sekarang ini dirancang dan dimulai oleh Pastor Antonius Dijkmans dan
peletakan batu pertamanya dilakukan oleh Pro-vikaris, Carolus Wenneker. Pekerjaan ini
kemudian dilanjutkan oleh Cuypers-Hulswit ketika Dijkmans tidak bisa melanjutkannya, dan
kemudian diresmikan dan diberkati pada 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybradus
Luypen, S.J., Vikaris Apostolik Jakarta.

Katedral yang kita kenal sekarang sesungguhnya bukanlah gedung gereja yang asli di
tempat itu, karena Katedral yang asli diresmikan pada Februari 1810, namun pada 27
Juli 1826 gedung Gereja itu terbakar bersama 180 rumah penduduk di sekitarnya. Lalu pada
tanggal 31 Mei 1890 dalam cuaca yang cerah, Gereja itu pun sempat roboh.

iii
BAB II

SEJARAH PENDIRIAN BANGUNAN

2.1. Sejarah Gereja Katedral

Tabel 2.1.1. Sejarah Gereja Katedral

No. Tahun Kejadian


Misionaris Katolik, Pastor Jacobus Nelissen dan Pastor Lambertus
1 1808
Prinsen tiba diBatavia
Gereja Katolik pertama diBatavia merupakan sumbangan Gubernur
Jenderal Herman Willem Daendels yang dibangun pertama kali di
2 1810
Senen dan diberkarti oleh Pastor Jacobus Nelissen dengan nama
St.Ludovikus.
Komisaris Jenderal Leonardus Petrus Josephus Burggraaf Du Bus de
Gisignies berjasa dalam mengusahakan tempat yang Bru untuk
3 1828
mendirikan Gereja yang berlokasi di sudut Waterlooplein yang
sekarang menjadi Lapangan Banteng.
Pastor Lumbertus Prinden memberkati Gereja pada tanggal 6
4 1829
November 1829 dan diberi nama Santa Maria Diangkat ke Surga.
Mgr.Jacobus Grooff diangkat sebagai Vikaris Apostolik Baatavia yang
5 1842 pertama maka sejak saat itu Gereja tersebut disebut sebagai Gereja
Katedral.
Gereja Katedral mulai menunjukkan tanda-tanda kerusakan dan
6 1860
kebocoran.
7 1880 Gereja Katedral selesai direnovasi.
8 1890 Bangunan Gereja Katedral runtuh pada tanggal 9 April 1890.
Perencanaan pembangunan Gereja Katedral yang baru yang didesain
9 1891
oleh seorang Arsitek yaitu Pastor Antonius Dijkmans SJ.
10 1894 Pastor Antonius Dijkmans SJ pulang ke Belanda.
Peletakan batu pertama oleh Provikaris Carolus Wenneker SJ pada
11 1899 tanggal 16 Januari 1899. Kemudian pembangunan dianjutkan oleh
Arsitek Marius Hullswit.
Gereja Katedral selesai dibangun dan diresmikan pada tanggal 21 April
12 1901 1901 oleh Mgr.Edmundus Sybrandus Luypen SJ dan diberi nama
Gereja Santa Perawan Maria Diangkat ke Surga.

1
BAB III

KONSEP ARSITEKTUR

3.1. Konsep Bangunan

Gereja Katedral yang diberi nama De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming
ini memiliki konsep bangunan Neo-Gotic. Neo-gotik adalah konsep gaya bangunan di bangsa
Eropa pada masa itu. Bangunan ini menggunakan konsep neo-gotik karena konsep ini
memiliki arti memperbaiki hubungan antara manusia dan Tuhan.

Menurut buku A History of Interior Design oleh John Pile (2003), ciri umum dari gaya Gotik :

1. Hampir semua bangunan gaya Gotik menggunakan material batu alam sebagai bahan
pembangunannya.

2. Penggunaan flying buttresses sebagai penopang tiang yang melayang pada langit-
langit.

3. Memiliki patung orang suci dalam jumlah yang besar.

4. Ornamen dekoratif pada gaya Gotik memiliki detail yang sangat rumit.

Menurut buku Medieval Architecture, Nicola Coldstream (2002), ciri umum gaya
Neo-Gotik :

1. Merupakan pengulangan dari gaya Gotik yang mengalami penyederhanaan karena


tumbuh pada saat modernisasi.

2. Ornamen pada dinding yang rumit diganti dengan permainan molding.

3. Penggunaan batu alam digantikan dengan material beton, kayu, dan konstruksi baja
yang memungkinkan bentuk bangunan menjadi lebih ramping.

