KATA PENGANTAR
Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan bagi semua industri. Industri infrastruktur
jalan tol yang dikenal resilience juga ikut ter dampak Pandemi COVID-19 yang tengah berlangsung
sejak bulan Maret 2020. Pada tahun ini ASTRA Infra terus melangkah dan menyongsong tahun
2021 dengan semangat Bounce Back Higher.
Pada aspek keselamatan, ASTRA Infra mengajak seluruh unit BUJT dan stakeholder termasuk
seluruh masyarakat pengguna jalan tol untuk meningkatkan kesadaran akan keselamatan
berkendara sebagai upaya untuk menekan terjadinya kecelakaan dan fatalitas dijalan tol yang
dilakukan melalui pendekatan 3E (Engineering, Education dan Enforcement). Hal ini perlu didukung
dengan informasi yang selalu up to date dalam bidang HSE (Health, Safety & Environment) maupun
informasi umum lainnya.
ASTRA Infra pada kesempatan ini memberikan informasi terkini melalui E-Book Fatality Prevention
Program Melalui Pendekatan 3E (Engineering, Education dan Enforcement). E-Book ini diharapkan
memberikan gambaran untuk memudahkan pembaca dalam memahami skema 3E yang up to date
dan menjadi panduan guna melakukan improvement terhadap program keselamatan, sehingga
dapat menekan terjadinya kecelakaan dan fatalitas khususnya di jalan tol.
Terima kasih atas dukungan dari seluruh pihak atas tersusunnya E-Book ini, sehingga dapat di
gunakan sebagai panduan keselamatan yang dapat diimplementasikan di masing-masing
perusahaan.
i
DAFTAR ISI
ii
Fatality Prevention Program - Strengthen 3E
ASTRA Infra 2021
I. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Booklet / Panduan Fatality Prevention Program – Strengthen 3E merupakan salah satu bagian
dari program HSE yang berkelanjutan oleh ASTRA Infra serta merupakan tindak lanjut dan
implementasi dalam misi ASTRA Infra yaitu menjadi perusahaan ASTRA yang menjadi
kebanggaan bangsa melalui percepatan pembangunan infrastruktur unggul di Indonesia,
pengembangan tim yang berkelas dunia dan memberikan timbal balik jangka panjang yang
stabil. Oleh karena itu, dalam Program ini ASTRA Infra mengajak seluruh unit BUJT dan
stakeholder serta seluruh masyarakat pengguna jalan tol untuk meningkatkan kesadaran akan
keselamatan berkendara untuk menekan terjadinya kecelakaan dan fatalitas dijalan tol yang
dilakukan melalui pendekatan 3E, yaitu:
a. Engineering
Merupakan suatu upaya pengendalian melalui pendekatan teknis – engineering yang
dirancang untuk melindungi manusia dari bahaya dengan menempatkan penghalang antara
pekerja dan bahaya, atau dengan melakukan modifikasi alat serta inovasi teknologi.
b. Education
Merupakan suatu upaya penanaman nilai – nilai K3 melalui sosialisasi dan promosi guna
meningkatkan kesadaran para stakeholder terhadap pentingnya implementasi K3 dalam
melakukan pekerjaan dan dalam kehidupan sehari – hari dengan menggunakan media
online maupun offline.
c. Enforcement
Merupakan upaya untuk menerapkan dan melaksanakan peraturan yang berkaitan dengan
aturan keselamatan serta melakukan penindakan terhadap semua pihak yang melakukan
pelanggaran terhadap aturan keselamatan yang berlaku.
1
Tabel 1. Data Kecelakaan Lalu Lintas Oleh BPS & KEMENPU Tahun 2018
Berdasarkan data kecelakaan lalu lintas yang dikeluarkan oleh BPS dan KEMENPU menyatakan
bahwa 70 % kecelakaan di Jalan Tol dengan jenis kecelakaan Terguling / Keluar Jalur
Tabel 2. Data Kecelakaan Lalu Lintas oleh Kepolisian Republik Indonesia Tahun 2015-2019
Jumlah Kecelakaan, dan Kerugian Materi,
Tahun 2015-2019/ Number of Traffic Accident, Casualties, and Material Losses, 2015-2019
Pertumbuhan
Rincian/Description 2015 2016 2017 2018 2019 per
Tahun/Annually
Increase (%)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
Jumlah Kecelakaan 96.233 106.644 104.327 109.215 116.411 4,87
(kasus)/Number of
Accident (Case)
Korban Meninggal 24.275 31.262 30.694 29.472 25.671 1,41
/Killed
Luka Berat /Seriously 22.454 20.075 14.559 13.315 12.475 -13,67
Injured
Luka Ringan/Slight 107.743 120.532 121.575 130.571 137.342 6,26
Injured
Kerugian Materi (Juta 215.892 229.137 217.031 213.866 254.779 4,23
Rp)/Material Loss
(Millions Rupiah)
Sumber/Source: Kepolisian Republik Indonesia/Indonesian State Police
Korps. Lalu Lintas Kepolisian Republik Indonesia Korlantas POLRI mencatat jumlah kecelakaan
sepanjang 2019 sebanyak 116.411. Jumlah tersebut naik 6,59 persen dibandingkan pada tahun
2018 dengan 109.215 kejadian. Kecelakaan tersebut telah mengakibatkan 175.488 orang menjadi
korban dengan komposisi korban luka ringan 78,26 persen, korban luka berat 7,11 persen, dan
korban mati meninggal sebesar 14,63 persen (Tabel 2), dengan nilai kerugian materi yang dialami
pada tahun tersebut adalah Rp 254.779.000.
Selain itu pada sumber yang sama pada data kecelakaan/infografis milik polri disebutkan bahwa
disetiap jam rata – rata 3 orang meninggal akibat kecelakaan lalu lintas jalan di Indonesia, yang
disebabkan oleh 61% karena faktor manusia, 9% karena faktor kendaraan dan 30% karena faktor
lingkungan dan sarana jalan.
2
B. Faktor Penyebab Utama Kecelakaan di Jalan Tol
1. Faktor Manusia/Pengemudi
Faktor manusia penyebabnya dapat diketahui oleh kondisi fisik dan mental pengemudi, cara
& sikap berkendara, keterampilan mengemudi yang buruk, pelanggaran rambu lalu lintas,
ketidaktahuan atau tidak adanya kesadaran terhadap aturan lalu lintas yang berlaku maupun
mengemudi dalam pengaruh alkohol.
2. Faktor Kendaraan
Faktor ini berhubungan dengan layak atau tidaknya kendaraan yang digunakan untuk
berkendara di jalan tol. Meliputi kondisi ban, sistem pengereman, sistem kemudi, jumlah
beban muatan yang diangkut, kondisi mesin kendaraan hingga modifikasi yang tidak sesuai
dengan aturan keselamatan.
3. Faktor Lingkungan / Sarana Jalan
Faktor ini meliputi kondisi fisik di jalan tol seperti permukaan jalan yang tidak rata, tidak
adanya pagar pengaman / barrier, pencahayaan ruas jalan yang kurang baik, dan sistem
drainase yang buruk sehingga dapat menimbulkan genangan air yang menyebabkan
aquaplaning.
II. Tujuan
Berikut tujuan Booklet Fatality Prevention Program –Strengthen 3E adalah:
1. Mengajak seluruh unit BUJT dan stakeholder serta seluruh masyarakat pengguna jalan tol
untuk lebih peduli terhadap keselamatan bersama untuk mencapai Fatality Prevention
melalui pendekatan 3E.
2. Meningkatkan kesadaran serta edukasi kepada seluruh unit BUJT serta seluruh masyarakat
pengguna jalan tol terkait keselamatan berkendara.
3. Mengajak seluruh unit BUJT dan stakeholder untuk memastikan tersedianya faktor – faktor
pengaman dan keselamatan dijalan tol melalui pendekatan engineering, education melalui
sosialisasi maupun kerjasama dengan pihak terkait dan penegasan terkait implementasi
regulasi keselamatan melalui pendekatan enforcement yang humanis.
3
IV. Safety Sustainability
Implementasi Safety Model PDCA merupakan komitmen untuk menjaga dan meningkatkan
keberlanjutan Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan menerapkan Sistem Manajemen K3 yang
berprinsip pada peningkatan dan perbaikan berkelanjutan.
Pada taham menjalankan Sistem Manajemen K3 tersebut, perusahaan mengacu pada standard
sistem manajemen K3 yaitu ISO 45001:2018
Initial Status
Review
Management
OH&S Policy
Review
Continual
Improvement
Checking &
Corrective Planning
Action
Implementation
& Operation
1. Plan – Perencanaan
Melakukan perencanaan pembuatan program K3 yang sesuai dengan tujuan dan berdasarkan
permasalahan dan evidence yang ada dengan mengacu pada regulasi terkait K3.
2. Do – Pelaksanaan
Melaksanakan program/rencana yang sudah ditetapkan. Tahapan ini dilakukan dengan
melibatkan semua departemen terkait, dan mengacu pada sistem manajemen dan standar
operasional prosedur yang ada.
3. Check – Pemeriksaan
Memastikan program yang telah direncanakan berjalan sesuai dengan waktu yan telah
ditetapkan. Pemeriksaan dapat dilakukan melalui audit internal / eksternal atau manajemen
review & monitoring.
4. Action – Tindakan
Melakukan perbaikan terhadap temuan negatif maupun kekurangan dari pelaksanaan
program K3 yang telah berjalan.
4
V. Identifikasi dan Pengendalian Bahaya
A. Identifikasi Bahaya
Identifikasi bahaya merupakan sebuah proses untuk mengetahui, menilai dan memperkirakan
adanya bahaya pada suatu sistem kerja dari setiap kegiatan operasional dan produksi
perusahaan, baik kegiatan rutin maupun non rutin. Pada konteks ini seluruh BUJT melakukan
identifikasi dan pendataan pada seluruh proses pekerjaan yang berpotensi menimbulkan
bahaya, dan juga dengan kegiatan yang melibatkan vendor/supplier serta kegiatan yang
melibatkan customer secara langsung.
PROGRAM
TIDAK SESUAI FAKTOR KEJADIAN
PERILAKU TIDAK KEJADIAN
STANDAR PERORANGAN KONTAK
AMAN KONTAK
DENGAN DENGAN
STANDAR TIDAK FAKTOR & ENERGI ATAU ENERGI ATAU
SESUAI PEKERJAAN BAHAN / ZAT BAHAN / ZAT
KONDISI TIDAK
KEPATUHAN AMAN
PELAKSANAAN
Teori Loss Causation Model oleh Bird & German merupakan teori yang menjelaskan tentang
berbagai penyebab dan akibat dari suatu kecelakaan. Teori ini merupakan salah satu cara
mengidentifikasi bahaya serta mengurangi terjadinya kerugian akibat kecelakaan kerja. Teori
ini menggambarkan tentang urutan faktor penyebab kecelakaan, baik penyebab langsung
(perilaku & kondisi tidak aman), penyebab dasar (faktor perorangan & faktor pekerjaan)
maupun faktor lemahnya kontrol.
B. Pengendalian Bahaya
Hierarki pengendalian bahaya pada dasarnya berarti prioritas dalam pemilihan dan
pelaksanaan pengendalian yang berhubungan dengan bahaya k3. Ada beberapa kelompok
kontrol yang dapat dibentuk untuk menghilangkan atau mengurangi bahaya k3, adapun untuk
hierarki pengendalian bahaya seperti yang tertera pada gambar 5.1.
5
ELIMINASI
SUBTITUSI
REKAYASA ENGINEERING
PENGENDALIAN
ADMINISTRATIF
APD
1. Eliminasi
Hierarki teratas yaitu eliminasi/menghilangkan bahaya dilakukan pada saat desain, tujuannya
adalah untuk menghilangkan kemungkinan kesalahan manusia dalam menjalankan suatu
sistem.
2. Substitusi
Bertujuan untuk mengganti alat, bahan, proses, operasi atau sarana kerja dari yang berbahaya
menjadi lebih tidak berbahaya. Dengan pengendalian ini menurunkan bahaya dan resiko
minimal melalui desain sistem ataupun desain ulang.
3. Rekayasa Engineering
Rekayasa engineering dilakukan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja serta untuk
mencegah terjadinya kesalahan manusia. Pengendalian ini terpasang dalam suatu unit sistem
mesin atau peralatan.
4. Pengendalian Administratif
Pengendalian administratif merupakan pengendalian bahaya sesuai dengan peraturan-
peraturan terkait keselamatan dan kesehatan kerja.
5. Alat Pelindung Diri
APD merupakan merupakan cara terakhir dalam pengendalian bahaya, yang berfungsi untuk
mengisolasi sebagian atau seluruh tubuh pekerja untuk mengurangi dampak bahaya.
6
VI. FATALITY PREVENTION PROGRAM MENGGUNAKAN PENDEKATAN 3E
(ENGINEERING, EDUCATION, ENFORCEMENT)
1. Engineering
A. Variable Message Sign
Variable Message Sign (VMS) merupakan perangkat kontrol lalu lintas yang dapat
menampilkan satu atau lebih pesan kepada pengguna jalan. Fungsi VMS secara umum
adalah untuk menyampaikan informasi peringatan, larangan, perintah dan petunjuk. VMS
juga diaplikasikan untuk kebutuhan Manajemen Lalu Lintas.
Wire Rope adalah tali yang terbuat dari baja. Di Indonesia tali baja ini lebih sering disebut
kawat sling. Kawat sling diproduksi dengan cara memilin wire membentuk strand lalu strand
tersebut dipilin lagi mengelilingi core menjadi wire rope.
7
C. Rumble Dot
Rumble Dot adalah material dari bahan Hotmix dengan komposisi khusus dan dimensi serta
jarak tertentu yang dipasang sedemikian rupa pada bahu (Inner Shoulder) atau sisi terluar
dari marka jalan Inner Shoulder yang berfungsi sebagai garis kejut untuk memberikan
peringatan dini kepada pengguna jalan agar tidak keluar dari perkerasan jalan sehingga
dapat mengurangi terjadinya kecelakaan akibat mengantuk.
8
E. Speed Reducer
Speed Reducer adalah marka jalan berbentuk garis panah yang memberikan efek visual
kepada pengemudi untuk mengurangi kecepatan kendaraannya.
F. Delineator
Delineator merupakan rambu pembatas jalan yang biasa digunakan di jalur yang rawan
kecelakaan ataupun jalur berbahaya lainnya.
9
G. Emergency Safety Area
Jalur penyelamat atau Emergency Safety Area merupakan jalur khusus untuk keadaan
darurat pada saat kendaraan mengalami gagal pengereman.
H. Rest Area
Tempat istirahat atau dikenal secara lebih luas sebagai rest area adalah tempat beristirahat
sejenak untuk melepaskan kelelahan, kejenuhan, ataupun ke toilet selama dalam perjalanan
jarak jauh. Penyediaan rest area secara umum dilengkapi dengan SPBU serta tempat
pemeriksaan kendaraan (tekanan angin ban, oli, radiator, mesin)
10
I. Parkir Khusus
Penyediaan slot parkir khusus kendaraan pengangkut Limbah B3/Bahan kimia berbahaya
(BBM, LPG)
11
K. CCTV
CCTV (Closed Circuit Television) merupakan kamera yang digunakan untuk mengintai,
mengawasi ataupun merekam keadaan dan data hasil visualisasi tersebut terkoneksi pada
Intelligent Traffic Management System untuk keperluan keamanan dan keselamatan.
