Untuk itu disusunlah laporan akhir Konsultan Milenial Bupati Magelang Bidang
Pariwisata sebagai tawaran solusi percepatan pembangunan pariwisata di Kabupaten
Magelang melalui koordinasi, sinkronisasi program, diseminasi , serta penyusunan
kajian permasalahan maupun strategi pengembangan pariwisata sesuai Visi dan Misi
Kabupaten Magelang pada RPJMD Tahun 2019-2024.
Bidang Pariwisata
i
DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN MAGELANG
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR TABEL...................................................................................................iv
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG..................................................................................1
B. MAKSUD DAN TUJUAN...........................................................................3
C. SASARAN....................................................................................................5
D. RUANG LINGKUP......................................................................................5
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN...............................................................5
BAB II......................................................................................................................7
LANDASAN TEORI...............................................................................................7
A. KAJIAN TEORI...........................................................................................7
B. STUDI TERDAHULU...............................................................................18
C. SINTESA TEORI.......................................................................................18
BAB III..................................................................................................................20
METODOLOGI.....................................................................................................20
A. KERANGKA BERPIKIR...........................................................................20
B. METODE PENGUMPULAN DATA.........................................................20
C. METODE ANALISA.................................................................................22
BAB IV..................................................................................................................24
TINJAUAN UMUM..............................................................................................24
PEMBAHASAN....................................................................................................28
A. PEMBAHASAN.........................................................................................28
B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS.................33
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53
ii
DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN MAGELANG
DAFTAR GAMBAR
iii
DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN MAGELANG
DAFTAR TABEL
iv
DINAS PARIWISATA, PEMUDA DAN OLAHRAGA
KABUPATEN MAGELANG
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kabupaten Magelang adalah sebuah Kabupaten yang berada di Provinsi
Jawa Tengah. Ibu kota Kabupaten ini adalah Kota Mungkid. Pada tahun 2020
menurut BPS, luas wilayah Kabupaten Magelang mencapai 108.573 hektar
atau 3,34% dari luas Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini terdapat 21
Kecamatan, 5 Kelurahan dan 367 Desa dengan jumlah penduduk 1.363.290
jiwa menurut data BPS tahun 2021. Dengan wilayah yang cukup luas dan
penduduk yang padat, maka Kabupaten Magelang mempunyai banyak
keindahan alam mulai dari dataran tinggi hingga dataran rendah.
Wilayah Kabupaten Magelang menjadi sangat istimewa karena terdapat
diantara 5 gunung besar di Jawa Tengah diantaranya ada Gunung Sumbing,
Gunung Merbabu, Gunung Merapi, Gunung Andong dan Pegunungan
Menoreh. Hal itu membuat setiap sudut Kabupaten Magelang memiliki
keunikan dan keindahan yang memunculkan potensi pariwisata. Oleh itu,
Kabupaten Magelang sangat fokus dalam memanfaatkan potensi ini untuk
kegiatan pariwisata yang nantinya dapat mendukung kesejahteraan
masyarakat melalui sektor wisata.
Pariwisata merupakan industri yang tidak bisa dihindari oleh siapapun.
Dengan adanya kemampuan serta keberhasilan yang telah dicapai oleh
seseorang menjadikan pariwisata sebagai hal yang wajib atau gaya hidup
masa kini. Setiap negara memberikan perhatian khusus terhadap industri
tersebut salah satu faktor pendorong ialah dengan adanya pariwisata bisa
memberikan dampak signifikan terhadap pertumbuhan suatu negara
khususnya dalam pertumbuhan ekonomi, serta pariwisata menjadikan sebagai
industri jasa yang menyokong terhadap pertumbuhan perekonomian negara.
Termuat dalam Visi Kabupaten Magelang adalah rumusan umum
mengenai perencanaan pembangunan daerah yang bertujuan untuk
meningkatkan daya saing ekonomi daerah melalui sektor pariwisata dengan
arah kebijakan untuk meningkatkan kuantitas atraksi pariwisata, kualitas
atraksi pariwisata, pengembangan Pertanian, Pariwisata dan UKM yang
menjadi kolaborasi lini untuk mewujudkan sustainable dalam pertumbuhan
ekonomi daerah.
1
Kabupaten Magelang termasuk menjadi salah satu sasaran lokasi
pelaksanaan Major Project untuk penyelesaian Kawasan pariwisata prioritas
yaitu Kawasan Strategis Pariwisata Nasional Borobudur. Dalam perubahan
RPJMD yang sedang dilakukan, Perpres Nomor 79 Tahun 2019 tentang
Percepatan Pembangunan Ekonomi Kawasan Kendal-Semarang-Salatiga-
Demak-Grobogan, Kawasan Purworejo-Wonosobo-Magelang-Temanggung,
dan Kawasan Brebes-Tegal-Pemalang, menjadi bagian dari materi Perubahan
RPJMD.
Pariwisata merupakan sektor unggulan dalam pembangunan daerah,
selain sebagai penggerak kegiatan ekonomi perkotaan, pariwisata merupakan
salah satu sumber pendapatan daerah. Arahan pemerintah dalam
perkembangan industri pariwisata kedepannya ialah pariwisata yang
berkelanjutan serta berbasis digital yang sangat membutuhkan keterlibatan
generasi muda. Strategi perkembangan industri pariwisata 4.0 di Indonesia
melalui 5 fase yaitu dream (berandai untuk bisa berwisata), planning
(merencanakan apa yang akan dilakukan disana), booking (memesan
pelayanan wisata), experience (menikmati liburan), sharing (upload ke sosial
media).
Generasi Milenial punya peran penting dalam peningkatan serta
pengembangan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif. Salah satunya adalah
membantu program utama dalam menghadirkan pariwisata berkelanjutan,
yang lebih berkualitas sehingga memberikan dampak yang besar bagi
masyarakat.
Pariwisata digital adalah inovasi yang baru dengan memanfaatkan
teknologi untuk memasarkan pariwisata mulai dari kegiatan hingga produk
pariwisata yang dapat menjadi konsumsi wisatawan. Generasi milenial bisa
memaksimalkan peluang-peluang yang ada dan melihat kebutuhan apa yang
bisa diakomodir untuk saat ini.
Guna mewujudkan dan membangkitkan pariwisata yang unggul,
Pemerintah Kabupaten Magelang mengajak milenial untuk terjun langsung
dalam membantu percepatan pembangunan Kabupaten Magelang disektor
pariwisata dan ekonomi kreatif yang menyasar kaum muda sebagai Tenaga
Ahli Milenial Pariwisata Kabupaten Magelang.
Program Konsultan Milenial Perorangan Bidang Pariwisata diharapkan
dapat menyelesaikan masalah keterbatasan tenaga kerja sehingga dapat
meningkatkan produktivitas di Kabupaten Magelang. Dengan terbentuknya
Konsultan Milenial Perorangan Bidang Pariwisata diharapkan dapat
2
mempercepat dengan keterlibatan mulai tahap perencanaan, tahap pra studi
kelayakan hingga tahap pembangunan.
Berbagai isu-isu strategis yang terdapat di Kabupaten Magelang ialah
belum optimal terkait dengan pengembangan daya tarik wisata,
pengembangan SDM pariwisata dan pelayanan terpadu terhadap wisatawan.
Untuk itu inovasi yang diimplementasikan untuk mengatasi masalah tersebut
ialah diadakannya QR Code disetiap destinasi wisata untuk mengetahui
kekurangan dan kelebihan yang dinilai langsung oleh wisatawan, Bootcamp
Tourism untuk pengembangan SDM generasi milenial, lalu ada Magelang
Maps Tourism yang dihadirkan untuk meningkatkan pelayanan wisatawan
agar lebih mudah dan nyaman ketika berwisata di Kabupaten Magelang.
Untuk merealisasikan program tersebut maka Konsultan Milenial
Perorangan Bidang Pariwisata diharapkan dapat berkontribusi dan
mempercepat prosesnya agar segera dijalankan dan langsung berdampak
terhadap peningkatan jumlah wisatawan dan lama tinggal wisatawan di
Kabupaten Magelang.
3
e) Mengusulkan adanya pengadaan Qr Code untuk menjadi Lembaga
survey kepuasan masyarakat untuk terciptanya pembangunan
pariwisata yang terarah, linier dan sustainable untuk proses
pengembangan diberbagai bidang.
f) Terciptanya SDM Pariwisata yang kompeten dan dapat bersaing
melalui program bootcamp tourism dengan peserta pemuda-pemudi di
Kabupaten Magelang.
g) Menyusun formulasi pengembangan strategi, kebijakan, regulasi di
bidang pariwisata untuk mempercepat pembangunan prioritas
Pariwisata.
2. Tujuan :
a) Memperkuat fungsi dan implementasi untuk kegiatan percepatan
pembangunan dibidang Pariwisata di Kabupaten Magelang yang
belum dapat diselesaikan pada tahun 2022
b) Terlaksananya Rencana Aksi percepatan pembangunan prioritas
Pariwisata dan memastikan terlaksananya Rencana Aksi oleh
pemangku kepentingan.
c) Melakukan pengamatan terkait dengan fenomena pariwisata yang
terjadi akhir-akhir ini, pola kehidupan berwisata hingga potensi yang
dapat dikembangkan, yang dilanjutkan dengan mengevaluasi,
menganalisis dan mengolah data serta informasi yang telah
dikumpulkan secara sistematik.
d) Berjalannya pengelolaan untuk monitoring program-program
pembangunan Pariwisata yang terintegrasi dengan penanggung jawab
program Pariwisata dalam hal ini Dinas Pariwisata Kepemudaan dan
Olahraga Kabupaten Magelang.
e) Melakukan kajian ilmiah melalui literatur-literatur, observasi
lapangan, wawancara maupun diskusi dengan para penggiat wisata dan
organisasi pariwisata dalam rangka memperoleh data-data yang
mampu memberikan inspirasi, ide, gagasan terhadap pengembangan
pariwisata
f) Melaksanakan penyusunan laporan yang disertai dengan buku laporan
perbulan terhadap kinerja Program Konsultan Milenial Perorangan
Bidang Pariwisata Tahun 2023.
g) Konsultan Milenial Perorangan Bidang Pariwisata Tahun 2023,
diharapkan dapat meningkatkan koordinasi dan kinerja instansi terkait
serta memberikan arahan terkait setelah Pra Studi Kelayakan
4
memenuhi standart kualitas program pembangunan Pariwisata yang
ada.
C. SASARAN
Sasaran dari merumuskan inovasi untuk pengembangan sektor
pariwisata Kabupaten Magelang dalam mempercepat pembangunan
kepariwisataan dan menyiapkan Kabupaten Magelang sebagai daerah tujuan
wisata yang bersaing dan maju sebagai berikut :
a) Terciptanya SDM Pariwisata yang kompeten dan dapat bersaing melalui
program bootcamp tourism dengan peserta pemuda-pemudi di
Kabupaten Magelang yang dapat membawa daerah menjadi pusat
pariwisata di Jawa Tengah hingga nasional.
b) Terciptanya sistem informasi pariwisata yang modern, lengkap dan
memanfaatkan digitalisasi yang dapat meningkatkan kunjungan wisata
ke Kabupaten Magelang.
c) Terciptanya sistem untuk membantu pemerintah daerah guna
mendapatkan survey kepuasan masyarakat dengan jelas dan akurat.
d) Terciptanya branding Kabupaten Magelang yang dapat menjadi ujung
tombak promosi Kabupaten Magelang.
D. RUANG LINGKUP
1. Spasial
Penerapan program inovasi ini mengakomodir pemuda atau milenial dalam
lingkup wilayah Kabupaten Magelang, yang meliputi;
a. Pelajar/Mahasiswa
b. Pelaku Wisata
c. Organisasi Kepemudaan
d. Komunitas Kepariwisataan
2. Substansi
Ruang lingkup secara substansial yang akan dikaji adalah penyusunan
program inovasi yang mengakomodir isu-isu strategis seperti
pengembangan pariwisata berbasis masyarakat, branding daerah sebagai
ujung tombak promosi, sistem pendukung program kepariwisataan daerah,
digitalisasi pariwisata.
E. SISTEMATIKA PEMBAHASAN
BAB I. PENDAHULUAN
BAB ini berisi tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan
dan kegunaan, sistematika pembahasan.
5
BAB II. TINJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI
Memuat uraian tentang tinjauan pustaka terdahulu dan kerangka teori
relevan dan terkait dengan tema skripsi.
BAB III. METODE PENELITIAN
Memuat secara rinci metode penelitian penelitian yang digunakan
peneliti beserta justifikasi/alasannya, jenis penelitian, desain, lokasi, populasi
dan sampel, metode pengumpulan data, definisi konsep dan variable, serta
analisis data yang digunakan.
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi : (1) Hasil Penelitian, klasifikasi bahasan disesuaikan dengan
pendekatan, sifat penelitian, dan rumusan masalah atau fo n kus penelitiannya,
(2) Pembahasan, Sub bahasan (1) dan (2) dapat digabung menjadi satu
kesatuan, atau dipisah menjadi sub bahasan tersendiri.
BAB V. PENUTUP
Bab terakhir berisi kesimpulan, saran-saran atau rekomendasi.
Kesimpulan menyajikan secara ringkas seluruh penemuan penelitian yang ada
hubungannya dengan maslah penelitian. Kesimpulan diperoleh berdasarkan
hasil analisis dan interpretasi data yang telah diuraikan pada bab-bab
sebelumnya.
Saran-saran dirumuskan berdasarkan hasil penelitian, berisi uraian
mengenai langkah-kangkah apa yang perlu diambil oleh pihak-pihak terkait
dengan hasil penelitian yang bersangkutan. Saran diarahkan pada dua hal,
yaitu:
1) Saran dalam usaha memperluas hasil penelitian, misalnya
disarankan perlunya diadakan penelitian lanjutan.
2) Saran untuk menentukan kebijakan di bidang-bidang terkait dengan
masalah atau fokus penelitian.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Pariwisata
Suwantoro (2004) mendefinisikan istilah pariwisata, yaitu suatu
perubahan tempat tinggal sementara seseorang diluar tempat tinggalnya
karena suatu alas an dan bukan untuk melakukan kegiata yang
menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perjalanan
yang dilakukan oleh seseorang atau lebih dengan tujuan antara lain untuk
mendapatkan kenikmatan dan memenuhi hasrat ingin mengetahui sesuatu.
Dapat juga karena kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan
olahraga untuk kesehatan, konvensi, keagamaan, dan keperluan usaha
lainya. Potensi wisata adalah semua objek (alam, budaya, buatan) yang
memerlukan banyak penanganan agar dapat memberikan nilai daya Tarik
bagi wisatawan.
Istilah Pariwisata berhubungan erat dengan pengertian perjalanan
wisata, yaitu sebagai suatu perubahan tempat tinggal sementara seseorang
diluar tempat tinggalnya karena suatu alas an dan bukan merupakan
kegiatan yang menghasilkan upah. Dengan demikian dapat dikatakan
pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau
lebih dengan tujuan antara lain untuk mendapatkan kenikmatan dan
memenuhi Hasrat ingin mengetahui sesuatu. Dapat juga karena
kepentingan yang berhubungan dengan kegiatan olahraga untuk Kesehatan,
konvensi, keagamaan dan keperluan usaha yang lainya.
Kepariwisataan didefiniasikan sebagai keseluruhan kegiatan yang
terkait dengan pariwisata dan bersifat multidimensi serta multidisiplin yang
muncul sebagai wujud kebutuhan setiap orang dan negara serta interaksi
antara wisatawan dan masyarakat setempat, sesama wisatawan,
pemerintah, pemerintah daerah dan pengusaha yang tertuang dalam UU
No. 9 Tahun 1990 Kepariwisataan).
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung
berbagai fasilitas dan layanan yang disediakan oleh masyarakat,
pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah, statement ini terdapat pada
UU No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan. Istilah “pariwisata” konon
7
untuk pertama kali digunakan oleh Presiden Soekarno dalam suatu
percakapan sebagai pendanaan dari istilah asing tourism ”Arti pariwisata
ialah bahwa kalau semua kegiatan itu dianggap gagal”. Tanda adanya
wisatawan semua kegiatan pembangunnan hotel, persediaan anguktan dan
sebagainya itu tidak memiliki makna kepariwisataan.
Setiap usaha pariwisata yang ada, membutuhkan berbagai sarana
yang memadai untuk menunjang kebutuhan para wisatawan, yaitu salah
satunya adalah sarana akomodasi. Karena tanpa adanya sarana akomodasi
yang memadai, usaha pariwisata tidak dapat berjalan dengan baik dan
begitupun sebaliknya tanpa kegiatan pariwisata usaha akomodasi tidak
akan berjalan secara optimal. Diantara bermacam-macam bentuk jasa
pariwisata yang terpenting dan terlengkap ialah yang biasanya disebut
Hotel.
Keseluruhan kegiatan dunia usaha dan masyarakat yang ditujukan
untuk menata kebutuhan perjalanan dan persinggahan wisatawan. Menurut
Soekadji, terdapat 3 potensi kepariwisataan yaitu
a. Modal dan potensi alam
b. Modal dan potensi Kebudyaan
c. Modal dan potensi manusia
Melihat beberapa pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pariwisata merupakan kegiatan yang dilakukan orang atau kelompok
dengan melakukan perjalanan yang berpindah dari tempat tinggal ke
tempat lain dan tinggal dalam kurun waktu yang tidak lama dengan tujuan
bersenang-senang, bisnis, dan tujuan lainya. Kata kunci dari pengertian ini
adalah berpindah, melakukan perjalanan, bersenang-senang dan menetap
dalam kurun waktu yang tidak lama.
2. Wisata
Menurut Undang-undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan Bab 1 Pasal 1 dinyatakan bahwa wisata adalah kegiatan
perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan
mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi,
atau memperlajari keunikan daya tarik wisata yang dikunjungi dalam
jangka waktu sementara. Jadi pengertian wisata mengandung empat unsur
yaitu kegiatan perjalanan dilakukan secara sukarela, bersifat sementara,
perjalanan itu seluruhnya atau sebagian bertujuan untuk menikmati objek
dan daya tarik wisata, hal itu terbagi kedalam dua kategori, yaitu :
8
a) Wisata Alam, yang terdiri dari :
1. Wisata Pantai
2. Wisata Etnik
3. Wisata Cagar Alam
4. Wisata Buru
5. Wisata Agro
b) Wisata Sosial Budaya, yang terdiri dari :
1. Peninggalan sejarah kepurbakalaan dan monument, wisata ini
termasuk golongan budaya, monument nasional, Gedung
bersejarah, kota, desa, bangunan-bangunan keagamaan, serta
tempat-tempat bersejarah lainya seperti bekas pertempuran yang
merupakan daya tarik wisata utama dibanyak negara.