4. Menggunakan jendela kaca yang sangat besar dan material kaca patri.

Bangunan ini memiliki banyak jendela yang lebar agar cahaya alami dapat masuk langsung ke
dalam bangunan. Arti dari gereja ini adalah Santa Perawan Maria sehingga dalam bangunan
ini pun dibentuk 3 menara:

2
1. Menara Angelus Del, yang dapat diartikan sebagai malaikat Tuhan.

2. Menara Benteng Daud, yang menunjukan arti keperkasaan.

3. Menara Gading, dibuat dengan warna broken white menunjukan kesucian Bunda
Maria.

Gambar 3.1.1. 3 Menara

Gereja ini juga memiliki banyak kaca yang mempunyai motif bunga salah satunya
adalah kaca bulat yang terletak di antara menara Benteng Daud dan menara Gading yang
dikenal sebagai Rozeta. Bangunan ini dibangun dengan sumbu Timur-Selatan agar cahaya
matahari dapat masuk secara alami

Gambar 3.1.2. Kaca Rozeta

3
BAB IV

ANALISIS DETAIL ARSITEKTUR

4.1. Detail Interior

Pada pintu utama terdapat sebuah batu pualam yang isinya hendak memberitahu
bahwa gereja ini didirikan oleh Arsitek Marius Hulswit 1899-1901. Pada tembok sebelah
selatan terdapat pualam putih yang menjelaskan bahwa gedung ini digambarkan oleh
Antonius Dijkmans. Pada sisi kiri terdapat Monument granit hitam buatan belanda belgia
didedikasikan untuk mengenang komisaris Jendral Leonardus PetrusJosephus Burggraaf du
Bus Gisignies yang telah berjasa dalam memperoleh tanah dan Gereja ini. Didalam ruangan
gereja katedral, terdapat tiga altar yaitu:
1. Altar Santa Maria, Altar ini dibuat oleh Atelier Ramakers di Geleen, Limburg,
Belanda dan dipasang pada tahun 1915.

Gambar 4.1.1. Altar St. Maria

2. Altar Santo Yoseph, Altar ini juga dibuat oleh Atelier Ramakers di Geleen, Limburg,
Belanda dan dipasang pada tahun 1922.

4
Gambar 4.1.2. Altar St. Yoseph

3. Altar Utama, Altar ini berasal dari Gereja Yesuit di kota Groningen, Belanda dan
dipasang pada tahun 1958 untuk menggantikan altar lama pemberian Komisaris Jendral
Du Bus. Altar utama dibuat pada akhir abad ke-19 di Negeri Belanda. Altar ini baru
pada tahun 1956 dipindahkan dari Gereja Jesuit di kota Grogningen ke Jakarta dan baru
dipasang 2 tahun kemudian.

Gambar 4.1.3. Altar Utama


Diarea Altar Utama, terdapat sebuah Mimbar Gotik yang merupakan buatan dari
Firma Te Poel dan Stoltefusz, Den Haag, yang dipasang pada tahun 1905 sebagai peringatan
pesta perak Imamat Mgr.Luypen S.J.

5
Gambar 4.1.4. Mimbar

Meja pada altar utama yang saat ini digunakan merupakan meja altar baru yang dibuat
di Jepara. Mimbar kotbah dan dirigent yang saat ini digunakan adalah buatan Jepara. Pada
mimbar kotbah terdapat ukiran Yesus sedang berdiri di perahu bersama dengan murid-
muridNya.

Di dinding Gereja, terdapat, 14 salib dilukis diaras ubin oleh seniman grafis Theo
Molkenboer dan dipasang pada Katedral pada tahun 1912 sebagai peringatan pesta emas
Imamat Pastor Carolus Weenker S.J. Lukisan ini melambangkan Jalan Salib yang artinya
memperingati Kesengsaraan dan penderitaan Tuhan Yesus.

Gambar 4.1.5 14 Lukisan Grafis

Kemudian terdapat sebuah tahta Uskup yang dikenal dengan sebutan “Kathedra” yang
terletak di sisi kiri Altar Utama. Terdapat lambang uskup, sesuai dengan Uskup yang sedang
menjabat saat ini yaitu Mgr. Dr. Ignatius Suharyo Hardjoatmodjo.

6
Gambar 4.1.6 Tahta Uskup “Kathedra”

Terdapat sebuah Organ Pipa yang merupakan buatan dari perusahaan Verschueren,
Belgia yang dipasang pada tahun 1988 Berada di ruangan sayap kanan. Orgel ini dibuat
dengan ornamen kayu yang menjulang tinggi dimana berasal dari sebuah orgel yang telah
dipreteli, yaitu dari desa Amby di pinggiran kota Maastricht, dengan corak neogotik sehingga
sangat cocok dengan artisektur Gereja Katedral Jakarta. Untuk memasang orgel yang terdiri
dari 15 register dengan 1000 pipa ini, secara khusus didatangkan tiga insinyur dari Belgia.
Untuk saat ini Orgel ini tidak jarang dipergunakan karena ada beberapa kerusakan dan sedang
dilakukan perbaikan.

Gambar 4.1.7 Organ Pipa

7
Pada saat memasuki ruang ibadah bagian tengah (Panti Imam), kita dapat melihat dua
buah patung malaikat yang memegang lampu. Selain dua patung malaikat tersebut masih ada
2 patung malaikat yang lainnya yang terdapat di Sakristi. Malaikat yang satu sedang
memegang 3 paku Salib Yesus dan yang lainnya sedang memegang mahkota duri Yesus saat
disalib. Dalam Sakristi juga terdapat Monstrans, yaitu benda peninggalan kuno (tahun 1700)
dari Belanda yang berfungsi sebagai tempat untuk mentahtakan Sakramen Maha Kudus.

Gambar 4.1.8. Patung Malaikat

Pada Katedral Jakarta, jumlah bukaan cenderung sedikit dikarenakan iklim di Jakarta
cenderung panas. Sehingga perancang berusaha untuk menahan sirkulasi udara panas yang
berlebihan masuk ke dalam bangunan. Ciri-ciri lain arsitektur neo-gotik adalah bentuk langit-
langitnya.

Gambar 4.1.9. Gambar Atap

Meskipun bentuknya tidak berbeda jauh dengan langgam gotik. Langit-langit pada
bangunan ini tidak dipasangi plafon, dengan tujuan untuk memberikan kesan megah dan luas
8
ke arah atas. Mengibaratkan kedudukan Tuhan dengan umat manusia. Rangka langit-langit
disusun sedemikian sehingga berunjung ditengah dan membentuk setengah lingkaran yang
ujung atasnya dibuat lebih lancip. Bentuk ini diibaratkan seperti bentuk busur sehingga dalam
dunia arsitektur sering dikenal dengan istilah pointed arch.

9
4.2. Detail Eksterior
Gereja ini memiliki gaya Arsitektur Neo-Gotik. Denah gereja katedral ini memiliki
bentuk berupa Salib.

Gambar 4.2.1. Potongan Gereja Katedral


Tampak dari depan, Gereja ini memiliki tiga puncak menara yang menjulang tinggi.
1. Sebuah menara kecil di atas dan terletak di tengah-tengah atap, merupakan
Menara Angelus Dei yang menjulang setinggi 45 meter dari permukaan lantai.
2. Terdapat dua buah menara yang menjulang setinggi 60 meter di sisi kiri dan
kanannya. Menara disebelah utara (kiri) yang bentuknya menyerupai benteng
disebut Benteng Daud, yang mana melambangkan Maria sebagai perlindungan
atas kuasa-kuasa kegelapan. Sedangkan yang di sebelah Lapangan Banteng
(kanan) disebut Menara Gading. Disebut Menara Gading karena Gading memiliki
warna putih dan murni melambangkan keperawanan dari Bunda Maria. Di
menara gading terdapat jam yang pada mesinnya tertulis van Arcken & Cie.
3. Ketiga menara ini terbuat dari besi agar dapat mengantisipasi bahaya gempa bumi
meskipun sebenarnya ini tidak cocok untuk bangunan gaya neo-gotik.
Diantara kedua menara tinggi terdapat rozet (jendela bundar) yang melambangkan
Rosa Mystica, lambang Bunda Maria.

10
Gambar 4.2.2. Menara

Bentuk Atap menjadi salah satu ciri arsitektur neo-gotik dimana gaya arsitektur ini
sebenarnya dimaksudkan untuk mewujudkan efek dramatis bagi umat yang sedang berdoa
didalam gereja. Sehingga umat merasa lebih kecil dan dapat merasakan ke-Agungan Tuhan
karena ketinggian atap ini. Gaya arsitektur ini juga lebih mementingkan ketinggian bangunan
dibandingkan dengan lebarnya. Sehingga terkadang bangunan ini terlihat tidak seimbang dan
terlihat terlalu kurus serta kaku. Sama halnya dengan katedral Jakarta, yang atap pada
gerejanya terdiri atas dua buah bentuk. Bukaan pada atap kerucut Katedral di Belgia ini
berbeda dengan Katedral Jakarta.

Gambar 4.2.3 Atap Gereja

Gereja Katedral Jakarta hanya memiliki satu buah lengkungan untuk pintu dengan dua
daun pintu bermaterial kayu jati. Kedua pintu tersebut dipisahkan oleh sebuah tiang dengan

11
sebuah patung timbulpada sisi depan. Diatas lengkungan pintu ini terdapat bentuk
segitiga yang ujungnya. Pada pintu masuk utama gereja juga terdapat hiasan Patung Maria
dan pada bagian atas pintu terdapat tulisan “Beatam Me Dicent Omnes Generationes” yang
artinya “Semua keturunan menyebut aku bahagia”.

Gambar 4.2.4. Pintu Utama Gambar 4.2.5 Patung Bunda Maria

Konstruksi bangunan ini terdiri dari batu bata tebal yang diberi plester dan berpola
seperti susunan batu alam. Dinding batu bata ini menunjang kuda-kuda kayu jati yang
terbentang selebar bangunan.

Gambar 4.2.6. Dinding Gereja

Terdapat sebuah Goa yaitu Goa Maria, memiliki bentuk fisik yang mirip dengan Goa
Maria di Lourdes Perancis. Goa ini terdapat di halaman samping gereja.
12
Gambar 4.2.7. Goa Maria

13
BAB V

ANALISIS PENGARUH BUDAYA DARI LUAR

5.1 Pengaruh Kebudayan Eropa

Kolonialisasi Belanda di Indonesia membawa banyak pengaruh bagi bangsa ini.


Indonesia mengalami pengaruh arsitektur dari barat atau occidental. Dalam berbagai aspek
yang dapat dilihat melalui bentuk kota dan banguunan-bangunan yang ada (sumalio, 1993:1).
Bangsa Belanda merasa berkepentingan untuk membuat bangunan-bangunan sebagai fasilitas
penunjang kegiatan mereka di Indonesia, kemudian mereka membangun gereja-gereja
menurut keyakinan mereka sebagai tempat ibadah dan juga bagi masyarakat pribumi yang
mempunyai keyakinan yang sama, yaitu dibangunnya Gereja Katedral Jakarta. Kolonialisasi
Belanda yang dilakukan di Indonesia berlangsung dalam waktu yang lama dan membawa
gaya arsitektur Eropa kedalam bangunan arsitektur Indonesia.

Perkembangan arsitektur bangunan di dunia selalu mengalami perubahan dari waktu


ke waktu, salah satunya klasikisme yang berarti aliran pemikiran yang muncul di Eropa dan
memberi pengaruh kuat kepada kebudayaan abad ke-17 dan ke-18 secara keseluruhan.
Arsitektur klasik yang berkembang di Eropa salah satunya arsitektur Neo-Gotik. Arsitektur
Neo-Gotik sudah berkembang dari sekitar 3000SM sampai abad ke-17 dan ke-18 yang masih
diminati dan dianggap sebagai karya yang bermutu tinggi.

Perkembangan Arsitektur Kolonial di Indonesia diawali oleh bangsa Eropa yang


pertama kali datang ke Indonesia yakni Portugis, yang kemudian diikuti oleh Spanyol, Inggris
dan Belanda. Pada mulanya kedatangan mereka dengan maksud berdagang. Dari sinilah mulai
muncul bangunan-banguanan yang didirikan dengan ide Barat. Mereka membangun benteng
pertahanan untuk mempertahankan kekuasaan mereka dengan menggunakan batu karang
sebagai bahan bangunan. Batu-batu tersebut ditumpuk dan diplester dengan tanah, sehingga
merupakan dinding setinggi 2 2/1 m dan tebal kurang lebih 1m.

Bentuk gaya arsitektur pada saat itu di Hindia Belanda tersendiri dipelopori oleh
Gubernur Jenderal HW dikenal dengan the Empire Style, atau The Ducth Colonial Villa yaitu
gaya arsitektur neo-klasik yang melanda Eropa (terutama Prancis) yang diterjemahkan secara

14
bebas. Hasilnya berbentuk gaya Hindia Belanda yang bercitra Kolonial yang disesuaikan
dengan lingkungan lokal, iklim dan material yang tersedia pada masa itu.

