Disusun Oleh:
Kelompok 5
1. Iva Wanda Ratna D 202110160311653
2. Aditya Pratama 202110160311656
3. Aprifia Maharani 202110160311658
4. Mohammad Farhan A 202110160311689
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Mobilitas masyarakat meningkat di era modern yang dinamis ini. Banyak
orang bergantung pada transportasi untuk mencapai tujuan sehari-hari mereka, baik
itu untuk bekerja, berbelanja, berlibur, atau memenuhi kebutuhan lainnya. Dalam
situasi seperti ini, sarana transportasi umum menjadi salah satu komponen penting
dalam memenuhi kebutuhan mobilitas ini.
Bus "Bisma Travel" adalah perusahaan transportasi umum yang bertujuan
untuk memberikan solusi transportasi yang nyaman, andal, dan efisien bagi
masyarakat. Melihat latar belakang kebutuhan akan transportasi yang andal dan
nyaman serta kesadaran akan dampak lingkungan, kami merasa penting untuk
memberikan alternatif transportasi yang lebih baik dan berkelanjutan bagi masyarakat.
Kemacetan lalu lintas yang parah sering terjadi di kota-kota besar di
Indonesia, yang memengaruhi produktivitas, kualitas udara, dan kualitas hidup
masyarakat. Dengan armada bus modern, teknologi terbaru, dan komitmen terhadap
keamanan dan kenyamanan penumpang, Bisma Travel bertujuan untuk memenuhi
kebutuhan transportasi masyarakat dan menawarkan layanan bus travel yang
terjangkau dan efisien. Selain itu, kami berusaha untuk mendukung upaya pemerintah
untuk mengurangi kepemilikan mobil pribadi dan mengurangi dampak negatif mereka
terhadap lingkungan dengan mendorong orang untuk menggunakan transportasi
umum.
Industri travel, termasuk layanan bus seperti Bisma Trans, seringkali
menghadapi persaingan yang ketat. Dalam konteks ini, menyediakan pengalaman
pelanggan yang superior melalui manajemen antar muka yang efektif dapat menjadi
keunggulan kompetitif. Perubahan dalam perilaku konsumen, seperti preferensi
terhadap pengalaman yang terpersonalisasi dan fleksibel, memerlukan penyesuaian
dalam strategi antar muka dengan pelanggan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana merancang dan mengelola proses jasa travel Bisma Trans?
2. Bagaimana menyeimbangkan produksi permintaan dengan kapasitas produksi
pada travel Bisma Trans?
3. Bagaimana membentuk lingkungan jasa dalam travel Bisma Trans?
4. Bagaimana mengelola orang-orang demi keunggulan jasa pada jasa Bisma Trans?
5. Apa saja aktivitas pada perusahaan Bisma Trans?
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan artikel ini:
1. Untuk mengetahui bagaimana travel Bisma Trans merancang dan mengelola
proses jasa nya.
2. Untuk mengetahui travel Bisma Trans menyeimbangkan produksi permintaan
dengan kapasitas produksi.
3. Untuk mengetahui bagaimana Bisma Trans membentuk lingkungan jasa.
4. Untuk mengetahui bagaimana cara Bisma Trans dalam mengelola orang-orang
demi keunggulan jasa mereka.
5. Untuk mengetahui aktivitas apa saja yang dilakukan pada perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Merancang Dan Mengelola Proses Jasa
Dalam merancang dan mengelola proses jasa ada beberapa hal yang harus
diperhatikan. Yaitu penyusunan diagram alir dan cetak biru, adanya pembuktian
kegagalan untuk menghindari titik-titik kegagalan, service redesign, konsep
konsumen jasa sebagai co-produsen, dan adanya self-service technology.
1. Diagram alir dan cetak biru
- Diagram alir atau flowchart adalah diagram yang mewakili langkah-langkah
dan keputusan untuk menjalankan suatu proses dalam suatu program. Tujuan
pembuatan flowchart adalah untuk memberikan gambaran alur suatu
rangkaian prosedur dan untuk memudahkan pemahaman. Dengan adanya
flowchart dapat memudahkan konsumen dalam memesan tiket bus karena
langkah-langkah nya sudah di tampilkan dengan runtut.
- Cetak biru merupakan gambar berbentuk peta yang digunakan untuk
menjelaskan secara jelas alur kegiatan pelayanan. Tujuan pembuatan cetak
biru adalah untuk membantu anda menemukan kesalahan dalam perusahaan
anda. Di sini, diagram dan peta yang jelas disediakan sehingga memungkinkan
perusahaan menemukan kesalahan mendasar.
Untuk mengembangkan model layanan, pertama-tama perlu untuk mengidentifikasi
semua aktivitas utama yang terlibat dalam menciptakan dan memberikan layanan.
