Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PRAKTIKUM

PEMETAAN LAHAN
(TAN501)

Disusun oleh

Darma Abdi : 2104013


Hidayat : 2104019
Ikhwan Afdal : 2104021
Pontiaman Halawa : 2104037
Ridho Tri Juliantito : 2104043

BUDIDAYA TANAMAN PERKEBUNAN


PROGRAM DIPLOMA III
POLITEKNIK LPP

YOGYAKARTA
2023
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemetaan adalah suatu proses menyajikan informasi muka Bumi yang
berupa fakta, dunia nyata, baik bentuk permukaan buminya maupun sumberdaya
alamnya, berdasarkan skala peta, sistem proyeksi peta, serta simbol-simbol dari
unsur muka Bumi yang disajikan. Dalam ekonomi dan pertanian, lahan adalah luas
tanah yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan manusia. Dalam bahasa sehari-hari,
orang menyamakan lahan dengan "tanah". Dalam kenyataannya, lahan tidak selalu
berupa tanah, karena dapat mencakup pula kolam, rawa, danau, atau bahkan
lautan,dan dapat diartikan pemetaan lahan adalah pembuatan peta lokasi yang
menunjukan dimana lahan budidaya sayuran organik akan dilakukan. Pembuatan
peta ini juga dimaksudkan sebagai dasar perencanaan rotasi/pola tanam,
pembibitan, dan penanaman. Lahan pertanian memiliki perang dan fungsi strategis
bagi masyarakat yang bercorok agraris karena terdapat sejumlah penduduk yang
menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Dalam rangka pembangunan
pertanian yang berkelanjutan, lahan merupakan sumber daya pokok dalam usaha
pertanian, terutama pada kondisi yang sebagian besar bidang usahanya masih
bergantung pada pola pertanian yang berbasis lahan. Lahan merupakan sumber
daya alam yang bersifat langkah karena jumlahnya tidak bertambah, tetapi
kebutuhan terhadap lahan selalu meningkat. (Baba Barus, dkk, 2012).

Menurut Ante et al., (2016) lahan adalah sumberdaya pembangunan


dengan ciri khas keberadaannya, dalam artian luasnya cenderung tidak berubah
karena proses sedimentasi dan proses reklamasi yang terjadi relatif sangat kecil.
Pengertian lain menurut Kusrini (2011) lahan merupakan tempat di muka bumi
dengan sifat meliputi biosfer, atmosfer, tanah, geologi, hidrologi,
tanaman/tumbuhan, binatang dan produk kegiatan manusia masa lalu dan masa
sekarang sampai pada tingkat tertentu.

Klasifikasi penggunaan lahan sangat penting dilakukan di dalam studi maupun


inventarisasi penggunaan lahan. Kuantitas dan kualitas penggunaan lahan ditunjukkan
oleh tipe atau jenis penggunaan lahan. Macam-macam sistem klasifikasi penggunaan
lahan dari beberapa ahli adalah sebagai berikut :
1. Jerzy Kostrowicki.
Mengemukakan lima kelas dasar penggunaan lahan yang masingmasing
masih dapat dirinci. Lima kelas penggunaan lahan tersebut meliputi :
a) Lahan pertanian (Agricultural land) yang terbagi menjadi cropland atau
arable land, perennial crop, grassland.
b) Lahan hutan (woodland).
c) Perairan (waters).
d) Permukiman (Settlements).
e) Lahan tidak produktif (Unproduktve land).

Yang dimaksud dengan pengembangan permukiman adalah peningkatan


kualitas kehidupan dalam kaitannya dengan permukiman yang dibangun.
Pengembangan bertujuan untuk memajukan atau memperbaiki atau meningkatkan
sesuatu yang sudah ada. Jayadinata, J.T (1999),

Dalam pengembangan lahan permukiman diketahui karakteristik lahan


yang sesuai untuk dikembangkan. Tujuannya adalah agar pendirian permukiman
dapat memenuhi hak warga negara atas tempat tinggal yang layak dalam
lingkungan yang sehat, aman, serasi dan teratur, serta menjamin kepastian
bermukim seperti yang diatur dalam (UU No.1 Tahun 2011).