2. Museum dan fasilitas budaya lainya, merupakan wisata yang
berhubungan dengan aspek alam dan kebudayaan disuatu
kawasan atau daerah tertentu.
3. Wisatawan
Seseorang atau sekelompok orang yang melakukan suatu perjalanan
wisata disebut dengan wisatawan (tourist), jika lama tinggalnya sekurang-
kurangnya 24 jam didaerah atau negara yang dikunjungi dengan waktu
kurang dari 24 jam maka mereka disebut pelancong (excursionist). UIOTO
(The International Union of Travel Organization) menggunakan Batasan
mengenai wisatawan secara umum. Pengunjung (visitor), yaitu setiap orang
yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan
maksud apapun terkecuali utnuk melakukan pekerjaan yang menerima
upah.
Wisatawan adalah seseorang yang melakukan perjalanan paling tidak
sejauh 80km (50mil) dari rumahnya dengan tujuan rekreasi. Menurut
Nyoman, wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata atau
orang yang melakukan perjalanan untuk sementara waktu ke tempat atau
daerah yang sama sekali masih asing baginya. Menurut Yoeti jenis dan
macam wisatawan, yaitu:
a. Wisatawan asing
b. Domestic foreign tourist
c. Destic Tourist
d. Indigemeous Tourist
9
e. Transit Tourist
f. Bussines Tourist
Dari penjelasan tersebut, dapat dikatakan bahwa asal wisatawan yang
melakukan wisata di Indonesia terdapat dua kelompok, yaitu wisatawan
domestik dan wisatawan asing.
4. Kawasan Wisata
Menurut Nyoman kawasan wisata adalah sesuatu yang menarik dan
bernilai untuk dikunjungi dan dilihat atau sesuatu yang dapat menjadi daya
tarik bagi seseorang atau wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah
tujuan wisata.
Kawasan dan daya tarik wisata alam/OBTWA adalah segala sesuatu
yang menjadi sasaran wisata sedangkan kawasan wisata alam adalah suatu
kawasan yang mempunyai potensi menjadi bahan perhatian wisatawan
untuk dikembangkan menjadi tempat kunjungan wisatawan seperti zona
pemanfaatan TN, blok pemanfaatan wisata dan TAHURA, TWA, SM dan
TB. Kawasan daya tarik wisata menurut Undang-undang No.10 Tahun
2009 adalah segala sesuatu yang memiliki keunikan, keindahan, dan nilai
yang berupa keanekaragaman kekayaan alam, budaya dan hasil buatan
manusia yang menjadi sasaran atau tujuan kunjungan wisatawan.
5. Minat Wisatawan
Minat menurut Crow dan Crow dapat dipahami untuk menunjukan
kekuatan motif yang menyebabkan seseorang memberikan perhatian
kepada orang, benda, atau aktifitas tertentu. Minat menggambarkan alasan
mengapa seseorang lebih tertarik kepada benda, orang atau aktifitas
tertentu dibandingkan dengan yang lain. Minat juga dapat membantu
seseorang untuj memutuskan apakah ia kan melaksanakan aktifitas yang
akan ia lakukan. Minat merupakan penrnyataan psikis yang belum dapat
diamati secara langsung yang dapat diamati adalah dinamukanya atau
manifestasinya dalam perbuatan atau tingkah laku seseorang. Selanjutnya
menurut Crow dan Crow ada 3 faktor yang dapat mempengaruhi minat,
yaitu :
a. Faktor dorongan atau keinginan dari dalam (inner urges), yaitu
dorongan atau keinginan yang berasal dari dalam diri seseorang
terhadap sesuatu untuk menimbulkan minat tertentu. Termasuk
diantaranya berkaitan dengan faktor-faktor biologis yaitu faktor-
faktor yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan fisik yang
mendasar.
10
b. Faktor motif sosial (social motive), yaitu motif yang dikarenakan
adanya hasrat yang berhubungan dengan faktor dari diri
seseorang sehingga menimbulkan minat tertentu. Faktor ini
menimbulkan seseorang menaruh minat terhadap suatu aktifitas
agar dapat diterima dan diakui oleh lingkungan termasuk di
dalamnya faktor status sosial, harga diri, prestise dan sebagainya.
c. Faktor emosional (emotional motive), yaitu motif yang berkaitan
dengan perasaan dan emosi yang berupa dorongan-dorongan,
motif-motif, responrespon emosional dan pengalaman-
pengalaman yang diperoleh individu.
Untuk itu, adanya minat wisatawan maka ada pula pengembangan
atas suatu obyek daya tarik dari pariwisata adalah kategori atraksi wisata.
Wisata minat khusus adalah suatu bentuk perjalanan wisata dimana
wisatawan mengunjungi suatu tempat, karena memiliki minat atau tujuan
khusus mengenai suatu jenis obyek atau kegiatan yang dapat ditemui atau
dilakukan, dialokasi atau daerah tujuan wisata. Secara umum potensi obyek
wisata dan daya tarik wisata yang menjadi basis bagi pengembangan minat
khusus dapat berupa:
a. Aspek-aspek alam seperti flora, fauna, fisik geologi, vulkanologi,
hidrologi, hutan alam, atau taman nasional maupun kelautan. Atraksi
ini kemudian dikemas dalam bentuk wisata arung jeram, penjelajah
hutan, pengamatan burung, scuba diving, penjelajahan gua-gua alam,
berselancar, menyelam.
b. Wisatawan akan terlihat secara fisik, mental, dan emosional terhadapa
yang dikunjungi tersebut. Obyek dan daya tarik wisata budaya
meliputi budaya peninggalan sejarah, dan budaya kehidapuan
masyarakat. Atraksi budaya dikemas dalam bentuk wisata budaya
peninggalan sejarah, wisata pedesaan, wisata budaya eksotik, dan
sebagainya. Wisatawan akan berinteraksi langsung dalam kehidupan
budaya masyarakat.
c. Obyek rekreasi buatan, yang paling dominan adalah wisata
petualangan, terutama yang berbasis pada potensi obyek dan daya tarik
wisata alam Gamal Suwantoro (2004) menjelaskan beberapa motif
alasan banyaknya wisatawan datang berkunjung sebagai berikut :
1) Dorongan kebutuhan untuk berlibur dan berekreasi
2) Dorongan kebutuhan pendidikan dan penelitian,
3) Dorongan kebutuhan keagamaan,
11
4) Dorongan kebutuhan kesehatan,
5) Dorongan atas minat terhadap kebudayaan dan kesenian,
6) Dorongan kepentingan keamanan,
7) Dorongan kepentingan hubungan keluarga,
8) Dorongan Kepentingan politik
Dari definisi-definisi minat di atas, maka penulis dapat menarik
kesimpulan bahwa minat wisatawan adalah motivasi atau faktor yang
menjadi pendorong sesorang melakukan perjalanan wisata ke suatu obyek
wisata yang menurutnya akan memberikan rasa suka, senang, gembira dan
puas.
6. Fasilitas Wisata
Fasilitas menurut kamus besar bahasa Indonesia, 2002 adalah sesuatu
yang dapat membantu memudahkan sesuatu. Fasilitas bisa pula dianggap
sebagai suatu alat. Fasilitas biasanya dihubungkan dengan
pemenuhanumum yang terdapat dalam seuatu perusahaan-perusahaan
ataupun organisasi tertentu. Fsailitas wisata merupakan sarana yang
bertujuan untuk melayani dan mempermudah kegiatan atau aktivitas
pengunjungan/wisatawan yang dilakukannya untuk mendapat pengalaman
rekreasi, Marpaung (2002). Fasilitas yang diberikan kepada wiasatawan
tidak hanya dalam bentuk berwujud (tangible) tetapi juga dalam bentuk
jasa pelayanan (intangiable) yang diberikan oleh para karyawan diobyek
wisata. Menurut Lawson dan Baud-Bovy dalam bukunya tourism and
recreation handbook of planning and design (1997) membagi fasilitas
kedalam 2 jenis yaitu :
a. Fasilitas dasar untuk semua jenis resort atau komplek rekreasi
dimanapun berada, yang memberikan pelayanan kepada wisatawan
secara umum seperti akomodasi, makanan dan minuman, hiburan,
bersantai dan juga infrastruktur dasar untuk pengelolaan sebuah ibjek
wisata.
b. Fasilitas khusus sesuai dengan karakteristik yang tersedia yang
menunjukan karakter alamiah sebuah obyek wisata. Obyek wisata
pantai, gunung, spa, dan objek wisata dengan tema lainnya
memerlukan fasilitas khusus yang berbeda. Lawson dan Boud-Bovy
(1997) juga membagi fasilitas pendukung wisata ke dalam enam jenis,
yaitu :
1) Akomodasi (hotel, motel, cottage, apartemen dan lain-lain)
12
2) Makan dan minuman (restoran, coffe shop, snack bar, dan lain-
lain)
3) Sanitasi
4) Aksesbilitas (jalan akses, setapak, pintu masuk atau gerbang
utama dan tempat parkir)
5) Fasilitas aktif yaitu fasilitas yang dijadikan sebagai salah satu
penunjang kegiatan wisata yang dapat dilakukan oleh wisatawan.
6) Fasilitas lainnya seperti kantor administrasi, pos keamanan, pos
penjaga dan lain-lain.
7. Standar Fasilitas Wisata
Menurut Roger A Lancaster (1983) dalam buku standarisasi fasilitas
mengemukakan mengenai pengertian standar fasilitas adalah sebagai
jumlah fasilitas rekreasi dalam segala kelengkapannya, yang perlu
disediakan bagi kebutuhan masyarakat untuk berbagai macam aktivitas
rekreasi. Lancaster juga menyebutkan beberapa persyaratan yang menjadi
dasar panduan dalam pengembangan standart fasilitas wisata, diantaranya :
a. Standar harus realistis dan mudah dicapai : menetapkan standar yang
terlalu muluk dengan cara yang sulit dicapai dan teknologi yang belum
bisa di terapkan di suatu daerah mengakibatkan standar tersebut hanya
akan menjadi bahan yang menghiasi laporan studi namun tidak dapat
di impelmentasikan.
b. Standar harus dapat diterima dan berguna bagi pengguna maupun
pengambilan keputusan : standar yang baik artinya harus menjadi
pegangan bersama baik perencanaan maupun pelaksanaan, sehingga
suatu standar tidak akan menjadi benda mati yang kadang kala menjadi
beban pagi pengguna.
c. Standar harus didasarkan pada Analisa yang sesuai berdasarkan
informasi terbaik yang dapat diperoleh : sudah barang tentu
ketersesiaan informasi bagi analisis penentuan penetapan suatu standar
bagi fasilitas wisata yang akan dibangun salah satu syarat yang sulit
dikarenakan data dan infomasi yang terbiak kadang kala menjadi
beban dalam proses perencanaan.
Standar fasilitas dapat pula digunakan sebagai alat untuk mengukur
efektivitas dan penciptaan pengalaman rekreasi pada beberapa atraksi
wisata yang sejenis atau dapat pula di gunakan untuk membangun
keseimabangan antara pembangunan yang di prakarsai oleh swasta maupun
pemerintah. Oleh karena tidak ada satupun atraksi wisata yang akan
13
memiliki standar fasilitas yang sama. maka dalam menentukan standar
fasilitas suatu objek perlu terlebih dahulu memperhatikan beberapa hal di
bawah ini :
a. Tema dasar dari objek wisata ini akan sangat bergantung kepada
aktivitas yang akan berkembang di objek ini.
b. Tingkat perkembangan, apakah objek wisata ini telah berkembang atau
belum berpotensi atau tidak. Kondisi ini akan mempengaruhi langkah
penentuan arah dalam penetapan standar fasilitas yang dibutuhkan.
c. Atraksi dan pola aktivitas, setelah ditentukan tema dasar maka akan
teridentifikasi atrakasi dan pola aktivitas apa saja yang dapat
dikembangkan di objek wisata tersebut.
8. Pengembangan Kawasan Wisata
Berdasarkan peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 20 Tahun
2005 pasal 1 ayat 3 tentang pengembangan adalah kegiatan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori
ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan
fungsi, manfaat dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah
ada atau menghasilkan teknologi baru.
Pengertian pengembangan menurut Damantik dan Weber (2006)
merupakan segala sesuatu hal mengenai kegiatan dan usaha yang
terkoordinasi untuk menarik wisatawan, menyediakan semua sarana dan
prasarana, barang dan jasa serta semua fasilitas yang diperlukan guna
melayani kebutuhan wisatawan. Segala kegiatan dan perkembangan
pariwisata meliputi segi-segi yang amat luas dan menyangkut berbagai segi
kehidupan dalam masyarakat, mulai dari kegiatan angkutan, akomodasi,
atraksi wisata, makanan dan minuman, cinderamata, suasana kenyamanan
serta pelayanan yang diberikan terhadap wisatawan itu sendiri.
Pengembangan suatu daerah tujuan wisata sangat bergantung pada
tiga faktor utama yaitu atrakasi, aksesbilitas, dan amenitas. Atraksi wisata
adalah segala sesuatu yang dapat di lihat atau disaksikan melalui
pertunjukan yang khusus diselanggarakan untuk para wisatawan. Amenitas
yaitu tersedianya fasilitasfasilitas seperti penginapan, restoran, hiburan,
transportasi lokal yang memungkinkan wisatawan untuk dapat bepergian
ditempat itu serta alat komunikasi yang dapat menunjang kepuasan para
wisatawan.
Aksesbilitas sangat berperan penting, untuk menjangkau suatu obyek
wisata diperlukan suatu system transportasi yang dapat mendukung
14
keberadaan suatu objek dan daya tarik wisata tersebut dan juga
memberikan kemudahan bagi para wisatawan yang hendak mengunjungi
ibjek wisata tersebut (Damanik dan Weber, 2006:11).
Sejumlah faktor yang perlu diperhatikan dalam pengembangan
pariwisata antara lain adalah pihak swasta, peran serta masyarakat dan
promosi bagi objek wisata lainnya. Peran serta pihak swasta di dalam
sektor pariwisata yaitu didalam meningkatkan investasi promosi dan
pemasaran. Peran serta masyarakat untuk dapat mengelola infrastruktur
yang memadai juga merupakan salah satu pendukung yang sangat penting
dalam rangka mendukung fungsi sarana sarana dan prasarana wisata.
9. Konsep Pengembangan Pariwisata
Menurut Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang program
pembangunan nasional, maka tujuan pembangunan pariwisata adalah :
a. Mengembangkan dan memperluas diversifikasi produk dan kualitas
pariwisata nasional.
b. Berbasis pemberdayaan masyarakat, kesenian dan sumber daya
(pesona) alam lokal dengan memerhatikan kelestarian seni dan budaya
tradisional serta kelestarian lingkungan hidup setempat.
c. Mengembangkan serta memperluas pasar pariwisata terutama pasar
luar negri.
Pada dasarnya pengembangan pariwisata adalah suatu proses yang
berkesinambungan untuk melakukan matching dan adjusment yang terus
menerus antara sisi supply dan demand kepariwisataan yang tersedia untuk
mencapai misi yang telah ditentukan (Nuryanti, 1994).
Sedangkan pengembangan potensi pariwisata mengandung makna
upaya untuk lebih meningkatkan sumber daya yang dimiliki oleh suatu
objek wisata dengan cara melakukan pembangunan unsur-unsur fisik
maupun non fisik dari unsur pariwisata sehingga meningkatkan
produktivitas, dalam hal yang dimaksud produktivitas objek wisata berupa
meningkatnya pendapatan daerah yang diperoleh dari kunjungan wisata
yang masuk.
Disamping itu untuk dapat melakukan pengembangan perlu
memperhatikan berbagai aspek, suatu kawasan wisata yang akan
dikembangkan harus diperhtian. Unsur pokok yang dapat menunjang
pengembangan pariwisata di daerah tujuan wisata yang menyangkut
perencanaan, pelaksanaan pembangunan dan pengembangnya meliputi:
a. Atraksi
15
Atraksi merupakan pusat dari industry pariwisata. Atraksi timbul
dari keadaan alam, obyek buatan manusia ataupun unsur-unsur dari
perisiwa budaya.
b. Amenitas
Fasilitas ini maksudnya memberikan pelayanan dan menyediakan
sarana yang dibutuhkan para wisatawan. Fasilitas dan pelayanan yang
harus disediakan meliputi fasilitas pelayanan jasa kebutuhan sehari-hari,
untuk menginap, tempat makan dan minum, keamanan dan lain
sebagainya yang menyangkut kebutuhan wisatawan. Satu hal yang harus
diperhatikan dalam kaitannya dengan menginap, sebaiknya konsep
penginapan tersebut disesuaikan dengan budaya setempat sehingga para
wiatawan dapat benar-benar menikmati kehidupan dan budaya setempat.
c. Aksesibilitas
Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai untuk bergerak
dari satu tempat ke tempat lain dari satu wilayah. Dalam kegiatan
pariwisata hanya mungkin berkembang dengan tekhnologi modern
khusnya di bidang transportasi dan komunikasi. Transportasi ini sangat
penting guna membantu para wisatawan, mengantar dari tempat asal
atau tempat penginapan ke obyek wisata. Namun pengguna transportasi
ini tergantung kepada jarak dan kebutuhan komunikasi anatara tempat
dimulainya suatu kunjungan ke obyek wisata yang akan dikunjungi.
d. Infrastruktur
Infrastruktur adalah situasi yang mendukung fungsi faslitas
pelayanan, baik berupa system pengaturan maupun bangunan fisik
diatas permukaan tanah maupun dibawah tanah. Penyediaan
infrastruktur tersebut meliputi saluran air bersih, pembangunan sarana
transportasi seperti jalan dan terminal, penyedian penerangan listrik,
system komunikasi dan juga saluran pembuangan limbah.
e. Akomodasi
Penyediaan akomodasi atau tempat menginap merupakan salah satu
sarana penting bagi para wisatawan. Akomodasi merupakan rumah
kedua bagi para wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata dengan
tujuan menginap. Fasilitas akomodasi menjadi kebutuhan yang sangat
penting bagi keberadaan suatu obyek wisata.
10. Daya Tarik Wisata
16
Daya tarik wisata sejatinya merupakam kata lain dari obyek wisata
namun sesuai peraturan pemerintah Indonesia tahun 2009 kata obyek
wisata sudah tidak relevan lagi untuk menyebutkan suatu daerah tujuan
wisatawan maka digunakanlah “Daya Tarik Wisata” maka untuk
mengetahui apa arti dan makna dari daya tarik wisata di bawah ini adalah
beberapa definisi/pengertian mengenai DayaTarik Wisata menurut
beberapa ahli :
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 10 tahun 2009,
Daya Tarik Wisata dijelaskan sebagai segala sesuatu yang memiliki
keunikan, kemudahan, dan nilai yang berupa keanekaragaman kekayaan
alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang menjadi sasaran atau
kunjungan wisatawan.
A. Yoeti dalam bukunya “Pengantar Ilmu Pariwisata” tahun 1985
menyatakan bahwa daya tarik wisata atau “tourist attraction”, istilah yang
lebih sering digunakan, yaitu segala sesuatu yang menjadi daya tarik bagi
orang untuk mengunjungi suatu daerah tertentu
Nyoman S. Pendit dalam bukunya “ Ilmu Pariwisata” tahun 1994
mendefiniskan daya tarik wisata sebagai segala sesuatu yang menarik dan
bernilai untuk dikunjungi dan dilihat.
Dari beberapa pengertian diatas maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Daya tarik wisata adalah segala sesuatu yang mempunyai daya
tarik, keunikan dan nilai yang tinggi, yang menjadi tujuan wisatawan
datang ke suatu daerah tertentu. Suatu daerah untuk menjadi DTW (Daerah
Tujuan Wisata) yang baik harus dikembangkan 3 (tiga) hal agar daerah itu
menarik untuk dikunjungi, yaitu :
a) Adanya something to see yang artinya sesuatu yang menarik untuk
dilihat
b) Adanya something to buy dengan maksud sesuatu yang menarik dan
khas untuk dibeli
c) Adanya something to do dengan maksud sesuatu aktivitas yang dapat
dilakukan di tempat itu
Ketiga hal di atas merupakan unsur-unsur yang kuat untuk daerah
tujuan wisata sedangkan untuk pengembangan suatu daerah tujuan wisata
harus ada beberapa hal yang harus diperhatikan, antara lain: Harus mampu
bersaing dengan obyek wisata yang ada dan serupa dengan objek wisata di
tempat lain. Harus tetap, tidak berubah dan tidak berpindah-pindah kecuali
dari bidang pembangunan dan pengembangan.
17
11. Anjungan Cerdas
Anjungan Cerdas adalah kawasan dengan batas tertentu dalam
backbone WPS yang terletak di pinggir jalan nasional yang ditetapkan
untuk menyelenggarakan fungsi pelayanan kepada pengguna jalan,
pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal, dan bagian dari Inkubasi
kawasan. Anjungan Cerdas juga merupakan tempat singgah strategis
pinggir jalan nasional yang dikembangkan untuk tidak hanya melayani
kebutuhan para pengguna jalan, tetapi juga sebagai wadah kegiatan
ekonomi dan penjualan produk produk lokal yang dilengkapi dengan
fungsi informasi pengembangan wilayah, promosi, dan edukasi bagi
masyarakat dan pengguna jalan. Konsep Anjungan Cerdas sendiri diadopsi
dari konsep Michino-Eki di Jepang.
12. Memperbanyak Kalender Event Pariwisata Kabupaten Magelang
Event Promosi Pariwisata di Kabupaten Magelang masih terbilang
minim, sebenarnya apabila event promosi pariwisata ini terus dilakukan,
maka jumlah kunjungan wisata dan minat wisatawan untuk datang ke
Kabupaten Magelang itu akan lebih besar sehingga perputaran roda
ekonomi akan bertambah dan masyarakat dari kalahan bawah hingga
menengah yang notabenya adalah UMKM dapat terbantu pendapatannya,
sehingga kesejahteraan masyarakat dapat terbantu karena perputaran
ekonomi yang sangat besar melalui event-event Pariwisata Kabupaten
Magelang.
Beberapa contoh event besar yang dapat berpengaruh terhadap
jumlah kunjungan wisata antara lain Ketep Summit Fest yang dapat
mendatangkan ribuan pengunjung sehingga daerah obyek wisata ketep pass
mendapatkan manfaat atas meningkatnya kunjungan wisata seperti Negeri
Khayangan, Petik Stroberry, Top Selfie dan macam sebagainya. Hal ini
dapat menjadi pertimbangan bahwa event pariwisata itu sangat membantu
dalam meningkatkan jumlah kunjungan wisata dan lama tingga wisatawan.
B. STUDI TERDAHULU
Pembangunan Kepariwisataan Daerah merupakan pedoman utama
pembangunan kepariwisataan daerah yang memberikan kebijakan, strategi
dan program yang perlu dilakukan oleh para pemangku kepentingan terkait
untuk mencapai visi, misi, dan tujuan pembangunan kepariwisataan.
Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Daerah mencakup aspek
pembangunan destinasi pariwisata, pembangunan industri pariwisata,
18
pembangunan pemasaran pariwisata dan pembangunan kelembagaan
kepariwisataan.
C. SINTESA TEORI
Pariwisata menjadi sektor unggulan dalam menentukan sebuah
perkembangan suatu daerah karena dalam sektor ini dapat mengangkat sektor-
sektor lain menjadi lebih hidup kembali. Maka dari itu Kabupaten Magelang
ikut terfokuskan dalam mengembangkan pariwisata untuk mendukung
kemandirian ekonomi masyarakat dan kesejahteraan masyarakat agar
merasakan indahnya Kabupaten Magelang seperti keindahan alam yang tiada
batasnya.
Dalam hal ini pemerintah fokus mengembagkan pariwisata mulai dari
SDM pariwisata hingga system pelayanan yang membuat wisatawan betah
untuk tinggal berlama-lama di Kabupaten Magelang seperti yang sudah
menjadi cita-cita daerah yaitu meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan dan
lama tinggal wisatawan untuk menikmati Kabupaten Magelang.
Beberapa program seperti pengadaan penialian pengunjung terhadap suatu
destinasi, pelatihan secara intens dengan tujuan untuk memunculkan SDM
pariwisata yang berkualitas, dan membuat sistem pelayanan seperti maps
tourism untuk memudahkan para wisatawan datang ke Kabupaten Magelang.
19
BAB III
METODOLOGI
A. KERANGKA BERPIKIR
20
sistematis tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan
b. Wawancara
c. Benchmarking
dengan kompetitor lain yang bergerak pada bidang yang sama, agar
performa pada layanan, proses atau produk dari kempetitor lain yang
21
2. Teknik Pengolahan Data
a. Reduksi Data
yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang
b. Penyajian Data.
dapat dilakukan dalam bentuk tabel, grafik, pie chard, pictogram dan
c. Triangulasi
22
C. METODE ANALISA
Analisis data adalah proses penyederhanaan data kedalam bentuk Analisa
yang mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisa data merupakan upaya
mencari dan menata secara sistematis catatan hasil observasi, wawancara dan
lainya untuk meningkatkan pemahaman penelitian tentang kasus yang diteliti
dan menyajikan sebagai temuan bagi orang lain. Berikut tahapan-tahapan
analisis data :
23
BAB IV
TINJAUAN UMUM
24
yang ada di Kabupaten Magelang. Memiliki daya tarik sendiri bagi wisatawan
mencanegara maupun domestic hal ini terlihat bahwa antusias dari
pengunjung masih terbilang banyak dan akan terus berkembang.
25
dapat menambah pendapatan untuk dapat menunjang kehidupan rumah
tangganya.
2. Dampak Sosial
Semakin luasnya lapangan kerja. Sarana dan prasarana seperti hotel,
restoran dan perusahaan perjalanan adalah usaha-usaha yang ”padat
karya”. Untuk menjalankan jenis usaha yang tumbuh dibutuhkan tenaga
kerja dan makin banyak wisatawan yang berkunjung, makin banyak pula
lapangan kerja yang tercipta. Di Indonesia penyerapan tenaga kerja yang
bersifat langsung dan menonjol adalah bidang perhotelan, biro perjalanan,
pemandu wisata, instansi pariwisata pemerintah yang memerlukan tenaga
terampil. Pariwisata juga menciptakan tenaga di bidang yang tidak
langsung berhubungan, seperti bidang konstruksi dan jalan.
3. Dampak Kebudayaan
a. Mendorong pelestarian budaya dan peninggalan sejarah.
b. Mendorong terpeliharanya lingkungan hidup.
c. Wisatawan selalu menikmati segala sesuatu yang khas dan asli.
C. CIRI-CIRI PARIWISATA
a. Seseorang yang melakukan perjalanan dan keluar meninggalkan tempat
tinggalnya.
b. Perjalanan itu dilakukan keluar jauh dari lingkungan tempat tinggalnya
yang semula.
c. Perjalanan itu dilakukan sendirian atau Bersama-sama dengan orang lain
(rombongan atau group).
d. Perjalanan itu dilakukan hanya untuk sementara waktu dan bisa melebihi
waktu 24 jam atau sehari-semalam penuh.
e. Perjalanan itu terkait dengan kegiatan atau rekreasi, atau usaha
menyenangkan dirinya.
f. Orang-orang yang melakukan perjalanan tidak untuk mencari nafkah di
tempat yang dikunjungi.
g. Selama dalam perjalanan tinggal disuatu tempat/akomodasi.
h. Dalam melakukan perjalanan, melalui alat trasnportasi laut, darat atau
udara.
26
a. Daya Tarik Wisata
b. Kawasan Pariwisata
c. Jasa Transportasi Wisata
d. Jasa Perjalanan Wisata
e. Jasa Makanan dan Minuman
f. Penyediaan Akomodasi
g. Penyelenggaraan kegiatan hiburan dan rekreasi
h. Penyelenggaraan pertemuan, perjalanan insentif, konfrensi dan pameran
i. Jasa Informasi Pariwisata
j. Jasa Konsultan Pariwisata
k. Jasa Pramuwisata
l. Wisata Tirta
m. Spa
27
BAB V
PEMBAHASAN
A. PEMBAHASAN
Kabupaten Magelang merupakan salah satu Kabupaten yang berada di
Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten Magelang ditetapkan sebagai KSPN karena
mempunyai Candi Borobudur yang ditetapkan sebagai DSP (Destinasi Super
Prioritas) maka dari itu Kabupaten Magelang menjadi sorotan utama untuk
pengembangan destinasi pariwisata di wilayah Borobudur maupun wilayah
penyangga destinasi wisata Borobudur. Kabupaten Magelang mempunyai
wilayah seluas 1.086 km dengan seluas ini tentunya mempunyai banyak
kekayaan alam yang bisa dimanfaatkan seperti pemandangan alam yang tidak
bisa didapatkan seperti didaerah lain. 21 kecamatan yang tersebar dari ujung
sampai ujung tentunya memiliki potensi dan daya tarik alam yang berbeda-
beda mulai dari potensi wisata alam, budaya sampai buatan manusia.
Kabupaten Magelang juga mempunyai Kawasan strategi pariwisata yang
terdiri dari 4 kawasan, KSP A, KSP B, KSP C dan KSP D. strategi ini di buat
untuk mempermudah sistem pemerataan promosi dan pengembangan
destinasi-destinasi yang ada di Kabupaten Magelang.
28
Dari hasil observasi yang dilakukan konsultan milenial bupati magelang
bidang pariwisata. Ada beberapa temuan yang menjadi pokok permasalahan
pengembangan pariwisata di Kabupaten Magelang mulai dari pengembangan
destinasi wisata, pengembangan sumber daya manusia dan pengembangan
promosi destinasi wisata yang ada di Kabupaten Magelang. Hasil observasi ini
merupakan titik temu dari beberapa survei yang dilakukan oleh konsultan
milenial bupati magelang bidang pariwisata ke berbagai destinasi wisata, desa
wisata dan wawancara kepada penggiat pariwisata yang selalu aktif berperan
dalam kemajuan pariwisata di Kabupaten Magelang.
29
langkah awal untuk mengembangkan dan menggali potensi wisata yang ada
disetiap daerah dengan berbagai culture dan alam yang berbeda-beda.
DATA WAWANCARA 1
30
sudah masuk ke Kabupaten Magelang jadi hal ini patut diwaspadai dan wajib
diantisipasi karena Ketika kunjungan wisatawan banyak namun sumber daya
manusianya kurang maka akan terjadi ketidak puasan para wisatawan dan
mereka tidak ingin datang kembali ke Kabupaten Magelang. Maka dari itu hal
ini wajib segera di lakukan.
DATA WAWANCARA 2
31
adanya lembaga Pendidikan formal tingkat sekolah menengah maupun
universitas wajib diadakan mengingat Kabupaten Magelang sudah ditetapkan
sebagai KSPN (Kawasan Strategis Pariwisata Nasional) dan mempunyai
Candi Borobudur yang ditetapkan sebagai DSP (Destinasi Super Prioritas)
maka lembaga Pendidikan wajib untuk diadakan. Tidak harus memulai dari 0
namun bisa memanfaatkan fasilitas yang ada semisal penambahan jurusan
pariwisata di SMK yang ada di Kabupaten Magelang atau berkolaborasi
dengan universitas pariwisata untuk membuka cabang di Kabupaten
Magelang.
Hal ini dapat dimulai dari tingkat sekolah menengah dengan menambah
potensi extrakulikuler guide atau pelajaran tambahan mengenai ilmu
kepariwisataan. Seperti ini dapat membentuk karakter dan pola pikir siswa
untuk mengetahui dan mendalami sehingga mereka tertarik untuk terjun dan
mengasah skill mereka dibidang pariwisata. Karena hal ini memang sudah
wajib diterapkan dari menjadi siswa hingga lulus dan memiliki pengalaman
untuk mengembangkan dan mengasah cara memperlakukan wisatawan dan
pengelolaan destinasi wisata.
32
B. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
Pariwisata Kabupaten Magelang adalah salah satu faktor utama dalam
membantu percepatan pembangunan di wilayah. Namun permasalahan
pariwisata Kabupaten Magelang yang masih menjadi permasalahan dan isu
strategis yang terkini antara lain :
1) Permasalahan Sumber Daya Manusia Pariwisata yang belum optimal
terutama dikalangan milenial.
Pengembangan kawasan wisata di Indonesia muncul sebagai industri
baru khususnya di Kabupaten Magelang. Industri ini diarapkan dapat
mendongkrak pendapatan daerah sehingga pemerintah berupaya keras
untuk mengembangkan sektor ini dalam rangka mensejahterakan rakyat.
Oleh karena itu dibutuhkan daya dukung dari banyak stakeholder
sehingga prosesnya dapat berjalan lancar. Namun demikian keberhasilan
pengembangan Kawasan ini juga sangat dipengaruhi oleh daya dukung
sumber daya manusia yang memiliki keahlian yang sesuai baik segi
kualitas maupun kuantitas.
Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia sebagai
pelaku kebijakan dalam bidang kepariwisataan melalui jenjang
Pendidikan yang bersifat formal maupun non formal. Di Kabupaten
Magelang belum memiliki lembaga atau program khusus yang fokus
terhadap pengembangan SDM Pariwisata. Para penggiat wisata dituntut
untuk menjadi mandiri dan berkembang atas dasar kebiasaan sehari-hari
tanpa ada bimbingan atau arahan khusus dari para ahli sehingga SDM
Pariwisata yang dimiliki oleh Kabupaten Magelang sangat minim dan
belum maksimal.
Ditetapkannya Borobudur sebagai Destinasi Super Prioritas
Pariwisata menjadi sebuah cambukan khusus bagi pariwisata Kabupaten
Magelang karena SDM yang dibilang belum terlalu siap dan tidak adanya
pembinaan SDM secara khusus terutama untuk generasi milenial yang
33
nantinya akan menjadi ujung tombak inovasi daerah agar mampu
bersaing dan cita-cita bangsa Indonesia menjadi negara maju bisa
terwujud melalui sektor pariwisata. Pelatihan dan pendampingan terhadap
milenial untuk mewujudkan SDM yang berkualitas harus selalu
digencarkan dan dimulai dari tahap awal seperti bermula dari desa
melalui pokdarwis hingga mencakup wilayah daerah Kabupaten
Magelang.
2) Masih belum optimalnya pengembangan potensi destinasi wisata terkait
dengan sarana dan prasarana.
Sektor pariwisata merupakan sektor tersier dimana preferensi
wisatawan sangat ditentukan oleh tingkat kenyamanan, maka dukungan
sarana dan prasarana untuk meningkatkan aksesibilitas ke lokasi obyek
wisata mutlak dibutuhkan. Pengembangan jaringan transportasi nasional,
wilayah maupun lokal untuk mendukung pengembangan pariwisata
terutama terkait dengan arahan pengembangan.
Selain dari segi akesibilitas, sarana prasarana harus terpenuhi dan
dirancang sesuai kebutuhan wisatawan saat berada dilokasi karena hal itu
membuat wisatawan dapat betah dan akan berlama-lama ditempat wisata
tersebut untuk sekedar menikmatii pemandangan atau menikmati fasilitas
yang terdapat di destinasi wisata tersebut. Hal itu sangat diperlukan riset
dan usulan dari wisatawan agar dapat menjadi daerah tujuan wisata yang
selalu dipilih oleh wisatawan untuk berlibur.
Namun, disetiap destinasi wisata belum dapat menentukan skala
prioritas pembangunan terkait dengan fasilitas maupun pelayanan wisata.
Setiap destinasi pasti mempunyai kekurangan dan kelebihan yang
berbeda dan keinginan dari wisatawan untuk sebuah pengembangan
sarana prasarana di destinasi wisata tersebut. Dengan meminta pendapat
wisatawan maka pengembangan fasilitas dan pelayanan akan terfokus
kepada permintaan wisatawan yang dapat dijadikan acuan untuk
pembangunan destinasi wisata.
Beberapa destinasi wisata binaan Dinas Pariwiata, Pemuda dan
Olahraga juga belum maksimal terkait dengan pengembangan dan
pemasaran, contoh saja wisata telaga bleder dan candi umbul yang belum
dapat memberikan kontribusi yang lebih bagi masyarakat sekitar maupun
pemerintah daerah, hal ini dapat menjadi catatan untuk dikembangkan
dan lebih dioptimalkan lagi sesuai dengan dasa cita bapak Bupati dengan
poin pengembangan destinasi wisata yang mana binaan OPD ini
34
diharapkan dapat maksimal seperti ketep pass maupun taman wisata air
kali bening.
3) Belum optimalnya promosi pariwisata yang memanfaatkan teknologi
informasi.
Dunia pariwisata merupakan salah satu sektor penghasil devisa yang
memiliki potensi sangat besar untuk terus dikembangkan. Sektor
pariwisata sudah menjadi sektor ekonomi yang akan ikut berkembang
seiring dengan kemajuan dan dinamika masyarakat dunia sehingga tidak
mengherankan jika berbagai negara menjadikan pariwisata sebagai
tumpuan sumber penggerak ekonomi negaranya. Keberhasilan
pengembangan sektor pariwisata tidak hanya bergantung dari seberapa
banyak destinasi yang dimiliki, keindahan alam, kelamian, keunikan
tradisi atau budaya saja namun yang jauh lebih penting adalah kualitas
sumber daya manusia yang berperan dalam manjemen kepengelolaannya
dan informasi pariwisata yang dikelola dengan teknologi informasi yang
sesuai.
Salah satu faktor yang menghambat atau mempercepat laju kegiatan
pariwisata adalah pola promosi dan sistem pengelolaan informasi yang
berdampak pada dikenal atau tidak dikenalnya suatu objek wisata,
manfaat yang didapat selama berwisata, ketersediaan transportasi, sarana
dan prasarana fasilitas pengunjung serta keunikan objek, budaya,kearifan
local masyarakat dan trend berwisata, informasi yang ada akan sangat
menentukan wisatawan dalam menentukan pilihan pola kegiatan atau
lokasi wisatanya.
Teknologi informasi adalah suatu metode atau alat yang digunakan
untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun dan
menyimpan, memanipulasi data denngan berbagai cara dan metode untuk
menghasilkan informasi yang berkualitas yaitu informasi yang relevan ,
akurat dan tepat waktu dan sangat berpengaruh dalam menentukan suatu
keputusan.
Perkembangan teknologi sangatlah memiliki sejarah yang
Panjang,namun dampak yang sangat dirasakan kinni atas perkembangan
Teknologi Informatika dan Komunikasi adalah perkembangan dunia
Internet yang dapat menggerakkan informasi dengan sangat cepat. Maka
dari itu sektor pariwisata harus dapat memanfaatkan teknologi informasi
berbasis media atau platform untuk mendukung segala aktivitas
pariwisata yang dapat membantu promosi wisata.
35
Melaksanakan program-program promosi yang efektif secara
berkesinambungan untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisata baik
wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Selain itu
branding wisata daerah Kabupaten Magelang yang menjadi ujung tombak
andalan promosi belum termaksimalkan, dalam artian belum adanya
branding khusus untuk menciri khaskan Kabupaten Magelang itu
mempunyai apa dan berlatar belakang apa. Maka branding destination ini
perlu digagas sebagai wujud promosi dan pengenalan daerah secara
sistematis.
4) Belum optimalnya kolaborasi antara Pemerintah Daerah dan pemangku
kepentingan yang bergerak di sektor pariwisata.
Untuk mencapai keberhasilan pengembangan kegiatan pariwisata
harus dilakukan secara koordinatif dan terpadu antar semua pihak yang
terkait sehiingga terwujud keterpaduan lintas sektoral dan menghindari
terjadinya konflik antar sektor. Peningkatan keterkaitan fungsi
pengembangan kegiatan pariwisata yang baik dengan sektor lainnya
untuk memberikan nilai efesiensi yang tinggi dan percepatan
pertumbuhan ekonomi wilayah. Pengembangan pariwisata harus
dikaitkan dengan pengembangan ekonomi nasional, wilayah dan lokal.
Pada tingkat nasional sektor pariwisata harus berperan sebagai prime
inover dan secara interaktif terkait dengan pengembangan sektor-sektor
lainnya. Pengembangan pariwisata harus diupayakan dapat melibatkan
seluruh stakeholder. Dalam konteks ini peran masyarakat terlibat dimulai
sektor hulu (memberikan kegiatan produksi yang ekstraktif) sampai
dengan kegiatan hilir (kegiatan produksi jasa).
36
BAB VI
RENCANA INOVASI
37
wisata, budaya, dan sejarah Kabupaten Magelang. Wisatawan dapat
menggunakan aplikasi ini saat mereka menjelajahi daerah tersebut.
Kelebihan (Strengths):
Kerentanan (Weaknesses):
Peluang (Opportunities):
38
Ancaman (Threats):
1. Promosi Pariwisata:
39
Kalender event pariwisata adalah alat promosi yang efektif. Dengan
memiliki jadwal acara yang jelas dan rinci, Kabupaten Magelang dapat
mempromosikan berbagai jenis acara pariwisata kepada wisatawan
potensial. Ini membantu dalam menarik minat wisatawan dan
memungkinkan mereka untuk merencanakan kunjungan mereka dengan
lebih baik.
2. Diversifikasi Pariwisata:
Penyusunan kalender event pariwisata memungkinkan Kabupaten
Magelang untuk mendiversifikasi jenis pariwisata yang ditawarkan.
Dengan beragamnya acara, daerah ini dapat menarik berbagai jenis
wisatawan, termasuk yang mencari pengalaman budaya, alam, olahraga,
atau kuliner.
3. Peningkatan Kunjungan Wisatawan:
Kalender yang baik dapat membantu menarik wisatawan sepanjang
tahun. Ini meminimalkan musim sepi dan membantu dalam
memaksimalkan penggunaan fasilitas dan layanan pariwisata sepanjang
tahun, menciptakan lapangan kerja dan menghasilkan pendapatan yang
stabil.
4. Peningkatan Pendapatan Lokal:
Dengan adanya kalender event pariwisata, pendapatan lokal dapat
meningkat secara signifikan. Ini melalui peningkatan jumlah pengunjung
yang menghabiskan uang di hotel, restoran, toko-toko suvenir, dan layanan
lainnya di Kabupaten Magelang.
5. Peningkatan Kesadaran Budaya:
Kalender event pariwisata juga dapat mempromosikan budaya lokal
dan warisan sejarah. Acara-acara budaya tradisional dan festival dapat
memperkuat identitas daerah dan meningkatkan pemahaman dan apresiasi
terhadap budaya lokal.
1. Pengembangan Ekonomi:
Kabupaten Magelang akan mengalami peningkatan pendapatan dari
sektor pariwisata, yang pada gilirannya akan membantu meningkatkan
ekonomi lokal. Ini menciptakan peluang kerja bagi penduduk setempat dan
mengurangi tingkat pengangguran.
2. Promosi Destinasi:
40
Dengan kalender event pariwisata yang terinci, Kabupaten
Magelang dapat mempromosikan destinasi wisata unggulannya. Ini
membantu meningkatkan visibilitas daerah ini di tingkat nasional dan
internasional.
3. Pembangunan Infrastruktur:
Dengan peningkatan jumlah wisatawan, ada insentif untuk
meningkatkan infrastruktur pariwisata, seperti jalan, hotel, dan fasilitas
umum lainnya. Ini akan memberikan manfaat jangka panjang bagi
penduduk lokal dan pengunjung.
4. Peningkatan Kesadaran Lingkungan:
Kalender event pariwisata dapat mencakup acara-acara yang
berfokus pada pelestarian lingkungan dan keberlanjutan. Hal ini dapat
meningkatkan kesadaran masyarakat dan wisatawan terhadap pentingnya
menjaga lingkungan alam Kabupaten Magelang.
5. Peningkatan Kualitas Hidup:
Pariwisata yang berkelanjutan dapat membawa perubahan positif
dalam kualitas hidup penduduk setempat. Lebih banyak pekerjaan,
infrastruktur yang lebih baik, dan peningkatan pendapatan dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
41
kehadiran aktif di media sosial, dan kolaborasi dengan agen perjalanan dan
pemasar wisata.
2. Infrastruktur dan Fasilitas:
Penting untuk memastikan bahwa infrastruktur dan fasilitas di
destinasi tersebut memadai. Ini termasuk akses jalan yang baik, parkir yang
aman, toilet bersih, dan fasilitas pendukung lainnya. Juga, perbaikan dan
pemeliharaan yang teratur diperlukan untuk menjaga kualitas.
3. Pemberian Informasi:
Informasi yang jelas dan mudah diakses tentang destinasi ini perlu
ditingkatkan. Papan informasi, brosur, peta, dan panduan wisata harus
tersedia di seluruh destinasi wisata, sehingga wisatawan dapat menavigasi
dengan mudah dan mengetahui apa yang harus mereka harapkan.
4. Kebersihan dan Keindahan:
Kebersihan adalah faktor kunci dalam menciptakan pengalaman
yang positif. Pemerintah daerah harus menjaga kebersihan di sekitar
destinasi, termasuk area perairan dan lingkungan sekitar. Selain itu,
pelestarian alam dan pelestarian budaya juga harus diutamakan.
