Anda di halaman 1dari 9

JURNAL FAI Vol. 1, No.

1, (2024) 1

Pembentukan Kharisma Da’i/Kyai: Peran


Komunitator, Pemimpin Umat, Dan Pola
Perilaku
SYAILLA NAJWA SANTANA
Agama Islam, Fakultas Agama Islam, Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara
Jl. Kapten Muchtar Basri No.3, Glugur Darat II, Kec. Medan Tim., Kota Medan, Sumatera Utara
20238

E-mail:
Abstrak—Kharisma pendakwah sebagai komunikator, Setiap manusia. Dalam dirinya tersungging dua potensi intelektual:
dakwah atau seruan membutuhkan juru dakwah atau sebagai Sejarawan yang menyukai detail dan mengetahui
penyeru dan yang dibutuhkan oleh seorang juru dakwah sejumlah besar faktafakta, serta memiliki bakat menarik
adalah unsur-unsur gerakannya dan semangatnya yang tinggi
kesimpulan logis. Kharisma didefinisikan sebagai suatu sifat
untuk menyebarluaskan ajaran-ajaran Islam serta menumbuh
kembangkan dakwah. Seorang juru dakwah mempunyai tertentu dari suatu kepribadian seorang individu berdasarkan
pengaruh yang luar biasa, ia mendapat kedudukan sebagai mana orang itu di anggap luar biasa dan diperlakukan sebagai
tokoh panutan di dalam masyarakat. Kedudukan inilah yang orang yang mempunyai sifat-sifat ghaib, sifat unggul atau
menjadi konsekuensi bahwa juru dakwah harus memiliki paling sedikit dengan kekuatan-kekuatan yang khas dan luar
sifat-sifat dan kepribadian yang baik sebagai tuntutan biasa.
tanggung jawab yang dipikul oleh seorang atau sekelompok
juru dakwah yang memiliki kredibilitas dan kompetensi yang
mumpuni, agar mampu meraih kemajuan dan hal-hal yang Oleh karenanya seseorang pribadi berkharisma adalah seorang
positif dalam melaksanakan kewajiban besar berdakwah. terhadap siapa orang percaya bahwa dia itu mempunyai
Dengan demikian, seorang juru dakwah dalam penyampaian kemampuan aneh yang sangat mengesankan, yang seringkali
pesan atau materi ceramahnya, tentunya tidak asal-asalan. dipikirkan dari suatu jenis ghaib, yang membuat dia terpisah
Akan tetapi materi ceramahnya disampaikan dan disajikan dari yang biasa. Weber mengartikan kharisma sebagai gejala
dengan bahasa-bahasa yang indah, menarik dan memikat
sosial yang terdapat pada waktu kebutuhan kuat muncul
dengan sikap yang santun, ramah, bijaksana penuh hikmah,
serta mudah dicerna dan diterima oleh mad’u atau masyarakat terhadap legitimasi otoritas.
luas.
Weber menekankan bahwa yang menentukan kebenaran
Kata-kata Kunci: Kharisma, Dakwah, Komunikator kharisma adalah pengakauan pengikutnya. Pengakuan atau
kepercayaan kepada tuntutan kekuatan gaib merupakan unsur
integral dalam gejala kharisma. Kharisma adalah pengakuan
terhadap suatu tuntutan sosial.
I. PENDAHULUAN
Dalam konteks lain weber mengartikan Kharisma sebagai sifaf

S ecara Etimologi kata kharisma berasal dari bahasa


Yunani “Charisma” yang berarti karunia atau bakat
khusus. Orang yang berbakat khusus disebut juga karismatik.
yang melekat pada seorang pemimpin dengan mengatakan
pemimpin kharismatik adalah seseorang yang seolah-olah
diberi tugas khusus dan karena itu dikaruniai bakat-bakat
Dalam kamus ilmiah popular kata kharisma diartikan sebagai khusus oleh Tuhan untuk memimpin sekelompok manusia
wibawa, kewibawaan atau karunia kelebihan dari Tuhan, mengarungi tantangan sejarah hidupnya. Weber juga
anugerah kelebihan/keistimewaan seseorang yang diberikan mendefinisikan kharisma adalah suatu tenaga pendorong,
oleh Tuhan atau sesuatu kelebihan atau kemampuan yang kreatif yang mengalir dengan deras melewati aturan-aturan
dimiliki oleh seseorang yang merupakan pemberian Tuhan. yang telah tertanam, baik aturan-aturan itu aturan hukum
Sedangkan secara Terminologi sebagaimana yang telah ataukah aturan-aturan tradisional, yang mengatur suatu orde
diungkapkan yang telah ada. Kharisma merupakan suatu fenomena khusus
yang tidak rasional. Weber juga menjelaskan Kharisma
Sosiolog Jerman Max sebagai suatu kekuatan yang keramat, Kharisma itu
mempertahankan sifatnya yang luar biasa.
Weber,”Pakarnya Ilmu Sosialatau Bapak Sosiologi” Dialah
salah seorang pemikir yang meletakkan pijakan cara berfikir
ilmiah untuk memahami realitas sosiologis peradapan
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 2