1. Pola Permukiman

Menurut pendapat Arifin (2014) Pola persebaran permukiman desa


sangat di pengaruhi oleh keadaan tanah, tata air, topografi, serta ketersediaan
sumber daya alam yang terdapat di desa tertentu. Ada tiga.pola hunian desa dalam
hubungannya dengan bentang alamnya, yaitu sebagai berikut: a.). Pola Terpusat,
merupakan pola permukiman penduduk di rumahrumah yang di bangun memusat
pada satu titik. b.) Pola Tersebar, rumah-rumah penduduk di bangun di kawasan
luas dan bertanah kering yang menyebar dan sedikit renggang satu sama lain. c.)
Pola Memanjang Pola ini dapat tebentuk karena kondisi lahan di kawasan tersebut
memang menuntut adanya pola ini. Seperti kita ketahui, sungai, jalan, maupun
garis pantai memanjang dari satu titik tertentu ke titik lainnya.

2. Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng dapat berpengaruh terhadap penentuan fungsi kawasan.
Semakin curam lereng pada suatu kawasan, maka kawasan tersebut tidak boleh
dijadikan sebagai kawasan budidaya, karena pema…

Peta topografi adalah peta penyajian unsur-unsur alam asli dan unsur-
unsur buatan manusia diatas permukaan bumi. Unsur-unsur alam tersebut
diusahakan diperlihatkan pada posisi yang sebenarnya. Mengenai pengukuran
melalui titik kontrol yang telah menguraikan cara-cara penempatan titik kontrol
yang dibutuhkan untuk pengukuran melalui titkik kontrol yang dibutuhkan untuk
pengukuran pemetaan topografi. Pemetaan topografi yang di buat berdasarkan
koordinat yang telah ditentukan pada pengukuran titik kontrol.Pemetaan topografi
merupakan suatu pekerjaan yang memperlihatkan posisi keadaan planimetris diatas
permukaan bumi dan bentuk diukur dan hasilnya digambarkan diatas kertas
dengan simbol-simbol peta pada skala tertentu yang hasilnya berupa peta
topografi.
Peta topografi mempunyai ciri khas yang dibuat dengan teliti (secara
geometris dan georefrensi) dan penomorannya berseri, standart. Peta topografi
mempunyai peta dasar (base map) yang berarti kerangka dasar
(geometris/georefrensi) bagi pembuatan peta-peta lain.

B. Tujuan
1. Mahasiswa dapat mengetahui cara menentukan titik pada lahan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Aspek topografi merupakan salah satu faktor penting dalam


perencanaan galian dan timbunan. Mengingat perlunya dipertimbangkan aspek
topografi yaitu faktor ketinggian permukaan dari muka laut dalam perencanaan
jalan maka perlu ditemukan suatu metode untuk memudahkan penentuan
ketinggian permukaan tanah dari muka laut. Pengukuran ketinggian yang
dilakukan secara manual tentunya membutuhkan biaya dan waktu yang sangat
besar. Untuk itu perlu dilakukan suatu penelitian yang menganalisis
ketinggian secara spasial menggunakan metode penginderaan jauh dengan
memanfaatkan citra Digital Elevation Model(DEM) SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission), sehingga didapatkan klasifikasi ketinggian yang dapat
dipergunakan sebagai dasar dalam perencanaan jalan. Metode yangdigunakan
dalam pengklasifikasian ketinggian adalah metode intrpolasi dari hasil
overlay peta ruang terbuka dengan citra DEMSRTM. Dari hasil
analisis didapatkan persentase perbandingan hasil klasifikasi ketinggian
terhadap kontur adalah 9,359 % dan terhadap topografi adalah 8,139 %, hal ini
menunjukkan bahwa metode interpolasi dapat digunakan dalam
pengklasifikasian ketinggian dengan menggunakan peta DEMSRTM (Arfan
Hasan ,2019).
Peta topografi menampilkan gambaran permukaan bumi yang dapat
diidentifikasi,berupa obyek alami maupun buatan. Peta topografi menyajikan
obyek-obyek dipermukaan bumi dengan ketinggian yang dihitung dari permukaan
air laut dan digambarkan dalam bentuk garisgaris kontur, dengan setiap satu garis
kontur mewakili satu ketinggian. Pada peta topografi dibutuhkan ilmu navigasi
untuk dapat menentukan posisi maupun arah dalam peta maupun medan
sebenarnya. Hal ini sejalan dengan pengertian navigasi. Navigasi merupakan cara
menentukan posisi dan arah perjalanan baik dimedan sebernanya maupun di peta.
Sedangkan navigasi darat merupakan bagian dari ilmu untuk menentukan posisi
suatu objek dan arah perjalanan,baik pada medan sebenarnya maupun pada peta.
Dari pengertian yang lain navigasi darat merupakan penentuan posisi dan arah
perjalanan baik diarah sebenarnya maupun pada peta dengan menggunakan alat
seperti kompas dan peta. Demikian juga dengan perlunya peta topografi untuk
pendidikan di sebuah lembaga/organisasi yang menggunakan peta topografi
tersebut, seperti Organisasi Mahasiswa Pecinta Alam (MPA) Jamarsingsia Institut
Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi, yang menggunakan peta topografi dalam
Pendidikan Navigasi Darat. Pendidikan dan latihan dasar biasanya dilakukan pada
lokasi yang tidak umum seperti hutan konservasi atau kawasan hutan yang
memungkinkan untuk peserta mempelajari ilmu dasar pemahaman tentang olah
raga alam bebas. Kegiatan ini biasanya menghabiskan waktu kurang lebih satu
minggu di alam bebas. Dan dalam pelaksanaan tersebut biasanya
memerlukanperalatan khusus seperti alat camp, navigasi, tali temali dan lain
sebagainya. Terkhusus pada pendidikan navigasi darat memiliki kendala dalam
pelaksanaannya yang disebabkan kurangnya perlengkapan pokok yaitu peta
topografi sehingga menghambat anggotadalam memahami materi yang diajarkan.
Padahal dengan perkembangan teknologi informasi saat sekarang seharusnya
mampu memberikan banyak kemudahan, baik bagi anggota MPA Jamarsingsia
maupun lembaga-lembaga yang membutuhkan peta topografi ini (O.Hakim,S et al
2019 )
Salah satunya aplikasi dalam membuat peta yaitu aplikasi ArcGIS, ArcGIS
yaitu Aplikasi yang dapat digunakan dalam membuat peta, mengolah, membuat
dan menyusun.Dari pembuatan peta daerah aliran sungai disertai penggunaan
lahannya dengan menggunakan ArcGis dapat menghasilkan langkah-langkah
mencari data, proses hingga hasil akhirnya. ArcGIS adalah perangkat yang sangat
populer dan andal dalam melakukan tugas-tugasSistem Informasi Geografis
(GIS).Keandalan ArcGIS tidak sajadalam hal membuat peta, melainkan yang
lebih utama adalah membantu praktisi SIG melakukan analisis, pemodelan, dan
pengelolaan data spasial secara efektif dan efisien.Salah satu bentuk data yang
dapat diolah oleh ArcGIS adalah data DEM yang mampu menggambarkan
geometri muka bumi. Oleh karena itu penulis bermaksud untuk membuat peta
topografi agar kendala diatasbisa diminimalisir dan pendidikan navigasi darat di
MPA Jamarsingsia bisa menjadi lebih efektif.
BAB III
METODOLOGI

A. Waktu dan Tempat


Praktikum pemetaan lahan dilakukan di lab tanah pada tanggal 13
Desember 2023 pukul 08.30-11.00 Wib di lab tanah.
B. Alat dan Bahan
1. Komputer/Laptop
2. Data Pengukuran dilapangan
3. Software Arc GIS
4. Clinometer / Abney level
5. Compas
6. Tallysheet
7. Roll Meter
8. GPS

C. Cara Kerja
1. Mengambil data dilapangan
2. Mempersiapkan alat dan bahan yang akan digunakan
3. Mensurvei lapangan yang akan diukur
4. Membuat sketsa rencana pengukuran lapangan
5. Mencatatan hasil dilapangan
6. Membuat peta digital menggunakan ArcGis
a. Format data penyimpanan guna dinput dalam ArcGis.
b. Membuka Software ArcGis dan input data
c. Membuka data dan memberikan tanda pada lahan
d. Menyimpan peta lahan yang telah diberi tanda sesuai nama.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Gambar 1. Peta Topografi


B. Pembahasan

Dari praktikum yang telah dilaksanakan didapatkan hasil dimana peta


yang dibuat bertujuan untuk mempermudah mengenali area yang khusu : seperti
Permukiman , sawah, perkebunan kelapa sawit ataupun pada bagian lainnya,peta
tersebut pada umumnya sering digunakan dalam pembuatan peta
provinsi,kabupaten ataupun peda desa dan peda wilayah kebun.
Digital Elevation Model (DEM) adalah model digital yang memberikan
informasi bentuk permukaan bumi dalam bentuk data raster, vektor atau bentuk
data lainnya. DEM memuat informasi ketinggian dan kemiringan yang
mempermudah interperensi. ArcGIS adalah aplikasi yang digunakan oleh penulis
untuk melakukan pengolahan data sehingga menjadi sebuah peta topografi. Dalam
melaksanakan pengolahan data pada arcgis terdapat 3 (tiga) tahapan yaitu tahap
Georeferensing, tahap Digitasi, dan layout. Material Collecting Dalam tahap
material collecting ini peneliti mengumpulkan bahan sesuai dengan kebutuhan
yang dikerjakan pada tahap perancangan peta topografi. Tahapan ini dilaksanakan
secara parallel dengan assembly. Assembly (Pembuatan) Donwload peta citra
satelit, Untuk mendownload citra satelit biasa menggunkan aplikasiSasPlanet,
Google Earth Pro, USGS dan Lainnya. Pada kali ini penulis mendownload peta
citrasatelit yaitu menggunakan aplikasi SASPlanet. Untuk melakukan penampilan
dari peta yang di inginkan bisa menggunakan berbagai satelit seperti Google,
Yandex, Kosmosnimki.ru, Bing, Yahoo!, Orther maps, Histric, Local maps dan
lainya. Namun pada kali ini penulis menggunakansatelit Bing Maps. ArcGIS /
ArcMaps, Setelah mendowload peta citra satelit menggunakan aplikasi
SASPlanet, barulah masuk dalam pengeditan dengan menggunakan Aplikasi
ArcGis/ArcMaps. ArcGis yang penulis gunakan saat ini yaitu ArcGis 10.5. (1)
Digitasi merupakan bagian dari proses pemetaan digital. Secara umum dapat
didefinisikan sebagai proses koversi data analog kedalam format digital. Objek-
objek tertentu seperti jalan, rumah, sawah, dan lain-lain yang sebelimnya dalam
format raster maka menjadi objek-objek vektor.
BAB V
KESIMPULAN

Dari praktikum yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan bahwa


pembutaan peta sangat membantu kita dalam melihat situasi terkini yang dimana
kita dapat mengetahui bentuk dan luasan yang ingin kita ketahui wilayahnya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous 2011. Undang-Undang RI No.1 Tahun 2011 Tentang perumahan dan
kawasan permukiman.
Arifin Kamil Sabua Vol.6, No.2: 215- 222, Agustus 2014 Kajian Pemanfaatan
Lahan Pada Daerah rawang Longsor di Kecamatan Rikala Kota Manado.
Baba Barus, dkk, 2012 Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 – 2011 Untuk
Perencanangan Gedung dan Infrastruktur Tahan Gempa, , ITB.
Masyur Irsam, 2012 Revisi Peta Gempa Indonesia 2010 – 2011 Untuk
Perencanangan Gedung dan Infrastruktur Tahan Gempa, , ITB.
O.Hakim,S et al., “Optimalisasi Pembuatan Peta Kontur Skala Besar
Menggunakan Kombinasi Data Pengukuran Terestris Dan Foto Udara
Format Kecil,” J. Geod. Undip, vol. 8, no. 1, pp.180–189, 2019.

Anda mungkin juga menyukai