Acuan:
- PERMENPU NOMOR 16/PRT/M/2014 Standar Pelayanan no. 5 Terkait Keselamatan
12
M. WIM (Weight in Motion)
WIM (Weight in Motion) merupakan salah satu solusi inovatif dalam manajemen lalu lintas
yang memungkinkan kendaraan ditimbang ketika kendaraan dalam kondisi bergerak. Pada
penelitian ini dirancang sebuah sistem monitoring yang mampu mengolah dan menghitung
data kendaraan berupa beban dan kecepatan kendaraan melalui sistem WIM.
Acuan:
- PERMENPU NOMOR 16/PRT/M/2014 Standar Pelayanan no. 5 Terkait Keselamatan
13
O. Rambu Lalu Lintas
Rambu Lalu lintas adalah bagian perlengkapan Jalan yang berupa lambang, huruf, angka,
kalimat, dan/atau perpaduan yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah, atau
petunjuk bagi Pengguna Jalan
sudah terpasang
Gambar 6.1.16 Monitoring & maintenance
Acuan:
- PERMENPU NOMOR 6/PRT/M/2018 Tentang Wewenang dan Tugas Direktorat Jenderal
Bina Marga, Badan Pengatur Jalan Tol, dan Badan Usaha Jalan Tol Dalam
Penyelenggaraan Jalan Tol
- PERMENPU NOMOR 2/PRT/M/2007 Tentang Petunjuk Teknis Pemeliharaan Jalan Tol
dan Jalan Penghubung
14
2. Education
A. Sosialisasi
Sosialisasi terkait Safety Driving, Defensive Driving dan Gerakan Jalan Tol Bebas Hambatan
kepada masyarakat melalui sosial media / media lainnya
B. Komunitas
Jalin komunikasi dan kerjasama terhadap komunitas otomotif dan komunitas drivers
kendaraan logistik, travel, bus, dan komunitas masyarakat lainnya
15
C. Pelatihan
Pelatihan dan peningkatan kapasitas personil di lapangan untuk penanganan keadaan
darurat (penanganan kecelakaan dan tumpahan limbah B3)
16
E. Safety Patrol
Penempatan personil safety patrol pada setiap kilometer tertentu / jalur rawan dan pada
jam rawan untuk membantu pengguna jalan dengan memberikan pelayanan serta informasi
yang dibutuhkan oleh pengguna jalan saat terjadi kendala dalam berkendara di jalan tol.
3. Enforcement
Pelaksanaan program pada tahap enforcement dilakukan melalui kerjasama dengan pihak Patroli
Jalan Raya (PJR) terkait penindakan terhadap pengemudi yang melanggar aturan keselamatan
seperti kendaraan yang memiliki muatan ODOL (Over Dimension Over Load), kegiatan
NATUPANG (Naik Turun Penumpang), Parkir liar, dan Pedagang Asongan Liar.
17
Gambar 6.3.2 Penertiban Bis yang Melakukan Natupang
Gambar 6.3.4 Apel Gabungan Petugas BUJT & PJR (Patroli Jalan Raya)
Acuan pendekatan 3E point Enforcement :
- Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (LLAJ)
- Undang-Undang Tahun 2004 Tentang Jalan
- PP Tahun 2015 Tentang Jalan Tol
- PP Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)
- PERMENPU NOMOR 16/PRT/M/2014 Standar Pelayanan no. 5 Terkait Keselamatan
- PERMENPU NOMOR 6/PRT/M/2018 Tentang Wewenang dan Tugas Direktorat Jenderal
Bina Marga, Badan Pengatur Jalan Tol, dan Badan Usaha Jalan Tol Dalam
Penyelenggaraan Jalan Tol
18