Anda di halaman 1dari 19

KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN


DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG, KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM

Abdul Mutholib
Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung
Email: rmutholib@yahoo.com

Andreas Franskie Van Roy


Dosen Magister Teknik Sipil, Universitas Katolik Parahyangan, Bandung

ABSTRAK : Evaluasi teknis merupakan tahapan yang penting dalam proses pemilihan konsultan, karena hasil
dari evaluasi tersebut akan menghasilkan peringkat teknis yang kemudian digunakan dalam menentukan
konsultan pemenang. Didasari oleh kepedulian dan rasa ingin tahu terhadap proses pemilihan jasa konsultansi
khususnya pada tahap evaluasi teknis maka dilakukan penelitian guna mengetahui faktor-faktor penilaian
berdasarkan peraturan yang berlaku dan juga fakta yang terjadi di lapangan. Disamping itu penelitian ini juga
membandingkan antara hasil evaluasi teknis yang telah dilakukan oleh panitia pengadaan dilapangan dengan
metode pengambilan keputusan yang berdasar pada pedoman evaluasi yang berlaku. Penelitian ini dilakukan
dengan data evaluasi teknis yang telah dilakukan oleh panitia pengadaan khususnya pada direktorat jenderal
penataan ruang, kementerian pekerjaan umum. Data tersebut dianalisis dengan metode pengambilan keputusan
yaitu AHP (analytical hierarcy process) dan TOPSIS (Technique For Others Reference by Similarity to Ideal
Solution).

Kata kunci : Evaluasi Teknis, Pemilihan Konsultan, Metode Pengambilan Keputusan, AHP, TOPSIS

ABSTRACT: Technical evaluation is an important stage in the process of selecting a consultant, because the
results of these evaluations will result in technical ratings are then used to determine the winner consultant.
Based on the concern and curiosity about the selection process consulting services, especially at the stage of
technical evaluation conducted research to determine the factors assessment based on state laws and also the
fact that occur in the field. Besides, this study also compared the results of technical evaluations that have been
conducted by procurement committee in the field with decision-making method based on the evaluation of the
applicable guidelines. This research was conducted with the technical evaluation of the data was done by the
procurement committee, in particular the directorate general of spatial planning, ministry of public works. The
data were analyzed by the method of decision-making that is AHP (Analytical Hierarcy process) and TOPSIS
(Technique For Others Reference by Similarity to Ideal Solution).

Keywords: Technical Evaluation, Selection Consultant, Decision Making Methods, AHP, TOPSIS

59 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

LATAR BELAKANG ketentuan dan prosedur yang ditetapkan oleh


Saat ini sebagian panitia pengadaan dan panitia pengadaan dalam dokumen
penyedia jasa konsultansi belum dapat pengadaan barang/jasa. Sanggahan yang
dikatakan sepenuhnya memahami metode berisikan tentang ketentuan dan prosedur
pemilihan dan tata cara evaluasi penawaran menggambarkan bahwa adanya perbedaan
jasa konsultansi, hal ini ditunjukkan oleh pandangan antara penyedia jasa selaku
seringnya sanggahan atau keberatan peserta pengadaan dan panitia pelelangan
penyedia jasa terhadap panitia pengadaan selaku tim penilai peserta pengadaan. Hal ini
hal ini dapat terlihat dengan jumlah disebabkan karena belum adanya peraturan
sanggahan yang diterima panitia pengadaan atau pedoman yang mengatur ketentuan dan
relatif meningkat dari tahun ke tahun, prosedur pengadaan barang/jasa secara jelas
sebagaimana dapat dilihat pada gambar 1. : dan rinci sehingga antara penyedia jasa dan
panitia pengadaan tidak memiliki pandangan
yang sama terhadap ketentuan dan prosedur
pengadaan barang/jasa.

Dalam hal pengadaan barang/jasa


pemerintah sanggahan/keberatan penyedia
jasa telah diatur dalam Peraturan Presiden
Nomor 54 Tahun 2010 dan Peraturan
Presiden Nomor 70 Tahun 2012 khususnya
pada pasal 81 tertuang bahwa peserta
pemilihan Penyedia Barang/Jasa yang
merasa dirugikan, baik secara sendiri
maupun bersama-sama dengan peserta
Gambar 1. Jumlah Sanggahan Kementerian lainnya dapat mengajukan sanggahan secara
Pekerjaan Umum 2009 - 2013 tertulis apabila menemukan:
Sumber : Bidang Penyelenggaraan Sistem a. Penyimpangan terhadap ketentuan dan
Jaringan dan Aplikasi, Pusat Pengolahan Data, prosedur yang diatur dalam Peraturan
Kementerian Pekerjaan Umum Presiden ini dan yang telah ditetapkan
dalam Dokumen Pengadaan Barang/Jasa;
Umumnya sanggahan yang diajukan oleh b. Adanya rekayasa yang mengakibatkan
penyedia barang/jasa berisi tentang terjadinya persaingan yang tidak sehat;
ketentuan dan prosedur yang digunakan oleh dan/atau
panitia pengadaan berdasar pada Peraturan c. Adanya penyalahgunaan wewenang oleh
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang ULP dan/atau Pejabat yang berwenang
Pengadaan Barang/jasa Pemerintah dan lainnya.
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012 Merujuk pada gambar 1.1 dan pada tiga point
tentang perubahan kedua atas Peraturan diatas terlihat bahwa kecurigaan penyedia
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang jasa terhadap panitia pengadaan yang
Pengadaan Barang/jasa Pemerintah serta ”memihak” dan atau perbedaan pandangan

59 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

antar penyedia jasa dan panitia pengadaan Dalam proses pengambilan keputusan untuk
dalam proses pemilihan penyedia jasa menentukan pemenang dengan kriteria yang
cenderung meningkat. majemuk dan berjenjang tersebut tentunya
bukan perkara mudah. Pada kondisi ini
Di dalam metode pemilihan penyedia jasa, tingkat objektivitas menjadi sesuatu yang
terdapat hal penting yang harus diperhatikan mudah dipertanyakan. Penentuan bobot dari
yaitu metode evaluasi penawaran. Evaluasi masing-masing kriteria menjadi sesuatu yang
penawaran merupakan kegiatan panitia krusial. Seringkali tanpa metode yang jelas
pengadaan dalam meneliti dan menilai bobot ditentukan dengan pendekatan
semua dokumen penawaran yang subjektif. Upaya meminimalisir tingkat
disampaikan oleh penyedia jasa. Evaluasi subjektivitas adalah sebuah usaha yang
penawaran merupakan tahapan krusial sudah sewajarnya dilakukan.
dalam proses pengadaan barang/jasa. Untuk
itu adalah menjadi sangat penting bila panitia Atas adanya fenomena-fenomena yang
pengadaan mengerti dan memahami tentang menggambarkan kendala-kendala tersebut
tata cara evaluasi penawaran. Jika tata cara serta adanya peluang Teknik pengambilan
evaluasi penawaran tidak dipahami dengan keputusan (TPK) dapat mengatasi kendala-
baik maka kualitas dari evaluasi itu sendiri kendala yang ada, maka dirasa perlu
sangat diragukan tingkat keakuratannya, melakukan kajian terhadap implementasi
hingga pada gilirannya dapat dipertanyakan proses pemilihan penyedia jasa dilapangan.
tingkat keabsahannya. Kajian bertujuan untuk mengukur sejauh
mana keberhasilan panitia pengadaan dalam
Kriteria yang digunakan dalam proses memilih penyedia jasa sesuai dengan kriteria
pemilihan konsultan merupakan kriteria pemilihan yang telah ditetapkan, sekaligus
yang majemuk/multi kriteria. Kriteria memberikan gambaran tingkat pemahaman
majemuk ini ditujukan untuk mengukur panitia pengadaan terhadap peraturan yang
kemampuan konsultan dari berbagai sisi berlaku. Disamping itu kajian ini juga
sesuai dengan kebutuhan proyek yang diharapkan dapat membantu panitia
ditenderkan. Kriteria disusun berdasarkan pengadaan dalam menentukan pembobotan
peraturan yang berlaku tentang pemilihan kriteria pemilihan konsultan karena pada
konsultan. Terdapat 3 (tiga) kriteria utama saat ini tidak ada peraturan atau pedoman
yaitu pengalaman perusahaan, pendekatan yang mengatur mengenai pembobotan
dan metodologi serta kualifikasi tenaga ahli. kriteria evauasi penawaran secara jelas dan
Masing-masing kriteria utama tersebut rinci. Kajian ini juga dapat membantu panitia
memiliki kriteria turunan. Hal ini pengadaan dalam menentukan konsultan
menunjukkan bahwa kriteria yang digunakan pemenang tender sesuai dengan peraturan
dalam proses pemilihan konsultan perundang - undangan yang ada. Untuk itu
merupakan kriteria yang majemuk dan penggunaan teknik pengambilan keputusan
berjenjang. yang cocok dapat digunakan sebagai alat
untuk menstrukturkan kriteria yang
majemuk dan kompleks serta memudahkan

60 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

panitia pengadaan dalam proses meneliti dan evaluasi teknis. Untuk mencegah dan
menilai penawaran penyedia jasa. mengurangi hal tersebut maka perlu
diadakan kajian ilmiah terhadap proses
RUANG LINGKUP PENELITIAN evaluasi teknis, karena penentuan pemenang
pelelangan ditentukan pada tahapan evaluasi
Pembatasan ruang lingkup pada pembahasan teknis ini.
penelitian ini, adalah sebagai berikut :
1. Prosedur pengadaan jasa konsultansi Pada sisi lain pihak panitia pengadaan
metode 2 (dua) sampul dengan kontrak seringkali merasa kesulitan dalam
lumpsum, tidak membahas tentang melakukan penilaian dikarenakan harus
pengadaan barang/jasa dengan metode mengkuantifikasikan dokumen penawaran
pasca kualifikasi; teknis penyedia jasa yang bersifat kualitatif.
2. Kriteria-kriteria evaluasi penawaran pada bila ditarik sedikit lebih kebelakang panitia
pembahasan ini hanya memfokuskan pada pengadaan juga merasa kesulitan melakukan
evaluasi penawaran jasa konsultansi pada pembobotan terhadap kriteria-kriteria
kementerian Pekerjaan Umum, khususnya pemilihan konsultan, karena kriteria-kriteria
di Direktorat Jenderal Penataan Ruang pemilihan konsultan merupakan kriteria
mulai tahun 2009 s/d tahun 2013 dengan yang majemuk dan kompleks, sehingga pada
jumlah proyek sekitar 50 (lima puluh) saat melakukan pembobotan kriteria timbul
paket kegiatan; tindakan subjektif panitia. Kajian ini
3. Evaluasi penawaran teknis jasa diharapkan dapat memberikan sebuah
konsultansi yang ada di Direktorat alternatif penyelesaian permasalahan panitia
Jenderal Penataan Ruang dengan pengadaan dengan menggunakan metode
peraturan perundang-undangan yang ada; teknik pengambilan keputusan.
4. Pemodelan dengan 2 (dua) metode
pengambilan keputusan yang dikhususkan TUJUAN PENELITIAN
pada evaluasi penawaran panitia Adapun tujuan penulis melakukan penelitian
pengadaan jasa konsultansi di Direktorat ini adalah untuk :
Jenderal Penataan Ruang; 1. Mengindentifikasi prosedur dan kriteria
5. Perbandingan antara metode-metode evaluasi proses pengadaan jasa
pengambilan keputusan dengan hasil konsultansi sesuai dengan peraturan
evaluasi penawaran yang telah di lakukan perundang-undangan yang ada;
oleh panitia pengadaan di Direktorat 2. Mengindentifikasi prosedur dan kriteria
Jenderal Penataan Ruang. evaluasi proses pengadaan jasa
konsultansi yang digunakan panitia
RUMUSAN MASALAH pengadaan jasa konsultansi;
Seringnya sanggahan atau keberatan 3. Mengevaluasi dengan membandingkan
penyedia jasa terhadap panitia pengadaan kriteria yang digunakan panitia
menunjukkan adanya rasa ketidakpercayaan pengadaan jasa konsultansi dengan
penyedia jasa karena menganggap panitia kriteria-kriteria evaluasi penawaran
pengadaan bersikap subjektif dalam proses pengadaan jasa konsultansi berdasarkan