II. KAJIAN TEORI Segi baru dari Shils adalah bahwa kharisma bukan hanya
Sebuah teori dapat dipergunakan untuk membaca kenyataan gejalaluar biasa dalam situasi abnormal, melainkan juga gejala
empiris. Suatu teori terdiri atas seperangkat proposisi yang dalam situasirutin dan biasa. Menurut Shils, kharisma dalam
saling berkaitan. Keterkaitan tersebut tersusun dalam suatu arti sempit dan asli adalahseperti yang disebut pada perjanjian
sistem yang memungkinkan kita mempunyai pengetahuan baru. (Rm. 12 dan 1 kor.12) sepertihalnya yang dipahami oleh
yang sistematis tentang suatu peristiwa. A. Kharisma Da’I Weber.Tetapi bagi Shils, Weber terlalu menekankan segi
Dalam analisis Max Weber tentang kharisma, sebagaimana keluarbiasaanindividu yang berkharisma, seolah-olah kualitas
yang telah didefinisikan diatas, Para ahli sepakat mengartikan istimewa itu dengansendirinya ada pada individu. Padahal
kharisma sebagai suatu hasil persepsi para pengikut, kharisma adalah sesuatu yangdiberikan. Sebagai pemberian,
atributatribut yang dipengaruhi oleh kemampuan-kemampuan kualitas kharismatis justru terletak dalamkaitan dengan satu
aktual dan prilaku dari para pemimpin dalam konteks situasi kekuatan sentral yang merintis,
kepemimpinan serta dalam kebutuhan-kebutuhan individual
maupun kolektif para pengikut. Sosiolog yang Menciptakan,memelihara, memerintah, mempertahankan,
mengembangkan pemikiran tentang Kharisma dan otoritas membarui dan bahkan jugabisa menghancurkan dunia ini.
kharismatis adalah Max Weber (1864-1919). Weber Kekuatan seperti itu bisa kekuatan Allahatau kekuatan
mengembangkan tiga tipe otoritas dalam masyarakat. Pertama, transenden lain. Keterkaitan kekuatan transenden
otoritas legal, yaitu otoritas yang keabsahanya bersumber dari inimelahirkan sikap hormat dan gentar (Disposition of Awe
legalitas dan aturanaturan resmi. Kedua, otoritas tradisional, and Reference) yang disebut shills sebagai kharismatis
yaitu otoritas yang keabsahannya bertumpu pada adat istiadat. disposition. Lalu bagaimana kharisma menyebar?
Dan ketiga, otoritas kharismatis, yaitu otoritas yang
keabsahannya bersumber dari Kharisma atau kualitas istimewa Kharisma luar biasa danterkonsentrasi memang ada pada
seseorang, serta pengakuan orang lain terhadap Kharisma itu. pemimpin. Namun, kharisma jugamenyebar dalam setiap
aspek kehidupan dan lembaga, walaupun dalambentuk lebih
Walaupun dapat dibedakan, menurut Weber, dalam kenyataan lemah dan tersebar. Jadi, kharisma tidak hilang
sejarah, ketiganya tercampurkan. Pemimpin dengan otoritas setelahkematian pemimpin kharismatik, tetapi menyebar
kharismatis bisa sekaligus merupakan pemimpin tradisional keberbagai lembaga,bahkan juga pada seluruh warga Negara.
dan legal. Max Weber mengelompokkan tiga ciri khas pokok Salah satu contoh penyebarankharisma adalah sistem
yang menggambarkan kharisma yaitu: pertama kharisma demokratis yang membuka peluang bagi tanggungjawab
adalah sesuatu yang “luar biasa”, yakni sesuatu yang sangat individu.
berbeda dari dunia sehari-hari. Kedua kharisma bersifat
spontan sangat berbeda dengan bentukbentuk sosial yang Dalam hubungannya dengan penyebaran kharisma, menurut
stabil dan mapan. Ketiga kharismamerupakan suatu sumber shils,ada kharisma lembaga
dari bentuk serta gerakan baru,yaitu sumber kemampuan yang
berada di atas rata-ratamanusia pada umumnya. Oleh karena (institutional kharisma) yang bukan bersumber darikharisma
itu dalam artisosiologis dia bersifat kreatif. Didalam buku individu, tetapi secara berhubungan erat (inheren) ada
“The Theory of Sosial and Economic Organization”tentang padasetiap organisasi yang memiliki otoritas. Dan legitimasi
kepemimpinan Weber menegaskan bahwa institutional itujustru bersumber dari keanggotaan dalam
kepemimpinanKharismatik merupakan wewenang yang lembaga tersebut. Karena itukharisma yang menyebar bukan
didasarkan pada Kharisma, yaitusuatu kemampuan khusus lagi hal yang luar biasa, melainkanmenjadi gejala Normal
yang ada pada diri seseorang. Kemampuan khusus tadi (normal charisma). Walaupun normal, kharisma inidiperlukan
melekat pada orang karena anugerah dari Tuhan. Orang-orang bagi penyelenggaraan kehidupan bersama dalam masyarakat.
di sekitarnya mengakui akan adanya kemampuan khusus Menurut Berger, sebuah terobosan baru hanya terjadikarena
tersebut atas dasar kepercayaan karena mereka menganggap kharisma. Individu pembawa orentasi nilai baruadalah tokoh
bahwa sumber kemampuan tersebut adalah sesuatu yang berkharisma, dan karena itu memiliki otoritaskharismatis.
berada di atas kekuasaan dan kemampuanmanusia pada Dengan demikian kharisma merintis makna,nilai, dan orentasi
umumnya. Wewenang kharismatis akan dapat bertahan selama baru, dan merumuskan kembali asumsiasumsilama yang
dapat dibuktikan keampuhannya bagi seluruh masyarakat. selama ini dianut secara ketat. Jadimenurut Berger, kharisma
Misalnya, Nabi, para Rasul danpenguasa-penguasa terkemuka bukan kekuatan magis,melainkan suatu daya dalam sejarah
dalam sejarah. Dasar wewenangkharismatis bukan terletak dan masyarakat.
pada suatu peraturan. Akan tetapi bersumberpada diri pribadi
individu yang bersangkutan. Kharisma semakinmeningkat Menggaris bawahi Weber, Berger berpendapat bahwa
sesuai dengan kesanggupan individu yang bersangkutan kharisma adalah daya penggerak (principal moving force) dan
untukmembuktikan manfaatnya bagi masyarakat, dan terobosan (breaktrough) terhadap tatanan yang kaku.
pengikutnya dapatmenikmatinya. Di sisi lain Edward Shils
melakukan satu tafsiran tentang teorikharisma weber, yang Betapapun kuatnya satu tatanan yang lama bisa
dinilai membuat “Refokus” terhadap diskusi tentangkharisma. didobrakdengan oleh daya kharisma. Berger menekankan
interaksi masyarakat dengankharisma yang sewaktu-waktu
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 3

