Disusun oleh :
Gelombang 3
Raihan Maulana Zulfikar 211020200049
Satrio Fajar Rahmananto 211020200048
Mochammad Muzakki 211020200053
Achmad Alan Syarifudin 211020200021
Ahmad Haidar Aly 211020200044
Muhammad Akbar Dwi F 211020200046
Betran Silvansya A. 211020200047
Satrio Fajar Rahmanto 211020200048
Ifan Nur Fauzi 211020200050
Muhammad Anggie C.S 211020200051
Mohamad Irvan Akif Setiawan 211020200039
Mengetahui
Laboran Laboratorium Teknik Mesin
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang selalu
memberikan limpahan karunia rahmat, nikmat dan hidayah-Nya. Shalawat dan Salam
senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW., sehingga penulis dapat
melaksanakan Praktikum Metalurgi 2 “PEMANASAN SPESIMEN DAN UJI
KEKUATAN BAHAN” dengan lancar dan sebagai tindak lanjut syarat untuk memenuhi
salah satu tugas mata kuliah Metalurgi 2 yang dilaksanakan di Laboratorium Teknik Mesin
Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
Penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dari pihak lain penulis tidak dapat
menyelesaikan Praktikum serta Laporan Praktikum Metalurgi 2, maka dari lubuk hati yang
paling dalam dan penuh ikhlas pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan rasa
terima kasihnya kepada:.
1. Bapak Dr. A’rasy Fahrudin, ST., MT. selaku Kaprodi Teknik Mesin Fakultas
Saintek Universitas Muhammadiyah Sidoarjo.
2. Ibu Dr. Prantasi Harmi Tjahjanti,S.SI.,MT. selaku dosen pembimbing praktikum
metalurgi 2.
3. Bapak Wahyu Alfiansyah, ST., selaku laboran Teknik Mesin.
4. Saudara Sayyid Muhammad Alif Al Ghofur dan saudara Dicky Fajar Rahmadan
yang telah membantu proses pelaksanaan praktikum.
5. Serta teman-teman gelombang 4 praktikum metalurgi yang bersama-sama
menyusun laporan ini sampai selesai.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini kritik dan saran yang
membangun sangat diharapkan. Penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan didalam
penyusunan laporan praktikum ini. Akhir kata penulis berharap agar laporan ini dapat
bermanfaat untuk para pembaca dan pihak yang membutuhkan. Terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.2. Studi Literatur ...................................................................................................17
3.3.Persiapan Alat Dan Bahan .................................................................................17
3.4.Proses Pengujian Kekerasan (Heat Treatment) .................................................17
3.5.Membuat Laporan..............................................................................................18
BAB IV STUDI KASUS ..................................................................................................19
4.1.Modul 1 : Uji Kekuatan Bahan ..........................................................................19
4.2.Modul 2 : Proses Uji Ketahanan Bahan.............................................................26
BAB V PENUTUP............................................................................................................35
5.1.Kesimpulan ........................................................................................................35
5.2.Saran ..................................................................................................................35
DAFTAR PUSAKA .........................................................................................................36
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..37
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
PENDAHULUAN
1
bahan seperti mengoprasikannya pada kondisi tertentu harus di uji. Penguji yang lain
menyelidiki kesalahan, perlakuan, atau kelemahan bahan yang dapat timbul pada saat
pembuatan,pengolahan atau pemakaian dalam kontruksi, untuk maksud ini harus dilakukan
serangkaian pengujian sesuai dengan kekerasan bahan (material).
Kekerasan suatu bahan merupakan salah satu sifat mekanik bahan yang terpenting,
serta bentuk pengujian yang sederhana, cepat, dan relatif murah di bandingkan beberapa
bentuk pengujian lain. Definisi kekerasan sangat tergantung pada cara pengujian yang di
lakulan, beberapa definisi kekerasan adalah :
A. Ketahanan terhadap identitas permanen akibat beban dinamis atau statis yang
disebut kekerasan identasi
B. Energi yang di serap impact di sebut kekerasan pantul
C. Kekerasan terhadap goresan disebut kekerasan goresan
D. Ketahanan terhadap pemotongan disebut kekuatan mesin.
Pengujian kekerasan yang banyak di lakukan adalah berdasarkan pada identifikasi
permanen atau deformasi plastik akibat beban statis. Hasil pengujian kekerasan tidak dapat
langsung dalam design seperti halnya pengujian tarik namun demikian penguji kekerasan
banyak di lakukan sebab hasilnya dapat di gunakan sebagai berikut:
A. Pada bahan yang sama dapat di klasifikasikan berdasarkan kekerasan dengan
kekerasan tersebut dapat di tentukan penggunaan dari bahan itu
B. Sebagai kontrol kualitas dari produk seperti halnya mengetahui homoginitas
akibat suatu proses pembentukan dingin,pemanduan heat treatment, cost
hardening dan sebagainya.
C. Sebagai sarana kontrol terhadap proses tersebut
D. Kekuatan bahan merupakan tekanan atau tegangan tinggi yang di terima suatu
bahan akibat dari perubahan bentuk terbesar sebelum terjadi perpatahan.
2
dengan cara mengubah struktur mikro melalui proses pemanasan dan pengaturan kecepatan
pendinginan dengan atau tanpa merubah komposisi kimia logam. Dalam proses ini
mempunyai beberapa tujuan antara lain :
• Mendapatkan sifat mekanika material yang di inginkan dengan melakukan proses
heat treatment.
• Mengetahui pengaruh perlakuan panas terhadap sifat fisik dan sifat mekanik suatu
material.
• Membandingan kekerasan suatu material yang mendapat perlakuan panas dengan
material yang tidak dapat perlakuan panas.
• Untuk mengurangi kebutuhan daya pembentukan dan kebutuhan energi.
1.3.2. Pengujian Kekerasan (Rockwell dan Brinell)
Uji kekerasan adalah bentuk uji material yang sering digunakan untuk menentukan
mutu material. Pengujian ini relatif mudah dilakukan dan sepenuhnya tidak merusak, selain
itu instrument yang digunakan harganya relatif lebih murah dibandingkan jenis pengujian
lainnya.
Pada umumnya uji kekerasan menggunakan 4 macam metode, tapi kali ini yang kita
pakai hanya 2 metode yaitu :
A. Brinnel
Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Brinnel bertujuan untuk
menentukan kekerasan suatu material atau benda dalam bentuk gaya tahan material
pada identor (bola baja) yang ditekankan pada permukaan material tersebut.
Pengujian dengan menggunakan
metode Brinnel khusus untuk pengujian dengan material yang memiliki permukaan
kasar dengan uji kekuatan kisaran 500 – 3000 kgf. Identor biasanya sudah dikeraskan
dan di plating atau terbuat dari bahan karbida tungsen.
B. Rockwell
Pengujian kekerasan dengan menggunakan metode Rockwell bertujuan untuk
mengetahui kekerasan material dengan perhitungan yang tepat suatu material dalam
bentuk daya tahan material terhadap identor kerucut ataupun bola baja intan yang
ditekan pada permukaan material atau benda uji tesebut.
3
sifat logam.
b. Sebagai pelatihan dalam melakukan pengujian suatu bahan.
c. Memahami dan menguasai prosedur metode uji kekerasan Brinell,Vickers dan
Rockwell
4
BAB II
LANDASAN TEORI
5
meski benda tersebut tidak bergerak. Kekuatan tarik juga digunakan dalam mengetahui
jenis bahan yang belum diketahui. Kurva hubungan anatra tegangan (stress) dan regangan
(strain) dapat dilihat melalui gambar 2.1 dibawah ini :
2.1.2. Elastisitas
Sifat elastis atau elastisitas adalah kemampuan suatu benda untuk Kembali ke bentuk
awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan kepada benda itu
dihilangkan(dibebaskan). Berdasarkan sifat elastis ini, benda-benda kertas dan tanah liat
disebut sebagai benda yang tidak elastis, dapat digolongkan menjadi dua macam yaitu
benda elastis dan benda plastik(tak elastis). Benda-benda seperti busa spons, karet gelang,
dan pegas baja disebut sebagai benda yang elastis. Sedang benda-benda seperti kertas dan
tanah liat disebut sebagai benda yang tidak elastis.
2.1.3. Kekakuan (Stiffnes)
Stiffnes adalah kemampuan suatu elemen untuk bersifat kaku / tidak elastis
(kekakuan). Stiffnes balok didefinisikan sebagai hasil bagi antara beban dan lendutan dari
uji lentur dan dihitung dengan persamaan.
2.1.4. Keuletan (Ductility)
Suatu sifat material yang digambarkan seperti kabel dengan aplikasi kekuatan tarik.
Material decutile ini harus kuat dan lentur, keuletan biasanya diukur dengan suatu periode
tertentu dengan presentase keregangan suatu bahan. Sifat ini biasanya digunakan dalam
bidang dalam bidang perteknikan dan bahan yang memiliki sifat ini antara lain :
• Besi lunak
• Tembaga
• Aluminium
6
• Nikel dan lain – lain.
2.1.5. Ketegasan (Brintless)
Sifat ini menunjukkan tidak ada deformasi plastis sebelum suatu material mengalami
kerusakan. Material getas secara mendadak rusak tanpa munculnya tanda-tanda terlebih
dahulu. Material dengan sifat kegetasan ini tak memiliki titik mulur atau proses penampang
yang mengecil dan kekuatan patah. Beberapa contoh material yang memiliki sifat
kegetasan antara lain semen cor, batu, besi cor. Material seperti ini menggunakan uji tekan
untuk menentukan kekuatannya.
2.1.6. Kekerasan (Hardness)
Kekerasan bahan adalah suatu ketahanan benda untuk menahan pembebasan yang
berupa tekanan atau goresan, kekerasan merupakan kemampuan suatu material untuk
menahan kemampuan suatu material untuk menahan tarikan atau kikisan. Untuk
mengetahui kekerasan suatu material digunakan uji kekerasan sebagai berikut :
1. Uji kekerasan Rockwell
2. Uji kekerasan Brinell
2.1.7. Kelelahan (Fatigue)
Kelelahan (fatigue), merupakan kecendrungan dari logam untuk patah bila menerima
tegangan berulang – ulang (cyclic stress) yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan
elastiknya. Sebagian besar dari kerusakan yang terjadi pada komponen mesin disebabkan
oleh kelelahan ini. Karenanya kelelahan merupakan sifat yang sangat penting, tetapi sifat
ini juga sulit diukur karena sangat banyak faktor yang mempengaruhinya.
2.1.8. Stress (Tegangan)
Saat gaya atau beban dari sistem eksternal terjadi pada benda kerja, gaya internal
akan muncul dari dalam benda kerja, baik searah maupun berlawanan arah. Sebagai reaksi
atas gaya eksternal tersebut. Stress adalah besarnya gaya internal yang timbul persatuan
luas area pada benda kerja.
𝐹𝐹
Untuk menghitungnya (ơ) = 𝐴𝐴0 N/𝑚𝑚𝑚𝑚2
2
𝐴𝐴0= 4 π D 2 (𝑚𝑚𝑚𝑚2 )
7
3. Geser (puntir).
Sedangkan untuk menghitung tegangan tarik (£) dapat menggunakan rumus :
∆
Regangan (£) = 𝐿𝐿0
Dimana :
F = Gaya (KN)
Do = Diameter awal (mm)
Ao = Luas penampang awal (𝑚𝑚𝑚𝑚2)
ΔL = Perpanjangan (mm)
Lo = Panjang awal (mm)
8
Bentuk struktur baja diatas digambarkan dalam gambar 2.2 dibawah ini :
9
A. Pengaruh unsur karbon
Kekerasan baja tergantung pada jumlah karbon dalam baja, dimana makin tinggi
presentase karbon nya makin keras baja nya.
B. Pengaruh suhu pemanasan
Baja karbon rendah dipanaskan diatas titik kritis atas tertinggi. Seluruh unsur
karbon kedalam larutan padat dan selanjutnya didinginkan. Baja karbon tinggi
biasanya dipanaskan hanya sedikit diatas titik kritis terendah (bawah). Dalam hal ini,
terjadi perubahan bentuk perlite menjadiaustenit. Pendinginan yang dilakukan pada
suhu itu akan membentuk martenseit. Juga sewaktu kandungan karbon diatas 0.83%
tidak terjadi perubahan semenit bebas menjadi austenite, karena larutan nya menjadi
keras. Sehingga perlu dilakukan pemanasan pada suhu tinggi untuk mengubahnya
menjadi austenite. Lamanya pemanasan tergantung pada ketebalan bahan tetapi
bahan tidak harus berukuran panjang karena akan menghasilkan struktur yang kasar.
