Anda di halaman 1dari 8

BAB II

PERAN ORGANISASI DAN KODE ETIK DALAM SEBUAH PROFESI

1. Peran Organisasi Dan Kode Etik Dalam Sebuah Profesi

Stephen P.Robbins mengatakan bahwa “Organisasi ialah kesatuan aspek sosial yang
terkordinasi secara sadar, dengan satu batasan yang cukup relatif dan bisa diidentifikasi,
yang bekerja secara relatif dan terus menerus untuk mencapai tujuan kelompok atau tujuan
bersama.”
2.1. Organisasi Profesi

Organisasi merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang bekumpul, bekerjasama


secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali. Dalam
memanfaatkan sumber daya (uang, matril, mesin, metode, lingkungan), sarana-prasarana,
data, dan lain-lain, digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi,
atau dapat disebut sebagai bentuk formal dari sekelompok manusia dengan tujuan
individualnya masing-masing(gaji, kepuasan keraj, dll) yang bekerjasama dalam sebuah
proses tertentu untuk mencapai tujuan bersama (tujuan organisasi). Organisasi juga
merupakan rangkaian proses kegiatan yang harus dilakukan untuk meningkatkan kegunaan
segala sumber dan factor yang menentukan bagi berhasilnya proses manajemen terutama
dengan memperhatikan fungsi dan dinamika atau birokrasi dalam rangka mencapai tujuan
yang sah ditetapkan.

Steven Robin. (2002) menyatakan bahwa Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang
dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi,
yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama
atau sekelompok tujuan

Fungsi organisasi profesi


1. Mengatur keanggotaan organisasi

2. Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuan sesuai


perkembangan teknologi

3. Menentukan standarisasi pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya


4. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua anggota
5. memberi sanksi bagi anggota yang melanggar etika profesi.
Manfaat organisasi profesi
1. Menurut Breckon (1989) manfat organisasi profesi mencakup 4 hal yaitu :

a) Mengembangkan dan memajukan profesi


b) Menertibkan dan memperluas ruang gerak profesi
c) Menghimpun dan menyatukan pendapat warga profesi
d) Memberikan kesempatan pada semua anggota untuk berkarya dan berperan aktif
dalam mengembangkan dan memajukan profesi.
2.1.1. proses professional sebuah profesi

proses professional sebuah profesi sbb:

1. Munculnya asosiasi informal


Asosiasi informal merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki minat
sama terhadap suatu profesi atau pekerjaan tertentu, seperti komunitas-komunitas
independen yang belum secara formal menjadi suatu organisasi yang resmi diakui
oleh pemerintah dan masyarakat.
2. Identifikasi dan adopsi terhadap ilmu pengetahuan tertentu,
Oleh karena memiliki kepentingan yang sama maka untuk mendukung pekerjaan yang
dijalani, komunitas tersebut akan mangadopsi ilmu pengetahuan tertentu di
bidangnya.
3. Para praktisi akan terorganisasi secara formal pada suatu lembaga
Seiring dengan berkembangnya lingkungan pekerjaan atau profesi yang dijalani baik
dari sisi jumlah pelaku, profesi maupun perkembangan ilmu dan teknologi yang jadi
lingkup pekerjaannya, maka dirasa perlu unutk memformalkan komunitas tersebut
menjadi suatu organisasi resmi yang di akui oleh pemerintah dan masyarakat. Hal itu
yang menjadi titik organisasi profesi.

1.1.2. Fungsi pokok organisasi profesi


Pada dasarnya organisasi profesi memiliki 5 fungsi pokok dalam kerangka peningkatan
profesionalisme sebuah profesi, yaitu:
1. Mengatur keanggotaan organisasi
Organisasi profesi menentukan kebijakan tentang keanggotaan, struktur organisasi,
syarat-syarat keanggotaan sebuah profesi dan kemudahan lebih lanjut lagi
menentukan aturan-aturan yang lebih jelas dalam anggaran.
2. Membantu anggota untuk dapat terus memperbaharui pengetahuan sesuai
perkembangan teknologi
Organisasi profesi melakukan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi anggotanya
untuk meningkatkan pengetahuan sesuai perkembangan dan tuntutan masyarakat yang
membutuhkan pelayanan profesi tersebut.
3. Menentukan standarisasi pelaksanaan sertifikasi profesi bagi anggotanya
Sertifikasi merupakan salah satu lambang dari sebuah profesionalisme. Dengan
kepemilikan sertifikasi yang diakui secara nasional maupun internasional maka orang
akan melihat tingkat profesionalisme yang tinggi dari pemegang sertifikasi tersebut.
4. Membuat kebijakan etika profesi yang harus diikuti oleh semua anggota
Etika profesi merupakan aturan yang diberlakukan untuk seluruh anggota organisasi
profesi. Aturan tersebut menyangkut hal-hal yang boleh dilakukan maupun tidak serta
pedoman keprofesionalan yang digariskan bagi sebuah profesi.
5. Memberi sangsi bagi anggota yang melanggar etika profesi
Sangsi yang diterapkan bagi pelanggaran kode etik profesi tentunya mengikat semua
anggota. Sangsi bervariasi, tergantung jenis pelanggaran dan bias bersifat internal
organisasi seperti misalnya Black list atau bahkan sampai dikeluarkan dari organisasi
profesi tersebut.
Organisasi profesi di bidang TI di Indonesia
Di Indonesia sudah berdiri sebuah organisasi profesi di bidang computer sejak tahun
1974 yang bernama IPKIN. Pada awal berdirinya, IPKIN memang bukan merupakan
organisasi profesi. IPKIN saat itu merupakan singkatan dari Ikatan Pengguna Komputer
Indonesia, yang beranggotakan para praktisi pengguna komputer di indonesia. Namun
seiring perkembangan IPKIN berganti dengan nama menjadi Ikatan Profesi Komputer
dan Informatika Indonesia (Indonesia Computer Seciott – ICS).
IPKIN berkedudukan di ibu kota Indonesia, Jakarta dan didirikan tepatnya pada 18
April 1974. Dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, disebutkan bahwa
IPKIN merupakan organisasi masyarakat profesionalisme dalam bidang anggota
computer dan informasi serta merupakan suatu organisasi yang berstatus independen.

