Anda di halaman 1dari 46

PEDULI LINGKUNGAN

Dea Febrina Irawan


2101931
TETANGGA
Sejak kecil saya tinggal di sebuah perumahan.
Cenderung warga disini bersifat individualistik, jarang
adanya komunikasi. Sehingga sulit bagi saya untuk
membangun interaksi dengan para tetangga. Sebab
itulah, saya sering membantu ibu memberi makanan,
minuman ataupun barang ke rumah tetangga. Hal ini
adalah cara saya untuk lebih dekat dengan mereka,
sehingga hidup pun terasa nyaman dan tentram
Fasilitas Umum
Tempat Sampah
Di depan setiap rumah disediakan bak tempat sampah,
sampah ini di angkut ke tempat pembuangan sampah
setiap hari rabu. Sebelum hari pengangkutan tiba, saya
dan keluarga terutama ibu, selalu memastikan sampah
yang ada di rumah sudah di kemas. Agar bak tempat
sampah di luar rumah tetap terlihat bersih dan nyaman,
sampah yang dibuang ke bak harus dikemas dengan baik,
dimasukan ke dalam plastik, lalu diikat agar tidak
berhamburan. Hal ini pun dapat mempermudah petugas
pengangkut sampah
Fasilitas Umum
Jalan Raya
Jalan di perumahan saya dapat menjadi akses
bagi warga dari desa lain sebagai jalan pintas. Hal
ini membuat jalan di depan rumah saya mudah
rusak. Masyarakat disini sering melakukan kerja
bakti untuk memperbaiki jalan yang rusak, agar
pengguna jalan terutama pengguna kendaraan
tetap nyaman dan perjalananya tidak terhambat
Fasilitas Umum
Masjid
Di perumahan saya terdapat masjid
yang lumayan cukup jauh dari
rumah. Keadaan masjid sangat
bersih, setiap hari masjid dibersihkan
oleh warga. Di Masjid pun sering ada
pengajian yang diadakan oleh
masyarakat setiap senin dan jumat
malam, hal ini menambah masjid
menjadi lebih nyaman. Selain itu
masyarakat selalu berkumpul di
masjid untuk memperingati hari-hari
besar islam, Seperti Maulid Nabi.
Selokan
Di perumahan saya tidak pernah terjadi banjir. Karena selokan yang selalu
dibersihkan setiap hari, masyarakat pun sering megadakan kerja bakti untuk
membersihkan selokan. Setiap pagi saya dan adik ku bergiliran untuk
membersihkan selokan. Menyapu lalu membuang sampah yang ada diselokan
ke tempat sampah
Tanaman
Di depan rumah saya
terdapat tanaman hijau
milik ibu. Tanaman ini
sering ibu siram, sesekali
ibu meminta saya untuk
menyiramnya. Tanaman
ini membuat rumahku
terlihat hijau asri dan
nyaman.
Terima Kasih
Rumahku Surgaku
Dea Febrina Irawan
NIM 2101931
Rumahku bertempat di desa Cikalong,
Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten
Bandung Barat
Ruang Tamu

Ruang tamu tempat untuk


menghormati dan menjamu tamu
istimewa yang berkunjung ke
rumah.
Sesuai dengan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,
‫َم ْن َك اَن ُيْؤ ِم ُن ِباللِه َو ْالَيْو ِم ْاألِخ ِر َفْلُيْك ِرْم َض ْي َف ُه‬
"Barang siapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka
hendaklah dia memuliakan tamunya.” (HR. Bukhari)"
Maka, untuk menjaga ruang tamu tetap nyaman:
Supaya ruangan ini tetap bersih, saya selalu menyapu setiap hari
dan mengepel setiap tiga minggu sekali disetiap pagi dan sore
hari. Selain itu, Supaya ruangan ini tetap nyaman, saya dan
keluargaku sering berkumpul disini, mengobrol, bertukar cerita,
dan mengaji bersama
Mushola/ Tempat Shalat

