1. Kajian Literatur
Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang
relevan dengan topik masalah.
Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah
tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Pendidik/Kepala Sekolah/Pengawas
Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
Ajukan pertanyaan kepada Pendidik, kepala sekolah, pengawas
sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait
masalah yang diidentifikasi.
Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka
mengenai penyebab masalah tersebut.
Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai
referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian
atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk
mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam
tentang penyebab masalah.
Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk
membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih
mendalam.
Sumber Wawancara
Muhaimin,S,Pd.,M.Pd
1. Kurangnya sarana dan
prasarana seperti kartu
huruf.
2. Ternyata peserta didik
merasa bosan karena
pembelajaran kurang
variatif.
3. Kurangnya motifasi dari
pendidik itu sendiri
2 Kemampuan Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
dasar Jurnal/artikel: lanjut penyebab
matematik 1. Yuli, dkk. (2018) kemampuan dasar
siswa Kelas 1 mengatakan kemampuan matematis siswa rendah:
tergolong dasar matematika siswa 1. Pembelajaran di kelas
rendah. rendah karena masih belum
pembelajaran yang melibatkan kaeaktifan
diberikan masih berbasis peserta didik
teacher center. 2. Pendidik belum
merancang
2. Artikel detik.com (2019) pembelajaran yang
mengatakan pelajaran aktif dan
matematika masih menjadi menyenangkan.
mata pelajaran yang sulit 3. Peserta didik tidak
yang dihadapi oleh setiap diberikan bimbingan
siswa. secara khusus untuk
meningkatkan
3. Menurut Ruseffendi kemampuan dasar
(Ahmad Susanto, 014) matematis siswa.
mengidentifikasi faktor- 4. Model pembelajara
faktor yang mempengaruhi yang kurang inofatif
hasil belajar ke dalam sehingga peserta didik
sepuluh macam, yaitu: (1) kurang memahami
Kecerdasan Anak, (2) materi yang
Kesiapan atau disampaikan pendidik
Kematangan, (3) Bakat 5. Tingkat kecerdasan
Anak, (4) Kemauan Belajar, peserta didik tidak
(5) Minat, (6) Model sama.
Penyajian Materi Pelajaran, 6. Peserta didik kurang
(7) Pribadi dan Sikap konsentrasi terhadap
Pendidik, (8) Suasana materi yang
Pengajaran, (9) Kompetensi disampaikan karna
Pendidik, (10) Masyarakat kurang
menyenangkan.
Sumber Wawancara
Sariban,S.Pd (Pendidik)
1. Pendidik tidak menerapkan
model pembelajaran inofatif
2. Terbatasnya alat peraga
yang di gunakan untuk
media pembelajaran.
3. Tingkat berfikir siswanklas
satu masih rendah untuk
menguasai numerasi.
Sumber wawancara
Muhaimin,S.Pd.M.Pd
1. Orang tua siswa jarang
dilibatkan dalam kegiatan
rapat sekolah
2. Orang tua siswa tidak
dilibatkan dalam kegiatan
proses pembelajaran
SonHaji,S.Pd.,M.Pd
(Korwil Selat Penuguan)
3. Kurangnya kepedulian
orang tua peserta didik
terhadap hasil belajar
siswa karna sibuk bekerja.
4. Kurangnya kesiapan dalam
pengelolaan dan
penguasaan kelas sebelum
melaksanakan
pembelajaran
4 Pembelajaran Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
di kelas masih Jurnal/artikel: lanjut diperoleh:
belum 1. “Sampai saat ini masih 1. Pendidik tidak pernah
ditemukan sebagian mendapat pelatihan
berbasis HOTS
Pendidik yang tidak dalam merancang
menerapkan HOTS dalam pembelajaran
mengajar, mungkin karena berbasis HOTS
ada yang merasa sudah 2. Sekolah juga tidak
mempunyai pengalaman memberikan
sekian lama sehingga yang pemahaman terhadap
bersangkutan merasa tak pembelajaran
perlu belajar dan berbasis HOTS.
