Anda di halaman 1dari 9

LK 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah

Nama Mahasiswa : wahyu wulan suci


Asal Institusi: SDN 1 Selat Penuguan

Petunjuk: Pada langkah ini, Anda akan melakukan eksplorasi penyebab-


penyebab masalah yang telah diidentifikasi sebelumnya. Gunakan petunjuk
berikut untuk membantu Anda dalam eksplorasi penyebab masalah:

1. Kajian Literatur
 Lakukan pencarian literatur terkait masalah yang diidentifikasi.
 Baca artikel, jurnal, buku, atau sumber informasi lain yang
relevan dengan topik masalah.
 Identifikasi faktor-faktor yang dikaitkan dengan masalah
tersebut berdasarkan temuan dalam literatur.
2. Wawancara dengan Pendidik/Kepala Sekolah/Pengawas
Sekolah/Rekan Sejawat di Sekolah:
 Ajukan pertanyaan kepada Pendidik, kepala sekolah, pengawas
sekolah, atau rekan sejawat yang memiliki pengalaman terkait
masalah yang diidentifikasi.
 Tanyakan pengalaman, pandangan, dan pemikiran mereka
mengenai penyebab masalah tersebut.
 Catat informasi yang diperoleh dari wawancara sebagai
referensi untuk menganalisis penyebab masalah.
3. Wawancara dengan Pakar dan Pihak Terkait Lainnya:
 Carilah pakar atau pihak terkait lainnya yang memiliki keahlian
atau pengalaman dalam masalah yang diidentifikasi.
 Lakukan wawancara dengan pakar tersebut untuk
mendapatkan wawasan dan pemahaman lebih mendalam
tentang penyebab masalah.
 Tanyakan saran atau rekomendasi mereka mengenai langkah-
langkah yang dapat diambil untuk mengatasi masalah tersebut.
 Mintalah masukan, arahan, dan saran dari mereka untuk
membantu Anda menganalisis penyebab masalah secara lebih
mendalam.

Setelah Anda mengumpulkan informasi dari langkah-langkah di atas, Anda


dapat menggunakan data yang terkumpul sebagai dasar untuk
menganalisis dan mengidentifikasi penyebab masalah yang lebih spesifik.
Selanjutnya, langkah selanjutnya adalah merencanakan strategi dan
tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut.
Tabel Hasil Eksplorasi Penyebab Masalah

No Masalah yang Hasil eksplorasi penyebab Analisis eksplorasi


telah masalah penyebab masalah
diidentifikasi

1  Peserta didik Sumber Kajian Literatur Lebih lanjut setelah


kelas 1 Jurnal/artikel: dilakukan analisis
Sebagian 1. Jamaris (2014: 137) terhadap rendahnya
besar susah mendefinisikan “... 85% semangat/motivasi siswa
menghafal dari anak-anak didiagnosis disebabkan:
huruf abjad 1. Pembelajaran di
dengan kesulitan belajar
dalam kelas masih
memiliki masalah utama monoton
yang berhubungan dengan 2. Pendidik belum
membaca dan kemampuan merancang
bahasa. Hal ini disebabkan pembelajaran yang
oleh perkembangan aktif dan
susunan syaraf pusat yang menyenangkan.
3. Peserta didik merasa
mengalami disfungsi
bosan dengan model
minimal”. pembelajaran yang
2. Syah (2015: 184) kurang
mengatakan fenomena menyenangkan
kesulitan belajar seorang 4. Peserta didik tidak
siswa biasanya tampak mendapat perhatian
jelas dari menurunya dari kedua orang tua
yang sibuk bekerja.
kinerja akademik atau
5. Kurangnya sarana
prestasi belajarnya. prasarana dalam
Namun, kesulitan belajar menunjang kegiatan
dapat juga dibuktikan belajar Bahasa
dengan munculnya Indinesia di kelas 1
kelainan perilaku
(misbehavior) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak
di dalam kelas, mengusik
teman, berkelahi, sering
tidak masuk sekolah.