muncul sebagai kekuatanpendobrak, bila tatanan dan nilai tak yang mewarisi kharisma melaluihubungan darah, keturunan,
lagi melayanikebaikan manusia. Jelas, tekanan Berger masih dan institusi, diamping pengetahuan Gusduryang mendalam
dalam garis Weber. Berger menekankan realitas tatanan beku tentang masalah-masalah social, politik dan keagamaan.Sepak
dan kharisma sebagai terobosan. Bagi Weber kharisma terjang Gusdur dalam banyak bidang, baik pemikiran
memainkan dua peranan yang sangat menonjoldalam keagamaanmaupun masalah-masalah kemanusiaan dan
kehidupan. Sebagai hal yang luar biasa, kharisma demokrasi, telah banyakmengguncang tatanan normatif
merupakansumber kegoncangan dan pembaharuan, karena itu masyarakat Islam tradisional NU.
merupakan unsurestrategis dalam perubahan social. Dalam
memperoleh para pengikutnya dan dalam menimbulkan rasa Timbulnya para pemikir liberal di kalangan NU yang
hormat, sumber asli dalam wewenang itulahyang membuat ia pernahdipimpimnya, paling tidak, berkat kepemimpinan
dihormati, diterima, dan diikuti secara sukarela.Fenomena Abdurrahman Wahidyang lahir di Denanyar
kharismatik, walau dihubungkan dengan manusiakongkrit,
menyampaikan kepada siapa yang sensitif terhadap Jombang Jawa Timur, 4 Agustus 1940, mempunyaiseorang
“himbauan”mereka, aspek-aspek dan implikasi serba empiris. kakek yang kharismatik, yaitu Hasyim Asy’ari, yang
Kharisma melahirkanpanggilan-panggilan, dan mereka yang merupakansalah satu dari pemimpin muslim terbersar
karena sebab apapun dapatmendengar panggilan ini akan
menanggapinya dengan keyakinan. Parapengikut ini merasa Indonesia pada pergantianAbad lalu, dan seorang ayah, Wahid
bahwa adalah “kewajiban mereka yang terpanggilpada suatu Hasyim yang juga merupakan tokohpenting dan pernah
misi kharismatik untuk mengakui kualitasnya dan menjabat posisi menteri agama pada 1945. Sebagaicucu
bertindaksesuai dengan kharisma itu”.Fenomena kharisma dan pendiri Nahdlatul Ulama (NU), Gus Dur mewarisi
kepemimpinan kharismatik, seperti dikatakan oleh kharismamoyangnya. Hasyim Asy’ari dikenal sebagai seorang
loewenstein, dapat ditemukan di suatu wilayah penggalang Islamtradisional yang sangat berpengaruh. Ia
dimanakeyakinan rakyat pada kekuatan supranatural masih mendirikan sebuah organisasiyang sampai saat ini masih
meluas, misalnya, diIndonesia. Berbeda dengan loewnstin, mempengaruhi pola hidup sebagian besar umatIslam
Edward Indonesia.

Shils melihat adanya unsurkharismatik dalam setiap Ucapan-ucapannya dita’ati oleh para pengikutnya, terutama
masyarakat. Secara umum dari uraian tersebutdiatas, sekali dikalangan orang-orang NU. Disamping itu, jika ditelusuri
lagi Weber mendifinisikan kharisma sebagai “kualitas tertentu kebelakang,kharisma tersebut ternyata dapat ditemukan juga
seorang individu yang karenanya ia jauh berbeda dengan pada nenek moyangnya.Gus Dur ternyata memiliki keturunan
orangorangbiasa dan dianggap memiliki kekuatan yang sangat berpengaruh danberdarah biru. Nenek moyang
supranatural, manusia supranatural setidaknya luar biasa. dari Gus Dur, dapat ditelusuri sampaikepada syeh Ahmad
Tetapi semua itu dianggap berasal danbersumber dari Tuhan, Mutamakkin, seorang yang dipercaya sebagaic”Waliyullah”
dan atas dasar itu, individu yang bersangkutandiperlakukan (derajat tertinggi dan terhormat dalam keyakinan umatIslam)
sebagai pemimpin”. Menurutnya pula kharisma adalah sebagai dan yang merupakan ulama controversial zaman
kekuatan inovatif danrevolutif, yang menentang dan MataramcKertosuro, Abad ke18. Syeh Mutamakkin dipercaya
mengacaukan tatanan normatif dan politik yang mapan. juga merupakanketurunan dari orang yang sangat legendaries
Otoritas kharismatis didasarkan pada person di tanah Jawa yang juga rajaPajang, yaitu Joko Tingkir, cicit
ketimbangchukum impersonal. Pemimpin kharismatik Brawijaya V, Raja Majapahit terakhir.Rutinisasi kharisma
menuntut kepatuhan dari parapengikutnya atas dasar melalui keturunan inilah yang membuat parapengikut Gus Dur
keunggulan personal, seperti misi ketuhanan,perbuatan- sangat loyal, bahkan sekalipun sinyalemensinyalemenGus Dur
perbuatan heroik dan anugrah yang membuat dia berbeda. seringkali sulit difahami dan membingungkan banyak
orang.Masyarakat tradisional NU bahkan berani mati untuk
Institusionalisasi kharisma dapat di peroleh melalui beberapa mendukung tokohini. Ini terbukti dengan dibentuknya
cara,misalnya, bisa melalui hubungan darah, keturunan dan “pasukan berani mati” untuk membelaGus Dur dari
institusi.Dalam masyarakat Indonesia yang masih didominasi upayaupaya yang ingin menjatuhkan kekuasaannya.Gus Dur
oleh keyakinantradisional, kharisma banyak diturunkan cenderung di sakralkan hal ini terlihat ketika ia
melalui hubugan darah. Kharismayang dimiliki oleh banyakmengecewakan para ulama karena pendapat-
megawati, rachmawati, dan sukmawati, yang pendapatnya yangcontroversial ia tetap lolos sebagai president
ketiganyamemimpin partai dengan ideologi sukarnoisme, bahkan ketika setelah iadigulingkan ia kembali menjadi ketua
diwarisi dari bapaknya,csukarno tokoh proklamator yang PBNU. Pengaruh pemikirannya jugasangat luas sehingga
sangat kharismatik. Para pendukungnyasangat setia kepada banyak kalangan kaum muda NU yang tersemangatiolehnya
mereka kerap kali tidak disadari pada pertimbanganrasional, sehingga yang kita kenal selama ini telah berdiri Lembaga
tetapi lebih pada ikatan-ikatan emosional dan kharisma KajianIslam Strategis LKIS, dan yang paling menarik dan
bapaknya.Satu contoh yang mungkin juga representatif untuk controversial adalahberdirinya kelompok diskusi Jaringan
menjelaskankharisma dan kepemimpinan kharismatik adalah Islam Liberal (JIL).
kharisma yang dimilikioleh Abdurrahman Wahid (Gus Dur)
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 4

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas, maka Weber. Apakah kharisma, gejalamasyarakat kuno itu masih
kharismadapat dipahami sebagai Suatu kualitas tertentu dalam relevan bagi masyarakat modern? Dan, apakahpemimpin
kepribadianseseorang yang mana dia dibedakan dari orang kharismatis memiliki kharisma murni? Bensman dan
biasa dan diperlakukansebagai seseorang yang memperoleh Givant,mempersoalkan label kharismatis yang begitu mudah
anugerah kekuasaan adikodrati,adimanusiawi, atau setidak- diberikan kepadaorang yang berpenampilan menarik.
tidaknya kekuatan atau kualitas yang sangatluar biasa. Tetapi Kharisma seperti itu bukan kharismamurni, melainkan kasil
semua itu dianggap berasal dan bersumber dari tuhan,dan atas rekayasa pendukung, misalnya dengan memilihsimbol, tema
dasar itu, individu yang bersangkutan diperlakukan dan mengatur teknik panggung.
sebagaipemimpin. Apakah seseorang “betul-betul”
mempunyai salah satu atau semuaciri khas yang dianggap Mereka menyebutnyasebagai
sebagai kelengkapannya oleh para pengikutnya,tidaklah
menjadi soal, yang penting dan yang menjadi masalah, Pseudokharisma atau Manufactured Kharisma, yakni
adalahbahwa ada sifat-sifat luar biasa yang dianggap oleh upayamenampilkan tokoh tertentu dengan citra luar biasa
orang lain sebagaiatribut Kharisma dari orang itu.Dominasi lewat berbagai teknik.Motif rekayasa itu adalah
kharisma biasa timbul dalam konteks sosial atau sejarahyang melanggengkan kekuasaan pemimpin dankelompok
sangat beraneka ragam, dan oleh karenanya tokoh-tokoh pendukung.Jadi, perlu dibedakan dengan jelas apakah suatu
kharismaberjejeran dari mulai pemimpin-pemimpin politik kharisma itu murniatau rekayasa. Menurut Bensman dan
dan Nabi-nabi yangtindakan-tindakannya telah mempengaruhi Givant, kharisma murni itu memangpemberian/anugerah dari
perkembangan seluruhperadapan sampai kesekian banyak Tuhan. Orang yang memiliki kharisma murnitidak merekayasa
jenis pemimpin kecil yang pintarberpidato disemua lapisan dampak tindakanya, tetapi hanya berurusan dengankekuatan
kehidupan, yang telah memperoleh kepercayaandari para pemberian yang menguasai dirinya. Karena itu
pengikutnya. Pernyataan keabsahan atas otoritas kharisma, kegagalanseseorang dengan kharisma murni bukan salah
dalamkonteks apapun diketemukan orang, dan selalu rekayasa, melainkan karenapenyalah gunaaan kharisma yang
didasarkan ataskepercayaan baik dari sang pemimpin maupun diterimanya. Menurut soemarsaid moertono, ide Pulung,
dari pihak parapengikutnya kepada keotentikan tugas sang Andaru,Teja yakni sinar yang menimpa seseorang adalah
pemimpin.Jika konsep kharisma dikaitkan dengan da’I, maka pratandabagi pendiri dinasti baru.
dapat dipahamibahwa seorang juru dakwah yang seolah-olah
diberi karunia atau anugeraholeh Allah SWT berupa Pulung atau Andaru lalu diartikansebagai wahyu, dan dalam
kelebihan-kelebihan khusus dalam mempengaruhipikiran, konteks cultural jawa, dipahamisebagai karunia tuhan bagi
perasaan dan tingkah laku orang lain, sehingga dalam raja, satu cara pengesahankedudukan raja dalam konteks
suasanabatin mengagumi dan mengagungkan pemimpin untuk cultural jawa. Penerimawahyu absah sebagai raja karena ada
bersediamelakukan sesuatu yang dikehendaki pemimpin. Oleh persetujuan ilahi, dandengan sendirinya diakui
karena inti berdakwah adalah mengajak umat manusia rakyat.Penguasa yang demikian memiliki daya ilahi
menujujalan yang di ridhoi oleh Allah SWT (Amar Ma’ruf (sakti),daya yang menurut soemarsaid moertono
Nahi Mungkar)tentunya da’I yang kharismatik adalah juru merupakanunsure utama bagi seorang penguasa yang disegani
dakwah yang diberi tugaskhusus (berdakwah) dan kerenanya dalamsatu masyarakat yang mengharapkan satu
Allah SWT memberikan karuniakepadanya berupa kelebihan kepemimpinan byang kharismatis.
dan bakat-bakat yang khusus untukmempengaruhi pikiran,
perasaan dan tingkah laku mad’u sehinggadidalam suasana Gejala kharisma pada umumnya muncul pada waktu krisis,
batin mad’u mengagumi dan mengagungkan sang da’I untuk waktuperang atau pada waktu kebudayaan saling
bersedia melakukan sesuatu sesuai yang di kehendaki bertentangan, terutamadisebabkan masalah akulturasi.
da’i.Sebagaimana yang dikatakan Hadari Nawawi dalam Kharisma selalu menyebabkan perubahansosial. Situasi
bukunya bahwapemimpin dan kepemimpinannya dipandang masyarakat sebelum kharisma tidak pernah sama
istimewa karena sifat-sifatdan kepribadiannya yang setelahkharisma. Kyai merupakan mahkluk yang memiliki
mengagumkan dan berwibawa. Artinya seorangjuru dakwah kharisma(kewibawaan). Faktor kewibawaan yang dimiliki
yang kharismatik dengan segala gaya seorang kyai/da’I merupakan salah satu kekuatan dalam
penyampaianceramahnya dipandang istimewa dan mudah menciptakan pengaruh di dalammasyarakat (tradisional).
dicerna oleh mad’u karenasifat-sifat dan kepribadiannya yang Tanpa kewibawaan, seorang kyai tentu akankesulitan dalam
mengagumkan dan berwibawa,sehingga karena kepribadian menciptakan pengaruh. Melihat kewibawaan kyai/da’I
itu, seorang da’I diterima dan dipercayai /sebagai orang yang terdapat dua dimensi yang perludiperhatikan. Pertama,
dihormati dan disegani serta diteladani. kewibawaan yang diperoleh seseorang (kyai)secara given,
seperti tubuh yang besar, suara yang keras, dan mata
yangtajam serta adanya ikatan geneologis dengan kyai
kharismatiksebelumnya. Kedua, dengan proses perekayasaan.
b. Faktor Timbulnya Kharisma Sejumlah kritik diajukan Dalam arti, kharismadiperoleh melalui kemampuan dalam
terhadap penguasaan terhadap pengetahuankeagamaan disertai
moralitas dan kepribadian yang shaleh, dan
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 5

kesetiaanmenyantuni masyarakat. Salah satu yang menunjang kemampuan dan ilmu yang dimilikinya. Secara khusus orang
kharisma, pengaruhdan otoritas seorang kyai adalah diakui sebagai muballig adalah yang menyandang profesi dan
penguasaannya akan ilmuilmu gaib(Thibb, Hikmah dan secara khusus mengkonsentrasikan diri dan pikirannya untuk
mendalami ilmu serta ajaran- ajaran untuk kemudian
Kesaktian). disampaikan kepada orang lain.

Dalam buku dasar-dasar kepemimpinan kata wibawa Yang dimaksud da’i (juru dakwah/pelaku dakwah) adalah
didefinisikansebagai bobot kepribadian seseorang yang orang yang melaksanakan dakwah baik lisan maupun tulisan
menyebabkan ia dihargai dandihormati orang lain dan ataupun perbuatan dan baik secara individu, kelompok atau
dianggap layak/mampu memimpin.Kepemimpinan dapat berbentuk organisasi/lembaga. Da’i sering disebut kebanyakan
dijalankan karena seseorang memiliki wibawadikalangan orang dengan sebutan mubaligh (orang yang menyampaikan
kelompoknya. Ia dinilai mampu menjadi penggerak, ajaran Islam), namun sebenarnya sebutan ini sebenarnya lebih
karenamemiliki keunggulan tertentu dan oleh sebab itu ia sempit dari sebutan da’i yang sebenarnya. Karena jika kita
disegani serta ditaati. Seseorang yang berpengalaman dan kembali kepada al-Qur’an dapat disimpulkan bahwa pelaku
sangat bijaksana disebuahdesa, karena pengalaman dan dakwah pertama adalah Nabi Muhammad SAW.
kebijaksanaannya itu ia disegani dan di ikutioleh warga desa.
Meskipun ia tidak pernah mendapat surat Dalam pengertian da’I, bukan saja mencakup mubaligh (dalam
keputusanpengangkatan sebagai kepala desa namun ia mampu makna yang sempit), melainkan semua pribadi muslim itu
menjadi tokohpanutan bagi masyarakat atau dapat dikatakan ia berperan secara otomatis sebagai juru dakwah. Artinya secara
sebagai pemimpin nonformal. Dan biasanya pemimpin seperti umum setiap muslim atau muslimat yang mukallaf (dewasa)
ini berperan sebagai tokohmasyarakat atau seorang kyai/da’I dimanapun, bagi mereka berkewajiban dakwah. Hal ini
yang menjadi teladan dan panutan masyarakat. Jadi wibawa merupakan suatu hal yang melekat tidak terpisahkan dari
merupakan syarat mutlak bagi keberhasilan seorangpemimpin. misinya sebagai penganut Islam, sesuai dengan perintah
Wewenang tanpa wibawa kurang ampuh, namun wibawa Hadits “Sampaikan dariKu walaupun hanya satu ayat”.
tanpa wewenang masih punya daya dorong yang besar bagi
pengikutnya.wibawa selalu bertumpu pada salah satu Dalam al-Qur’an dan as-Sunah, terdapat penjelasan tentang
keunggulan yang ada dalam diriseseorang. AmarMa’ruf Nahi Mungkar dan perintah terhadap mereka
yang layak untuk membawa bendera dakwah Islam.
Keunggulan ini bisa disebabkan karena seseorang Merekalah yang mampu mengajarkan agama, baik melalui
mempunyaikeahlian atau ketrampilan dibidang tertentu, atau tulisan, ceramah maupun pengajaran sehingga individu dan
karena ia berbakatmengatur dan mengelola (managerial skill). masyarakat dapat memahaminya. Mereka semua bertanggung
Namun yang paling pentingdalam hal ini adalah keunggulan jawab atas hal itu, karena merekalah yang dimaksud sebagai
karena kelebihan watak atau keluhuranakhlak. ahludz dzikir.

Dengan demikian, wibawa merupakan syarat mutlak bagi Mereka ahli dzikir ini, adalah orang-orang yang diberi tugas
seorangjuru dakwah dalam menciptakan pengaruh di dalam untuk menjadi pelopor dalam dakwah. Supaya dakwahnya
masyarakat demikeberhasilan dakwahnya. Tanpa kewibawaan, tidak ditolak oleh hati sebagaimana ditolaknya air hujan oleh
seorang juru dakwah/da’I tentu akan kesulitan dalam batu yang licin, maka masingmasing dari mereka harus
menciptakan pengaruh terhadap mad’unyabegitu halnya menjadi Qudwah Hasanah (teladan yang baik). Dan jika
seorang kyai/da’I, syarat mutlak untuk seorang juru dakwah tidak menjadi teladan, maka ia tidak
keberhasilandakwahnya adalah wibawa. Oleh karena itu perlu akan dapat mengenal Hikmah, tidak dapat megantarkan
kiranya bagi pemimpin,juru dakwah/da’I membina wibawa petunjuk Mau’idzhohHasanah dan tidak bisa bersikap lemah
dalam dirinya, dan sangat perlu bagipara pemimpin, para juru lembut terhadap kawan dan tidak berani dihadapan lawan.
dakwah/da’I membina keahlian dan ketrampilandisatu pihak, Menurut Asmuni Syukir di dalam bukunya “Dasar-dasar
dan watak/kepribadian yang baik di lain pihak.Jadi, Seorang StrategiDakwah Islam” mengatakan bahwa yang dimaksud
juru dakwah/da’I harus memiliki kelebihan ataukeunggulan da’i/juru dakwah adalah da’i yang bersifat umum. Bukan saja
tertentu sebagai tumpuan kewibawaan yang dimilikinya da’i yang professional, akan tetapi berlaku juga untuk setiap
dimata umat atau parajama’ah/mad’unya. orang yang hendak menyampaikan, mengajak orang kejalan
Allah. Sebab Rasulullah SAW. Bersabda:

III. HASIL DAN PEMBAHASAN


“Sampaikanlah dariKu walaupun itu hanya satu ayat” (HR.
Secara umum setiap muslim dewasa berkewajiban untuk Al- Bukhary dari Sanad Hasan Bin Athiyah dari Abi Kabsyah
menyampaikan ajaran-ajaran Islam kepada seluruh umat, dari Abdillah Bin Amr).
bukan saja melalui lisan dan tulisan, tetapi juga melalui
seluruh bentuk prilaku dan kegiatan sesuai dengan
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 6

baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui


Setiap orang yang menjalankan aktivitas dakwah, hendaknya tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang
memiliki sifat-sifat dan kepribadian yang baik sebagai pelaku lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS.
dakwah/da’i. Dalam kegiatan dakwah peranan da’i sangatlah An-Nahl: 125).
esensial, sebab tanpa da’i ajaran Islam hanyalah ideologi yang
tidak terwujud dalam kehidupan masyarakat.

d. Seorang juru dakwah hendaknya lembut dalam


menyampaikan nilainilai dan pandanganpandangan,
“Biar bagaimanapun baiknya ideologi Islam yangharus lembut dalam mengingkari atau menolak kesesatan,
disebarkan di masyarakat, ia akan tetap sebagai ide, ia akan ke salahpahaman dan berbagai kemaksiatan. Hal ini
tetapsebagai cita-cita yang tidak terwujud jika tidak ada ditunjukkan oleh Hadits Rasulullah SAW :
manusia yangmenyebarkannya”.

Tidaklah menyuruh perbuatan ma’ruf dan mencegah


Karena pentingnya fungsi da’i ini, maka banyak al-Qur’an dan kemungkaran, kecuali orang yang lembut dalam apa yang ia
Hadits yang memberikan sifat-sifat dan Etika yang harus perintahkan dan lembut pada apa yang ia larang, santun dan
dimiliki oleh da’i. demikian pula banyak buku yang ditulis sabar dalam apa yang ia cegah.
oleh para pakar yang memberikan syarat ideal bagi juru
dakwah/da’i. Dan di antara sifat-sifat tersebut adalah sebagai
berikut:
Disamping itu juga para pakar memberikan syarat ideal
a. Amal dan kegiatannya Seorang da’i hendaknya ikhlas mengenaisifat-sifat yang harus dimiliki seorang juru dakwah
karena mencari ridha Allah dan sematamata ingin termasuk diantaranyaHamzah ya’qub dalam bukunya Publistik
meraih pahala-Nya tidak oleh materi atau meraih Islam Dan Teknik Dakwahmenyatakan bahwa ada empat sifat
jabatan dan kedudukan. Sesuai apa yang telah yang harus dimiliki oleh seorang jurudakwah yaitu:
ditegaskan oleh alQur’an surat Fushshilat ayat 33:
1. Mengetahui pengetahuan yang cukup tentang al-
Qur’an dan sunah Rasul serta ilmu-ilmu lain yang
berinduk pada keduanya seperti Tafsir, ilmu Hadits,
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang sejarah kebudayaan Islam dan lain-lain.
MENYERU kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh, dan
berkata: ”Sesungguhnya Aku termasuk orang-orang yang 2. Memiliki pengetahuan yang menjadi kelengkapan
menyerah diri. (QS. Fushshilat: 33) dakwah, psikologi, antropologi, dan sebagainya.

3. Penyantun dan lapang dada, karena apabila ia keras


b. Seorang juru dakwah, haruslah menjadi teladan dan sempit pandangan, maka manusia akan
dalam amal sholeh. Seorang da’i tidak dikenal selain meninggalkannya. Allah
kebaikannya, tidak popular selain ketaqwaan dan
komitmennya terhadap Islam, baik aqidah, prinsip SWT. Berfirman Ali Imran: 159;
maupun perilakunya.

c. Menempuh cara hikmah


Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah
Lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi
(bijaksana) terhadap orang-orang terpelajar dan intelek, berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari
menempuh cara mau’idhoh hasanah (nasehat yang baik) dalam sekelilingmu. Karena itu ma’afkanlah mereka, mohonkanlah
menghadapi orang awam atau orang biasa serta menempuh ampun bagi mereka, dan bermusyawaratlah dengan mereka
cara debat yang baik atau dialog (Jidal) untuk melawan dalam urusan itu Kemudian apabila kamu Telah membulatkan
argumentargumen lawan. Sebagaimana firman Allah SWT. tekad, Maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
(QS. AliImran:

Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan 159) .


pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 7

kepadamu, agar kamu

4. Berani kepada siapapun dalam menyatakan, Mendapat petunjuk. (QS. AliImran: 103).
membela, dan mempertahankan kebenaran. Seorang
da’i yang penakut, ia tidak akan dapat mempengaruhi
masyarakatnya kejalan Allah, melainkan malah
dialah yang akan terpengaruh oleh masyarakat. 3. Tidak bersikap materialistik, artinya materi sebagai
Quraish Shihab menambahkan bahwa dari masing- tujuan utama dakwahnya. Al-Qur’an dengan tegasnya
masing pertama al-Qur’an telah terlihat dengan jelas menyatakan:
prinsip-prinsip pokok yang digariskan al-Qur’an bagi
manusia pelaku dakwah yakni:

a. Da’i harus selalu membaca yang tertulis dan Artinya: Dan Aku sekali-kali tidak minta upah kepadamu atas
tertulis segala hal yang berhubungan dengan ajakan-ajakan itu; upahku tidak lain hanyalah dari Tuhan
masyarakatnya, agar dakwahnya selalu segar semesta alam. (QS. Asy-Syu’ara: 109).
dan menyentuh, sesusai dengan ayat yang
pertama kali turun.

b. Da’i harus siap mental menghadapi situasi Ahmad Mubarok “Ahlinya di bidang Dakwah” juga
yang akan dialaminya. menambah kriteria-kriteria seorang da’i yang dipandang
positif oleh masyarakat antara lain:

c. Da’i harus memilki sikap mental yang a. Memiliki konsistensi antara amal dan ilmunya.
terpuji, sadar akan imbalan yang akan Seorang da’i harus mengamalkan apa yang dia
didambakan dari upaya dakwah sesuai serukan pada orang lain.
dengan surah al- Mudatsir.
Perbuatan seorang da’i tidak boleh melecehkan kata-katanya
sendiri, apa yang ia demonstrasikan kepada masyarakat
haruslah apa yang memang menjadi keyakinan hatinya dan
Dalam tafsir dakwah disebutkan ada tiga sifat da’i idealnya seorang da’i adalah seperti matahari. Dia membuat
diantaranya sebagai berikut: bercahaya rembulan, tetapi sinar matahari tetap lebih terang.

1. Tidak bersikap Emosional, sebab dia hanya bertugas b. Tidak mengharap pemberian orang (iffah). Iffah
menyampaikan kebenaran, sedangkan petunjuk dan artinya hatinya bersih dari pengharapan terhadap apa
kesesatan ada di tangan Allah SWT. Sesuai dengan yang ada pada orang lain. Seorang da’i yang tidak
yang termaktub dalam surah an-Nahl: 125. terlintas sedikitpun didalam hatinya keinginan
terhadap harta orang lain.
2. Bertindak sebagai pemersatu umat, bukan pemecah
belah umat, mengutamakan pengertian Islam yang c. Qana’ah atau kaya hati. Seorang da’ i boleh miskin
telah dikebiri kepentingan pribadi atau golongan. harta, tetapi tidak boleh miskin hati. Karena kaya hati
Allah (Qana’ah) itu lebih tinggi nilainya dibangdingkan
kekayaan harta. Jadi, seorang da’i menerima segala
apa yang diberikan Allah AWT. Kepadanya dan tidak
Berfirman dalam surah Ali- merasa rendah diri.

Imran:103;
d. Kemampuan berkomunikasi. Seorang da’i harus
memiliki kemampuan berkomonikasi, karena
dakwah mengkomunikasikan pesan kepada mad’u
Artinya: Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali dan pesan dakwah itu mudah
(agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan
ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu e. Memiliki rasa percaya diri dan rendah hati. Seorang
(masa Jahiliyah) bermusuhmusuhan, Maka Allah da’i harus memiliki rasa percaya diri, yakni selama
mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat dakwahnya dilandasi oleh keikhlasan dan dijalankan
Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada dengan melalui perhitungan yang benar dan
di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari mengharap ridha Allah, Insya Allah akan membawa
padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya manfaat. Seorang da’i juga harus tawadlu’,
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 8

merendahkan diri tetapi bukan rendah diri, menjauhi maksimal untuk dimiliki bagi da’i, tidak lain agar dakwah
sifat dan rasa kagum diri (Ujub). yang di sampaikan dapat berbekas dan berpengaruh dalam
kehidupan sosial. Dalam pengertian yang luas, yang dikenal
dengan total dakwah yaitu proses di mana setiap muslim
f. Tidak kikir ilmu (Kirmanul al-ilm). Sejalan dengan mendayagunakan kemampuannya dimana masingmasing
sifat kejuangan dan perumpamaan da’i sebagai dalam rangka mempengaruhi orang lain agar bersikap dan
matahari, seorang da’i dengan senang hati akan bertingkah laku sesuai dengan misi dan cara dari ajaran-ajaran
mengajarkan ilmunya kepada orang yang mau Islam tersebut.
maupun yang tidak mau. Karena tidak ada ceritanya
seorang da’i menyembunyikan ilmunya dari mad’u.
ilmu itu sendiri, semakin banyak justru semakin
tajam dan bertambah.

g. Anggun. Betapapun seorang da’i harus aktif bekerja


IV. KESIMPULAN
dan berbicara.

Berdasarkan analisis data dalam pembahasan, maka


Tetapi keanggunan kepribadiannya harus tetap dijaga, dapat diperoleh kesimpulan sebagai jawaban terhadap
keanggunan itu diantaranya sebagai berikut: permasalahan penelitian ini. Di antaranya sebagai berikut:

1. Tidak terlalu banyak bicara, bicara hanya Pertama, sebagai komunikator, da’I atau juru dakwah yang
dalam hal yang diperlukan saja. dapat menciptakan karakter ceramah denganmodel dan gaya
serta variasi yang efektif dan selalu sesuai dengan apayang
dikehendaki mad’u, Sehingga ceramah bisa lebih efektif dan
2. Tidak terlalu banyak tingkah.
mudahditerima oleh berbagai kalangan mad’u. Kedua, sebagai
komunikator, da’I atau juru dakwah diyakini sebagai
sosok/figur yang akan menjadi penerangdan tokoh teladan
3. Menjadi pendengar yang baik dari lawan bagi masyarakat. Dan jika dipandang masyarakat sebagai Kyai
bicaranya. yang Muhklis, kharismanyamemancar dari jiwa Kyai yang
Mukhlis tersebut. Ketiga, sebagai komunikator, da’I atau juru
4. Jika ditanya seseorang jangan menjawab dakwah dalam masyarakat akan dijadikan sebagai
secara spontan, tetapi diam sejenak sebelum tokohmasyarakat yang dinilai sebagai tokoh pengayomyang t
menjawab. dapat membimbing dan mengarahkan masyarakatnya, tidak
hanyadalam soal agama melainkan disemua aspek kehidupan.
Posisinya berada di tengah masyarakat selain sebagai
5. Tidak terlalu banyak bercanda, apalagi yang penerang dan penunjuk terhadap jalanyang benar, juga sebagai
berbau pornografi. sumber butirbutir hikmah dan nilai-nilai

6. Menjaga jarak dalam pergaulan dengan Islamdalam menjalani makna hidup di dunia lebih-lebih di
orangorang yang sudah dikenali sebagai akherat kelak.Keempat, sebagai pemimpin Umat.
orang yang tidak baik (peminum, penjahat, Komunikator, da’I atau juru dakwah dipandang sebagai
pecandu narkoba atau pezinah). pemimipin yang dapat mewarnai lingkunganmasyarakatnya.
Setiap tutur kata yang mengandung nilainilai danmutiara
hikmah selalu di dengar dan diperhatikan oleh masyarakat
7. Menjaga diri dari citra negatif tertentu, sekitar.
misalnya dudukduduk dipinggir jalan,
makan sambil berjalan dan makan diwarung Kemudian ada dua Pola pembentukan kharisma, Pertama, di
pandang dari sudutperilaku sosial, seperti berlaku adil, jujur,
secara sembarangan, tertawa terlalu keras
amanah dan bertanggungJawab, dan perilakuperilaku yang
dan sebagainya.
diikat dengan komitmen atau normanormamanajemen seperti
kharisma sorang pemimpin. Kedua, dilihat darisudut perilaku
Spiritual, seperti riyadhoh, berpuasa, berdzikir dan
berbagairitual yang lain. Kedua pola tadi sangat menentukan
Berdasarkan penjelasan diatas tentang sifat-sifat atau syarat- pembentukankharisma. Terkait dengan bagaimana timbulnya
syarat ideal bagi juru dakwah, maka tentunya dalam benak kharisma da’I ataukharisma Kyai, maka timbulnya kharisma
kita bertanyatanya, adakah da’i/juru dahwah yang memiliki da’i/Kyai itu dibentuk secarakomplek, yaitu kedua pola tadi
sifat-sifat tersebut? Jawabannya tentu saja tidak ada, karena sekaligus mendoninasi pembentukankharisma
sifat-sifat ideal tersebut hanya dimiliki para Nabi dan Rasul.
Akan tetapi sifat-sifat diatas seharusnya di usahakan secara Kyai/da’i.
JURNAL FAI Vol. 1, No. 1, (2024) 9

books. Google.co.id/books), Diakses tanggal 8 mei 2009


Soemarsaid Moertono, Negara dan Usaha Bina Negara di
DAFTAR PUSTAKA Jawa Masa Lalu, Studi Tentang Masa Mataram II Abad
Ensiklopedi Nasional Indonesia, PT. Cipta Adi Pustaka, 1990 XVI-XIX, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1985), hal.
66-67.(http:// books. google.co.id/books), Diakses tanggal
Pius A. Partanto, M. Dahlan Al-Barry, Kamus Ilmiah Populer, 8 mei 2009.
( Surabaya: Arkola, 1994).
Abdur Rozaki, Menabur Kharisma menuai Kuasa; Kiprah Kiai
Anthony Giddens, Kapitalisme Dan Teori Sosial Modern, dan Blater sebagai Rezim Kembar Kembar di Madura,
(Jakarta: Universitas Indonesia (UI- Press) 1986) . ( Yogyakarta; Pustaka
J. Rebiru, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: CV. Marwa, 2004).
Pedoman Ilmu Jaya, 1992).
[http://ern-III-01/Achmad Mulyadi_ Aspek Feminitas Dalam
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam, (Bandung: CV. Tarekat Naqsyabandiyah Muzhariyah Di Madura/pdf. hal.
Diponegoro, 1981). 4] Diakses Tanggal 10 mei 2009.
Moch. Ali Aziz, Ilmu Dakwah, (Jakarta: Prenada Media, J. Rebiru, Dasar-Dasar Kepemimpinan, (Jakarta: CV.
2004). Pedoman Ilmu Jaya, 1992).
Musthafa Ar-Rafi’i, Potret Juru Dakwah, (Jakarta: Pustaka Al-
Kautsar, 2002).

Imam Muhammad Bin Isma’il AlBukhary, Kitab Shaheh


Bukhari,

(Beirut: Darul Fikr, 2008), Juz. II.

Asmuni Syukir, Dasar-dasar Strategi Dakwah Islam,


(Surabaya: Al-Ikhlas, 1983).

Al-Aliyy, Al Qur’an Dan Terjemahnya, (Bandung: CV.


Penerbit Diponegoro, 2005).

Max Weber, The Theory Of Sosial And Economic


Organization, (New York: The Free Press, 1964).

( http:// books. Google.co.id/books), Diakses tanggal 8 mei


2009 M. Agus Budianto, Kharisma Dalam Kemimpinan
Islam, (http://patalaku.

Blogspot. Com/2007/12/ kharismadalam-kemimpinan-Islam-


olehm_10.html.) Diakses tanggal 3 Mar

2009

Edward Shils, , Kharisma, Orde And Status, dalam Amencam


Sociological Review, 30 April 1965, (http:// books.
Google.co.id/books), Diakses tanggal 8 mei 2009

Edward Shils, hal. 206 & 390. (http:// books.


Google.co.id/books), Diakses tanggal 8 mei 2009

Ayub Ranoh, Kepemimpinan

Kharismatis, hal. 63. (http:// books. Google.co.id/books),


Diakses tanggal 8 mei 2009

Bensman & Givant, Kharisma and Modernity; Use and Abuse


of a Concept dalam Glassman & swatos, hal. 35. (http://

Anda mungkin juga menyukai