menerapkan HOTS. 3. Kurangnya
Padahal dalam Kurikulum kemampuan awal
013 menekankan aspek siswa pada mata
bernalar tinggi pada siswa pelajaran matematika
dengan berbasis HOTS,” 4. Siswa belum terbiasa
kata Ketua Musyawarah menyelesaikan soal
Pendidik Mata Pelajaran berbasis Hots, ketika
(MGMP) Matematika SMA menemukan soal
Kabupaten Sumedang, Titin Hots siswa cenderung
Suryati Sumadewi mengeluh
kepada Kompas di5. Pendidik belum
Sumedang, Jawa Barat, terbiasa menyusun
Senin (29/4/2019). soal hots, karena
kurangnya pelatihan
2. (Resnick dalam penyusunan soal hots
Mustaghfirin, 019)HOTS
merupakan suatu
keterampilan berpikir
tingkat tinggi merupakan
suatu keterampilan
berpkiri tingkat tinggi
merupakan suatu proses
berpikir kompleks dalam
menguraikan materi,
membuat kesimpulan,
membangun representasi,
menganalisis, dan
membangun hubungan
dengan melibatkan
aktivitas mental yang
paling dasar.
3. https://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/
auladuna/article/view/
11506
Hasil Wawancara
Sugianto,S.Pd ( Kepala
Sekolah)
Kurangnya pemahaman
pembelajaran berbasis HOTS
1. Kurangnya pelatihan dalam
merancang pembelajaran
berbasis HOTS.
2. Kemampuan Pendidik
dalam penyusunan soal
Hots masih terbatas.
Sariban,S.Pd (Pendidik)
3. soal yang digunakan
menggunakan soal standar
4. Daya nalar peserta didik
terhadap
pemahamanmateri masih
belum mampu
menerimasepenuhnya
5. Karena ketersediaan
alokasi waktudalam
pembelajaran
terbatassehingga Pendidik
tidak tertarikmenerapkan
pembelajaran berorientasi
HOTS
5 Kurangnya Kajian Literatur Melalui beberapa kajian
pemanfaatan literatur, hasil
model 1. Menurut Sarwi, dkk,(2013) wawancara dan observasi
pembelajaran penggunaan model maka dapat ditentukan
inovatif pembelajaran inofatif penyebab masalah
yangsesuai dengan
memberi kesempatan
kondisi satuan
kepada siswa untuk terlibat pendidikanyaitu sebagai
secara aktif dan berikut:
mengembangkan cara 1. Pendidik belum
berfikir konseptual pada terampil
mata pelajaran yang sedang memanfaatkanmodel-
di pelajari. Strategi model pembelajaran
pembelajaran inovatif inovatif.
diterapkan dalam 2. Pendidik belum bisa
penyampaian materi menyesuaianmodel
dengan mengkaitkan pembelajaran inovatif
fenomena yang terjadi dan dengankondisi
yang sering di jumpai atau lingkungan sekolah.
di alami siswa dalam 3. Pendidik belum
kehidupan sehari-hari. terbiasa mengaitkan
danmendesin materi
Jurnal ilmiah dari dengan model
Sarei,S., Supriadi,S., &
pembelajaran inovatif
Sudarmijn,S. (2013)
https://journal.unnes.ac.id/ pada rencana
nju/index.php/JPP/article/ pelaksanaan
view/5675 pembelajaran.
4. Ketersediaan waktu
Hasil Wawancara dalam pelaksanaan
pembelajaran terbatas
Samidin,S.Pd (Pendidik)
sehingga Pendidik
1. Ketersediaan alokasi waktu
fokus pada
dalam pembelajaraan yang
pencapaian materi
terbatas.
saja bukan pada
2. Media pembelajaran yang
tujuan pembelajaran
disediakan disekolah
5. Ketersediaan media
terbatas
pembelajaran pada
model pembelajaran
inovatif disekolah
Sugianto,S.Pd (Kepala terbatas
Sekolah)
Hasil Wawancara
Toyibi (Pendidik)
1. Pemanfaatan infokus masih
belum maksimal
2. Pendidik belum
menggunakan aplikasi
digital dalam proses
Pembelajaran
3. Pendidik blom mengguasai
menggunakan aplikasi
google clasroom.
4. Pendidik terlanjur nyaman
mengajar dengan buku dan
papan tulis