C. Pengaruh pendinginan
Jika bahan didinginkan dengan kecepatan minimum yang disebut kecepatan
pendinginan kritis maka seluruh austenite akan berubah menjadi martensite.
Sehingga akan menghasilkan kekerasan baja yang maksimum. Adapun kecepatan
pendinginan kritis adalah bergantung padakomposisi kimia baja. Untuk pendinginan
yang cepat digunakan larutan garam/soda api yang dimasukan kedalam air.
Sementara untuk pendinginan yang sangat lambat digunakan hembusan udara secara
cepat melalui batas lapisan nya.
Dari pelajaran diatas, secara umum pemanasan pada baja dapat dibuat skematrasnformasi
dekomposisi asutensite seperti pada gambar 2.3:
10
Selain karbon pada besi dan baja terkandung Si dan Mn, dan unsur pengotor,lain
seperti P, S dan sebagainya. Unsur – unsur tidak berpengaruh besar terhadap diagram fasa.
Sehingga diagram fasa dapat digunakan tanpa menghiraukan adanyaunsur – unsur tersebut.
Sehingga beberapa paduan yang terkandung dalam logam lebih stabit daripada sementit.
Titik penting dalam diagaram fasa ini adalah :
A : Titik cair besi
𝐴𝐴2 : Titik transformasi magnetic untuk besi atau ferlit
𝐴𝐴3 : Titik transformasi besi ACM
Titik eutektoid selama pendinginan ferit pada komposisi alfa dan sementit pada
komposisi terbentuk simultan dari austentite. Reaksi austentite ini dinamakantransformasi
𝐴𝐴1 dan fasa eutektoid ini dinamakan ferit.
Gambar 2.4. Menunjukan diagram fasa besi karbida, untuk memilih suhu yang tepat
pada berbagai operasi heat treatment dan memperlihatkan struktur yang dapat diperoleh
setelah pendinginan perlahan – lahan.
Dilihat dari transformasi ada tiga macam baja yaitu :
1. Baja dengan titik transformasi 𝐴𝐴1berupa ferit dibawah 𝐴𝐴1 dan austentite
pada 𝐴𝐴3 atau diatas 𝐴𝐴1.
2. Baja dengan titik transformasi 𝐴𝐴1 dibawah temperature kamar, berupa
11
austentite pada temperature kamar.
3. Baja dengan daerah austentite yang kecil, berupa ferit sampai temperature tinggi
pada daerah komposisi tertentu.
12
2.3.2. Metode pantul
Dengan metode ini, kekerasan suatu material ditentukan oleh alat scleroscope yang
mengukur tinggi pantulan suatu pemukul (hammer) dengan berat tertentu yang dijatukan
dari suatu ketinggian terhadap permukaan benda uji. Tinggi pantulan (Rebound) yang
dihasilkan mewakili kekerasan benda ujitersebut. Semakin tinggi pantulan tersebut, yang
ditunjukan oleh dial pada alat pengukur, maka kekerasan dinilai semakin tinggi.
2.3.3. Metode Indentasi
Pengujian dengan metode ini dilakukan dengan penekanan benda uji dengan identor
dengan gaya tekan dan waktu identasi yang ditentukan. Kekerasan suatu material
ditentukan oleh dalam ataupun luas area identasi yang dihasilkan (tergantung jenis identor
dan jenis pengujian). Berdasarkan prinsip bekerjanya metode uji kekerasan dengan cara
indentasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
A. Metode Brinell
Uji kekerasan Brinellberupa pembentukan lekukan pada permukaan logam
dengan memakai bola baja berdiameter 10 mm dan diberi beban 3000 kg.
Untuk logam lunak, beban dikurangi hingga 500 kg, untuk menghindari jejak
yang dalam, dan untuk bahan yang sangat keras, digunakan paduan Kabrida
Tungsten, untuk memperkecil terjadinya distorsi identor. Beban diterapkan
selama waktu tertentu, biasanya mencapai waktu dari 15 sampai dengan 30
detik, dan diameter lekukan diukur dengan miskroskop gaya rendah, setengah
beban tersebut dihilangkan. Kemudian dicari harga rata-rata dari 2 sampai 3
buah pengukuran diameter pada jejak yang berarah pada tegak lurus. Pada
permukaan dimana lekukan akan dibuat harus relatif halus, bebas dari debu atau
kerak.
Rumus untuk angka kekerasantersebut adalah :
B. H. N = P dan (π D/2) (D-D2-d2) π D tDimana :
P adalah beban (kg)
D adalah diameter identor (mm)
d adalah diameter jejak luka (mm)
Prosedur standart pengujian mensyaratkan bola baja dengan diameter 10 mm dan
berat 3000 kg untuk pengujian logam – logam ferrous, atau 500 kg untuk logam –
logam non ferrous. Waktu identitasbiasanya sekitar 10 – 30 detik, waktu demikian
pengaturan beban dan waktu identitas untuk setiap material dapat pula ditentukan
oleh karakteristik alat uji. Nilai kekerasan suatu material yang dinotasikan dengan
13
HB tanpa tambahan angka dibelakangnya menyatakan kondisi penguji standart
dengan identor bola baja 10 mm, beban 3000 kg selama waktu 1- 15 detik. Untuk
kondisi yang lain kekerasan HB diikuti angka– angka yang menyatakan kondisi
penguji
B. Metode Vickers
metode Vickers, bertujuan menentukan kekerasan suatu material dalam yaitu
daya tahan material terhadap indentor intan yang cukup kecil dan mempunyai
bentuk geometri berbentuk piramida seperti ditunjukkan pada gambar 2 [3] . Nilai
keras mikro Vickers adalah hasil bagi antara beban tekan statis maksimum dengan
luas bidang penetrator [6][7][8]. L.I Heping et al [9], membandingkan kekerasan
dua benda yang memiliki ketebalan berbeda yaitu 0,23 mm dan 0,98 mm. Dari hasil
penelitian didapatkan bahwa material reference yang digunakan untuk uji kekerasan
Rockwell tidak boleh kurang dari 6 mm dan Vickers 5 mm
14
C. Metode Rockwell
Pengujian Rockwell merupakan proses pembentukan lekukan pada permukaan
logam memakai indentor atau penetrator yang ditekan dengan Parameter Satuan
Spesifikasi Panjang Lebar Tebal Bobot mm mm mm kg 227 sampai dengan 243 171
sampai dengan 185 ≥ 2 1 sampai dengan 2,5 541 beban tertentu. Pada pengujain
rockwell angka kekerasan yang ditunjukkan merupakan kombinasi antara beban dan
indentor yang dipakai, maka perlu diberikan awalan huruf pada angka kekerasan
yang menunjukkan kombinasi beban dan penumbuk tertentu untuk skala beban yang
digunakan, skala yang sering digunakan adalah A dengan beban 60 kgf, B beban 100
kgf, dan C beban 150 kgf. Pada pengujian kekerasan bahan dengan metode Rockwell,
kedalaman penetrasi permanen yang dihasilkan dari penerapan dan pelepasan beban
utama dipakai untuk menentukan angka kekerasan Rockwell, dapat dilihat pada
persamaan 1.
𝐻𝐻𝐻𝐻 = 𝐸𝐸 − 𝑒𝑒
Di mana, E = konstanta dengan nilai 100 untuk indentor intan dan 130 untuk
indentor bola. e = kedalaman penetrasi permanen karena beban utama (F1) diukur
dengan satuan 0,002 mm. Jadi, e = h/0,002 (Callister, 2000)
15
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
16
3.2. Studi Literatur
Studi literatur merupakan tahap awal dan dasar untuk memulai laporan praktikum ini
sampai ke bab selanjutnya. Guna menunjang penelitian ini, penulis melakukan
pengumpulan data mengenai proses yang sudah dilakukan sebelumnya, termasuk jurnal
ilmiah serta data – data produk atau komponen yang dapat mendukung dalam proses
praktikum ilmu logam.
17
Proses pendinginan secara tiba – tiba dengan berbagai media pendinginan seperti
air, oli dan udara.