Diaaknosis tentang sulitnya


menghafal huruf abjad
Oleh NOFITA LESTARI NINGSIH
https://core.ac.uk/download/
pdf/148617511.pdf

3. Sekolah Dasar adalah


tempat awal bagi seorang
anak dalam mengenal baca
tulis, hal ini diawali dengan
pengenalan huruf abjad.
Menurut Kamus Besar
Bahasa Indonesia huruf
abjad merupakan
kumpulan huruf (aksara)
berdasarkan urutan yang
lazim dalam bahasa
tertentu. Huruf abjad
sendiri tidak lepas dari
pelajaran bahasa indonesia

Sumber Wawancara

 Muhaimin,S,Pd.,M.Pd
1. Kurangnya sarana dan
prasarana seperti kartu
huruf.
2. Ternyata peserta didik
merasa bosan karena
pembelajaran kurang
variatif.
3. Kurangnya motifasi dari
pendidik itu sendiri
2  Kemampuan Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
dasar Jurnal/artikel: lanjut penyebab
matematik 1. Yuli, dkk. (2018) kemampuan dasar
siswa Kelas 1 mengatakan kemampuan matematis siswa rendah:
tergolong dasar matematika siswa 1. Pembelajaran di kelas
rendah. rendah karena masih belum
pembelajaran yang melibatkan kaeaktifan
diberikan masih berbasis peserta didik
teacher center. 2. Pendidik belum
merancang
2. Artikel detik.com (2019) pembelajaran yang
mengatakan pelajaran aktif dan
matematika masih menjadi menyenangkan.
mata pelajaran yang sulit 3. Peserta didik tidak
yang dihadapi oleh setiap diberikan bimbingan
siswa. secara khusus untuk
meningkatkan
3. Menurut Ruseffendi kemampuan dasar
(Ahmad Susanto, 014) matematis siswa.
mengidentifikasi faktor- 4. Model pembelajara
faktor yang mempengaruhi yang kurang inofatif
hasil belajar ke dalam sehingga peserta didik
sepuluh macam, yaitu: (1) kurang memahami
Kecerdasan Anak, (2) materi yang
Kesiapan atau disampaikan pendidik
Kematangan, (3) Bakat 5. Tingkat kecerdasan
Anak, (4) Kemauan Belajar, peserta didik tidak
(5) Minat, (6) Model sama.
Penyajian Materi Pelajaran, 6. Peserta didik kurang
(7) Pribadi dan Sikap konsentrasi terhadap
Pendidik, (8) Suasana materi yang
Pengajaran, (9) Kompetensi disampaikan karna
Pendidik, (10) Masyarakat kurang
menyenangkan.
Sumber Wawancara

 Sariban,S.Pd (Pendidik)
1. Pendidik tidak menerapkan
model pembelajaran inofatif
2. Terbatasnya alat peraga
yang di gunakan untuk
media pembelajaran.
3. Tingkat berfikir siswanklas
satu masih rendah untuk
menguasai numerasi.

3  Hubungan Sumber Kajian Literatur Setelah dilakukan


komunikasi Jurnal/artikel: analisis lebih lanjut
antar Pendidik 1. Havighurst, menjelaskan diperoleh;
dan orang tua bahwa peranan Pendidik di 1. Orang tua jarang
peserta didik sekolah sebagai pegawai dilibatkan pada
terkait (employee) dalam kepentingan sekolah
pembelajaran hubungan kedinasan, (rapat atau kemajuan
Pendidikan sebagai bawahan sekolah)
Pancasila (subordinate) terhadap 2. Sekolah jarang
masih kurang atasannya, sebagai kolega melakukan
dalam hubungannya perlawatan/kunjunga
dengan teman sejawat, n ke rumah orang tua
sebagai mediator dalam siswa.
hubungannya dengan anak 3. Orang tua kurang
didik, sebagai pengatur perduli dengan hasil
disiplin, evaluator dan belajar peserta didik
pengganti orang tua. 4. Sebagian peserta didik
2. Henderson & Bella merasacepat jenuh
(1994),dan Jeynes ketika menerima
( 007) yang pembelajaran hanya
menunjukkan bahwa di dalam kelas.
ketika orang tua dan 5. Pendidik belum
Pendidik memiliki melakukan asesmen
hubungan/kerjasama yang diagnosis pada
baik, maka prestasi peserta didik sebelum
akademik dan sosial anak melakukan
akan meningka pembelajaran