Kumpulkan semua kegiatan untuk mendapatkan gambaran umum. Kemudian dapat
menyempurnakan aktivitas tertentu dengan “menelusuri” untuk mendapatkan
gambaran yang lebih detail. Dalam konteks angkutan umum, khususnya bus misalnya,
kegiatan ini sebenarnya menggambarkan serangkaian tindakan dan dapat dipecah
menjadi beberapa bagian, seperti membeli tiket terlebih dahulu di loket atau di
aplikasi yang sudah siap mengantri umumkan nomor kursi Anda, tunjukkan tiket
Anda untuk verifikasi, berjalan ke mobil, naik, letakkan tas Anda di kabin dan duduk.
2. Pembuktian kegagalan untuk menghindari titik-titik kegagalan
Pembuktian kegagalan adalah pendekatan sistematis untuk mengidentifikasi
dan mengevaluasi potensi kegagalan, dampaknya, dan cara untuk mencegah atau
menguranginya. Dalam konteks travel bus, pembuktian kegagalan dapat
membantu perusahaan mengidentifikasi risiko dan mengambil langkah-langkah
pencegahan untuk menghindari titik-titik kegagalan yang mungkin terjadi. Dari
perspektif pelanggan, kegagalan paling signifikan dapat menyebabkan
ketidakmampuan untuk mengakses atau menikmati layanan ini.
Kegagalan yang biasa ditemui dalam pembelian tiket travel adalah pembelian
melalui oknum calo yang berpotensi memberikan kerugian kepada konsumen
seperti barcode pada tiket yang tidak dapat di scan di loket pada saat hari
keberangkatan.
Untuk mengantisipasi titik – titik kegagalan tersebut sebaiknya melakukan
pembelian melalui website, aplikasi, dan kantor resmi dari pihak travel tersebut.
3. Service redesign
Proses perencanaan mendesain ulang adalah solusi berkelanjutan dan
pengalaman pelanggan yang paling optimal untuk menghasilkan keuntungan yang
lebih baik dari desain awal dan layanan yang lebih efisien. Desain baru dibuat
karena desain sebelumnya kurang memuaskan dan tidak sesuai dengan kondisi
saat ini. Redesign dilakukan dengan tujuan membangun image baru di mata
perusahaan atau tujuan tertentu untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Misalnya pada travel Bisma Trans sebelumnya pemesanan lewat chat
whatsapp, seiring berjalan waktu teknologi semakin canggih, perusahaan
membuat website khusus dan hal tersebut lebih memudahkan konsumen dan data
konsumen dijamin aman. Hal ini dapat mengurangi risiko penipuan dan
meningkatkan kepercayaan pelanggan.
4. Konsep konsumen jasa sebagai co-produsen
Konsep konsumen jasa sebagai co-produsen pada industri travel merujuk pada
peran aktif konsumen dalam proses penciptaan dan pengalaman layanan. Sebagai
co-produsen, konsumen tidak hanya menerima layanan, tetapi juga berpartisipasi
dalam menciptakan nilai dan membentuk pengalaman mereka sendiri. Beberapa
contoh peran konsumen sebagai co-produsen dalam industri travel melibatkan
kolaborasi dan partisipasi aktif mereka, antara lain:
- Konsumen dapat berpartisipasi dalam perencanaan perjalanan mereka sendiri.
Ini melibatkan pemilihan destinasi, penjadwalan kegiatan, dan menyesuaikan
rute perjalanan sesuai dengan preferensi pribadi.
- Konsumen memiliki peran penting dalam memberikan umpan balik terkait
pengalaman perjalanan mereka.
- Konsumen seringkali berbagi pengalaman perjalanan mereka melalui media
sosial. Mereka dapat mengunggah foto, memberikan ulasan, dan memberikan
rekomendasi kepada teman-teman mereka, sehingga ikut mempromosikan
destinasi atau layanan tertentu.
5. Self-service technology
Self-service technology (SST) adalah teknologi yang memungkinkan
pelanggan mendapatkan layanan sendiri tanpa tergantung pada karyawan. Ini
termasuk membeli tiket di aplikasi seperti Traveloka, ATM, perbankan online, dan
e-commerce, antara lain.
Teknologi self-service dalam industri travel merujuk pada penggunaan
teknologi oleh konsumen untuk melakukan berbagai aktivitas dan transaksi secara
mandiri tanpa harus melibatkan pihak layanan. Ini mencakup penggunaan terminal
otomatis, aplikasi seluler, dan platform online yang memungkinkan konsumen
mengatur dan mengelola perjalanan mereka sendiri.
Dalam travel Bisma Trans masih tidak 100% menggunakan sistem ini karena
pemesanan masih menggunakan chat melalui admin.