Anda di halaman 1dari 22

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN ANAK

DENGAN GEA (GASTROENTERITIS ACUTE)


DI RUANG PAVILIUN ADE IRMA SURYANI II
RSPAD GATOT SOEBROTO

OLEH:
Nama Mahasiswa : Aisyah Kamelia
NIM : 20230305007

PRAKTIK KLINIK KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI NERS
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
A. KONSEP DASAR
1. Definisi
Anak merupakan individu yang unik dalam perkembangannya dan mempunyai kebutuhan
sesuai tahap perkembangannya, kebutuhan anak dapat mencakup cairan, aktivitas serta
eliminasi, istirahat tidur (Mey Listiana et al., 2023) . Anak merupakan individu yang
membutuhkan kebutuhan psikologis serta spiritual (Mey Listiana et al., 2023) . Anak
merupakan individu yang berada dalam satu rentang perubahan perkembangan yang
dimulai dari bayi sampai remaja. Salah satu penyakit yang terjadi akibat pola makan yang
tidak sehat serta kurangnya hygiene pada anak namun dapat dicegah tetapi kejadiannya
relatif tinggi yaitu gastroenteritis akut (Mey Listiana et al., 2023). Prevalensi gastroenteritis
atau diare di Indonesia menurut Riskesdas 2018 tercatat sebanyak 18.225 (9%) anak
dengan diare golongan umur < 1 tahun, 73.188 (11,5 %) anak dengan diare golongan umur
1- 4 tahun, 182.338 (6,2%) anak dengan diare golongan umur 5-14 tahun, dan sebanyak
165.644 (6,7%) anak dengan diare golongan umur 15-24 tahun. Menurut WHO
Gastroenteritis merupakan penyebab pertama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
di dunia (Mey Listiana et al., 2023).
Gastroenteritis akut adalah peradangan lambung dan usus yang ditandai dengan adanya
mual, muntah, tanpa muntah, demam dan diare yang sering terjadi pada balita dan anak-
anak berdampak negatif bagi aktivitas sehari-hari (Laila Tsaqilla et al., 2023) .
Gastroenteritis akut juga merupakan konsistensi tinja cair dengan frekuensi yang abnormal
dengan frekuensi 3x sehari atau lebih dengan konsistensi yang lembek dan encer karena
kandungan air pada feses >200 ml/24 jam yang berlangsung < dari 14 hari, dapat
bercampur lendir atau darah (Mey Listiana et al., 2023).
2. Etiologi
Gastroenteritis sering berlangsung pada balita dibandingkan orang dewasa
(Khoiriyah et al., 2021)
. Penyebab GEA bisa berupa infeksi dan non infeksi (Walker-Smith, 2017) .
Penyebab utama gastroenteritis (infeksi) terhadap anak di negara berkembang adalah
Rotavirus (30-70%), Escherichia coli enterotoksigenik, Shigella, dan Cryptosporidium
(Mey Listiana et al., 2023) . Gastroenteritis akut ini adalah peradangan membran mukosa
saluran cerna yang disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, protozoa, cacing yang dapat
menyebar melalui transmisi fekal-oral (Laila Tsaqilla et al., 2023) . Transmisi fekal-oral
bisa terjadi melalui makanan yang tercemar oleh muntahan atau tinja penderita diare
(Mey Listiana et al., 2023)
. Infeksi saluran cerna akut paling sering terjadi pada anak-anak
berumur kurang dari tiga tahun (Khoiriyah et al., 2021) . Norovirus dari air yang
terkontaminasi diyakini bertanggung jawab atas 68-90% dari seluruh kejadian
gastroenteritis (Karo et al., 2023) . Rotavirus merupakan penyebab umum gastroenteritis
yang menyebabkan dehidrasi dan kelesuan pada anak-anak sehingga harus menjalani
perawatan, jenis virus ini mudah menular dari satu individu ke individu yang lain melalui
peralatan makan dan minum (piring, sendok, gelas), konsumsi makanan yang tidak sehat,
gangguan osmotik dapat menyebabkan gastroenteritis karena tubuh tidak dapat menyerap
nutrisi sepenuhnya kemudian meningkatkan tekanan pada usus dan percepatan pengisian
usus besar merangsang sekresi feses dan kemudian terjadi gastroenteritis
(Walker-Smith, 2017)
. Terdapat beberapa faktor yang menyebabkan gastroenteritis akut yaitu adanya
faktor infeksi, gangguan makanan malabsorbsi, alergi, keracunan bahan kimia atau racun
yang terkandung dalam makanan (foodborne disease), imunodefisiensi kekebalan tubuh
yang menurun (Sagitarisandi, 2021). Faktor malabsorbsi seperti malabsorbsi karbohidrat:
disakarida (intoleransi laktosa, maltosa, sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa,
fruktosa, dan galaktosa) (Sagitarisandi, 2021) . Intoleransi laktosa merupakan penyebab
gastroenteritis pada bayi dan anak (non infeksi). Infeksi enteral (saluran pencernaan yang
merupakan penyebab utama diare), infeksi parenteral diluar sistem pencernaan yang dapat
menimbulkan GEA adalah OMA (otitis media akut), tonsilitis, bronkopneumonia, dan
ensefalitis (Sagitarisandi, 2021).
3. Klasifikasi/macam/jenis
Berdasarkan mula dan lamanya, gastroenteritis dibagi menjadi dua yaitu gastroenteritis
akut dan gastroenteritis kronis (Kriswantoro et al., 2021) . Diare yang gejala nya tiba-tiba
dan berlangsung kurang dari 14 hari disebut gastroenteritis akut atau GEA, sedangkan
Gastroenteritis kronis berlangsung 14 hari atau lebih (Kriswantoro et al., 2021):
a. Diare akut (gastroenteritis akut)
Diare yang terjadi secara mendadak pada bayi dan anak yang sebelumnya sehat. Diare
berlangsung kurang dari 14 hari (bahkan kebanyakan kurang dari tujuh hari) dengan
disertai pengeluaran feses lunak atau cair, sering tanpa darah, mungkin disertai muntah
dan panas. Diare akut (berlangsung kurang dari tiga minggu), penyebabnya infeksi dan
bukti penyebabnya harus dicari (perjalanan ke luar negeri, memakan makanan mentah,
diare serentak dalam anggota keluarga dan kontak dekat). Diare cair akut menyebabkan
dehidrasi dan bila masukan makanan berkurang, juga mengakibatkan kurang gizi,
bahkan kematian yang disebabkan oleh dehidrasi.
b. Diare persisten (gastroenteritis kronis)
Diare persisten adalah diare yang pada mulanya bersifat akut tetapi berlangsung lebih
dari 14 hari, kejadian dapat dimulai sebagai diare cair atau disentri. Diare jenis ini
mengakibatkan kehilangan berat badan yang nyata, dengan volume feses dalam jumlah
yang banyak sehingga berisiko mengalami dehidrasi. Diare persisten tidak disebabkan
oleh penyebab mikroba tunggal, E. Coli enteoaggregatife, Shigella, dan
Cryptosporidium, mungkin penyebab lain berperan lebih besar.
4. Patofisiologi
Usus halus menjadi bagian absorbsi utama dan usus besar melakukan absorbsi air yang
akan membuat solid dari komponen feses, dengan adanya gangguan dari gastroenteritis
akan menyebaban absorbsi nutrisi dan elektrolit oleh usus halus, serta absorbsi air menjadi
terganggu (Sagitarisandi, 2021) . Proses terjadinya gastroenteritis dapat disebabkan oleh
berbagai kemungkinan faktor diantaranya faktor infeksi diawali oleh adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam saluran pencernaan yang kemudian
berkembang dalam usus dan merusak sel mukosa usus yang dapat menurunkan daerah
permukaan usus, selanjutnya terjadi perubahan kapasitas usus yang akhirnya menyebabkan
gangguan fungsi usus dalam mengabsorbsi cairan dan elektrolit (Sagitarisandi, 2021) .
Masuknya mikroorganisme setelah melewati asam lambung kemudian berkembang biak
mengeluarkan toksin (melekat pada dinding usus dan terganggu fungsi absorbsi)
diakibatkan oleh toksin (enterotoksin) terjadi hipersekresi yang selanjutnya menimbulkan
diare disertai peningkatan suhu tubuh, leukosit meningkat (Sagitarisandi, 2021).
Gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran
air dan elektrolit dalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus, isi rongga usus yang berlebih ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya
sehingga timbul diare (Sagitarisandi, 2021). Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan air dan elektrolit ke dalam rongga usus
dan selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus (Efrina, 2022).
Ketiga gangguan motilitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare
(Sagitarisandi, 2021).
Pada tanda dan gejala selanjutnya dari diare yaitu akan hilangnya cairan dan elektrolit
memberian ketidakseimbangan asam basa (metabolik asidosis) dan gangguan sirkulasi
kehilangan natrium bikarbonat bersama feses (Sagitarisandi, 2021) . Respon patologis
penting dari gastroenteritis dengan diare berat adalah dehidrasi (Sagitarisandi, 2021). Diare
dengan dehidrasi berat dapat mengakibatkan syok hipovolemik. Syok adalah suatu keadaan
yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi akibat ketidakseimbangan antara volume darah
dan ruang vaskular (Sagitarisandi, 2021). Pada saat intake nutrisi tidak adekuat maka tubuh
akan membakar protein dan lemak yang dapat menyebabkan serum albumin dan cadangan
protein akan menurun yang di mana keduanya sangat diperlukan dalam proses
keseimbangan cairan (Efrina, 2022). Karena adanya ketidakseimbangan input dan output
maka akan menimbulkan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit yang
kurang dari tubuh (Sagitarisandi, 2021).
5. Komplikasi
Bila gastroenteritis akut tidak segera ditangani maka akan terjadi komplikasi seperti
(Efrina, 2022)(Sagitarisandi, 2021):
a) Dehidrasi (ringan, sedang, berat), karena adanya ketidakseimbangan input dan output
maka akan menimbulkan gangguan pemenuhan kebutuhan cairan dan elektrolit yang
kurang dari tubuh
b) Syok hipovolemik, suatu keadaan yang disebabkan oleh defisiensi sirkulasi akibat
ketidakseimbangan antara volume darah dan ruang vaskular. Pada saat intake nutrisi
tidak adekuat maka tubuh akan membakar protein dan lemak yang dapat menyebabkan
serum albumin dan cadangan protein akan menurun yang di mana keduanya sangat
diperlukan dalam proses keseimbangan cairan.
c) Hipokalemia dengan gejala lemah, bradikardia, dan perubahan pada EKG.
d) Hipoglikemia.
e) Intoleransi laktosa sekunder sebagai akibat defisiensi enzim laktosa karena kerusakan
villi mukosa usus halus.
f) Kejang terutama pada dehidrasi.
g) Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah anak juga mengalami
kelaparan.
6. Tanda dan gejala
Gastroenteritis akut didefinisikan sebagai terdapat setidaknya tiga episode defekasi dengan
konsistensi lebih encer dari normal dalam periode 24 jam atau episode muntah disertai tinja
yang encer (Efrina, 2022). Jika mengacu pada skor Bristol: dikatakan gastroenteritis akut
yakni jika diare atau muntah (atau keduanya) lebih dari tujuh hari
(Laila Tsaqilla et al., 2023)
. Gejala yang muncul dapat berupa demam, sakit perut, dan anoreksia
(Walker-Smith, 2017)
. Anak-anak, pasien dengan gangguan imunitas, berada pada risiko tinggi
yang fatal. Tanda dan gejala pada GEA bisa bervariasi mual (93%), muntah (81%), diare
(89%), disertai nyeri abdomen (76%) (Karo et al., 2023) . Ditemukan juga dehidrasi dari
ringan sampai berat dimana membrane mukosa kering dan turgor kulit tidak elastis dan
terdapat perubahan status mental <10% (Karo et al., 2023) . Gejala radang tenggorokan,
batuk, dan rinorea seitar 10% (Karo et al., 2023). Gambaran awal dimulai dengan bayi atau
anak menjadi cengeng, gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang
atau tidak ada, kemudian timbul BAB (Sagitarisandi, 2021). Feses makin cair mungkin
mengandung darah atau lendir, dan warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena
bercampur empedu (Sagitarisandi, 2021) . Akibat seringnya defekasi, anus dan area
sekitarnya menjadi lecet karena sifat feses makin lama makin asam, hal ini terjadi akibat
banyaknya asam laktat yang dihasilkan dari pemecahan laktosa yang tidak dapat diabsorbsi
oleh usus (Khoiriyah et al., 2021) . Gejala muntah dapat terjadi sebelum atau sesudah
terjadi (Khoiriyah et al., 2021) . Apabila penderita telah banyak mengalami kehilangan air
dan elektrolit, maka terjadilah gejala dehidrasi, Berat badan turun, ubun-ubun besar cekung
pada bayi, tonus otot dan turgor kulit berkurang, dan selaput lendir pada mulut dan bibir
terlihat kering (Sagitarisandi, 2021) . Berdasarkan kehilangan berat badan, dehidrasi
terbagi menjadi empat kategori yaitu tidak ada dehidrasi (bila terjadi penurunan berat
badan 2,5%), dehidrasi ringan (bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%), dehidrasi
sedang (bila terjadi penurunan berat badan 5-10%), dan dehidrasi berat (bila terjadi
penurunan berat badan 10%) (Sagitarisandi, 2021):
Pada anak yang mengalami BAB tanpa dehidrasi (kekurangan cairan) tanda tandanya:
1) berak cair 1-2 kali sehari
2) muntah
3) nafsu makan tidak berkurang
4) masih ada keinginan bermain.
Pada anak yang mengalami BAB dehidrasi ringan / sedang tanda –tandanya :
1) berak cair 4-9 kali sehari
2) muntah 1-2 kali sehari
3) suhu tubuh meningkat
4) tidak nafsu makan, haus, badan lemah.
Pada anak yang mengalami BAB dengan dehidrasi berat tanda-tandanya:
1) berak cair terus – menerus
2) muntah terus-menerus, haus
3) mata cekung, bibir kering dan biru
4) tangan dan kaki dingin, lemah
5) tidak ada nafsu makan
6) Tidak keinginan bermain
7) Tidak BAK selama 6 jam
7. Pemeriksaan penunjang
pemeriksaan penunjang yang dilakukan yaitu pemeriksaan (Karo et al., 2023):
1. Pemeriksaan darah perifer lengkap, serum elektrolit, Analisa gas darah apabila terjadi
gangguan keseimbangan asam basa dan immunoassay untuk mengetahui organisme
yang menginfeksi mukosa gastrointestinal
2. Pemeriksaan feses lengkap dan untuk melihat apakah ada peningkatan leukosit dalam
feses maka dilakukan pemeriksaan mikroskopis pada kasus inflammatory diarrhea. PH
dan kadar gula dalam tinja dengan kertas lakmus dan tablet dinistest, uji biakan dan uji
resistensi
3. Pemeriksaan kimia darah (ureum, kreatinin). Kadar elektrolit darah natrium, kalium,
klorida, fosfat)
4. Pemeriksaan radiologis seperti sigmoidoskopi, kolonoskopi namun tidak membantu
untuk mengevaluasi diare akut akibat infeksi
8. Penatalaksanaan
Gastroenteritis akut biasanya merupakan penyakit akut yang dapat sembuh dengan
sendirinya dan akan terjadi penyembuhan total setelah terapi rehidrasi oral serta pemberian
formula makanan mengandung susu sapi yang dikonsumsi bayi (Efrina, 2022). Kotoran
yang agak berlemak mungkin akan menetap untuk beberapa hari. Akan tetapi, tidak ada
diare yang memburuk, kembalinya muntah-muntah, risiko dehidrasi lebih lanjut, dan
meningkatnya berat badan dengan memuaskan, menunjukkan ada masukan energi yang
adekuat maka terjadilah penyembuhan yang sederhana (Efrina, 2022) . Namun pada
beberapa anak terdapat kesembuhan yang tertunda, dapat terjadi akibat intoleransi terhadap
susu, ketika kesembuhan tertunda sampai mencapai waktu dua minggu setelah dimulainya
terapi rehidrasi oral, hal ini mungkin masih merupakan sebagian dari jalannya penyakit
alami infeksi GEA. setelah dua minggu berakhir gejala yang menetap harus dianggap
sebagai bagian dari sindrom pasca-enteritis, hal ini kemudian harus dianggap sebagai
masalah yang berlanjut di luar masa kesembuhan spontan (Walker-Smith, 2017). Namun
pada kasus GEA yang disebabkan oleh infeksi bacterial (shigellosis) penyakitnya memang
sering kali memanjang hingga beberapa minggu (Walker-Smith, 2017).
1. Memonitor frekuensi dan kekuatan nadi, memonitor turgor kulit, jumlah, warna dan
berat jenis urin serta intake dan output pasien, Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk
mengatasi terjadinya kekurangan cairan (Mey Listiana et al., 2023).
2. Pemberian cairan infus (Mey Listiana et al., 2023):
Intravena ringer lactate (RL) 20 Tpm cairan ini digunakan untuk mengatasi kehilangan
cairan ekstraseluler yang akut, cairan ini diberikan pada dehidrasi berat karena GEA.
Pemberian cairan infus KaEn 3B diindikasikan untuk perawatan darah, kehilangan
cairan, kadar kalium rendah, kadar magnesium yang rendah, ketidakseimbangan
elektrolit, cairan dan nutrisi pengganti.
3. Pemberian zinc dan selenium (Islamiah & Nadhiroh, 2023) : zinc sangat berpengaruh
pada penyembuhan diare sehingga dapat mencegah kejadian diare berulang selama 2-3
bulan setelah anak sembuh. Selenium mengandung enzim yang berfungsi menurunkan
tekanan oksidatif sehingga berperan dalam penyembuhan diare akut. Sedangkan, zink
dapat membantu proses penyembuhan karena meningkatkan penyerapan cairan dari
usus, membantu pembersihan organisme, dan mendukung regenerasi dan integritas
mukosa, dan memiliki mekanisme yang berhubungan dengan kekebalan. Sehingga,
selenium dan zink dapat membantu proses penyembuhan gastroenteritis akut (GEA).
4. Rehidrasi dengan Pemberian oralit (Mey Listiana et al., 2023): mengganti cairan tubuh
yang hilang akibat dehidrasi, upaya yang dilakukan yaitu dengan pemberian oralit
untuk mengganti cairan dan elektrolit dalam tubuh yang terbuang saat diare. Pasien
diare dengan rentang usia 5-12 tahun diberikan oralit 1,2liter dalam 6 gelas pada 1 jam
pertama kemudian dilanjutkan 0,3liter dalam 1,5 gelas setelah BAB. Larutan gula
garam atau oralit diberikan untuk mengganti cairan dan elektrolit yang hilang saat diare
serta mencegah terjadinya dehidrasi. Cara pembuatan larutan gula garam adalah dengan
mencampurkan 1 sendok teh gula dengan 1⁄4 sendok teh garam ke dalam air putih 200
ml.
5. Penggunaan antibiotic secara rasional dan memberikan dampak positif bagi angka
morbiditas dan mortalitas pada anak (Walker-Smith, 2017).