5. Pengalaman Wisatawan:
Menciptakan pengalaman yang menarik bagi wisatawan sangat
penting. Ini bisa mencakup pengembangan trek, jalur sepeda, fasilitas
untuk berenang, area piknik, restoran, dan toko suvenir. Juga, kegiatan-
kegiatan khusus seperti tur budaya, olahraga air, atau pertunjukan
tradisional bisa ditawarkan.
6. Partisipasi Komunitas Lokal:
Melibatkan komunitas lokal dalam pengembangan dan pengelolaan
destinasi wisata dapat memberikan dampak positif pada ekonomi lokal dan
juga menciptakan perasaan kepemilikan terhadap destinasi tersebut.
Komunitas lokal dapat berperan dalam memberikan layanan, produk, atau
pengalaman unik.
7. Kerjasama dengan Swasta:
Pemerintah daerah dapat bekerja sama dengan sektor swasta untuk
menginvestasikan modal dan pengelolaan yang diperlukan. Ini dapat
membantu meningkatkan fasilitas dan layanan di destinasi.
8. Konservasi dan Keberlanjutan:
Penting untuk mempertimbangkan dampak lingkungan dari
pengembangan wisata ini. Program konservasi dan praktik berkelanjutan
42
harus diterapkan untuk menjaga keaslian alam dan budaya, sehingga
destinasi ini tetap menarik untuk jangka panjang.
9. Pengukuran dan Evaluasi:
Pemerintah daerah harus memiliki metrik untuk mengukur
keberhasilan pengembangan destinasi ini. Ini dapat berupa jumlah
wisatawan, pendapatan yang dihasilkan, atau pengaruh positif pada
ekonomi lokal.
10. Pelatihan dan Pendidikan:
Pelatihan untuk pekerja di destinasi wisata ini adalah faktor penting
dalam meningkatkan kualitas layanan. Mereka harus dilatih untuk
memberikan pelayanan yang ramah, informatif, dan profesional kepada
wisatawan.
1. Pendataan Pariwisata
Program ini berfokus pada pengumpulan data sektor pariwisata di
Kabupaten Magelang. Informasi yang dikumpulkan melibatkan
berbagai aspek, seperti objek wisata, jumlah pengunjung, fasilitas yang
tersedia, kegiatan wisata, dan lain sebagainya.
Pendataan dilakukan secara sistematis dan terstruktur untuk
memastikan bahwa semua informasi yang terkumpul akurat dan
relevan.
2. Penggunaan Website Amongroso
Website Amongroso Desa berfungsi sebagai platform untuk mengakses
dan mengelola data pariwisata. Melalui website ini, pihak terkait,
termasuk pemangku kebijakan, dapat dengan mudah mengakses
informasi yang diperlukan.
Penggunaan website memungkinkan aksesibilitas yang lebih baik dan
mempermudah proses update data secara real-time. Hal ini memastikan
bahwa informasi yang tersedia selalu terkini dan akurat.
3. Pemetaan Objek Wisata
43
Program ini mencakup pemetaan objek wisata di Kabupaten Magelang.
Pemetaan ini tidak hanya memberikan gambaran geografis, tetapi juga
informasi terkait potensi wisata, keindahan alam, dan aspek lain yang
dapat mendukung keputusan strategis.
4. Analisis Data
Data yang terkumpul tidak hanya disimpan, tetapi juga dianalisis secara
menyeluruh. Analisis ini mencakup tren kunjungan wisatawan,
preferensi wisata, potensi pengembangan, dan faktor lain yang dapat
membantu dalam merumuskan kebijakan yang tepat.
Analisis data memberikan wawasan mendalam tentang kondisi
pariwisata, membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik
dan lebih terinformasi.
5. Rencana Pengembangan Berbasis Data
Dengan adanya data yang terstruktur, Kabupaten Magelang dapat
merencanakan pengembangan pariwisata berdasarkan kebutuhan dan
potensi yang teridentifikasi. Ini mencakup peningkatan fasilitas,
promosi destinasi, dan upaya lain untuk meningkatkan daya tarik
wisata.
6. Keterlibatan Stakeholder
Program ini melibatkan berbagai pihak, termasuk pemangku kebijakan,
pelaku usaha pariwisata, masyarakat lokal, dan wisatawan. Dengan
melibatkan semua pihak terkait, program ini dapat memastikan bahwa
kebijakan yang diambil mempertimbangkan berbagai perspektif dan
kepentingan.
44
Program inovasi ini memberikan landasan yang kuat untuk
pengembangan pariwisata yang berkelanjutan dan dapat memberikan manfaat
maksimal bagi Kabupaten Magelang.
45
6. Pelatihan Pihak Terkait
Lakukan pelatihan untuk pihak yang akan terlibat dalam pengumpulan
dan pengelolaan data. Ini mungkin termasuk petugas lapangan, petugas
administrasi, dan lain-lain.
Pastikan bahwa mereka memahami proses pengumpulan data, etika
data, dan pentingnya keakuratan informasi.
7. Peluncuran Website dan Pendataan Rutin
Luncurkan website Amongroso Desa dan buat pengumuman kepada
masyarakat dan pihak terkait.
Mulai proses pendataan rutin dengan mengumpulkan data secara
berkala sesuai dengan jadwal yang ditentukan.
8. Analisis Data dan Laporan
Lakukan analisis data secara rutin untuk mendapatkan wawasan
tentang kondisi pariwisata.
Buat laporan yang dapat digunakan oleh pemangku kebijakan untuk
pengambilan keputusan.
9. Pemeliharaan dan Pembaruan Sistem
Lakukan pemeliharaan rutin terhadap website dan sistem database.
Lakukan pembaruan data secara berkala untuk menjaga keakuratan
informasi.
10. Umpan Balik dan Evaluasi
Minta umpan balik dari pengguna website dan pihak terkait untuk
meningkatkan sistem.
Evaluasi kinerja program pendataan dan identifikasi area perbaikan.
46
desa ini menjadi solusi yang sangat berharga untuk penduduk setempat dan
wisatawan.
47
Pengelola desa dapat dengan mudah mengelola acara dan informasi
pariwisata melalui backend yang terintegrasi. Mereka dapat memperbarui
informasi, menambahkan acara baru, dan berinteraksi langsung dengan
masyarakat dan wisatawan.
8. Promosi dan Pemasaran Efektif
Dengan fitur-fitur yang menyeluruh ini, desa dapat
mempromosikan diri mereka secara efektif. Dari gambaran yang
komprehensif hingga ulasan positif, aplikasi atau website dapat menjadi
alat yang kuat untuk meningkatkan daya tarik dan kunjungan wisata.
9. Konektifitas Dengan Dunia Luar
Melalui aplikasi atau website ini, desa dapat menjembatani
komunikasi dengan pihak luar, termasuk pemerintah, investor, dan
organisasi non-pemerintah. Hal ini dapat membuka peluang baru untuk
pengembangan dan dukungan finansial.
10. Keamanan dan Privasi yang Terjamin
Dalam mengimplementasikan aplikasi atau website desa, penting
untuk memastikan bahwa keamanan dan privasi data pengguna dijaga
dengan ketat. Ini mencakup enkripsi data, manajemen izin akses, dan
kebijakan privasi yang jelas.
48
KESIMPULAN
49
kelengkapan dan ketepatan kalender event, menjadikannya sumber daya yang
berharga bagi wisatawan dan penduduk setempat.
50
SARAN
51
3. Pengembangan Daya Tarik Wisata Milik Pemerintah Daerah:
Saran untuk berkolaborasi dengan pihak swasta dan komunitas lokal dalam
pengembangan daya tarik wisata.
Pertimbangkan inovasi seperti instalasi seni, taman tematik, atau kegiatan
wisata edukatif untuk meningkatkan daya tarik.
Terapkan strategi pemasaran yang efektif untuk mempromosikan daya tarik
baru yang dikembangkan.
4. Pendataan Melalui Website Amongroso:
Saran untuk meningkatkan keamanan dan privasi data dalam sistem
pendataan untuk memastikan kepercayaan masyarakat.
Lakukan kampanye sosialisasi untuk meningkatkan kesadaran masyarakat
tentang pentingnya berpartisipasi dalam pendataan.
Buat mekanisme umpan balik untuk memungkinkan pengguna melaporkan
masalah atau memberikan saran perbaikan.
5. Pemanfaatan Aplikasi Desa dan Website:
Saran untuk melakukan promosi aktif terkait aplikasi dan website desa
untuk meningkatkan penetrasi pengguna.
Integrasikan fitur yang memungkinkan pengguna memberikan ulasan dan
umpan balik tentang aplikasi dan website.
Pertimbangkan pelatihan kontinu bagi pengguna agar mereka dapat
memanfaatkan semua fitur dengan optimal.
52
DAFTAR PUSTAKA
53
KENDIL SEBAGAI WISATA ALAM DI MAGELANG. Kepariwisataan:
Jurnal Ilmiah, 10(02), 23-28.
Sugiarto, E. (2017). Daya Tarik dan Potensi Daya Tarik Kawasan Candi
Selogriyo.
Kepariwisataan: Jurnal Ilmiah, 11(02), 11-24.
Data BPS Kabupaten Magelang tahun 2022, luas wilayah Kabupaten Magelang.
54
55