Anda di halaman 1dari 10

KONSEP DASAR KEBUTUHAN DASAR MANUSIA PADA ANAK PENDERITA

GASTROENTERITIS

Di Susun Oleh :

DITA SUCIANATASYA (19.0.P.25)

PROGRAM SARJANA KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MITRA HUSADA

KARANGANYAR

2021
A. Definisi

Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan
erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011). Gastroenteristis akut yang ditandai dengan
diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz & Linda, 2009).

Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi
patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah,
serta ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011).

B. Epidemiologi

Penyakit gastrointestinal infeksius disertai dengan dehidrasi merupakan penyebab terbanyak kesakitan
dan kematian secara global. Sekitar 1,7 milyar orang terkena diare tiap tahun.

Tiap tahun, diare menjadi penyebab kematian bagi 760.000 anak-anak usia <5 tahun dan penyebab
terbanyak kasus malnutrisi pada anak-anak <5 tahun. Kematian anak akibat diare ini berhubungan
dengan terjadinya dehidrasi pada anak-anak tersebut dan komplikasi. Penyebab yang paling sering
adalah rotavirus, yang mengakibatkan 527.000 anak-anak <5 tahun meninggal tiap tahun, terutama yang
tinggal di negara-negara berpendapatan rendah.

Di Indonesia menurut hasil Riskerdas 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi
dan balita, sedangkan pada semua kelompok umur menempati nomor empat. Kejadian luar biasa diare
masih sering terjadi, dengan case fatality rate yang masih tinggi. Data Riskerdas 2013, menunjukan
insiden diare untuk semua kelompok umur di Indonesia adalah 3,5%, di mana kelompok umur balita
adalah yang paling tinggi menderita diare.[

C. Etiologi

Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis sangat beragam , antara
lain sebagai berikut :
a. Faktor infeksi :
1) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum
(enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V. Cholera, dan clostridium).
2) Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare
terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
3) Jamur : kandida
4) Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
b. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
1) Alergi makanan, misal susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
5) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus

D. Faktor Presidposisi

1). Faktor malabsorbsi


- Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltose dan sukrosa), monosakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah
intoleransi laktrosa.
- Malabsorbsi lemak
- Malabsorbsi protein

2). Faktor makanan: makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.

3). Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.

4). Faktor pendidikan


Menurut penelitian Sulisnadewi (2012), ditemukan bahwa kelompok ibu dengan status pendidikan SLTP
ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita
dibanding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa
pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap morbiditas anak balita.Semakin tinggi tingkat
pendidikan orang tua, semakin baik tingkat kesehatan yang anak.

5). Faktor pekerjaan


Ayah dan ibu yang bekerja Pegawai negeri atau Swasta ratarata mempunyai pendidikan yang lebih tinggi
dibandingkan ayah dan ibu yang bekerja sebagai buruh atau petani. Jenis pekerjaan umumnya berkaitan
dengan tingkat pendidikan dan pendapatan. Tetapi ibu yang bekerja harus membiarkan anaknya diasuh
oleh orang lain, sehingga mempunyai risiko lebih besar untuk terpapar dengan penyakit (Notoatmodjo,
2007).

6). Faktor umur balita


Sebagian besar diare terjadi pada anak dibawah usia 2 tahun. Balita yang berumur 12-24 bulan
mempunyai resiko terjadi diare 2,23 kali dibanding anak umur 25-59 bulan (Notoatmodjo, 2007).

7). Faktor lingkungan


Penyakit diare merupakan merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan.Dua faktor yang
dominan yaitu sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama
dengan perilaku manusia. Apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare serta
berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, yaitu melalui makanan dan minuman,
maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare (Yulisa, 2008).

8). Faktor gizi


Diare menyebabkan gizi kurang dan memperberat diarenya.Oleh karena itu, pengobatan dengan
makanan baik merupakan komponen utama penyembuhan diare tersebut.Bayi dan balita yang gizinya
kurang sebagian besar meninggal karena diare.Hal ini disebabkan karena dehidrasi dan malnutrisi.
Faktor gizi dilihat berdasarkan status gizi yaitu baik = 100-90, kurang = <90-70 dengan BB per TB
(Suharyono, 2008).

9). Faktor sosial ekonomi masyarakat


Sosial ekonomi mempunyai pengaruh langsung terhadap faktor-faktor penyebab diare.Kebanyakan anak
mudah menderita diare berasal dari keluarga besar dengan daya beli yang rendah, kondisi rumah yang
buruk, tidak mempunyai penyediaan air bersih yang memenuhi persyaratan kesehatan.(Suharyono,
2008).

10). Faktor makanan dan minuman yang dikonsumsi


Kontak antara sumber dan host dapat terjadi melalui air, terutama air minum yang tidak dimasak dapat
juga terjadi secara sewaktu mandi dan berkumur. Kontak kuman pada kotoran dapat berlangsung
ditularkan pada orang lain apabila melekat pada tangan dan kemudian dimasukkan kemulut dipakai
untuk memegang makanan. Kontaminasi alat-alat makan dan dapur.Bakteri yang terdapat pada saluran
pencernaan adalah bakteri Etamoeba colli, salmonella, sigella.Dan virusnya yaitu Enterovirus, rota virus,
serta parasite yaitu cacing (Ascaris, Trichuris), dan jamur (Candida albikan) (Subagyo dan Nurtahjo,
2008).

11). Faktor terhadap laktosa (susu kaleng)


Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pada pertama kehidupan.Pada bayi yang tidak diberi ASI
resiko untuk menderita diare lebih besar daripada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan
menderita dehidrasi berat juga lebih besar. Menggunakan botol susu ini memudahkan pencemaran oleh
kuman sehingga menyebabkan diare. Dalam ASI mengandung antibody yang dapat melindungi kita
terhadap berbagai kuman penyebab diare seperti Sigella dan V. Cholerae (Suharyono, 2008).

E. Patofisiologis dan pathways

Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi dengan melakukan
invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi
dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun
mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :

a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen
infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam
rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga dapat terjadi
akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi
toksin. enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek
langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestina.
Pathways
F. Klasifikasi
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek
atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut Depkes (2012), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-
seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare
dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi
sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat,
apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau
peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti
penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih
dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau
persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.

G. Tanda dan gejala

Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus gastroenteritis, antara lain :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit
berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
i. Berat badan menurun
j. Pucat, lemah

H. Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun- ubun besar cekung atau
tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,mukosa mulut dan lidah kering
atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang
lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat
dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum
dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan
lainlain dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 2.1 Skor Maurice King (Sodikin, 2011)

Nilai untuk gejala yang di temukan

Bagian yang diperiksa 0 1 2

Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng, Mengigau, koma, syok


apats,

ngantuk

Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mata Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Ubun-ubun besar Normal Sedikit kurang Sangat kurang

Mulut Normal Kering Kering dan sianosis

Denyut nadi Kurang <120x/menit Sedang Lemah >140x/menit


(120-140x/menit)

I. Terapi

a. Rehidrasi Oral Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima diseluruh dunia
karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk penyakit diare. Larutan rehidrasi
oral efektif dalam mengobati anak apa pun penyebab diare atau beberapa punkadar natrium serum
anak saat awitan terapi. Larutan rehidrasi oral yang optimal harus dapat menggantikan air, natrium,
kalium dan bikarbonat dan larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik. Penambahan glukosa
kedalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan memanfaatkan kontransportasi natrium
yang digabungkan dengan glukosa yang maksimal apanila konsentrasi glukosa tidak lebih daripada 110-
140mmol/L (2,0-2,5 g/L).
b. Asi ekslusif
c. Obat antidiare

Anda mungkin juga menyukai