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian fokus:
a. Identitas klien: nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku, bangsa, pendidikan,
pekerjaan, tanggal MRS, diagnosa medis no register, nama ibu
b. Keluhan utama: mengalami BAB cair dengan frekuensi >3x dalam sehari, mual, muntah,
penurunan nafsu makan, tidak buang air kecil 6 jam atau lebih dapat disertai dengan
kejang demam, haus.
c. Riwayat penyakit sekarang
Anak mengalami diare dengan BAB frekuensi >3x, mual, muntah, anoreksia, peningkatan
suhu tubuh, dehidrasi
d. Riwayat kesehatan
Memiliki kebiasaan jajan dipinggir jalan serta makanan jajanan yang pedas
Pemeriksaan fisik:
Keadaan umum: apatis, koma, stupor, gelisah, CM, tanda tanda vital
Head to toe
Kepala: makrosefali atau mikrosefali; Anencefali : tidak ada tulang tengkorak;
Encefalokel : tidak menutupnya fontanel occipital; Fontanel anterior menutup : 18 bulan;
Fontanel posterior : menutup 2 – 6 bulan; Caput succedeneum : berisi serosa , muncul 24
jam pertama dan hilang dalam 2 hari; Cepal hematoma : berisi darah,muncul 24 – 48 jam
dan hilang 2 – 3 minggu; Jika rambut berwarna / kuning dan gampang tercabut merupakan
indikasi adanya gangguan nutrisi; Ukuran lingkar kepala 33 – 34 atau < 49 dan diukur dari
bagian frontal kebagian occipital; kesimetrisan muka/wajah; tes nervus 7 (fascialis); tes
nervus 5 (trigeminus) Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi pre term,
moulding yang buruk atau hidrocefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut moulding/molase. Keadaan ini normal
kembali setelah beberapa hari sehingga ubun-ubun mudah diraba Fontanel anterior harus
diraba, fontanel yang besar akibat prematuritas atau hidrocefalus sedangkan yang terlalu
kecil terjadi pada mikrosefali. Fontanel menonjol menunjukkan adanya peningkatan
tekanan intrakranial, fontanel cekung terjadi akibat dehidrasi. Jika teraba fontanel ketiga
antara fontanel anterior dan posterior menunjukkan adanya trisomi 21.
Leher: Ukuran leher anak 2-3 kali lipat lebih pendek dari orang dewasa, arteri karotis,
vena jugularis, kelenjar tiroid; Tonick neck reflex; Neck rigting refleks; otot
sternokleidomastoideus
Muka dan kulit: turgor kulit buruk, tidak elastis, kembali lambat, kering
(dehidrasi/malnutrisi), Bibir kering/tidak, adanya labio schizis, perdarahan atau
pembengkakan gusi; refleks muntah(gag refleks), ovula; kaji kemampuan sensoris lidah
rooting refleks; sucking refleks
Mata: konjungtiva sub anemis/anemi, cekung, adanya edema pada kelopak mata; ptosis;
eksoftalmus; enoftalmus; pemeriksaan nervus 2 (optikus); tes konfrontasi dan ketajaman
penglihatan; reaksi dan kesimetrisan pupil; gerakan bola mata, refleks kornea; stabismus;
glaukoma kongenital; adanya sekret pada mata
Telinga: simetris tes fungsi pendengaran (Rinne, Weber); tes bisik; kelainan bentuk
telinga, adanya serumen atau cairan
Hidung: tidak adanya jembatan hidung merupakan dugaan down syndrome, cuping
hidung masih keras pada umur < 40 hari; pernapasan, adanya deviasi septum; tes fungsi
penciuman bayi bernapas melalui hidung, adanya secret mukopurulen (dugaan sifilis
kongenital)
Mulut dan faring: mukosa mulut kering dan pucat, Bibir kering/tidak, adanya labio
schizis, perdarahan atau pembengkakan gusi.
Kuku: Polidaktil, sindaktil, kuku mudah patah merupakan dugaan malnutrisi; clubbing
finger; grasping refleks; palmar refleks
Thoraks: adakah sesak atau tidak, simetris, retraksi dinding dada, klavikula normal, suara
napas kanan kiri, suara napas tambahan ronchi, wheezing, stridor, respirasi spontan, alat
bantu napas, konsentrasi O2
Jantung: bunyi normal jantung lup dup, BJ I dan BJ II, bunyi jantung tambahan murmur
dan gallop, lokasi bunyi jantung, waktu pengisian kapiler CRT, denyut nadi
Abdomen:
1) Subjektif, merasa lapar atau haus.
2) Inspeksi, buang air besar, konsistensi, bau, warna, frekuensi lebih dari tiga kali dalam
satu jam. Adakah disertai dengan lendir atau darah.
3)Auskultasi, bising usus (menggunakan diagfragma stetoskope), peristaltik usus
meningkat >20 dengan durasi satu menit.
4) Perkusi, mendengar adanya gas, cairan atau massa (-), hepar klien tidak membesar
suara tymphani.
Perkemihan: urin lebih sedikit dari biasanya, kuning pekat, bau khas urine, observasi
output setiap 24 jam
Muskuloskeletal: lemah, anak tampak lemah, kulit kering, turgor kulit tidak elastis.
2. Pathway
3. Analisis data
No Data focus/Batasan karakteristik Etiologi/ Faktor Problem/DX
yang
berhubungan
1 DS: anak mengatakan kram abdomen infeksi Diare
DO: defekasi feses cair > 3x dalam 24 jam
Feses lembek atau cair
Frekuensi peristaltik meningkat
Bising usus hiperaktif
2 DS: anak mengeluh haus, merasa lemah, Kehilangan Hipovolemia
mual cairan aktif
DO: penurunan tekanan darah, nadi terasa
lemah, membran mukosa kering, turgor
kulit lambat, peningkatan suhu tubuh,
volume urine menurun, berat badan turun
tiba-tiba, konsentrasi urine meningkat,
pucat, mata cekung, muntah
3 DS: anak mengeluh tidak nafsu makan, Ketidakmampuan Defisit nutrisi
cepat kenyang setelah makan, anak mencerna
mengatakan nyeri/ kram pada abdomen, makanan
mual
DO: berat badan menurun minimal 10%
dibawah rentang ideal, diare, bising usus
hiperaktif, membrane mukosa pucat.
adanya sariawan, muntah
4 DS: anak mengeluh nyeri pada anus kelembapan Gangguan
DO: terdapat kemerahan, iritasi, lecet pada integritas kulit
anus, perdarahan pada feses, atau
hematoma
4. Prioritas Diagnosa keperawatan
1. Diare berhubungan dengan proses infeksi (D.0020)
2. Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0023)
3. Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan mencerna makanan (D.0019)
4. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan kelembapan (D.0129)
5. Perencanaan keperawatan (Intervensi dan Rasional)
No Dx SLKI SIKI Rasional
1 Diare Setelah dilakukan Manajemen Diare 1. Mengetahui
berhubungan tindakan (I.03101) penyebab diare
dengan proses keperawatan agar dapat segera
Observasi:
infeksi (D.0020) selama 3x24 jam dilakukan
diharapkan diare antisipasi
1. Identifikasi
membaik dengan 2. Mengetahi
penyebab diare
kriteria hasil: bagaimana pola
(inflamasi
Eliminasi Fekal makan pasien
gastrointestinal,
(I.04033) 3. Mengetahui ada
iritasi
atau tidaknya
gastrointestinal,
1. Eliminasi BAB
gejala invaginasi
proses infeksi,
menurun.
agar dapat
malabsorbsi,
ditindak lanjuti
2. Konsistensi ansietas, stress,
4. Membantu
feses membaik. efek obat-
membedakan
obatan,
3. Peristaltik usus penyakit individu
pemberian botol
membaik. dan mengkaji
susu)
beratnya tiap
4. Kontrol
2. Identifikasi defekasi
pengeluaran
gejala 5. Mengetahui tanda
feses.
invaginasi dan gejala
misalnya terjadinya
5. Nyeri abdomen
No Dx SLKI SIKI Rasional
hypovolemia
menurun. tangisan keras
untuk dilakukan
kepucatan pada
antisipasi
6. Kram abdomen
bayi
6. Mengetahui pada
menurun.
daerah anus
3. Monitor jumlah
apakah terjadi
pengeluaran
infeksi atau tidak
diare
7. Mengetahui
4. Monitor jumlah
warna,volume, pengeluaran tinja
frekuensi, dan beserta cairan
konsistensi tinja 8. Memastikan
makanan yang
5. Monitor tanda
disiapkan aman
dan gejala
untuk pasien
hypovolemia
diare
(takikardia, nadi
9. Mengetahui
teraba lemah,
kadar asupan
tekanan darah
cairan yang
turun, turgor
dibutuhkan
kulit turun,
10. Sebagai akses
mukosa mulut
untuk pemberian
kering, CRT
kebutuhan
melambat, BB
cairan
menurun)
11. Menggantikan
cairan tubuh
6. Monitor
yang
keamanan
mengandung air,
pemberian
elektrolit,
makanan
vitamin, protein,
No Dx SLKI SIKI Rasional
lemak dan kalori
Terapeutik:
12. Mengetahui
mendeteksi
1. Berikan asupan
adanya
cairan oral
gangguan pada
(larutan garam
jumlah kadar
gula, oralit,
elektrolit dalam
Pedialyte,
tubuh
renalyte)
13. Mengetahui
2. Pasang jalur adanya alergi
intravena peradangan pada
saluran cerna,
3. Berikan cairan
adanya infeksi,
intravena (ringer
gangguan
asetat, ringer
pencernaan dan
laktat)
perdarahan pada
saluran cerna
4. Ambil sampel
14. Untuk
darah untuk
menstabilkan
pemeriksaan
sistem
darah lengkap
metabolisme
5. Ambil sampel tubuh
feses untuk kultur 15. Mencegah
terjadinya iritasi
Edukasi: pada saluran
cerna
1. Anjurkan
16. Memenuhi
melanjutkan
kebutuhan
pemberian ASI
nutrisi
17. Untuk
No Dx SLKI SIKI Rasional
membantu
Kolaborasi:
menghambat
pergerakan usus,
1. Kolaborasi
usus
pemberian
dilumpuhkan
antimotalitas
dan frekuensi
2. Kolaborasi berkurang
pemberian obat 18. Untuk
pengeras feses membantu
mengeraskan
feses
19. Mengurangi
frekuensi BAB

2. Hipovolemia Setelah dilakukan Manajemen 1. Mengetahui ada


berhubungan tindakan Hipovolemia atau tidaknya
dengan keperawatan (I.03116) tanda-tanda
kehilangan selama 3x24 jam Observasi: hypovolemia
cairan aktif diharapkan 1. Periksa tanda dan 2. Mengetahui ada
(D.0023) kehilangan cairan gejala atau tidaknya
menurun dengan hypovolemia faktor risiko
kriteria hasil: 2. Monitor intake ketidak
Status Cairan dan output cairan seimbangan cairan
(L.03028) Terapeutik: 3. Mengumpulkan
1. Berikan asupan dan
1. Tekanan darah
cairan oral menganalisis
membaik
2. Berikan posisi data pasien
modified untuk mengatur
2. Kekuatan nadi
tredelenburg keseimbangan
meningkat
Edukasi: cairan
No Dx SLKI SIKI Rasional
1. Anjurkan 4. Untuk
3. Turgor kulit
memperbanyak memberikan
membaik
asupan cairan oral hidrasi cairan
2. Anjurkan tubuh secara
4. Membran
menghindari parenteral
mukosa
perubahan posisi 5. Untuk
lembab
mendadak mempertahankan
5. Rasa haus Kolaborasi: cairan
menurun 1. Kolaborasi
pemberian
6. Suhu tubuh
cairan IV
membaik
isotonis
2. Kolaborasi
7. Oliguria
pemberian
membaik
cairan IV
8. Berat badan hipotonis
membaik 3. Kolaborasi
pemberian
9. Konsentrasi cairan koloid
urin membaik

10. Output urin


meringkat

3 Defisit nutrisi Setelah dilakukan Manajemen Nutrisi 1. Mengetahui tanda


berhubungan tindakan (I.03119) dan gejala nutrisi
dengan keperawatan Observasi: kurang dari
ketidakmampuan selama 3x24 jam 1. Identifikasi kebutuhan tubuh
mencerna diharapkan nutrisi status nutrisi 2. Makanan
No Dx SLKI SIKI Rasional
makanan membaik dengan 2. Identifikasi kesukaan yang
(D.0019) kriteria hasil: makanan yang tersaji dalam
Status nutrisi disukai keadaan hangat
(L.03030) 3. Monitor asupan akan
makanan meningkatkan
1. Berat badan
4. Monitor berat keinginan untuk
membaik
badan makan
Terapeutik: 3. Tempat yang
2. Diare menurun
1. Sajikan makanan bersih akan
3. Bising usus secara menarik mendukung
membaik 2. Berikan makanan pasien untuk
tinggi kalori dan peningkatan nafsu
4. Porsi makan
tinggi protein makan
yang
3. Sajikan makanan 4. Diet cair untuk
dihabiskan
secara menarik mengistirahatkan
dan suhu yang usus dan
5. Nyeri abdomen
sesuai menghindari
menurun
4. Berikan makanan iritasi
6. Bising usus tinggi serat.
membaik Edukasi:
1. Anjurkan posisi
7. Kekuatan otot duduk
pengunyah 2. Ajarkan diet yang
meningkat diprogramkan diet
cair
8. Kekuatan otot
Kolaborasi:
menelan
1. Kolaborasi
meningkat
dengan ahli gizi
9. Membrane 2. Kolaborasi
mukosa pemberian
No Dx SLKI SIKI Rasional
medikasi sebelum
lembab
tidur

10. Sariawan
menurun

4 Gangguan Setelah dilakukan Perawatan 1. Mengetahui luas


integritas kulit tindakan integritas kulit kerusakan
berhubungan keperawatan (I.11353) jaringan anus
dengan selama 3x24 jam Observasi: 2. Menjaga agar
kelembapan diharapkan 1. Identifikasi daerah anus tidak
(D.0129) integritas kulit penyebab lembab
membaik dengan gangguan 3. Mengurangi
kriteria hasil: integritas kulit iritasi pada
Integritas kulit dan 2. Bersihkan daerah perianal
jaringan (L.14125) perianal dengan
air hangat
1. Kerusakan
3. Gunakan produk
lapisan kulit
berbahan
menurun
ringan/alami dan
hipoalergik pada
2. Nyeri menurun
kulit sensitive
3. Kemerahan 4. Anjurkan minum
menurun air yang cukup
5. Anjurkan
4. Perdarahan
meningkatkan
menurun
asupan nutrisi
6. Anjurkan
5. Hematotama
mengkonsumsi
menurun
No Dx SLKI SIKI Rasional
buah dan sayur
7. Anjurkan mandi
dan menggunakan
sabun secukupnya

DAFTAR PUSTAKA

Efrina. (2022). Gastroenteritis pada anak.


Islamiah, W. E., & Nadhiroh, S. R. (2023). Literature Review: Peran Selenium dan Zink dalam Proses
Penyembuhan Gastroenteritis Akut (GEA) pada Anak. Media Gizi Kesmas, 12(1), 417–426.
https://doi.org/10.20473/mgk.v12i1.2023.417-426
Karo, M., Lestari, Y., & Putri, R. (2023). ASUHAN KEBIDANAN BAYI BARU LAHIR JILID 1 . Rena
Cipta Mandiri.
https://www.google.co.id/books/edition/ASUHAN_KEBIDANAN_BAYI_BARU_LAHIR_JILI
D_1/ObLJEAAAQBAJ?
hl=en&gbpv=1&dq=gastroenteritis+akut+pada+anak&pg=PA33&printsec=frontcover
Khoiriyah, K., Widjadjanegara, H., & Sjafei, F. (2021). Scoping Review: Efektivitas Pemberian
Sinbiotik pada Pasien Anak Gastroenteritis Akut. Prosiding Pendidikan Dokter, 7(1), 783–794.
https://doi.org/10.29313/KEDOKTERAN.V7I1.26898
Kriswantoro, A., Munawaroh, S., Nasriati, R., & Artikel, S. (2021). STUDI LITERATUR: ASUHAN
KEPERAWATAN GASTROENTERITIS PADA ANAK DENGAN MASALAH
HIPOVOLEMIA. Health Sciences Journal, 5(1), 30–34. https://doi.org/10.24269/HSJ.V5I1.666
Laila Tsaqilla, G., Pramesti Wilujeng, A., Studi, P. D., Banyuwangi, S., & Studi, P. S. (2023). Asuhan
Keperawatan pada Anak Gastroenteritis dengan Masalah Keperawatan Hipovolemia di Ruang
Anak. Nursing Information Journal, 3(1), 19–27. https://doi.org/10.54832/NIJ.V3I1.329
Mey Listiana, R., Khasanah, S., Harapan Bangsa, U., & Studi D-III Keperawatan, P. (2023).
Penggunaan Rehidrasi Cairan Untuk Mencegah Terjadinya Dehidrasi Pada Pasien Anak Dengan
Gastroenteritis Akut. Madani: Jurnal Ilmiah Multidisiplin, 1(9), 204–212.
https://doi.org/10.5281/ZENODO.10014651
Sagitarisandi. (2021). Gastroenteritis akut. https://repository.um-surabaya.ac.id/7913/3/BAB
%20II.pdf
Walker-Smith, J. A. (2017). Masalah Pediatrik di Bidang Gastroenterologi Tropis. In G. C. Cook
(Ed.), Problem Gastrenterologi Daerah Tropis. Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Anda mungkin juga menyukai