2.1.3. Macam-macam organisasi profesi di Indonesia


a. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Merupakan organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan aturan etika bagi
profesi di Indonesia.
b. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
Merupakan organisasi yang mengatur standar profesionalisme dan atura etika bagi
profesi akuntan di Indonesia. Keanggotaan dari IAI bersifat suka-rela. Dengan menjadi
anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban menjaga disipllin diri diatas dan
melebihi yang di syaratkan hokum dan peraturan.
c. Persatuan Insinyur Indonesia (PII)
Merupakan organisasi profesi insinyur Indonesia yang terdiri dari anggota yang
memiliki latar belakang pendidikan di bidang teknik, seperti : teknik mesin, teknik
elektro, teknik kimia, dan lain-lain.
d. Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia (ISFI)
Merupakan organisasi profesi yang mengatur standar profesionalisme dan aturan etika
sarjana farmasi atau apoteker Indonesia.
e. Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII)
Merupakan organisasi yang bergelut dibidang jaringan internet yang bertujuan untuk
melakukan beberapa program kunci yang dinilai strategis untuk pengembangan
jaringan internet di Indonesia.
f. Jogja IT.net
Merupakan forum mayarakat teknologi informasi dan komunikasi Yogyakarta yang
mewadahi para pelaku bisnis dan pemerhati / komunitas teknologi informasi
komunikasi untuk mendukung pemanfaatan teknologi informasi dan kokunikasi yang
lebih berguna bagi bangsa dan negara.
g. UKM Cybernetict UPI “YPTK” Padang
Merupakan suatu organisasi atau unit kegiatan mahasiswa yang bertujuan untuk
mengajak mahasiswa menggali ilmu lebih dalam tentang teknologi informasi serta
menyelenggarakan beberapa kegiatan yang berhubungan dengan program studi
computer yang terdapat di UPI ”YPTK” padang, seperti: kontes koding, desain web,
yang diikuti oleh beberapa orang programmer yang memiliki kemampuan dalam bidang
program.

2.2. Kode Etik Profesi.


Kode etik berasal dari bahasa yunani, ethos yang artinya ajaran kesusilaan, dengan
demikian kode etik adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang secara
tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan tidak baik bagi
professional yang menjadi anggota dari sebuah organisasi profesi.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum tujuan
mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi

2.2.1. Tujuan kode etik

Tujuan dari kode etik adalah pelaku profesi tersebut dapat menjalankan tugas dan
kewajiban serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai jasa profesi tersebut.
Adanya kode etik akan melindungi perbuatan-perbuatan yang tidak professional.

Dalam konteks profesi, kode etik memiliki karakteristik antara lain :

a. Merupakan produk terapan, sebab dihasilkan berdasarkan penerapan etis atas suatu
profesi tertentu.

b. Kode etik dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi (Iptek).

c. Kode etik tidak akan berlaku efektif bila keberadaannya di-dropbegitu saja dari atas
sebab tidak akan dijiwai oleh cita-cita dan nilai yang hidup dalam kalangan profesi
sendiri.

d. Kode etik harus merupakan self-regulation(pengaturan diri) dari profesi itu sendiri yang
prinsipnya tidak dapat dipaksakan dari luar.

e. Tujuan utama dirumuskannya kode etik adalah mencegah perilaku yang tidak etis.
Jadi, paling tidak ada tiga maksud yang terkandung dalam pembentukan kode etik,
yakni :

(i) menjaga dan meningkatkan kualitas moral;


(ii) menjaga dan meningkatkan kualitas keterampilan teknis; dan
(iii) melindungi kesejahteraan materiil para pengemban profesi. Kesemua maksud
tersebut tergantung pada prasyarat utama, yaitu menimbulkan kepatuhan bagi yang
terikat oleh kode etik tersebut.

1.2.2. Penyebab Pelanggaran Kode Etik Profesi


Ada beberapa hal yang penyebab pelanggaran kode etik yang biasanya terjadi di
lingkungan kita, antara lain :

A. Pengaruh jabatan

Misalnya yang melakukan pelanggaran kode etik profesi itu adalah pimpinan atau
orang yang memiliki kekuasaan yang tinggi pada profesi tersebut, maka bisa jadi orang
lain yang posisi dan kedudukannya berada di bawah orang tersebut, akan enggan untuk
melaporkan kepada pihak yang berwenang memberikan sangsi, karena kekhawatiran
akan berpengaruh kepada jabatan dan posisinya pada profesi tersebut.

B. Pengaruh masih lemahnya penegakan hukum di Indonesia, sehingga menyebabkan


pelaku pelanggaran kode etik profesi tidak merasa khawatir melakukan pelanggaran.

C. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat.

D. Organisasi profesi tidak dilengkapi denga sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan.

E. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena


buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak profesi sendiri

F. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk menjaga
martabat luhur profesinya.

G. Pengaruh sifat kekeluargaan

Misalnya, yang melakukan pelanggaran adalah keluarga atau dekat hubungan


kekerabatannya dengan pihak yang berwenang memberikan sangsi terhadap
pelanggaran kode etik pada suatu profesi, maka ia akan cendrung untuk tidak
memberikan sangsi kepada kerabatnya yang telah melakukan pelanggaran kode etik
tersebut.

1.2.3. Macam-macam kode etik Profesi bidang Teknologi Informasi


a. Kode etik seorang professional TI / IT
Dalam lingkup TI, kode etik profesinya memuat kajian ilmiah mengenai prinsip atau
norma-norma dalam kaitan dengan hubungan antara professional atau developer TI
dengan klien, antara para professional sendiri, antara organisasi profesi serta
organisasi profesi dengan pemerintah. Salaha satu bentuk hubungan seorang
professional dengan klien (pengguna jasa) misalnya pembuatan sebuah program
aplikasi.
Seorang professional tidak dapat membuat program semaunya, ada beberapa hal yang
harus ia perhatikan seperti untuk apa program tersebut nantinya digunakan oleh
klienya atau user; ia dapat menjamin keamanan (sequrity) system kerja program
aplikasi tersebut dari pihak-pihak yang dapat mengacaukan system kerjanya (misalnya
: hacker, cracker, dll).
b. Kode etik seorang programmer
Adapun kode etik yang diharapkan bagi para programmer adalah:
1. Seorang programmer tidak boleh membuat atau mendistribusikan Malware
2. Seorang programmer tidak boleh menulis kode yang sulit diikuti dengan sengaja
3. Seorang programmer tidak boleh menulis dokumentasi yang dengan sengaja untuk
membingungkan atau tidak akurat
4. Seorang programmer tidak boleh menggunakan ulang kode dengan hak cipta kecuali
telah membeli atau meminta ijin, dll.

Contoh Kasus Pelanggaran Kode Etik Profesi

Pelanggaran Kode Etik IT

Faktor penyebab pelanggaran kode etik profesi IT adalah makin merebaknya


penggunaan internet. Jaringan luas komputer tanpa disadari para pemiliknya di sewakan
kepada spammer (penyebar email komersial) froudster (pencipta situs tipuan), dan
penyabot digital. Contohnya di Bandung banyak warnet yang menjadi sarang kejahatan
komputer. Faktor lain yang menjadi pemicu adalah makin merebaknya intelektual yang
tidak beretika.

Faktor penyebab pelanggaran kode etik profesi IT

1. Tidak berjalannya kontrol dan pengawasan dari masyarakat


2. Organisasi profesi tidak di lengkapi dengan sarana dan mekanisme bagi masyarakat
untuk menyampaikan keluhan
3. Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik profesi, karena
buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak prepesi sendiri
4. belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi IT untuk
menjaga martabat luhur profesinya
5. tidak adanya kesadaran etis da moralitas diantara para pengemban profesi TI untuk
menjaga martabat luhur profesinya.

Soal latihan:

1. Fungsi pokok organisasi profesi dalam kerangka peningkatan profesionalisme


sebuah profesi adalah?
2. Apa saja yang menyebabkan orang berlaku tidak etis dalam suatu perusahaan?
3. Jelaskan ciri organisasi Profesi

4. Jelaskan dengan contoh pelanggaran kode etik profesi beserta faktor penyebabnya

ssSssssSsoalS (Controlling)Fungsijemen, perencan

SS

Anda mungkin juga menyukai