Mushola tempat segala kegiatan


peribadatan seperti shalat,
mengaji dll
Sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat QS Al Anam 162
‫ُق ْل ِاَّن َص اَل ِت َو ُنُس ِك َوَم ْحَيا َوَم َم اِت ِلّٰلِه َرِّب اْلٰع َلِم ْي َۙن‬
‫ْي‬ ‫َي‬ ‫ْي‬ ‫ْي‬
“Katakanlah (Muhammad), “Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku
dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan seluruh alam.”
Maka, agar ibadahku dikerjakan dengan khusu dan nyaman:
Supaya ruangan ini tetap bersih, saya selalu menyapu setiap hari dan
mengepel setiap tiga minggu sekali disetiap pagi dan sore hari. Selain
itu, agar fungsi ruangan ini tetap berfungsi, kami selalu shalat dan
mengaji bersama di ruangan ini.
Ruang Makan

Ruangan ini tempat inti dari semua ruangan yang ada di


rumahku. Selain makan bersama, kami berkumpul
bersama disini, bertukar cerita, menonton bersama,
bahkan tempat ini sering digunakan untuk ku kuliah online
dan mengerjakan tugas
Di tempat ini, banyak makanan dan minuman tersimpan, agar menjaga
kebersihan dan keawetan nya, saya menyimpan makanan di kulkas,
menyimpan di tempat tertutup atau wadah yang tertutup, membeli
makanan dan minuman yang secukupnya agar tidak mubazir dan
selalu membersihkan meja makan setelah makan dan minum. Agar
menambah keberkahan sesuai dengan Surat al-Isra Ayat 26-27
‫َو َءاِت َذ ا ٱْلُق ْرَبٰى َحَّق ُه ۥ َو ٱْلِم ْس ِكيَن َو ٱْبَن ٱلَّس ِبيِل َو اَل ُتَبِّذْر َتْب ِذيًرا‬
"Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya,
kepada orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah
kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros." Maka
Ibu saya selalu memberi makanan kepada tetangga dekat rumah
saya.
Kamar Mandi

Kamar Mandi menjadi tempat


membersihakan diri, berwudhu,
buang air kecil dan buang air
besar.
Sesuai dengan hadits riwayat Tirmizi
‫َع ْن َس ْع ِد ْبِن َاِبى َو َّق اٍص َع ْن َاِبْي ِه َع ِن الَّنِبِّي َص ىَّل ُهللا َع َلْي ِه َوَس َّلَم ِاَّن َهللا َط ِّيٌب ُيِح ُّب الَّط ِّيَب‬
‫َنِظ ْي ٌف ُيِح ُّب الَّنَظ اَفَة َك ِرْيٌم ُيِح ُّب اْلَكَرَم َجَو اٌدُيِح ُّب اْلَجَو اَد َف َنِّظ ُف ْو اَاْف َنْي َت ُكْم‬
"Dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam: Sesungguhnya Allah SWT
itu suci yang menyukai hal-hal yang suci, Dia Maha Bersih yang
menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia
Maha Indah yang menyukai keindahan, karena itu bersihkanlah
tempat-tempatmu."
Maka, agar kamar mandi tetap nyaman dan bersih:
Saya selalu memeberishkan kamar mandi setiap dua kali seminggu di
pagi hari.
Kamar Tidur

Kamar tidur adalah tempat paling


favorit bagiku, disini tempat
pribadiku. semua kegiatan saya
lakukan disni, dari mulai tidur,
beristirahat, belajar, kuliah offline,
mengerjakan tugas dll
Ketika hendak tidur kebersihan tempat tidur adalah yang utama. Baik
membersihkan kotoran debu dan melindungi diri dari yang gaib, saya
selalu membaca 'bismillah' dan doa. Selain itu, ketika tidur, saya tidur
dalam keadaan gelap dan menutup pintu, tidur ke arah kiblat,
menghadap ke kanan, dan posisi telungkup. lalu sebelum tidur saya
berwudhu terlebih dahulu.
Terima Kasih
Berbagi Bersama Dhuafa
Dea Febrina Irawan ( 2101931 )
Tentang Beliau ?