Sumber wawancara

Muhaimin,S.Pd.M.Pd
1. Orang tua siswa jarang
dilibatkan dalam kegiatan
rapat sekolah
2. Orang tua siswa tidak
dilibatkan dalam kegiatan
proses pembelajaran
SonHaji,S.Pd.,M.Pd
(Korwil Selat Penuguan)
3. Kurangnya kepedulian
orang tua peserta didik
terhadap hasil belajar
siswa karna sibuk bekerja.
4. Kurangnya kesiapan dalam
pengelolaan dan
penguasaan kelas sebelum
melaksanakan
pembelajaran
4  Pembelajaran Sumber Kajian Literatur Setelah dianalisis lebih
di kelas masih Jurnal/artikel: lanjut diperoleh:
belum 1. “Sampai saat ini masih 1. Pendidik tidak pernah
ditemukan sebagian mendapat pelatihan
berbasis HOTS
Pendidik yang tidak dalam merancang
menerapkan HOTS dalam pembelajaran
mengajar, mungkin karena berbasis HOTS
ada yang merasa sudah 2. Sekolah juga tidak
mempunyai pengalaman memberikan
sekian lama sehingga yang pemahaman terhadap
bersangkutan merasa tak pembelajaran
perlu belajar dan berbasis HOTS.
menerapkan HOTS. 3. Kurangnya
Padahal dalam Kurikulum kemampuan awal
013 menekankan aspek siswa pada mata
bernalar tinggi pada siswa pelajaran matematika
dengan berbasis HOTS,” 4. Siswa belum terbiasa
kata Ketua Musyawarah menyelesaikan soal
Pendidik Mata Pelajaran berbasis Hots, ketika
(MGMP) Matematika SMA menemukan soal
Kabupaten Sumedang, Titin Hots siswa cenderung
Suryati Sumadewi mengeluh
kepada Kompas di5. Pendidik belum
Sumedang, Jawa Barat, terbiasa menyusun
Senin (29/4/2019). soal hots, karena
kurangnya pelatihan
2. (Resnick dalam penyusunan soal hots
Mustaghfirin, 019)HOTS
merupakan suatu
keterampilan berpikir
tingkat tinggi merupakan
suatu keterampilan
berpkiri tingkat tinggi
merupakan suatu proses
berpikir kompleks dalam
menguraikan materi,
membuat kesimpulan,
membangun representasi,
menganalisis, dan
membangun hubungan
dengan melibatkan
aktivitas mental yang
paling dasar.
3. https://journal.uin-
alauddin.ac.id/index.php/
auladuna/article/view/
11506

Soal matematika berbasis


Hots yaitu soal yang
mempunyai tingkat
kognitif tinggi

Hasil Wawancara

 Sugianto,S.Pd ( Kepala
Sekolah)

Kurangnya pemahaman
pembelajaran berbasis HOTS
1. Kurangnya pelatihan dalam
merancang pembelajaran
berbasis HOTS.
2. Kemampuan Pendidik
dalam penyusunan soal
Hots masih terbatas.