Neo-Gotik mulai muncul dalam Neo-Stijlen atau disebut juga arsitektur Neo-Klasik
yang berkembang pada abag ke-18 hingga sekarang. Arsitektur Neo-Gotik pertama kali
diperkenalkan ketika Raja Willem II memberikan perintah membangun balai kota di Tilburg
dengan konsep arsitektur Neo-Gotik yang mencontoh bangunan Inggris di Oxford. Ciri khas
bangunan arsitektur Neo-Gotik tidak terlepas dari gaya lamanya yaitu Gotik. Arsitektur Neo-
Gotik memiliki unsur-unsur kontemporer dan modern. Pada gaya arsitektur Gotik yang asli,
langit-langit bangunan dibuat dari batu alam dan merupakan kesatuan konstruksi sebagai
penyangga atap, namun pada arsitektur Neo-Gotik sudah tidak ditemukan penggunaan batu
alam pada langit-langit bangunan.

Bangunan bergaya Neo-Gotik menekankan vertikalitas dan ketinggian bangunan


dengan memainkan berbagai ornamen hias seperti ornamen ukir makhluk imajiner dari batu
atau kayu yang mempresentasikan sosok manusia atau binatang, terdapat pula ornamen
berbentuk tumbuhan atau dedaunan yang disebut foliage sculpture.

Gaya arsitektur neo-gotik memiliki ciri-ciri tidak memiliki kubah atau menara.
Fasad bangunan biasanya datar dan panjang. Eksterior dibangun sedemikian rupa untuk
menciptakan gaya klasik yang sempurna, seperti pada pintu dan jendela. Pada bagian
eksterior penggunaan dekorasi dikurangi hingga sangat sedikit. Sering juga terdapat
kebun di sekitar bangunan dengan pola geometris. Gaya arsitektur ini didominasi dengan
warna terang seperti krem, abu-abu, biru pucat, kuning dan hijau. Sedangkan warna yang
digunakan sebagai aksen adalah hitam, merah, emas dan terra cotta.

Gaya Arsitektur di Gereja Katedral ini adalah gaya Neo-gotik. Hal ini ditunjukan
dengan fasad yang datar dan panjang dan penggunaan material batu alam. Denah dari
gereja katedral ini berbentuk salib. Gereja Katedral ini memiliki banyak kaca-kaca yang
besar dengan menggunakan ornamen-ornamen flora (tumbuhan) dalam konteks ini bunga.
Gereja Katedral ini menggunakan penggunaan warna abu-abu dan juga hijau hal ini
menunjukan gaya bangunan neo-gotik. Bangunan ini memiliki ketinggian sampai 60m
dengan menggunakan plafon yang bermaterial kayu. Dalam gereja ini juga terdapat
banyak patung yang ada di sekeliling gereja.

15
Gambar 5.1.1 Gereja Katedral

Gambar 5.1.2. Patung pada Pintu Gerbang Utama

16
Gambar 5.1.3. Kaca pada Gereja Katedral

17
BAB V1

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan
Gereja Katedral yang terletak di Jakarta merupakan sebuah tempat ibadah bagi umat
Katolik. Gereja ini merupakan gereja Katolik pertama yang berada di kota Batavia. Gereja
yang diberi nama Santa Maria Diangkat ke Surga dibangun dengan konsep neo-gotik.
Bangunan ini diresmikan pada tahun 21 April 1901 oleh Mgr. Edmundus Sybrandus Luypen
SJ dan di beri nama De Kerk van Onze Lieve Vrowe ten Hemelopneming – Gereja Santa
Perawan Maria Diangkat ke Surga. Katedral ini pernah runtuh dan di renovasi pada tahun
1860.

6.2. Saran
Dari hasil analisis yang kami buat,kami dapat menyimpulkan dan membuat beberapa
saran agar Gereja Katedral dapat berfungsi lebih baik sebagai tempat ibadah dan tempat
wisata yaitu sebagai berikut :
1. Sebagai tempat wisata sebaiknya menyediakan seorang tour guide khusus area
Gereja Katedral yang dilatih agar dapat mengetahui asal-usul Gereja Katedral
lebih mendalam dan lebih jelas.
2. Sebagai tempat wisata sebaiknya ditambahkan informasi-informasi tentang
barang-barang peninggalan yang ada di Museum agar orang yang berkunjung
dapat lebih mengerti tentang barang-barang peninggalan tersebut.
3. Sebaiknya diberikan penunjuk arah seperti ke toilet,museum,took souvenir, dan
juga kantin.

18
DAFTAR PUSTAKA

https://www.antaranews.com/foto/112893/renovasi-menara-gereja-katedral/2
http://www.tribunnews.com/images/regional/view/1722915/perawatan-menara-gereja-
katholik-katedral-jakarta
http://edupaint.com/jelajah/arsitektur-nusantara/2999-desain-arsitektur-gereja-katedral-
jakarta.html
http://www.katedraljakarta.or.id/
https://architecturesworldea77.wordpress.com

19

Anda mungkin juga menyukai