61 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

peraturan perundang-undangan yang ada 9) undangan;


dalam rangka mencari persamaan atau 10) pengambilan Dokumen Pemilihan;
perbedaan antara kriteria panitia dengan 11) pemberian penjelasan;
kriteria peraturan dan perundang- 12) pemasukan Dokumen Penawaran;
undangan yang ada; 13) pembukaan dokumen sampul I;
4. Melakukan pembobotan kriteria 14) evaluasi dokumen sampul I;
pemilihan konsultan dengan 15) penetapan peringkat teknis;
menggunakan metode AHP; 16) pemberitahuan/pengumuman
5. Membandingkan hasil evaluasi penawaran peringkat teknis;
yang telah dilakukan oleh panitia dengan 17) sanggahan;
metode AHP dan TOPSIS. 18) sanggahan banding (apabila
diperlukan);
LANDASAN TEORI 19) undangan pembukaan dokumen
sampul II;
Prosedur Pengadaan Barang Dan Jasa 20) pembukaan dan evaluasi dokumen
Pemerintah sampul II;
Pelaksanaan pengadaan barang/jasa 21) undangan klarifikasi dan negosiasi;
pemerintah pada prinsipnya harus mengacu 22) klarifikasi dan negosiasi;
pada Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 23) pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi.
2012 tentang perubahan kedua atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010. b. Metode evaluasi kualitas dan biaya,
Beberapa ketentuan tentang prosedur metode dua sampul yang meliputi
pengadaan barang/jasa metode 2 (dua) kegiatan:
sampul dengan kontrak lumpsum yang diatur 1) pengumuman prakualifikasi;
dalam Perpres No. 70 Tahun 2012 adalah 2) pendaftaran dan pengambilan
sebagai berikut : Dokumen Kualifikasi;
3) pemberian penjelasan (apabila
a. Metode evaluasi kualitas, metode dua diperlukan);
sampul yang meliputi kegiatan: 4) pemasukan dan evaluasi Dokumen
1) pengumuman prakualifikasi; Kualifikasi;
2) pendaftaran dan pengambilan 5) pembuktian kualifikasi;
Dokumen Kualifikasi; 6) penetapan hasil kualifikasi;
3) pemberian penjelasan (apabila 7) pemberitahuan/pengumuman hasil
diperlukan); kualifikasi;
4) pemasukan dan evaluasi Dokumen 8) sanggah kualifikasi;
Kualifikasi; 9) undangan;
5) pembuktian kualifikasi; 10) pengambilan Dokumen Pemilihan;
6) penetapan hasil kualifikasi; 11) pemberian penjelasan;
7) pemberitahuan/pengumuman hasil 12) pemasukan Dokumen Penawaran;
kualifikasi; 13) pembukaan dokumen sampul I;
8) sanggahan kualifikasi; 14) evaluasi dokumen sampul I;

62 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

15) penetapan peringkat teknis; i. pengalaman perusahaan (10 –


16) pemberitahuan/pengumuman 20 %);
peringkat teknis; ii. pendekatan dan metodologi (20
17) undangan pembukaan dokumen – 40 %);
sampul II; iii. kualifikasi tenaga ahli (50 – 70
18) pembukaan dan evaluasi sampul II; %);
19) penetapan pemenang; iv. jumlah (100 %);
20) pemberitahuan/pengumuman v. penetapan bobot yang
pemenang; digunakan untuk masing-
21) sanggahan; masing unsur, dalam rentang
22) sanggahan banding (apabila tersebut di atas didasarkan pada
diperlukan); jenis pekerjaan yang akan
23) undangan klarifikasi dan negosiasi; dilaksanakan.
24) klarifikasi dan negosiasi; (d) untuk jasa studi analisis perlu
25) pembuatan Berita Acara Hasil Seleksi. diberikan penekanan kepada
pengalaman perusahaan dan
EVALUASI TEKNIS pendekatan metodologi, sedangkan
untuk jasa supervisi dan
1) Evaluasi teknis dilakukan terhadap perencanaan teknis, penekanan
peserta yang memenuhi persyaratan lebih diberikan kepada kualifikasi
administrasi. tenaga ahli.
2) Unsur-unsur yang dievaluasi harus
sesuai dengan yang ditetapkan dalam 4) Pengalaman Perusahaan, penilaian
Dokumen Pemilihan. dilakukan atas:
3) Evaluasi penawaran teknis dilakukan (a) pengalaman perusahaan peserta
dengan cara memberikan nilai angka dalam melaksanakan pekerjaan
tertentu pada setiap kriteria yang dinilai sejenis dengan pekerjaan yang
dan bobot yang telah ditetapkan dalam dipersyaratkan dalam KAK untuk 10
Dokumen Pemilihan, kemudian (sepuluh) tahun terakhir;
membandingkan jumlah perolehan nilai (b) pengalaman kerja di lokasi kegiatan
dari para peserta, dengan ketentuan: mendapat tambahan nilai;
(a) unsur-unsur pokok yang dinilai (c) pengalaman tersebut diuraikan
adalah: pengalaman perusahaan, secara jelas dengan mencantumkan
pendekatan dan metodologi, serta informasi: nama pekerjaan yang
kualifikasi tenaga ahli; dilaksanakan, lingkup dan data
(b) penilaian dilakukan sesuai pekerjaan yang dilaksanakan secara
pembobotan dari masing-masing singkat, lokasi, pemberi tugas, nilai,
unsur yang telah ditentukan dalam dan waktu pelaksanaan
Dokumen Pemilihan; (menyebutkan bulan dan tahun);
(c) acuan yang digunakan untuk (d) penilaian juga dilakukan terhadap
pembobotan sebagai berikut: jumlah pekerjaan yang sedang

63 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

dilaksanakan oleh peserta, penilaian terutama meliputi:


disamping untuk mengukur pengertian terhadap tujuan
pengalaman juga dapat kegiatan, lingkup serta jasa
dipergunakan untuk mengukur konsultansi yang diperlukan
kemampuan/ kapasitas peserta yang (aspek-aspek utama yang
bersangkutan dalam melaksanakan diindikasikan dalam KAK), dan
tugasnya; pengenalan lapangan;
(e) pengalaman perusahaan peserta ii. kualitas metodologi, penilaian
dilengkapi dengan terutama meliputi: ketepatan
referensi/kontrak sebelumnya, yang menganalisa masalah dan
menunjukkan kinerja perusahaan langkah pemecahan yang
peserta yang bersangkutan selama diusulkan dengan tetap
10 (sepuluh) tahun terakhir dan mengacu kepada persyaratan
dapat dibuktikan kebenarannya KAK, konsistensi antara
dengan menghubungi penerbit metodologi dengan rencana
referensi/PPK/pemiik pekerjaan. kerja, tanggapan terhadap KAK
Apabila referensi dari pengguna jasa khususnya mengenai data yang
dipersyaratkan, pengalaman tersedia, uraian tugas, jangka
perusahaan peserta yang tidak waktu pelaksanaan laporan-
memiliki referensi, tidak diberi nilai. laporan yang disyaratkan,
Sub unsur yang dinilai, antara lain: program kerja, jadwal
i. pengalaman melaksanakan pekerjaan, jadwal penugasan,
kegiatan sejenis; organisasi dan kebutuhan
ii. pengalaman melaksanakan di fasilitas penunjang;
lokasi kegiatan; iii. hasil kerja (deliverable),
iii. pengalaman manajerial dan penilaian meliputi antara lain:
fasilitas utama; analisis, gambar-gambar kerja,
iv. kapasitas perusahaan dengan spesifikasi teknis, perhitungan
memperhatikan jumlah tenaga teknis, dan laporan-laporan.
ahli tetap. (b) peserta yang mengajukan gagasan
baru yang meningkatkan kualitas
5) Pendekatan dan Metodologi, penilaian keluaran yang diinginkan dalam KAK
dilakukan atas: diberikan nilai lebih.
(a) pemahaman perusahaan peserta
atas lingkup pekerjaan/jasa layanan 6) Kualifikasi Tenaga Ahli, penilaian
yang diminta dalam KAK, dilakukan atas:
pemahaman atas sasaran/tujuan, (a) tenaga ahli yang diusulkan untuk
kualitas metodologi, dan hasil kerja, melaksanakan pekerjaan dengan
sub unsur yang dinilai antara lain: memperhatikan jenis keahlian,
i. pemahaman atas jasa layanan persyaratan, serta jumlah tenaga
yang tercantum dalam KAK,

64 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

yang telah diindikasikan di dalam (custom) setempat. Personil


KAK; yang menguasai/memahami
(b) sub unsur yang dinilai pada tenaga aspek-aspek tersebut di atas
ahli, antara lain: diberikan nilai secara
i. tingkat pendidikan, yaitu proporsional.
lulusan perguruan tinggi negeri (c) tingkat pendidikan tenaga ahli yang
atau perguruan tinggi swasta kurang dari tingkat pendidikan yang
yang telah lulus ujian negara dipersyaratkan dalam KAK diberi
atau yang telah diakreditasi, nilai 0 (nol).
atau perguruan tinggi luar (d) kualifikasi dari tenaga ahli yang
negeri yang telah diakreditasi, melebihi dari kualifikasi yang
dibuktikan dengan salinan dipersyaratkan dalam KAK tidak
ijazah; mendapat tambahan nilai.
ii. pengalaman kerja profesional
seperti yang disyaratkan dalam 7) Hasil evaluasi teknis harus melewati
KAK. Bagi tenaga ahli yang ambang batas nilai teknis (passing
diusulkan sebagai grade) yang ditetapkan dalam Dokumen
pemimpin/wakil pemimpin Pemilihan.
pelaksana pekerjaan (team
leader/co team leader) dinilai 8) Peserta yang lulus ambang batas nilai
pula pengalaman sebagai teknis dengan peringkat terbaik akan
pemimpin/wakil pemimpin tim; diundang untuk menghadiri acara
iii. sertifikat keahlian/profesi yang pembukaan Dokumen Sampul II dengan
dikeluarkan oleh pihak yang ketentuan :
berwenang mengeluarkan, (a) tidak ada sanggahan dari peserta;
sesuai dengan keahlian/profesi (b) sanggahan terbukti tidak benar; atau
yang disyaratkan dalam KAK, (c) masa sanggah berakhir.
seperti sertifikat ahli arsitek
yang dikeluarkan oleh Ikatan 9) Apabila hanya ada 1 (satu) atau 2 (dua)
Arsitek Indonesia. Apabila peserta yang lulus evaluasi teknis, maka
sertifikat keahlian/profesi proses seleksi tetap dilanjutkan; dan
dipersyaratkan, tenaga ahli yang
tidak memiliki sertifikat 10) Apabila tidak ada peserta yang lulus
keahlian/profesi, tidak diberi evaluasi teknis, Seleksi dinyatakan gagal.
nilai;
iv. lain-lain: penguasaan bahasa AHP (Analytical Hierarchy Process)
Inggris, bahasa Indonesia (bagi Metode Analytic Hierarchy Process (AHP)
konsultan Asing), bahasa dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada
setempat, aspek pengenalan tahun 1980 dalam bukunya “The analytic
(familiarity) atas tata-cara, hierarchy process”. Metode AHP merupakan
aturan, situasi, dan kondisi salah satu metode yang dapat dipakai pada

65 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

teknis pengambilan keputusan dengan dan multikriteria yang berdasar pada


memperhatikan item-item persepsi, perbandingan preferensi darisetiap
pengalaman dan intuisi. AHP mampu elemen dalam hirarki. Jadi, model ini
menggabungkan aspek-aspek penilaian merupakan suatu model pengambilan
pribadi ke dalam satu cara yang mampu keputusan yang komprehensif.
dibuktikan secara ilmiah (logis).
Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002,h.131-
AHP yang dikembangkan oleh Thomas L. 132) pada dasarnya langkah-langkah dalam
Saaty, dapat memecahkan masalah yang metode AHP , adalah sebagai berikut.
kompleks dimana aspek atau kriteria yang 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan
diambil cukup banyak. Juga kompleksitas ini solusi yang diinginkan.
disebabkan oleh struktur masalah yang 2. Membuat struktur hirarki yang diawali
belum jelas, ketidakpastian persepsi dengan tujuan umum,kriteria/komponen
pengambil keputusan serta ketidakpastian yang dinilai dan alternatif-alternatif pada
tersedianya data statistic akurat bahkan tingkatan yang paling bawah. Struktur
tidak ada sama sekali (Suryadi dan hirarki yang dimaksud dapat dilihat pada
Ramdhani,2002,h.131). gambar 2.

Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002,h.131)


kelebihan AHP dibanding metode lain,
diantaranya sebagai berikut.:
1. Struktur yang berhirarki, sebagai
konsekuensi dari kriteria yang dipilih
sampai pada subkriteria yang paling
dalam. Kriteria menjadi level kedua
setelah sasaran (goal), yakni pemilihan
Gambar 2. Struktur Hirarki dalam AHP
alternatif. Penentuan kriteria dilakukan
berdasarkan kebijakan lembaga atau
3. Membuat matriks perbandingan
institusi yang menyelenggarakan.
berpasangan yang menggambarkan
2. Memperhitungkan validitas sampai
kontribusi relatif atau pengaruh setiap
dengan batas toleransi inkonsistensi
elemen terhadap masing-masing tujuan
berbagai kriteria dan alternatif yang
dan kriteria yang setingkat di atasnya.
dipilih oleh para pengambil keputusan.
Perbandingan dilakukan berdasarkan
Konsistensi setiap level diperiksa, baik
“judgement” dari pengambil keputusan
level kriteria (kriteria pemilihan)
dengan menilai tingkat kepentingan suatu
maupun level alternatif.
elemen dibanding elemen lainnya. Matriks
3. Memperhitungkan daya tahan atau
perbandingan berpasangan dapat dilihat
ketahanan output analisis sensitivitas
pada gambar 3
pengambilan keputusan. Selain itu, AHP
mempunyai kemampuan untuk
memecahkan masalah yang multiobjektif

66 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

menetapkan skala kuantitatif 1 sampai


dengan 9 untuk menilai perbandingan
tingkat kepentingan suatu elemen terhadap
elemen lain. Skala kuantitatif menurut Saaty
dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 3. Matriks Perbandingan


Berpasangan

4. Melakukan perbandingan berpasangan


sehingga diperoleh judgement seluruhnya
sebanyak n × [ (n-1) /2] buah, dengan n
adalah banyaknya elemen yang
dibandingkan.
5. Apabila terdapat 5 kriteria yang
diperbandingkan maka kita harus Gambar 4. Skala Kuantitatif
melakukan judgement perbandingan
berpasangan sebanyak 10 kali. TOPSIS (Technique For Others Reference by
6. Menghitung nilai eigen dan menguji Similarity to Ideal Solution)
konsistensinya, jika tidak konsisten maka
pengambilan data diulang. Permasalahan pengambilan keputusan
7. Mengulangi langkah 3, 4, dan 5 untuk merupakan proses pencarian opsi terbaik
seluruh tingkat hirarki. dari seluruh alternative fisibel. Multiple
8. Menghitung vector eigen dari setiap criteria decision making merupakan bagian
matriks perbandingan berpasangan.Nilai dari problem pengambilan keputusan yang
vector eigen merupakan bobot setiap relatif kompleks, yang mengikutsertakan
elemen. Langkah ini untuk mensintensis beberapa orang pengambil keputusan,
judgement dalam penentuan prioritas dengan sejumlah kriteria yang beragam yang
elemen-elemen pada tingkat hirarki harus dipertimbangkan, dan masing-masing
terendah sampai pencapaian tujuan. kriteria itu memiliki nilai bobot tertentu,
9. Memeriksa konsistensi hirarki. Jika nilai dengan tujuan untuk mendapatkan solusi
lebih dari 10 persen maka penilaian data optimal atas suatu permasalahan. Salah satu
judgement harus diperbaiki. metode yang digunakan untuk menangani
permasalahan ini, adalah Technique for
Menurut Suryadi dan Ramdhani (2002,h.132- Order Performance by Similarity to Ideal
133) secara naluri, manusiadapat Solution (TOPSIS).
mengestimasi besaran sederhana melalui
inderanya. Proses yang paling mudah adalah Metode TOPSIS dikembangkan oleh Hwang
membandingkan dua hal dengan keakuratan and Yoon (1981), prinsip dasarnya adalah
perbandingan tersebut dapat dipertanggung alternatif yang dipilih harus memiliki jarak
jawabkan. Untuk itu Saaty (1980)

67 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

terpendek dari positif solusi ideal (PIS) dan


jarak terjauh dari negatif solusi ideal (NIS).

Solusi ideal positif didefinisikan sebagai


jumlah dari seluruh nilai terbaik yang dapat
dicapai untuk setiap atribut, sedangkan
solusi negatif-ideal terdiri dari seluruh nilai
terburuk yang dicapai untuk setiap atribut.
TOPSIS mempertimbangkan keduanya, jarak
terhadap solusi ideal positif dan jarak
terhadap solusi ideal negatif dengan
mengambil kedekatan relatif terhadap solusi Gambar 5. Matix Keputusan X
ideal positif.
Berdasarkan perbandingan terhadap jarak dimana a i ( i = 1, 2, 3, . . . , m ) adalah
relatifnya, susunan prioritas alternatif bisa alternatif-alternatif yang mungkin, x j ( j
dicapai. Metode ini banyak digunakan untuk = 1, 2, 3, . , n) adalah atribut dimana
menyelesaikan pengambilan keputusan performansi alternatif diukur, x ij adalah
secara praktis. Hal ini disebabkan konsepnya performansi alternatif a i dengan acuan
sederhana dan mudah dipahami, atribut x j .
komputasinya efisien, dan memiliki
kemampuan mengukur kinerja relatif dari 2. Membuat matriks keputusan yang
alternatif-alternatif keputusan. ternormalisasi. Persamaan yang
digunakan untuk mentransformasikan
Berikut adalah langkah-langkah dari metode setiap elemen x ij adalah
𝑥𝑖𝑗
TOPSIS: 𝑟𝑖𝑗 =
√ ∑𝑚 2
𝑗=1 𝑥𝑖𝑗
1. TOPSIS dimulai dengan membangun
sebuah matriks keputusan. dengan i = 1, 2, 3, . . . , m; dan j = 1, 2, 3, . .
Matriks keputusan X mengacu terhadap . , n; dimana rij adalah elemen dari
m alternatif yang akan dievaluasi matriks keputusan yang ternormalisai R,
berdasarkan n kriteria. Matriks xij adalah elemen dari matriks keputusan
keputusan X dapat dilihat pada gambar X.
5.
3. Membuat matriks keputusan yang
ternormalisasi terbobot.
Dengan bobot wj = (w1 , w2 , w3 , . . . ,
w n ), dimana wj adalah bobot dari
kriteria ke-j dan ∑_(j=1)^n▒ w_j =1,
maka normalisasi bobot matriks V
adalah v_ij= w_(j ) r_ij dengan i = 1, 2,
3, . . . , m; dan j = 1, 2, 3, . . . , n. Dimana vij
adalah elemen dari matriks keputusan

68 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

yang ternormalisai terbobot V, wj adalah


𝑆𝑖+ = √∑𝑛𝑗=1(𝑣𝑖𝑗 − 𝑣𝑗+ )2 , dengan i = 1,
bobot dari kriteria ke j, rij adalah elemen
dari matriks keputusan yang 2, 3, . . . , m
ternormalisai R. S- adalah jarak alternatif dari solusi
ideal negatif didefinisikan sebagai:
Menentukan matriks solusi ideal positif 𝑆𝑖− = √∑𝑛𝑗=1(𝑣𝑖𝑗 − 𝑣𝑗− )2, dengan i = 1,
dan solusi ideal negatif. Solusi ideal
positif dinotasikan A+ , sedangkan solusi 2, 3, . . . , m
ideal negatif dinotasikan A-. Berikut ini
adalah persamaan dari A+ dan A- : Dimana 𝑆𝑖+ adalah jarak alternatif ke-i
dari solusi ideal positif,
𝑎. 𝐴+ = 𝑆𝑖− adalah jarak alternatif ke-i dari
solusi ideal negatif,
{(max 𝑣𝑖𝑗 | 𝑗 𝜖 𝐽 ), (min 𝑣𝑖𝑗 | 𝑗 𝜖 𝑗 , ) , 𝑣𝑖𝑗 adalah elemen dari matriks
dengan i = (1,2,3, . . . , m} keputusan yang ternormalisai
terbobot V,
= {𝑣1+ , 𝑣2+ , 𝑣3+ , . . . , 𝑣𝑛+ } 𝑣𝑖+ adalah elemen matriks solusi ideal
positif,
𝑏. 𝐴± = 𝑣𝑖− adalah elemen matriks solusi ideal
negatif.
{(max 𝑣𝑖𝑗 | 𝑗 𝜖 𝐽 ), (max 𝑣𝑖𝑗 | 𝑗 𝜖 𝑗 , ) ,

dengan i = (1,2,3, . . . , m) 6. Menghitung kedekatan relatif terhadap


solusi ideal positif. Kedekatan relatif dari
= {𝑣1− , 𝑣2− , 𝑣3− , . . . , 𝑣𝑛− } setiap alternatif terhadap solusi ideal
positif dapat dihitung dengan
J = { j = 1, 2, 3, . . . , n dan J merupakan menggunakan persamaan berikut :
himpunan kriteria keuntungan (benefit 𝑠𝑖−
criteria)}. 𝑐𝑖+ = − , 0 ≤ 𝑐𝑖+ ≤ 1,
(𝑠𝑖 + 𝑠𝑖+ )
J’ = { j = 1, 2, 3, . . . , n dan J’ merupakan
himpunan kriteria biaya (cost criteria)}. dengan i = 1, 2, 3, . . . , m
dimana vij adalah elemen dari matriks dimana 𝑐𝑖+ adalah kedekatan relatif dari
keputusan yang ternormalisai terbobot V, alternatif ke-i terhadap solusi ideal
positif,
𝑣𝑖+ ( j =1, 2, 3, . . . , n ) adalah elemen matriks 𝑠𝑖+ adalah jarak alternatif ke-i dari solusi
solusi ideal positif, ideal positif,
𝑣𝑖− ( j =1, 2, 3, . . . , n ) adalah elemen matriks 𝑠𝑖− adalah jarak alternatif ke-i dari solusi
solusi ideal negatif. ideal negatif.

5. Menghitung separasi. 7. Merangking Alternatif.


a. S+ adalah jarak alternatif dari solusi Alternatif diurutkan dari nilai C+ terbesar ke
ideal positif didefinisikan sebagai: nilai terkecil. Alternatif dengan nilai C+
terbesar merupakan solusi yang terbaik.

69 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

dalam Peraturan Menteri PU No.


HASIL ANALISA 07/PRT/M/2011 tentang Petunjuk Teknis
Peraturan Presiden Nomor 70 Tahun 2012
Perbandingan Kriteria Evaluasi Teknis tentang perubahan kedua atas Peraturan
Kriteria-kriteria evaluasi teknis yang telah Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang
dilakukan oleh panitia pengadaan dalam Standar dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan
proses tender pada tahun 2009 s/d 2013 Konstruksi merupakan produk peraturan
disandingkan dengan faktor penilaian yang untuk seluas-luasnya di ketahui oleh
menurut Permen PU No. 07/PRT/M/2011 penyedia jasa pada umumnya dan jasa
seperti yang terlihat pada tabel 1. konsultansi pada khususnya, hal tersebut
menjadi dasar para penyedia jasa untuk
Merujuk pada tabel 1. hampir setiap tahun melakukan penawaran.
terdapat perbedaan faktor-faktor penilaian
dalam meneliti dokumen pengadaan Terhadap faktor-faktor tersebut, dilakukan
penyedia jasa. Perbedaan ini penilaian penyedia jasa tentang Pengalaman
menggambarkan bahwa setiap tahun perusahaan, kualitas dan metodologi serta
pandangan panitia pengadaan terhadap kualifikasi tenaga ahli yang ditawarkan oleh
peraturan perundangan yang mengatur penyedia jasa. Ketiga kriteria tersebut
tentang tata cara evaluasi teknis selalu beserta turunannya akan dikuantifikasikan
berubah, katakanlah kriteria evaluasi untuk oleh panitia pengadaan berdasarkan
“fasilitas pendukung” kriteria tersebut penilaian objektif panitia pengadaan,
digunakan oleh panitia pengadaan dalam selanjutnya penilaian-penilaian tersebut
rentang waktu 2009 s/d 2012 kriteria akan dibobotkan sesuai dengan bobot
tersebut digunakan sebagai salah satu masing-masing faktor, setelah itu seluruh
kriteria untuk mengukur kemampuan faktor akan dijumlahkan untuk mendapat
penyedia jasa karena kriteria tersebut diatur nilai akhir dari masing-masing penyedia jasa.
dalam peraturan akan tetapi pada tahun
2013 kriteria tersebut tidak lagi digunakan
dalam mengukur kemampuan penyedia jasa.
Hal ini disebabkan karena belum adanya
peraturan atau pedoman yang mengatur
ketentuan dan prosedur pengadaan
barang/jasa secara jelas dan rinci sehingga
antar panitia pengadaan atau bahkan sesama
panitia pengadaan memiliki pandangan yang
sama terhadap peraturan perundangan yang
berlaku.

Menjadi sangat penting untuk diperhatikan


bahwa pedoman evaluasi dokumen
penawaran jasa konsultansi yang tertuang

70 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

Tabel 1. Perbandingan Kriteria memandang ketiga kriteria utama


(Pengalaman perusahaan, pendekatan dan
Kriteria, Sub Kriteria dan Sub-sub Keriteria Peraturan 2009 2010 2011 2012 2013
metodologi serta kualifikasi tenaga ahli)
PENGALAMAN PERUSAHAAN √ √ √ √ √ √ dengan bobot yang seimbang yang berturut
Pengalaman Pekerjaan Sejenis √ √ √ √ √ √
Pengalaman di Lokasi Yang Sama √ √ √ √ √ √ diberikan pembobotan sebesar (32,1%,
Pengalaman Manajerial √ √ √ √ √ √
Jumlah pekerjaan/tahun selama 10 tahun √ √ √ √ 31,3%, 36,7%), hal ini berbeda dengan
√ √ √ √ √
Ketersediaan fasilitas utama
Jumlah pengalaman sebagai Lead Firm √
penyedia jasa yang memandang bahwa

Nilai Kontrak Tertinggi
Kapasitas Penyedia Jasa √ √ √ √ √ √
pengalaman perusahaan lebih prioritas
PENDEKATAN DAN METODOLOGI √ √ √ √ √ √
dibandingkan dengan kedua kriteria utama
Pemahaman Pekerjaan
Pemahaman tujuan










