Anda di halaman 1dari 10

HUBUNGAN ANTAR AGAMA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas terstruktur Mata Kuliah

Tafsir Tematis

Dosen Pengampu:

Yuliana Desi Rahmawati, M.Ag

Penyusun:

Khabibatus Sa’diyah NIM. 21101002

Nur Fadilah Utami NIM. 21101005

Fatihatur Rizki NIM. 21101009

Maula Shafira Putri T. NIM. 21101011

Putri Wulandari NIM. 21101018

PROGRAM STUDI AGAMA-AGAMA

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2022
A. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
2. Rumusan masalah
3. Tujuan
B. PEMBAHASAN
1. Pengertian Hubungan Antar Agama
Hubungan antar agama adalah suatu keterkaitan interaksi antara dua orang atau
lebih. Keterkaitan atau hubungan antar sesama agama tersebut dilandasi dengan adanya rasa
toleransi,dengan saling menonjolkan rasa pengertian,menghormati, menghargai dalam
kesetaraan pengalaman sebuah ajaran agama atau keyakinannya dan kerja sama
dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Antar Umat beragama dalam pemerintah
seharusnya melakukan sebuah tindakan upaya bersama dalam memelihara dan
menjaga kerukunan antar sesama umat beragama,dalam bidang
pelayanan,pengaturan dan pemberdayaan. Sebagai salah satu contoh yaitu dalam
mendirikan rumah ibadah harus memperhatikan pertimbangan organisasi masyarakat
keagamaan yang berbadan hukum dan telah terdaftar di pemerintah daerah.
Hubungan antar sesama umat agama bisa diwujudkan dengan berbuat sikap
saling tenggang rasa,menghargai,toleransi antar sesama umat beragama dan juga
tidak pula untuk memaksakan orang lain yang berbeda keyakinan untuk memeluk
keyakinan atau kepercayaan agama tertentu,melaksanakan ibadah sesuai
keyakinannya ,mematuhi peraturan keagamaan baik dalam agamanya maupun
peraturan negara atau pemerintah. Dengan beberapa hal-hal demikian maka tentunya
akan terciptalah sebuah keamanan dan ketertiban bagi antar sesama umat beragama
lainnya ,ketentraman,ketenagan dan kenyamanan dalam lingkup lingkungan
masyarakat berbangsa dan bernegara.
Para pemeluk atau penganut agama-agama yang berada di indonesia untuk
diharapkan dapat perkuat kerukunan antar agama lainnya jika agama-agama tersebut
bisa untuk dikembangkan sebagai sebuah fleksibilitas atau faktor pemersatu maka
hal-hal tersebut tentunya akan memberikan sebuah stabilitas dan kemajuan negara.

2. Ayat-Ayat Tentang Hubungan Antar Agama


Q.S. Al-Baqarah ayat 62

‫هّٰلل‬
َ ‫ص ٰرى َوالصَّابِــِٕ ْينَ َم ْن ٰا َمنَ بِا ِ َو ْاليَوْ ِم ااْل ٰ ِخ ِر َو َع ِم َل‬
‫صالِحًا فَلَهُ ْم اَجْ ُرهُ ْم ِع ْن َد َربِّ ِه ۚ ْم‬ ٰ َّ‫اِ َّن الَّ ِذ ْينَ ٰا َمنُوْ ا َوالَّ ِذ ْينَ هَا ُدوْ ا َوالن‬
َ‫ف َعلَ ْي ِه ْم َواَل هُ ْم يَحْ َزنُوْ ن‬ ٌ ْ‫َواَل خَ و‬
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang Yahudi, orang-
orang Nasrani dan orang-orang sabi'in, siapa saja (di antara mereka) yang beriman
kepada Allah dan hari akhir, dan melakukan kebajikan, mereka mendapat pahala dari
Tuhannya, tidak ada rasa takut pada mereka, dan mereka tidak bersedih hati.”
Q.S. Al-Baqarah ayat 256

‫ـالعُرْ َو ِة ْالـ ُو ْث ٰقى اَل‬ َ ‫ت َويُـْؤ ِم ۢ ْن بِاهّٰلل ِ فَقَـ ِد ا ْستَ ْم َسـ‬


ْ ‫ك بِـ‬ ِ ْ‫ـراهَ فِى الـ ِّد ْي ۗ ِن قَـ ْد تَّبَيَّنَ الرُّ ْشـ ُد ِمنَ ْال َغ ِّي ۚ فَ َم ْن يَّ ْكفُــرْ بِالطَّا ُغو‬ َ ‫ٓاَل اِ ْكـ‬
‫صا َم لَهَا َۗوهّٰللا ُ َس ِم ْي ٌع َعلِ ْي ٌم‬
َ ِ‫ا ْنف‬
Artinya: “Tidak ada paksaan dalam (menganut) agama (Islam), sesungguhnya telah
jelas (perbedaan) antara jalan yang benar dengan jalan yang sesat. Barang siapa
ingkar kepada Tagut dan beriman kepada Allah, maka sungguh, dia telah berpegang
(teguh) pada tali yang sangat kuat yang tidak akan putus. Allah Maha Mendengar,
Maha Mengetahui.”

Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6


‫) والانتم عابدون‬٤( ‫) والاناعابدماعبدتمـ‬٣( ‫) والانتم عابدون مااعبد‬٢( ‫) الاعبدماتعبدونـ‬١( ‫قل يايها الكفرون‬
٦( ‫) لكم دينكم ولي دين‬٥( ‫مااعبد‬
Artinya: Katakanlah: “Hai orang-orang kafir, aku tidak akan menyembah apa yang
kamu sembah. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah. Dan aku tidak
pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah, dan kamu tidak pernah (pula)
menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah. Untukmu agamamu, dan untukkulah,
agamaku”.

3. Makiyah dan Madaniyah


Q.S. Al-Baqarah ayat 62

Q.S. Al-Baqarah ayat 256

Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6

4. Munasabah Ayat
Q.S. Al-Baqarah ayat 62
Dalam al baqarah ayat 61 mengandung artian bahwa kesombongan membawa
mala petaka, dalam hal ini kaum nabi musa menuntut jenis makanan yang lain pada
nabi musa yang mengartikan kaum tersebut lebih memilih kenikmatan duniawi yang
akhirnya menjerumus pada kenistaan dan kehancuran.
Korelasi dengan al baqarah ayat 62 yaitu bahwa kaum yang beriman dari umat ini,
yang membenarkan allah dan rasulnya, dan mengamalkan syariatnya dan orang yang
hidup sebelum pengangkatan rassulullah SAW, sebagai nabi dari umat masa lalu
seperti yahudi, nasrani, dan kaum sabiin, mereka semua itu apa bila beriman pada
allah dengan benar lagi murni, dan kepada hari kebangkitan dan pembalasan dan
beramal dengan amalan yang diridhai allah maka pahala mereka akan tetap utuh disisi
tuhan.

Q.S. Al-Baqarah ayat 256


Dalam kandungan surat al baqarah ayat 256 adalah kelanjutan dari ayat 255 yang
merupakan bentuk kesempurnaan allah setelah pada ayat 255 merupakan hakikat
kebesaran allah yang agung dan penguasa seluruh atas yang dimilikinya bahwa semua
yang ada dilangit dan seluruh yang ada di bumi adalah kepemilikannya.
allah mengetahui perkara perkara yang akan terjadi di hadapan makhluk makhluk
berupa hal yang akan terjadi dimasa mendatang, korelasi dengan ayat 256 yaitu pada
ayat tersebut disebabkan kesempurnaan agama ini dan jelasnya ayat ayatnya, maka
tidak diperlukan tindakan pemaksaan untuk memeluknya, bagi orang orang yang
mengambil jizyah darinya, Allah maha mengetahui dan mendengar hamba hambanya,
karena itu tidak ada paksaan untuk memasuki islam, karena sesungguhnya telah jelas
jalan yang benar daripada jalan yang sesat.
Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6
Kandungan Surat al-Kafirun merupakan dasar sikap toleransi dalam Islam. Pada
ayat yang terakhir dijelaskan bahwa agama Islam menjunjung tinggi sikap toleransi
dan kebebasan dalam memeluk suatu agama.
Islam menjunjung tinggi sikap toleransi dalam bidang sosial, tetapi tidak ada
toleransi dalam bidang akidah dan ibadah. Surah al-Kafirun juga menjelaskan
kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan keyakinan masing-masing.
Adapun  isi pokok dari Surat al-Kafirun adalah sebagai berikut:
a. Sikap tegas terhadap orang kafir bahwa kita tidak menyembah apa yang mereka
sembah
b. Sikap toleran terhadap orang yang berbeda agama, dengan saling menghormati
dalam hubungan sosial, tetapi tidak ada toleransi dalam akidah dan ibadah pokok
c. Sikap tegas kebebasan beragama, saling menghargai, dan menjalankan ibadah
sesuai dengan agama masing-masing.

5. Sababun Nuzul
Sebab Turunya Q.S. Al-Baqarah ayat 62
Diriwayatkan dari Abu Hatim dan Al-Adani dalam Musnad-nya dari jalur
Ibnu Abi Najih dari Muhajid berkata, “Saya bertanya kepada Nabi SAW tentang
penganut agama yang aku dulu pernah menganutnya, maka aku menyebutkan shalat
mereka dan ibadah mereka, maka turunlah ayat “ Sesunggunya orang-orang beriman,
orang-orang Yahudi, orang-orang Nashrani, orang-orang Shabi’in, siapa saja di antara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal shaleh,
mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka , tidak ada kekhawatiran terhadap
mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.”
Al-Wahidi meriwayatkan dari jalur Abdullah bin Katsir dari Muhajid
bahwasanya ia berkata, “Ketika Salman menceritakan kepada Nabi SAW tentang
sahabatnya Nabi bersabda, “Mereka semua di neraka”, Salman berkata, Mendengar
sabda tersebut, bumi ini seakan menjadi gelap bagiku, maka turunlah ayat
“Sesungguhnya orang-orang beriman, orang-orang Yahudi” hingga firman-Nya, “dan
tidak (pula) mereka bersedih hati,” kemudian ia berkata, “seakan-akan tersingkap
dariku sebuah gunung.”
Dan, Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim dari As-Suddi berkata,
“Ayat ini turun pada sahabat salman Al-Farisi”.

Sebab Turunnya Q.S. Al-Baqarah ayat 256


Diriwayatkan oleh Abu Dawud, An-Nasa'i, dan Ibnu Hibban dari Ibnu Abbas
berkata," dahulu ada seorang perempuan yang anaknya meninggal setiap ia
melahirkan, maka ia bernadzar jika ia melahirkan dan anaknya hidup, maka ia akan
menjadikannya seorang Yahudi, maka ketika Bani Nadir diusir, diantara mereka ada
anak-anak Kaum Anshar dan mereka berkata, "Kami tidak akan membiarkan anak-
anak kami, maka turunlah firman Allah,"Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama
Islam."
Dan Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir dari jalur Sa'idatauI krimah, dari Ibnu
Abbas berkata, Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama Islam "turun pada
seorang laki-laki dari kaum Anshar dari Bani Salim bin Auf yang biasa dipanggil
Hushain, ia mempunyai dua anak yang beragama Nashrani, akan tetapi ia sendiri
beragama Islam, maka ia berkata kepada Nabi,"Apakah aku harus memaksa mereka
untuk masuk ke dalam Islam, sesungguhnya mereka menolak agama kecuali
Nashrani?Maka Allah menurunkan ayat ini."

Sebab Turunya Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6


Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dan Ibnu Abi Hatim dari Ibnu Abbas
bahwasanya orang-orang Quraisy berjanji akan memberikan harta kepada Rasulullah
SAW sehingga menjadi laki-laki terkaya sekota Makkah. Setelahnya akan
menikahkan beliau dengan perempuan mana saja, yang disukai beliau. Mereka
berkata, “Ini untukmu wahai Muhammad, maka cukuplah jangan sampai lagi mencaci
maki tuhan-tuhan kami dan menyebutkan dengan sesuatu yang buruk. Apabila
engkau tidak melakukanya, maka sembahlah tuhan-tuhan kami selama setahun.”Maka
Allah menurunkan ayat, “Katakanlah, hai orang-orang kafir.” hingga akhir surat.
Allah juga menurunkan ayat, “Katakanlah, maka apakah kamu menyuruh aku
menyembah selain Allah, hai orang-orang yang tidak berpengetahuan?” (Az-
Zumar:64)
Diriwayatkan oleh Abdurrazaq dari Wahab, ia mengatakan Orang-orang kafir
Quraisy berkata kepada Nabi SAW, “Apabila engkau berkenan, maka engkau
mengikuti kami selama setahun dan kembali lagi kepada agamamu selama setahun.”
maka Allah menurunkan ayat, “Katakanlah, hai orang-orang yang kafir.” hingga akhir
surat.
Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Sa’id bin Mina’, ia mengatakan; Al-Walid
bin Al-Mughirah, Al-Ash bin Wa’il, Al-Aswad bin Al-Muthalib, dan Umayyah bin
Khalaf bertemu dengan Rasulullah SAW. Mereka berkata “Wahai Muhammad,
kesinilah agar engkau dapat menyembah apa yang kami sembah dan kami
menyembah apa yang engkau sembah. Kami dan engkau akan sama-sama dalam
seluruh urusan kita bersama.” maka Allah menurunkan ayat, “Katakanlah, hai orang-
orang kafir.” hingga akhir surat.

6. Penafsiran Ayat
Q.S. Al-Baqarah ayat 62

Q.S. Al-Baqarah ayat 256

Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6


C. PENUTUP
1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai