GASTROENTERITIS
Di Susun Oleh :
KARANGANYAR
2021
A. Definisi
Gastroenteritis akut adalah suatu peradangan permukaan mukosa lambung yang akut dengan kerusakan
erosi pada bagian superficial (Mattaqin & Kumala, 2011). Gastroenteristis akut yang ditandai dengan
diare dan pada beberapa kasus muntah-muntah yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gangguan keseimbangan elektrolit (Betz & Linda, 2009).
Gastroenteritis adalah peradangan pada lambung, usus kecil dan usus besar dengan berbagai kondisi
patologis dari saluran gastrointestinal dengan manifestasi diare, dengan atau tanpa disertai muntah,
serta ketidaknyamanan abdomen (Arif Muttaqin, 2011).
B. Epidemiologi
Penyakit gastrointestinal infeksius disertai dengan dehidrasi merupakan penyebab terbanyak kesakitan
dan kematian secara global. Sekitar 1,7 milyar orang terkena diare tiap tahun.
Tiap tahun, diare menjadi penyebab kematian bagi 760.000 anak-anak usia <5 tahun dan penyebab
terbanyak kasus malnutrisi pada anak-anak <5 tahun. Kematian anak akibat diare ini berhubungan
dengan terjadinya dehidrasi pada anak-anak tersebut dan komplikasi. Penyebab yang paling sering
adalah rotavirus, yang mengakibatkan 527.000 anak-anak <5 tahun meninggal tiap tahun, terutama yang
tinggal di negara-negara berpendapatan rendah.
Di Indonesia menurut hasil Riskerdas 2007, diare merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi
dan balita, sedangkan pada semua kelompok umur menempati nomor empat. Kejadian luar biasa diare
masih sering terjadi, dengan case fatality rate yang masih tinggi. Data Riskerdas 2013, menunjukan
insiden diare untuk semua kelompok umur di Indonesia adalah 3,5%, di mana kelompok umur balita
adalah yang paling tinggi menderita diare.[
C. Etiologi
Menurut Arif Muttaqin (2011) dan Suriadi (2010), penyebab dari gastroenteritis sangat beragam , antara
lain sebagai berikut :
a. Faktor infeksi :
1) Infeksi berbagai macam bakteri yang disebabkan oleh kontaminasi makanan maupun air minum
(enteropathogenic, escherichia coli, salmonella, shigella, V. Cholera, dan clostridium).
2) Infeksi berbagai macam virus :enterovirus, echoviruses, adenovirus, dan rotavirus. Penyebab diare
terbanyak pada anak adalah virus Rotavirus.
3) Jamur : kandida
4) Parasit (giardia clamblia, amebiasis, crytosporidium dan cyclospora)
b. Faktor non infeksi/ bukan infeksi :
1) Alergi makanan, misal susu, protein
2) Gangguan metabolik atau malabsorbsi : penyakit
3) Iritasi langsung pada saluran pencernaan oleh makanan
4) Obat-obatan : Antibiotik, Laksatif, Quinidine, Kolinergik, dan Sorbital.
5) Penyakit usus : colitis ulcerative, crohn disease, enterocolitis
6) Emosional atau stress
7) Obstruksi usus
D. Faktor Presidposisi
3). Faktor psikologis: rasa takut dan cemas. Walaupun jarang dapat menimbulkan diare terutama pada
anak yang lebih besar.
Menurut Muttaqin (2011), Peradangan pada gastroenteritis disebabkan oleh infeksi dengan melakukan
invasi pada mukosa, memproduksi enterotoksin dan atau memproduksi sitotoksin. Mekanisme ini
menghasilkan peningkatan sekresi cairan dan menurunkan absorbsi cairan sehingga akan terjadi
dehidrasi dan hilangnya nutrisi dan elektrolit. Menurut Diskin (2008) di buku Muttaqin (2011) adapun
mekanisme dasar yang menyebabkan diare, meliputi hal-hal sebagai berikut :
a. Gangguan osmotik, dimana asupan makanan atau zat yang sukar diserap oleh mukosa intestinal akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b. Respons inflamasi mukosa, pada seluruh permukaan intestinal akibat produksi enterotoksin dari agen
infeksi memberikan respons peningkatan aktivitas sekresi air dan elektrolit oleh dinding usus ke dalam
rongga usus, selanjutnya diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
c. Gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare, sebaliknya bila
peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat
menimbulkan diare pula.
Dari ketiga mekanisme diatas menyebabkan :
1) Kehilangan air dan elektrolit (terjadi dehidrasi yang mengakibatkan gangguan keseimbangan asam
basa (asidosis metabolik, hipokalemia)
2) Gangguan gizi akibat kelaparan (masukan kurang, pengeluaran bertambah)
3) Hipoglekemia, gangguan sirkulasi darah.
Pendapat lain menurut Jonas (2003) pada buku Muttaqin (2011). Selain itu, diare juga dapat terjadi
akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung. Mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin
tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare. Mikroorganisme memproduksi
toksin. enterotoksin yang diproduksi agen bakteri (E. Coli dan Vibrio cholera) akan memberikan efek
langsung dalam peningkatan pengeluaran sekresi air ke dalam lumen gastrointestina.
Pathways
F. Klasifikasi
a. Diare akut
Diare akut yaitu buang air besar dengan frekuensi yang meningkat dan konsistensi tinja yang lembek
atau cair dan bersifat mendadak datangnya dan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu.
Menurut Depkes (2012), diare akut yaitu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari tanpa diselang-
seling berhenti lebih dari 2 hari. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dari tubuh penderita, gradasi
penyakit diare akut dapat dibedakan dalam empat kategori, yaitu: (1) Diare tanpa dehidrasi, (2) Diare
dengan dehidrasi ringan, apabila cairan yang hilang 2-5% dari berat badan, (3) Diare dengan dehidrasi
sedang, apabila cairan yang hilang berkisar 5-8% dari berat badan, (4) Diare dengan dehidrasi berat,
apabila cairan yang hilang lebih dari 8-10%.
b. Diare persisten
Diare persisten adalah diare yang berlangsung 15-30 hari, merupakan kelanjutan dari diare akut atau
peralihan antara diare akut dan kronik.
c. Diare kronik
Diare kronis adalah diare hilang-timbul, atau berlangsung lama dengan penyebab non-infeksi, seperti
penyakit sensitif terhadap gluten atau gangguan metabolisme yang menurun. Lama diare kronik lebih
dari 30 hari. Menurut (Suharyono, 2008), diare kronik adalah diare yang bersifat menahun atau
persisten dan berlangsung 2 minggu lebih.
Menurut Sodikin (2011), Beberapa tanda dan gejala yang terjadi pada kasus gastroenteritis, antara lain :
a. Bayi atau anak menjadi cengeng, rewel, gelisah
b. Suhu badan meningkat
c. Nafsu makan berkurang atau tidak ada
d. Timbul diare
e. Feses makin cair, mungikn mengandung darah dan atau lendir
f. Warna feses berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
g. Muntah baik sebelum maupun sesudah diare
h. Terdapat gejala dan tanda dehidrasi : ubun-ubun besar cekung pada bayi, tonus otot dan turgor kulit
berkurang, selaputlendir pada mulut dan bibir terlihat kering
i. Berat badan menurun
j. Pucat, lemah
H. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik perlu diperiksa: berat badan, suhu tubuh, frekuensi denyut jantung dan
pernapasan serta tekanan darah. Selanjutnya perlu dicari tanda-tanda utama dehidrasi: kesadaran, rasa
haus dan turgor kulit abdomen dan tanda-tanda tambahan lainnya : ubun- ubun besar cekung atau
tidak, mata : cowong atau tidak, ada atau tidak adanya air mata, bibir,mukosa mulut dan lidah kering
atau basah. Pernapasan yang cepat dan dalam indikasi adanya asidosis metabolik. Bising usus yang
lemah atau tidak ada bila terdapat hipokalemi. Pemeriksaan ekstremitas perlu karena perfusi dan
capillary refill dapat menentukan derajat dehidrasi yang terjadi. Penilaian beratnya atau derajat
dehidrasi dapat ditentukan dengan cara: obyektif yaitu dengan membandingkan berat badan sebelum
dan selama diare. Subyektif dengan menggunakan kriteria WHO, Skor Maurice King, kriteria MMWR dan
lainlain dapat dilihat pada tabel berikut.
ngantuk
I. Terapi
a. Rehidrasi Oral Penggunaan terapi rehidrasi oral (TRO) telah semakin luas diterima diseluruh dunia
karena merupakan terapi yang cepat, aman, efektif, dan murah untuk penyakit diare. Larutan rehidrasi
oral efektif dalam mengobati anak apa pun penyebab diare atau beberapa punkadar natrium serum
anak saat awitan terapi. Larutan rehidrasi oral yang optimal harus dapat menggantikan air, natrium,
kalium dan bikarbonat dan larutan tersebut juga harus isotonik atau hipotonik. Penambahan glukosa
kedalam larutan meningkatkan penyerapan natrium dengan memanfaatkan kontransportasi natrium
yang digabungkan dengan glukosa yang maksimal apanila konsentrasi glukosa tidak lebih daripada 110-
140mmol/L (2,0-2,5 g/L).
b. Asi ekslusif
c. Obat antidiare