√ lainnya yaitu pendekatan dan metodologi
Pemahaman lingkup √ √ √ √ √ serta kualifikasi tenaga ahli, penyedia jasa
Pemahaman Keluaran √ √ √ √
Deskripsi lapangan √ √ √ √ √ memberikan pembobotan pada tiga kriteria
Kualitas Metodologi √ √ √ √ √ √
Uraian dan Proses Pekerjaan √ √ √ √ √ √ utama (Pengalaman perusahaan, pendekatan
Uraian sub-stansi pelapor-an √ √ √ √ √ √
Data & Analisis vs rencana kerja √ √ √ √ √ √ dan metodologi serta kualifikasi tenaga ahli)
Metodologi vs penugasan TA √ √ √ √ √ √
Apresiasi Terhadap Inovasi √ dengan bobot yang berturut sebesar (50,1%,
Kebutuhan Fasilitas Penunjang √
Inovasi √ √ √ √ √ √ 26,5%, 23,3%).
Hasil kerja √ √ √ √ √ √
Fasilitas pendukung √ √ √ √ √
Pembobotan pada tiga kriteria utama teralah
KUALIFIKASI TENAGA AHLI √ √ √ √ √ √
Kesesuaian Pendidikan √ √ √ √ √ √ diatur oleh peraturan maupun pedoman
Pengalaman Profesional √ √ √ √ √ √
Profesi/Keahlian √ √ √ √ √ √ pelaksanaan evaluasi teknis, yaitu dalam
Pengalaman Profesional Sejenis √ √ √ √ √
Pengetahuan Bahasa √ rentang 10% – 20% untuk pengalaman
perusahaan, 20% – 40% untuk pendekatan
Perbandingan Pembobotan Kriteria
dan metodolodi serta 50% – 70% untuk
Terdapat perbedaan yang mendasar pada kualifikasi tenaga ahli. Akan tetapi hasil
pembobotan kriteria evaluasi teknis panitia analisis pembobotan panitia pengadaan dan
pengadaan dan penyedia jasa yaitu pada 3 penyedia jasa berkata lain, katakan saja
(tiga) kriteria utama Pengalaman untuk pengalaman perusahaan yang
perusahaan, pendekatan dan metodologi diberikan rentang sebesar 10%-20%, akan
serta kualifikasi tenaga ahli. Pada panitia tetapi hasil analisis pembobotan panitia
pengadaan pembobotan pengalaman pengadaan memberikan pembobotan sebesar
perusahaan sebesar 32,1%, sedangkan pada 32,1% sedangkan penyedia jasa memberikan
penyedia jasa sebesar 50,1%, dan pembobotan sebesar 50,1%, kedua hasil ini
pendekatan metodologi sebesar 31,3% pada tidak sependapat dengan peraturan maupun
panitia pengadaan sedangkan pada penyedia pedoman evaluasi teknis, hasil ini
jasa sebesar 26,5%, serta perbedaan menunjukkan bahwa seharusnya pedoman
otomatis terjadi pada kriteria kualifikasi memberikan rentang pembobotan yang lebih
tenaga ahli yaitu pada panitia sebesar 36,7% besar pada pengalaman perusahaan. Disisi
sedangkan pada penyedia jasa sebesar lain pada kualifikasi tenaga ahli peraturan
23,3%. Pembobotan kriteria evaluasi teknis dan pedoman evaluasi teknis memberikan
pada panitia dan penyedia jasa tergambar rentang sebesar 50%-70%, akan tetapi hasil
bahwa panitia pengadaan hampir analisis pembobotan panitia pengadaan dan

71 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

penyedia jasa memberikan pembobotan pendekatan dan metodologi sebesar 20%–


sebesar 36,7% untuk panitia pengadaan dan 40%, hal ini sesuai dengan hasil analisis
23,3% untuk penyedia jasa, kedua hasil ini pembobotan panitia pengadaan dan penyedia
juga menunjukkan perbedaan pandangan jasa berturut-turut yaitu sebesar 31,3% dan
antara peraturan dan pelaku jasa konsultansi 26,5%, hal ini menunjukkan sependapatnya
dilapangan yang berpendapat bahwa panitia pengadaan dan penyedia jasa dengan
peraturan dan pedoman evaluasi teknis peraturan dan pedoman evaluasi teknis pada
memberikan pembobotan yang terlalu besar pendekatan dan metodologi yang diberi
seharusnya kualifikasi tenaga ahli diberikan rentang sebesar 20%-40%. Seperti yang
pembobotan yang lebih kecil. terlihat pada tabel 2.

Tabel 2. Perbandingan Pembobotan Kriteria HASIL ANALISIS PERINGKAT TEKNIS


DENGAN METODE AHP-TOPSIS VERSI
PANITIA PENGADAAN

Berdasarkan analisis peringkat teknis yang


dilakukan dengan metode AHP-TOPSIS
bahwa telah terjadi perbedaan peringkat
antara perhitungan metode AHP-TOPSIS
dengan fakta perhitungan panitia dilapangan.

 Pada tahun 2009 terjadi 18,33%


perubahan peringkat

 Pada tahun 2010 terjadi 36,36%


perubahan peringkat

 Pada tahun 2011 terjadi 10,81%


perubahan peringkat

 Pada tahun 2012 terjadi 37,18%


perubahan peringkat
Disamping dua perbedaan pandangan pada  Pada tahun 2013 terjadi 8,16%
pembobotan dua kriteria utama (Pengalaman perubahan peringkat
perusahaan dan kualifikasi tenaga ahli) yang
telah digambarkan diatas, terdapat satu * Prosentase diatas dihitung
kriteria utama (pendekatan dan metodologi) berdasarkan perubahan peringkat metode
yang antara peraturan dan pedoman serta AHP-TOPSIS versi panitia pengadaan
panitia pengadaan dan penyedia jasa terhadap fakta lapangan dibagi dengan
berpandangan sama yaitu rentang jumlah penyedia jasa yang diteliti.
pembobotan yang diberikan pada pedoman
dan peraturan evaluasi teknis pada Bila dirata-rata maka perubahan peringkat
selama 5 (lima) tahun terakhir sebesar

72 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

22,17%. Detail perubahan peringkat dapat  Pada tahun 2012 terjadi 56,41%
dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 dibawah ini: perubahan peringkat

Tabel 3. Perubahan Per Tahun Anggaran  Pada tahun 2013 terjadi 26,53%
Versi Panitia Pengadaan perubahan peringkat

* Prosentase diatas dihitung


berdasarkan perubahan peringkat metode
AHP-TOPSIS versi panitia pengadaan
terhadap fakta lapangan dibagi dengan
jumlah penyedia jasa yang diteliti.
Tabel 4. Perubahan Per Peringkat Per Tahun
Anggaran Versi Panitia Pengadaan Bila dirata-rata maka perubahan peringkat
selama 5 (lima) tahun terakhir sebesar
36,39%. Detail perubahan peringkat dapat
dilihat pada tabel 5 dan tabel 6 dibawah ini:

