Anda di halaman 1dari 2

Peran Organisasi Profesi

Salah satu karakterisitik dari sebuah pekerjaan profesional yaitu adanya suatu organisasi profesi yang
menaungi para anggota dari profesi yang bersangkutan. Wikipedia (2009) menyebutkan” Professions
usually have professional bodies organized by their members, which are intended to enhance the status of
their members and have carefully controlled entrance requirements”. Dalam organisasi profesi itulah,
para anggota profesi hidup dalam kebersamaan dan kesejawatan, bersatu padu melakukan berbagai upaya
untuk mengembangkan profesi yang digelutinya.

Menurut Ikatan Konselor Indonesia (2008) bahwa organisasi profesi pada umumnya berpegang pada apa
yang disebut tridarma organisasi profesi, yaitu: (1) ikut serta mengembangkan ilmu dan teknologi
profesi; (2) meningkatkan mutu pelayanan kepada sasaran layanan; dan (3) menjaga kode etik
profesi.

Merujuk pada pemikiran IKI tersebut, maka setiap organisasi profesi hendaknya dapat memberikan
dukungan dan kontribusi positif bagi para anggotanya untuk senantiasa mengembangkan ilmu
pengetahuan dan teknologi serta melahirkan berbagai inovasi untuk kepentingan pengembangan dan
kemajuan dari profesi itu sendiri, baik berdasarkan pemikiran kritis maupun riset. Dalam hal ini, kerja
sama mutualistik antara organisasi profesi dengan berbagai perguruan tinggi yang melahirkan anggota-
anggota profesi yang bersangkutan tampaknya mutlak diperlukan.

Selain berupaya mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi, organisasi profesi juga seyogyanya
dapat terus-menerus mendorong dan memotivasi para praktisi profesi di lapangan untuk dapat
melaksanakan tugas-tugasnya sesuai dengan standar yang disyaratkan, sehingga kehadirannya dapat
memberikan manfaat dan kepuasan bagi para pengguna jasa layanan maupun masyarakat luas. Kegiatan
pengembangan profesi dengan tujuan untuk meningkatkan mutu pelayanan tampaknya juga mutlak
diperlukan, –misalnya dalam bentuk riset, pelatihan, seminar, simposium,– baik yang diselenggarakan
oleh organisasi profesi itu sendiri maupun bekerja sama dengan pihak lain.

Untuk menjaga wibawa dan martabat profesi, organisasi profesi perlu menetapkan, memelihara dan
menegakkan kode etik profesi untuk tidak dilanggar oleh para anggotanya, sehingga pelayanan profesi
tidak tercemari oleh berbagai bentuk penyimpangan praktik profesi (malpraktik).

Masih menurut Ikatan Konselor Indonesia (2008) bahwa di samping memfokuskan diri pada kegiatan
tridarma, organisasi profesi juga melayani anggotanya dari sisi kesejahteraan kehidupan bersama dalam
organisasi, serta dapat memberikan perlindungan hukum untuk kelancaran kegiatan profesi dan keamanan
para anggota dalam bekerja, dalam pengabdiaannya kepada masyarakat.
Lahirnya Undang Undang No. 14 Tahun 2005 dan Peraturan Pemerintah No. 74 Tahun 2008 tentang guru
pada dasarnya merupakan bentuk pengakuan secara yuridis formal terhadap guru, (termasuk di dalamnya
konselor, kepala sekolah, dan pengawas sekolah) sebagai sebuah jabatan profesional yang tentunya
perlu disambut gembira, dengan harapan masing-masing profesi tersebut dapat meningkatkan
pengabdiannya, demi kemaslahatan orang banyak.

Kecuali untuk kepala sekolah, saat ini tiga jabatan lainnya telah memiliki organisasi profesi yang
menaunginya. Kita sebut saja, misalnya PGRI untuk guru, ABKIN atau IKI untuk konselor dan APSI
untuk pengawas sekolah. Tentunya, kepada ketiga organisasi profesi tersebut, para anggotanya sangat
menaruh harapan untuk mampu menjalankan perannya secara elegan dan bermartabat, sebagaimana telah
diutarakan di atas. Semoga!

Sumber:

Akhmad Sudrajat. (2009). Sebuah Catatan Tentang Rencana Sertifikasi Pengawas Sekolah

Ikatan Konselor Indonesia (2008). Arah Pemikiran Pengembangan Profesi Konselor. Padang: IKI

Anda mungkin juga menyukai