Beliau adalah ibu Dian Nirmala, umur 54 tahun, status


sebagai ibu rumah tangga, memiliki 5 orang anak.
Ujian Hidup

Untuk membantu suami yang bekerja sebagai buruh bangunan,


beliau membuka warung diatas tanah lahan ibu nya. di warung ini
dijual berbagai makanan atau minuman jajanan anak. Selain itu,
ada gorengan dan Lotek yang banyak diminati oleh banyak orang.
Warung ini sudah berdiri sejak 4 tahun yang lalu. Dulu, sebelum ada
warung tersebut beliau telah berdagang, tetapi ditempat yang
belum layak. Penghasilan dari berdagang belum bisa mencukupi
kebutuhan nya sehari-hari, ada dua anak yang masih menjadi
tanggungan nya, yaitu anak ke-empat, lulusan SMK yang belum
bekerja dan anak ke-lima yang masih kelas 2 SMP.
ketika diwawancara mengenai penghasilan warungnya. Beliau menjawab
"Untuk penghasilan sekarang ini sedang menurun tidak seperti biasa nya,
biasanya anak SMP yang jumatan atau sekedar lewat (Warung beliau dekat
dengan SMP Negeri 1 Cikalong Wetan) sering nongkrong disini atau jajan
disini, tetapi karena sekolah hanya 50% yang offline, sehingga warung
menjadi sepi, selain itu harga minyak sekarang ini sedang naik, saya jualan
gorengan pun jadi keberatan "
Keseharian Beliau

Dari semua beban yang ada dihidupnya, beliau adalah orang yang ceria,
kesulitan dalam hidupnya tidak mengahalangi beliau dan keluarga nya
untuk hidup bahagia. Keseharianya pun penuh dengan kegiatan positif.
Seperti di malam hari nya, beliau menyiapkan beberapa bahan untuk
dagangan nya besok, seperti memotong sayuran, membuat adonan
gorengan dll. Di pagi hari nya, beliau mengolah bahan yang telah disiapkan
malam tadi untuk dijual di hari itu.
Selain itu, beliau juga menyiapkan makanan untuk anak dan
suami nya. Kegiatan sehari-hari nya cukup menyenangkan,
seperti siang saat setelah di wawancara, beliau membuat rujak
dari buah yang ia petik dari pohon miliknya.
Suami Beliau

Suami nya bekerja sebagai buruh bangunan. Pekerjaannya tidak setiap hari
ada, kadang tidak ada panggilan. Sehingga penghasilanya pun tidak tentu.
Pekerjaan nya yang memerlukan banyak tenaga terkadang membuat
beliau sakit, terutama di bagian kaki. Hal ini menghambat pekerjaanya.
Terkadang ketika ada panggilan, beliau tidak menerimanya karena cidera
di kaki nya.
Anak- anak Beliau

Beliau memiliki lima orang anak. Empat orang anak laki-laki dan satu orang
anak perempuan (Dalam foto tidak ada anak yang pertama). Anak pertama
(laki-laki) dan anak ketiga (Perempuan) mereka sudah menikah. Tersisa
anak kedua (Laki-laki) yang sekarang ini sudah bekerja, anak keempat
(Laki-laki) yang belum bekerja dan anak terakhir (Laki-laki) yang masih
duduk di bangku kelas 2 SMP.
Apa yang saya
lakukan?
Sebelum mengunjungi beliau, saya pergi ke toko sayuran untuk membeli
beberapa sayuran untuk beliau
Walaupun hanya sedikit, tetapi beliau terlihat
begitu senang, dan sangat berterimakasih
menerima pemberian dari saya.
Terima Kasih
Nama : Dea Febrina Irawan

NIM : 2101931

Kelas : 2B

Perjalanan Kehidupan Keberagamaan

Tepat setelah shalat maghrib, masih mengenakan sarung. Ayah meminta saya
untuk memakai mukena, ia menggelarkan sajadah di ruang tamu. Tidak ada pembicaraan
saat itu, ia hanya menyuruh saya berdiri di atas sajadah itu. Lalu berkata, “Ayah Ajari
Dea shalat ya”. Inilah awal dari kisah perjalanan keberagamaan hidup saya. Awal dari
bertumpuknya pertanyaan dalam hidup, kenapa saya harus mempelajari ilmu agama?
bagaimana saya harus mengamalkan ajaran agama? Kenapa Allah SWT memberikan
ujian hidup yang cukup berat kepada saya? apa yang harus saya lakukan jika saya
mendapatkan masalah dalam hidup dan bagaimana agar saya tetap istiqomah dalam
mengamalkan ajaran islam?

Di umur 6 tahun saya dan keluarga pindah ke sebuah perumahan di Desa


Cikalong, kecamatan cikalong wetan. Rumah yang cukup sederhana, dengan halaman
yang cukup luas dan terdapat kolam ikan berukuran kecil di depan rumah. Walaupun
begitu, tidak ada kebahagiaan yang melebihi apapun selain memiliki tetangga yang baik.
Iya! kami beruntung pindah ke perumahan yang dikelilingi oleh tetangga yang baik dan
ramah. Budaya, tradisi, agama dan sopan santun tetap terjaga di sini. Seperti, Makan
bersama (dalam bahasa sunda disebut botram) di pekarangan rumah atau kebun, Gotong
royong memperbaiki jalan, pengajian ibu-ibu setiap malam senin dan jumat, perayaan
hari besar islam dan masih banyak lagi kegiatan positif yang dilakukan oleh warga di
perumahan ini.

Setiap ba’da ashar anak-anak di perumahan ini berdatangan untuk mengaji.


Pengajian dilaksanakan di samping rumah saya. Ibu senang melihat anak-anak
bersemangat seperti itu. Hingga akhirnya dia memasukan aku ke pengajian tersebut, tidak
ada pendaftaran atau syarat semacam itu. Cukup dengan niat ingin belajar, saya pun boleh
ikut bergabung. Saya tidak mau ikut mengaji. Selain malu karena baru pertama kali, saya
pun belum sadar bahwa belajar mengaji itu penting. Hingga akhirnya ibu berkata “Ini
untuk kebaikan kamu sendiri Dea, Dea harus bersyukur dari kecil sudah diajari mengaji
seperti ini, jangan seperti ibu yang baru bisa mengaji karena dulu tidak ada yang
menyuruh ibu untuk belajar mengaji”. Ketika mendengar itu, saya belum mengerti
bagaimana cara bersyukur. Kenapa harus bersyukur?

Hari demi hari mengaji di tempat itu, saya mulai menerima dan nyaman belajar di
sana. Ada beberapa penyebab kenapa saya mulai merasakan hal itu. Yang pertama karena
saya ingin mengalahkan teman saya. Tingkat bacaan di iqra ada 6 tingkatan, yaitu Iqra 1,
Iqro 2, Iqro 3 dan seterusnya. Hal inilah yang membuat mengaji menjadi ajang
perlombaan bagi saya dan teman-teman, siapa yang lebih tinggi tingkatannya maka dia
yang paling hebat dan yang kedua, ketika saya beranjak sekitar umur 8 tahunan, saya
terpesona dengan suara ustad yang sedang melantunkan ayat-ayat alquran dengan merdu,
ia mengaji untuk pembuka acara maulid nabi. Disitu saya menyadari bahwa mengaji itu
bukan hanya hafal huruf hijaiyah saja tetapi juga bagaimana kamu melantunkannya
dengan sempurna dilengkapi tajwid di setiap huruf nya. Persaingan yang biasa aku
lakukan tidak ada lagi, saya memfokuskan diri untuk memperbaiki ngaji. Ketika Iqra 6,
tingkat bacaan yang paling sulit menurut saya saat itu. Guru ngaji sering menyuruh saya
untuk mengulang ke iqra sebelumnya, cukup lelah saat itu, kadang saya menangis karena
kesal. Tapi tidak apa-apa, saya sadar belum sempurna, ada hal yang harus saya perbaiki.

Kebiasaan dapat membangun karakter diri. Mungkin itulah kalimat yang cocok
untuk mencerminkan saya saat kelas 4 SD. Ketika umur 9 tahun, saya mulai peka pada
penampilan. Saya cukup risih, kenapa teman-teman saya berkulit putih sedangkan saya
memiliki kulit yang cukup gelap. Saya teringat perkataan ibu “Jangan terlalu lama main
siang-siang nanti hitam”. Mungkin itu hanya alasan ibu untuk meminta saya tidur siang.
Tetapi saya salah mengartikan maksud nya. Ketika kelas 4, saya memutuskan untuk
berhijab, alasannya cukup aneh. Untuk memiliki kulit putih berarti saya harus melindungi
diri dari paparan sinar matahari. Oleh sebab itu lah saya mulai menggunakan rok seragam
yang panjang, baju dengan lengan panjang serta mengenakan hijab. Tetapi hal itu hanya
berlaku di sekolah saja, sedangkan ketika di rumah, saya melepas hijab.

Kebiasaan memakai hijab disekolah perlahan merubah diri saya. Ada rasa malu
ketika saya membuka hijab. Memperlihatkan rambut atau aurat saya pada orang lain. Saya
ingat perkataan guru PAI, ia mengatakan bahwa “Wanita yang mengumbar auratnya itu
berdosa” saat itu saya mulai berpikir, apa alasan Allah SWT memerintahkan makhluknya
untuk memakai hijab? lalu kenapa saya hanya menutup aurat hanya disekolah, kenapa
tidak dirumah atau di tempat lainya juga? Dan apa yang terjadi jika saya tidak menutupi
aurat? Pertanyaan sederhana itu yang selalu menjadi pertanyaan saya saat itu. Ketika
memasuki umur 11 tahun, saya mulai menyadari apa fungsi hijab bagi seorang
perempuan. Hijab tidak semata menutupi aurat, melainkan juga untuk menjaga
pandangan seorang muslimah agar tetap berperilaku baik sesuai kaidah agama. Yang
dimaksud menjaga pandangan disini adalah bagaimana wanita menjaga akhlaknya untuk
tidak melakukan sesuatu yang diluar syariat agama Islam.

Setelah lulus SD saya mendaftar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) sekolah


unggulan di desa saya, yaitu SMP Negeri 1 Cikalong Wetan. Sejujurnya saya tidak mau
sekolah disini, karena kebetulan ibu saya mengajar di sekolah ini. Ibu adalah seorang
guru, ia telah mengajar sekitar 15 tahun di SMP ini. Saya selalu menutupi kebenaran
bahwa saya anak guru di sekolah ini. Saya tidak mau perlakuan mereka berbeda kepada
saya hanya karena saya anak guru. Di kelas, saya ditunjuk menjadi wakil ketua kelas,
mendampingi KM. Kelas saya termasuk sebagai kelas yang nakal. Karena terdiri dari
murid yang terbilang cukup nakal. Mereka memiliki sikap yang kurang baik. Seperti diam
di luar kelas ketika guru tidak ada, bolos sekolah, perlakukan tidak baik kepada guru dll.

Lingkungan yang buruk dapat berpengaruh. Saya tidak mampu memilah mana
yang baik dan benar. Saya dan teman saya sering melakukan kegiatan yang tidak baik,
tetapi bukan se-tingkat bolos sekolah, mungkin hanya seperti berdiam di luar kelas saja.
Selain itu, karena jabatan saya di kelas sebagai wakil KM membuat saya merasa tinggi
hati. Saya sering memerintah teman-teman saya. Sebenarnya memerintah hal-hal yang
baik seperti membaca buku, jangan diam diluar, jangan mengobrol seperti itu, tetapi
dengan cara yang salah, saya meneriaki mereka untuk patuh terhadap saya, terutama pada
teman laki-laki saya yang susah diberitahu.

Sikap buruk yang saya lakukan terhadap mereka, membuat mereka menjauhi saya.
Tidak ada teman saat itu, saya sulit mencari kelompok. Bahkan teman baik saya,
meninggalkan saya. Akibat perlakuan buruk itu pun, membuat nama baik ibu terseret.
“Seorang guru memiliki anak yang tidak baik yang sering menyakiti teman sekelas nya.”
Saya sangat terpukul saat itu. Saya mulai intropeksi diri “ya ALLAH apa salah saya”.
Setelah berdoa dan meminta ampun kepada Allah SWT saya menyadari bahwa kita harus
berbuat baik terhadap sesama, terutama sebagai pemimpin, kita harus memiliki sikap
yang baik. Seperti, bertaqwa kepada Allah, mencintai dan dicintai anggotanya,
mendoakan dan didoakan oleh umatnya. Dan juga Seorang pemimpin harus
mencerminkan sifat Rasulullah SAW yaitu siddiq, amanah, tabligh dan fathanah.

Belajar dari kesalahan sebelumnya, saya berusaha menjadi pribadi yang lebih
baik. Menjaga silaturahmi yang baik dengan teman dan juga menjaga nama baik orang
tua saya. Perubahan dalam diri saya dapat dirasakan di kelas tiga SMP. Saya menilai hal
tersebut dari banyak nya orang yang ingin berteman dengan saya. Mereka terlihat bahagia
ketika bersama saya, hal ini lah yang membuat saya tersadar bahwa berbuat baik kepada
sesama membuat kita hidup rukun, tenang dan bahagia.

Tahun 2018 saya melanjutkan sekolah di SMA Negeri 1 Cikalong Wetan.


Semakin tinggi sekolah nya maka semakin lama waktu belajar nya. Itulah sistem
pendidikan di Indonesia, untuk SMA waktu belajar siswa di sekolah kurang lebih 9 jam
per hari. Hampir sebagian waktu yang kami miliki dihabiskan di sekolah, sampai akhirnya
saya merasa bahwa sekolah adalah rumah kedua saat itu. Saya dan teman-teman sering
melakukan beberapa kegiatan untuk mengurangi rasa lelah dan bosan di sekolah. Seperti
makan bersama, main game di sela-sela pergantian jam pelajaran, mengerjakan tugas
bersama dll. Selain itu, ada kegiatan yang sangat bermanfaat bagi kami di dunia maupun
di akhirat, yaitu shalat dhuha bersama. Setiap jam istirahat saya dan teman-teman pergi
ke masjid untuk melaksanakan shalat dhuha bersama. Shalat dhuha mendapat pahala di
dunia dan diakhirat dari Allah SWT seperti, pahala seperti sedekah, kebutuhannya akan
dicukupi, raih ghanimah atau keuntungan, mendapat rumah di surga, pahala haji dan
umrah, gugurkan dosa, dibuatkan pintu khusus di surga.

Kebahagiaan yang saya dan teman-teman rasakan di SMA berhenti pada tahun
2019, ketika pandemi covid-19 melanda Indonesia dan dunia. Seluruh pekerjaan
dilakukan di rumah, termasuk kegiatan belajar mengejar. Hubungan Saya dan teman-
temanmsemakin menjauh. Ketakutan terhadap pandemi ini semakin terasa ketika
peningkatan kasus semakin tinggi. Saya prihatin melihat Indonesia, dengan adanya
pandemi ini berdampak pada semua sektor, seperti sektor ekonomi, pariwisata,
pendidikan dan banyak lagi. Keprihatinan saya membuat saya ingin membantu Indonesia,
tetapi apa yang bisa saya lakukan? Yang bisa saya lakukan hanya berdoa kepada Allah
SWT.