Tabel 5. Perubahan Per Tahun Anggaran


Versi Penyedia Jasa

Hasil Analisis Peringkat Teknis Dengan


Metode Ahp-Topsis Versi Penyedia Jasa

Berdasarkan analisis peringkat teknis yang Tabel 6. Perubahan Per Peringkat Per Tahun
dilakukan dengan metode TOPSIS bahwa Anggaran Versi Panitia Pengadaan
perubahan atau perbedaan peringkat antara
perhitungan metode AHP-TOPSIS dengan
fakta perhitungan panitia dilapangan juga
terjadi pada versi penyedia jasa, berikut
adalah prosentase perubahan peringkat yang
terjadi :

 Pada tahun 2009 terjadi 45,00%


perubahan peringkat

 Pada tahun 2010 terjadi 43,18% KESIMPULAN


perubahan peringkat
Penelitian ini menggambarkan bahwa adanya
 Pada tahun 2011 terjadi 10,81%
perbedaan yang mendasar antara peraturan
perubahan peringkat
perundangan yang ada dengan fakta

73 | K o n s t r u k s i a
Jurnal Konstruksia | Volume 5 Nomer 1 | Desember 2013

lapangan yang terjadi sehingga menimbulkan tidak detailnya peraturan perundangan


hasil yang bias yang dapat diragukan tingkat yang mengatur tentang pemilihan
keabsahannya, hal ini menjadi sangat mudah konsultan terlebih pada evaluasi teknis.
terjadi apabila tidak ada peraturan ataupun Menjadi sangat penting apabila terdapat
pedoman yang mengatur secara rinci dan penelitian tentang pembobotan kriteria
jelas tentang sesuatu yang teknis pada evaluasi teknis karena hal ini dapat
umumnya dan pada evaluasi teknis pada menjadi masukan kepada seluruh
khususnya. stakeholder yang ada dalam lingkungan
jasa konsultansi, baik itu panitia
Perbedaan-perbedaan mendasar tersebut pengadaan, penyedia jasa maupun
antara lain : pemerintah sebagai bahan masukan
1. Perbedaan kriteria; dalam menyempurnakan peraturan
Bila kita sandingkan antara fakta maupun pedoman tentang pemilihan
lapangan dengan peraturan perundangan konsultan yang berlaku saat ini.
yang ada seperti yang terlihat pada Tabel
1. Perbandingan Kriteria dengan Faktor Sebagai turunan dari kedua perbedaan
Penilaian Menurut Permen PU No. mendasar diatas, yaitu perbedaan kriteria
07/PRT/M/2011, perbedaan tersebut dan perbedaan pembobotan lahirlah
lebih kepada penambahan kriteria perbedaan peringkat teknis. Selama ini
minimal sebagaimana yang telah diatur panitia pengadaan dalam meneliti
oleh Permen PU No. 07/PRT/M/2011. dokumen penawaran penyedia jasa tidak
Pada dasarnya penambahan kriteria sah- menggunakan metode yang ilmiah yang
sah saja akan tetapi hal ini dapat menjadi telah teruji tingkat ke-valid-annya dan
pertanyaan terutama penyedia jasa jika telah diakui didunia akademisi, oleh
penambahan kriteria tersebut berubah- sebab itu setelah diuji dengan metode
ubah setiap tahunnya. Dengan adanya teknik pengambilan keputusan peringkat
penelitian ini diharapkan dapat teknis yang telah digunakan panitia
membantu panitia pengadaan dalam pengadaan menjadi berubah. Hal ini perlu
menentukan kriteria sekaligus membantu menjadi perhatian, mengingat setiap
penyedia jasa agar dapat menilai tahunnya panitia pengadaan memilih
perusahaan mereka sendiri sebelum penyedia jasa pemenang berdasarkan
menentukan paket kegiatan yang hasil penelitian mereka terhadap
diminati. dokumen penawaran penyedia jasa,
disamping itu metode ilmiah dapat juga
2. Perbedaan Pembobotan; mengurangi tindakan subjektif panitia
Pembobotan kriteria evaluasi teknis pengadaan yang dikarenakan oleh tidak
menjadi suatu hal yang tidak kalah adanya peraturan yang mengatur
penting dibandingkan dengan kriteria pembobotan evaluasi teknis yang jelas.
evaluasi teknis itu sendiri, seperti halnya Maka dari itu penelitian ini diharapkan
kriteria evaluasi teknis perbedaan dapat membantu panitia pengadaan
pembobotan ini terjadi pula dikarenakan dalam menentukan konsultan yang tepat

74 | K o n s t r u k s i a
KAJIAN DAN EVALUASI PEMILIHAN KONSULTAN DI LINGKUNGAN PENATAAN RUANG (Mutholib - Andreas)

dan berkompeten sesuai dengan harapan 8. Suryadi, K dan Ramdhani, M.A, (2002),
pengguna jasa. “Sistem Pendukung Keputusan : Suatu
wacana struktur idealisasi dan
PUSTAKA implementasi konsep pengambilan
1. Hwang, C. L., & Yoon, K. (1981). Multiple keputusan”, PT. Remaja Rosdakarya,
attribute decision making: Methods and Bandung.
applications. New York: Springer-Verlag.
2. Kementerian Pekerjaan Umum (2011),
Peraturan Menteri PU No. 07/ PRT /M/
2011 tentang Standar dan Pedoman
Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa
Konsultansi, Jakarta.
3. Kementerian Pekerjaan Umum (2011),
Peraturan Menteri PU No:
13/SE/M/2011 tentang Pelaksanaan
Pemilihan Penyedia Barang/ Jasa
Pemerintah Secara Elektronik (e-
Procurement), Jakarta.
4. Lembaga Kebijakan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah (2012),
Peraturan Kepala LKPP No. 14 Tentang
Petunjuk Teknis Peraturan Presiden
Nomor 70 Tahun 2012 Tentang
Perubahan Kedua Atas Peraturan
Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang
Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah,
Jakarta.
5. Pemerintah Repubik Indonesia (2010),
Peraturan Presiden No. 54 Tentang
Pengadaan barang/jasa pemerintah,
Jakarta.
6. Pemerintah Republik Indonesia (2012),
Peraturan Presiden No. 70 Tahun 2012
Tentang Perubahan Kedua Atas
Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun
2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah, Jakarta.
7. Saaty, Thomas. L, (1980), “The analytic
hierarchy process”, McGraw-Hill, New
York.

75 | K o n s t r u k s i a

Anda mungkin juga menyukai