Anda di halaman 1dari 2

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Alhamdulillahi rabbil alamin nahmaduhu wa nastaghfiruhu, wa naudzu billahi min syururi


anfusina wa min saiyyiati a’malina man yahdillahu fa la mudhilla lahu waman yudhlilhu fala
hadiya lah. Asyhadu an la ilaha illa Allah wa asyhadu anna Muhammad Rasulullah la nabiyya
wa la rasula ba’dahu.
Yang terhormat dewan juri, yang saya muliakan panitia lomba dan hadirin yang insyaAllah
dirahmati Allah.
Dahulu pada tahun 1453 masehi seorang sultan mendekati pintu gereja yang tertutup begitu
rapat dengan niat untuk memasukinya. Dengan rasa takut yang berkecamuk dalam hati
seorang pendeta membukakan pintu gereja. Rakyat yang bersembunyi di dalam menduga-
duga apa yang akan terjadi dengan muka pucat. Namun sultan berkata “Jangan khawatir
mulai sekarang hidup kalian harta kalian, takdir kalian adalah bagian dari kami juga kalian
bebas hidup menurut keyakinan kalian. Pulanglah dengan keamanan yang aku menjaminnya.”
Rakyat konstantinopel terkejut mendengar penuturan sang sultan yang sama sekali tidak
bersikap intimidatif terdapat mereka yang bahkan memiliki keyakinan berbeda dengannya.
Begitulah islam yang baik, agama Allah yang Maha Baik.
Islam agama kita yang rahmatan lil alamin. Indonesia yang memiliki keragaman suku, budaya
ras dan agama. Dan keduanya yang mengajarkan toleransi. Negara kita tercinta Indonesia
memiliki semboyan yang luar biasa , semboyan bhineka tunggal ika yang diharapkan cukup
menjadi alasan kita untuk bersatu di atas semua perbedaan ini. Namun hari ini hal itu
hanyalah harapan belaka. Sebaliknya hari ini seluruh keragaman yang kita banggakan itu
malah menjadi pengikis toleransi diantara kita. Maka dari itu izinkan saya menyampaikan
pidato yang berjudul “Membangun Toleransi Beragama di Bawah Bimbingan Al-Qur’an”
Kita diperintahkan untuk melakuakan toleransi kepada umat agama lain, karena islam
mengajarkan perdamaian bagi seluruh alam bukan hanya bagi pemeluk-pemeluknya saja.
Namun bentuk toleransi antar umat beragama hanya dalam urusan dunia saja, tidak
menyangkut aqidah. Islam juga tidak pernah memaksakan agamanya kepada orang lain
seperti yang tercantum dalam firman Allah surat Al-Baqarah ayat 256
‫ُيْؤ ْۢن ا َفَق اْسَتْمَسَك اْلُعْر اْلُو ْثٰق ى اَل اْن ا َل ۗا هّٰللا‬
‫ِفَص َم َه َو‬ ‫ِب َوِة‬ ‫ٓال ِاْك َر اَه ِفى الِّدْيِۗن َقْد َّتَبَّيَن الُّر ْش ُد ِم َن اْلَغ ِّۚي َفَم ْن َّيْكُفْر ِبالَّطاُغ ْو ِت َو ِم ِب ِهّٰلل ِد‬
‫َسِم ْيٌع َع ِلْيٌم ۝‬

“Tidak ada paksaan dalam agama. Sungguh, telah jelas jalan yang benar dari jalan yang sesat.
Siapa yang ingkar kepada tagut dan beriman kepada Allah sungguh telah berpegang teguh
pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar lagi Maha
Mengetahui.
Kebebasan untuk memilih agama dalam ayat ini mengandung maksud, bahwa memeluk
agama islam tidak menghendaki adanya paksaan, melainkan melalui kesadaran dan keinginan
pribadi yang bersangkutan. Bagi yang berkenan dipersilahkan, dan bagi yang enggan maka
dalah hak mereka untuk menolak dengan sepenuh hati.
Toleransi beragama ini sendiri sudah dijalankan oleh nabi Muhammad SAW, salah satu
contohnya adalah saat beliau memimpin di Madinah. Terbukti dengan adanya perjanjian
antara nabi dengan umat yahudi dan Nasrani, dimana mereka diperkenankan untuk
menjalankan ibadah mereka masing-masing, namun dengan syarat yaitu hidup bersama di
Madinah, saling menghargai, menjaga kerukunan dan kesatuan Madinah. Perjanjian ini
dikenal dengan nama piagam Madinah.
Suatu syariat dibuat pastilah karena ada maslahat di dalamnya, karena yang membuatnya
adalah yang maha Sempurna, diantara manfaat toleransi adalah:
Yang pertama adalah menjaga kerukunan dan keharmonisan dalam pergaulan sesama umat
manusia.
Yang kedua yaitu mempererat persaudaraan dan persahabatan.
Dan yang ketiga menghilangkan kesulitan yang ada pada diri sendiri maupun orang lain.
Demikianlah kita sebagai umat muslim hendaklah bersikap sesuai islam yang rahmatan lil
alamin. Sebagai negara yang mayoritas penduduknya adalah muslim dan dengan banyaknya
pesantren yang tersebar di negeri kita, hendaknya kita bisa melaksanakan misi islam ini di
Indonesia yang juga menjunjung tinggi toleransi.
Dewan juri, panitia dan hadirin yang dirahmati Allah. Mungkin hanya ini yang dapat saya
sampaikan, bila ada kesalahan dan kejanggalan, saya mohon diberi maaf. Saya akhiri dengan
undzur ma qala wala tandzur man qala. Wa billahi taufiq wal hidayah wal inayah.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai