Anda di halaman 1dari 5

BAB I

DASAR TEORI

1.1. Fraktur Tibia


1.1.1. Pathoanatomi

Fraktur tibia merupakan salah satu jenis cedera tulang yang umum terjadi dan
sering menjadi fokus utama dalam praktik ortopedi. Dalam spektrum cedera
ortopedi, fraktur tibia mencakup berbagai tingkat keparahan, mulai dari fraktur
sederhana hingga yang kompleks dengan risiko komplikasi yang tinggi.

Cedera ini dapat disebabkan oleh berbagai mekanisme trauma, seperti


kecelakaan kendaraan bermotor, olahraga, atau kejadian sehari-hari. Fraktur tibia
juga memiliki potensi untuk mempengaruhi mobilitas, kualitas hidup, dan
pemulihan jangka panjang pasien.

Secara pathoanatomi, fraktur tibia melibatkan kerusakan pada struktur tulang


tersebut. Ketika terjadi trauma atau tekanan yang melebihi kekuatan tulang,
terjadi keretakan atau patah pada tulang tibia. Fraktur ini dapat terjadi di berbagai
bagian tulang, termasuk bagian atas (proksimal), tengah, atau bawah (distal)
tulang tibia.

1.1.2. Diagnosis
Pemeriksaan fisik yang cermat oleh dokter ortopedi sangat penting dalam
mengidentifikasi fraktur tibia. Gejala khas meliputi nyeri, bengkak, deformitas, dan
gangguan pada fungsi kaki. Anamnesis yang teliti mengenai mekanisme cedera dan
riwayat medis pasien juga membantu dalam diagnosis.
Pemeriksaan Radiologi X-ray (Rontgen): Pemeriksaan ini merupakan metode
diagnostik utama untuk mengonfirmasi adanya fraktur tibia, menentukan jenis fraktur,
dan memperkirakan keparahan cedera. (Gambar 1)
Beberapa kriteria dapat digunakan untuk mengenali beberapa tipe jenis fraktur ini.
Salah satunya adalah menurut klasifikasi dari AO (Gambar 2)

Gambar 1. Radiologi Xray fraktur tibia

Gambar 2. Fraktur Tibia menurut klasifikasi AO

1.1.3. Tatalaksana
Oleh karena kasus ini merupakan kasus fraktur , maka fraktur ini sebaiknya
dilakukan reduksi dan fiksasi baik secara non operatif maupun operatif.

Tatalaksana Non-Operatif

a. Imobilisasi dengan Balutan Gips: Fraktur tibia tertentu, terutama yang tidak bergeser atau
fraktur tertutup yang stabil, dapat dikelola dengan imobilisasi menggunakan balutan gips
untuk mempertahankan stabilitas tulang selama proses penyembuhan (Gambar 3)

b. Pemakaian Alat Penyangga (Brace): Beberapa fraktur tibia tertentu mungkin cocok untuk
penanganan dengan brace yang memungkinkan gerakan tertentu sambil tetap memberikan
dukungan yang diperlukan.

Gambar 3. Konservatif dengan gips


2. Tatalaksana Operatif

a. Penggunaan Pen Dalam (Intramedullary Nail): Metode ini melibatkan pemasangan pen
dalam ke dalam sumsum tulang tibia untuk mempertahankan stabilitas dan mendukung
penyembuhan fraktur (Gambar 3)

b. Pemasangan Plate dan Sekrup: Kadang-kadang, fraktur yang lebih kompleks atau yang
melibatkan kerusakan tulang yang signifikan memerlukan pemasangan plate dan sekrup
untuk mengembalikan struktur tulang yang tepat ( Gambar 4)

Gambar 3. Intramedullary nail


Gambar 4. Plat dan screw

Referensi

1. Gustilo, R. B., & Anderson, J. T. (1976). Prevention of infection in the treatment of


one thousand and twenty-five open fractures of long bones: retrospective and
prospective analyses. The Journal of Bone & Joint Surgery, 58(4), 453-458.
2. Pape, H. C., Evans, A., Kobbe, P. et al. (2010). Major trauma: A critical role for early
and aggressive surgery and critical care. Injury, 41(10), 1081-1082.
3. Marsh, J. L., Slongo, T. F., Agel, J. et al. (2007). Fracture and dislocation classification
compendium—2007: Orthopaedic Trauma Association classification, database and
outcomes committee. Journal of Orthopaedic Trauma, 21(10 Suppl), S1-S133.
4. Hockenbury, R. T., & Johns, R. T. (2002). Practical management of pain (3rd ed.). St.
Louis, MO: Mosby.
5. Bucholz, R. W., & Heckman, J. D. (2009). Rockwood and Green's Fractures in Adults
(7th ed.). Philadelphia, PA: Wolters Kluwer Health.
6. Mauffrey, C., Rand, B., Hammerberg, E. M. et al. (2016). Management of segmental
tibial fractures: A systematic review. Orthopedics, 39(6), e1089-e1097.
7. Vallier, H. A., Cureton, B. A., & Patterson, B. M. (2011). Randomized, prospective
comparison of plate versus intramedullary nail fixation for distal tibia shaft fractures.
The Journal of Orthopaedic Trauma, 25(12), 736-741.

Anda mungkin juga menyukai