Suatu hari saya berdoa sehabis shalat dzuhur meminta kepada Allah SWT untuk
mengakhiri pandemi ini. Ketika berdoa saya merasa belum pantas meminta hal tersebut
kepada NYA. Saya berpikir bahwa selain meminta saya pun harus mentaati dan
melaksanakan ibadah dengan benar. Disitulah saya membenarkan bacaan shalat saya,
membenarkan bacaan tajwid nya, bahkan saya belajar membaca iqra kembali, bagaimana
cara membaca setiap huruf hijaiyah dengan baik dan benar. Hanya inilah usaha yang bisa
saya lakukan untuk membantu Indonesia, berdoa kepada Allah SWT. Hasil dari belajar
kembali shalat dan mengaji ini membuat perubahan bagi saya untuk jangka waktu yang
cukup panjang dan mungkin selamanya. Segala urusan yang saya lakukan di dunia
termasuk seperti ketika belajar untuk seleksi masuk perguruan tinggi, menjadi lebih
ringan, karena saya selalu melibatkan Allah SWT di setiap semua kegiatan dan pekerjaan
yang saya lakukan. Berdoa dan meminta hanya kepada Allah SWT.

Alhamdulillah setelah lulus SMA saya diterima di Universitas Pendidikan


Indonesia, masuk di jurusan yang saya inginkan. Sebagai mahasiswa banyak sekali hal
menarik yang baru saya temui, dari mata kuliah, lingkungan perkuliahan dan para
mahasiswa yang hebat. Ada keinginan bagi saya untuk meningkatkan kemampuan,
seperti hard skill dan soft skill yang bermanfaat bagi saya didalam maupun diluar kampus.
Melihat kakak tingkat yang memiliki kemampuan yang luar biasa, seperti menjalin
komunikasi antar sesama mahasiswa dan masyarakat diluar UPI membuat saya ingin
seperti mereka. Hal ini terasa ketika saya mendapatkan tugas projek sosial dalam mata
kuliah PAI, banyak sekali kegiatan yang tertulis dalam proyek sosial ini yang
berhubungan dengan sesama manusia. Bagi saya seorang anak rumahan dan introvert,
cukup kesulitan dalam mengerjakan tugas seperti ini. Ada rasa malu yang saya rasakan,
bersosialisasi dengan tetangga hanya ketika ada tugas saja. Saya yang menutup diri,
menjauh diri dari lingkungan luar, membuat tetangga dekat kita seperti orang asing dan
hidup resah. Sebaliknya, jika kita memuliakan tetangga dan berbuat baik terhadap
tetangga, senantiasa membantu mereka. Hidup kita akan terasa lebih aman, hidup lebih
tenang dan selalu mendapat keberkahan dalam hidup.
Kisah hidup saya masih berjalan hingga maut memisahkan alur cerita ini. Banyak
sekali hikmah yang saya dapatkan dari setiap ujian dan perbuatan yang saya lakukan.
Menuruti perintah orang tua demi kebaikan, menutup dan menjaga aurat, menjaga sikap
dan perilaku, selalu berbuat baik antar sesama manusia terutama teman-teman kita, selalu
melibatkan Allah dan selalu belajar agama kapanpun, dan selalu berbuat baik terutama
orang terdekat kita seperti tetangga. Hidup didunia ini semata-mata hanya untuk
beribadah kepada Allah SWT, permasalahan hidup adalah cara Allah SWT untuk
menyadarkan kita menjadi manusia yang lebih baik lagi.

Anda mungkin juga menyukai