 Sariban,S.Pd (Pendidik)
3. soal yang digunakan
menggunakan soal standar
4. Daya nalar peserta didik
terhadap
pemahamanmateri masih
belum mampu
menerimasepenuhnya
5. Karena ketersediaan
alokasi waktudalam
pembelajaran
terbatassehingga Pendidik
tidak tertarikmenerapkan
pembelajaran berorientasi
HOTS
5 Kurangnya Kajian Literatur Melalui beberapa kajian
pemanfaatan literatur, hasil
model 1. Menurut Sarwi, dkk,(2013) wawancara dan observasi
pembelajaran penggunaan model maka dapat ditentukan
inovatif pembelajaran inofatif penyebab masalah
yangsesuai dengan
memberi kesempatan
kondisi satuan
kepada siswa untuk terlibat pendidikanyaitu sebagai
secara aktif dan berikut:
mengembangkan cara 1. Pendidik belum
berfikir konseptual pada terampil
mata pelajaran yang sedang memanfaatkanmodel-
di pelajari. Strategi model pembelajaran
pembelajaran inovatif inovatif.
diterapkan dalam 2. Pendidik belum bisa
penyampaian materi menyesuaianmodel
dengan mengkaitkan pembelajaran inovatif
fenomena yang terjadi dan dengankondisi
yang sering di jumpai atau lingkungan sekolah.
di alami siswa dalam 3. Pendidik belum
kehidupan sehari-hari. terbiasa mengaitkan
danmendesin materi
Jurnal ilmiah dari dengan model
Sarei,S., Supriadi,S., &
pembelajaran inovatif
Sudarmijn,S. (2013)
https://journal.unnes.ac.id/ pada rencana
nju/index.php/JPP/article/ pelaksanaan
view/5675 pembelajaran.
4. Ketersediaan waktu
Hasil Wawancara dalam pelaksanaan
pembelajaran terbatas
 Samidin,S.Pd (Pendidik)
sehingga Pendidik
1. Ketersediaan alokasi waktu
fokus pada
dalam pembelajaraan yang
pencapaian materi
terbatas.
saja bukan pada
2. Media pembelajaran yang
tujuan pembelajaran
disediakan disekolah
5. Ketersediaan media
terbatas
pembelajaran pada
model pembelajaran
inovatif disekolah
 Sugianto,S.Pd (Kepala terbatas
Sekolah)

1. Pendidik masih kurang


dalam memberikan makna
pembelajaran matematika
tersebut dan hanyafokus
pada hasil belajar peserta
didik.
2. Pendidik belum terbiasa
mengaitkan dan
mendesinmateri dengan
model pembelajaran
inovatif

6. Peserta didik Kajian literatur: Melalui beberapa kajian


belum maksimal literatur, hasil
memanfaatkan 1. (Sudjana dan Rivai, 2001). wawancara dan observasi
Selanjutnya Sudjana maka dapat ditentukan
tehnologi/TIK
dalam melakukan mengatakan bahwa penyebab masalah
pembelajaran teknologi pengajaran yangsesuai dengan
adalah merupakan sebuah kondisi satuan
pendidikanyaitu sebagai
konsep yang kompleks
berikut:
sehingga memerlukan
definisi yang kompleks 1. Tampilan PPT masih
pula. sederhana dan
2. (Suparman,2001:41)Perke monoton.
mbangan pendidikan yang 2. Hanya menggunakan
keempat terjadi dengan aplikasi google meet
mulai masuknya teknologi saja.
berikut produknya yang 3. Pendidik belum pernah
menghasilkan alat-alat menggunakan google
mekanis, optis, maupun classroom
elektronis. 4. Pendidik belum pernah
3. Menurut Fauziah dan mengajar
Hedwig (2010: 4) pengeritan menggunakan aplikasi
Teknologi informasi dan TIK pendukung
komunikasi (TIK) adalah pembelajaran.
tekhnolgi yang digunakan 5. Pendidik belum pernah
untuk menangani informasi mengajar
dan membantu cara menggunakan aplikasi
komunikasi (pengolahan TIK pendukung
informasi) dengan bantuan penilaian.
komputer untuk
mengkonversikan,
mengubah, menyimpan,
mengolah, mengirim, dan
menerima informasi.

Hasil Wawancara

 Toyibi (Pendidik)
1. Pemanfaatan infokus masih
belum maksimal
2. Pendidik belum
menggunakan aplikasi
digital dalam proses
Pembelajaran
3. Pendidik blom mengguasai
menggunakan aplikasi
google clasroom.
4. Pendidik terlanjur nyaman
mengajar dengan buku dan
papan tulis

Anda mungkin juga menyukai