Anda di halaman 1dari 3

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Sekelompok manusia atau lebih yang melakukan hubungan sosial

Masyarakat adalah sekelompok manusia yang terjalin erat karena sistem tertentu, tradisi
tertentu, konvensi dan hukum tertentu yang sama, serta mengarah pada kehidupan kolektif.
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang karena tuntutan kebutuhan dan pengaruh
keyakinan, pikiran, serta ambisi tertentu dipersatukan dalam kehidupan kolektif. Sistem dan
hukum yang terdapat dalam suatu masyarakat mencerminkan perilaku-perilaku individu karena
individu-indivu tersebut terikat dengan hukum dan sistem tersebut.[1]

Menurut antropolog Elman Service, untuk memudahkan mempelajari keanekaragaman


masyarakat, masyarakat dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan peningkatan ukuran
populasi, sentralisasi politik, serta stratifikasi sosial, yaitu: kawanan, suku, kedatuan, dan negara.
Jenis masyarakat paling kecil atau kawanan biasanya hanya terdiri atas beberapa kelompok,
banyak diantaranya merupakan kumpulan dari satu atau beberapa keluarga besar

Golongan
Masyarakat warga yang pertama adalah keluarga, lalu menjadi komunitas warga, meningkat
menjadi masyarakat politik dan berujung pada terbentuknya institusi formal negara. [7]
Masyarakat warga ditandai dengan adanya tiga unsur: komunitas politik, pemerintahan dan
hukum. Isi dari masyarakat warga adalah ketaatan pada hukum, persetujuan hidup bersama,
kesetaraan dan penyelenggaraan pemerintahan.[11] Masyarakat warga seperti roda putar hamster
(hamster wheel) di mana individu terlibat dalam sirkuit tak berujung mengejar kekayaan dan
penghargaan yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi[12]

Sedangkan masyarakat barbar merujuk pada kehidupan yang selalu disandarkan pada hukum
rimba, pada naluri-naluri alami manusia yang saling beradu satu sama lain[13]

Masyarakat terbagi menjadi dua golongan utama, yakni penguasa atau pengeksploitasi dan yang
dikuasai atau yang dieksploitasi. Golongan penguasa dilukiskan oleh al-Qur’an sebagai golongan
“mustakbirin” (orang-orang yang sombong). Sedangkan golongan yang dikuasai dilukiskan al-
Qur’an sebagai golongan :mustadh’afin (yang tertindas).[14]

Kepribadian
Kepribadian masyarakat tidak sama dengan kepribadian individu. Kepribadian ini terbentuk
melalui penggabungan individu-individu dan aksi-reaksi budaya mereka. Masyarakat
mempunyai sifat alami, ciri-ciri dan peraturannya sendiri, tindakan-tindakan serta reaksi-
reaksinya dapat diterangkan dengan serangkaian hukum umum dan universal. Masyarakat
mempunyai kepribadian independennya sendiri, karena itu hanya dapat mengatakan bahwa
sejarah mempunyai suatu falsafah dan dibentuk oleh hukum dan norma.[15]
Masyarakat warga terbentuk secara alamiah yang mendorong manusia untuk membentuk
kehidupan sosial dan ikatan persahabatan. Masyarakat warga terbentuk melalui logika negatif,
dengan mekanisme leisure of evil: hukum dan aturan diciptakan justru untuk membatasi dan
memblokir insting-insting gelap manusia. [16] Masyarakat warga dikenal sebagai masyarakat
borjuis di mana partikularitas dan individualitas jauh lebih menonjol daripada nilai-nilai
kebersamaan dan solidaritas. Dalam masyarakat warga, setiap orang menjadikan dirinya sebagai
tujuan.[17]

Dinamika atau perubahan masyarakat dapat terjadi karena beberapa faktor antara lain:

1. Penyebaraan informasi, meliputi pengaruh dan mekanisme media dalam menyampaikan


pesan-pesan ataupun gagasan (pemikiran)
2. Modal, antara lain sumber daya manusia ataupun modal finansial
3. Teknologi, suatu unsur dan sekaligus faktor yang cepat berubah sesuai dengan
perkembangan ilmu pengetahuan
4. . Ideologi atau agama, keyakinan agama atau ideologi tertentu berpengaruh terhadap
proses perubahan sosial
5. Birokrasi, terutama berkaitan dengan berbagai kebijakan pemerintahan tertentu dalam
membangun kekuasaannya
6. Agen atau aktor, hal ini secara umum termasuk dalam modal sumber daya manusia, tetapi
secara spesifik yang dimaksudkan adalah inisiatif-inisiatif individual dalam “mencari”
kehidupan yang lebih baik.[18]

Masyarakat Madani
Masyarakat madani pada prinsipnya memiliki multimakna, yaitu masyarakat yang demokratis,
menjunjung tinggi etika dan moralitas, transparan, toleransi, berpotensi, aspiratif, bermotivasi,
berpartisipasi, konsisten memiliki bandingan, mampu berkoordinasi, sederhana, sinkron, integral,
mengakui, emansipasi, dan hak asasi, namun yang paling dominan adalah masyarakat yang
demokratis.

Masyarakat madani dapat melihat sesuatu secara terstruktur dan systematis untuk mencapai
masyarakat yang transparan, demokratis serta dapat melihat sesuatu menjadi dari perspektif yang
lebih positif bahkan disaat resesi ekonomi. Sebagaimana yang kita ketahui bersama bahwa
pandemi memberikan suatu tantangan bagi masyarakat Indonesia dan mendorong kondisi
masyarakat ke dalam masa resesi ekonomi. Sudah seyogyanya masyarakat dapat berpikir positif,
progresif dan solutif atas segala tantangan yang datang seiring berjalannya waktu.

Referensi
1.

 Sulfan dan Mahmud 2018, hlm. 273.


  Diamond 2017, hlm. 16.
  Tejokusumo 2014, hlm. 41.
18. . 39-40.

Daftar pustaka

Anda mungkin juga menyukai