Proses pengujian kekerasan merupakan cara untuk mengetahui tingkat kekerasan
suatu bahan yang telah dipanaskan dengan suhu tertentu lalu didinginkan secara tiba – tiba
(quenching) berikut proses yang meliputi uji kekerasan sebagai berikut :
meliputi uji kekerasan sebagai berikut :
a. Uji Kekerasan Metode Rockwell
Pengujian Rockwell untuk menentukan nilai kekerasan suatu bahan ditentukan
dengan perbandingan kedalaman kedua tahap pembebanan. Metode Rockwell
merupakan pengujian kekerasan dengan pembacaan nilai kekerasan secara langsung
malalui layar yang ada di alat uji kekerasan (Universal Hardness Tester).
b. Uji Kekerasan Metode Brinell
Pengujian Brinnel untuk menentukan nilai uji kekerasan Brinnel berupa
pembentukan lekukan pada permukaan logam dengan memakai bola baja
berdiameter 10 mm dan diberi beban 3000 kg. Beban diterapkan selama 15 detik
kemudian di cari harga rata – rata dari 2 buah pengukuran diameter.
18
BAB IV
STUDI KASUS
19
D. Langkah Kerja
1. Siapkan benda kerja :
- Potong Benda Kerja Dengan Panjang 40 mm
20
2. Siapkan perangkat untuk pemanasan
- Letakkan Benda kerja di oven
Gambar 4.3 Benda Kerja Dipanaskan dengan Las Blender Asitelin Hingga Suhu 800°C
21
- Setelah mencapai suhu 800°C lakukan pendinginan (quenching)
Dengan media air,oli,udara
22
3. Mengaluskan Kembali setiap sisi permukaan benda dengan kikir, ampelas Dan
batu hijau sampai mengkilap
23
Gambar 4.10 Hasil Jadi Setelah Dipoleskan
No
Material Temperatur Tebal Media Pendingin
spesimen
1 ST 42 800°C 30 mm Minyak
2 ST 42 800°C 30 mm Minyak
3 ST 42 800°C 30 mm Air
4 ST 42 800°C 30 mm Air
5 ST 42 32°C 30 mm Tanpa HeatTreatment
24
dengan amplas dan dipoleskan dengan batu ijo, dan di tes kekerasannya dengan
universal tester.
G. Kesimpulan
Proses Uji Ketahanan Bahan Merupakan proses pemanasan specimen pada suhu
tertentu, pemanasan ini sebelumnya dilakukan dengan cara suhu yang diintrusikan
oleh asisten lab. Tujuan dari proses ini adalah sebaiga proses untuk mendapatkan nilai
mekanik dan material tersebut.
H. Saran
Proses Uji Ketahanan Bahan dilakukan cukup baik, namun untuk bahan seperti
amplas masih kurang. Hal ini menyebabkan lamanya prosses penghalusan.
25
4.2. Modul 2 : Proses Uji Ketahanan Bahan
A. Hari dan Tanggal Praktikum : Rabu-Kamis/22-23 Juni 2022.
B. Topik Praktikum : Uji Ketahanan Bahan
C. Tujuan Praktikum
Setelah melakukan praktikum mahasiswa dapat :
1. Mempersiapkan bahan dan perlengkapan Uji Kekerasan Rockwell dan Brinell
(Hardness Tester).
2. Memahami dan menguasai prosedur metode Uji Kekerasan Rockwell dan
Brinell.
3. Membandingkan nilai kekerasan dari beberapa jenis logam.
4. Mengetahui prinsip dan teknik kekerasan mikro dan mengaplikasikan untuk
mengetahui kekerasan fasa – fasa didalam logam baja/besi tuang.
5. Mengestimasi nilai kekuatan tarik beberapa logam berdasarkan nilai
kekerasan brinell-nya.
6. Menentukan harga kekasaran suatu bahan dengan metode brinell.
D. Bahan
1. Besi Virkan : ST 37.
2. Tebal (t) : 25 mm.
3. Panjang (£) : 40 mm.
E. Alat dan Perlengkapan
1. Universal Hardness Tester beserta dengan perlengkapannya.
2. Ragum, kikir dan ampelas.
3. Modul, lembar kerja dan alat tulis.
F. Langkah Kerja
1. Siapkan Permukaan benda kerja:
- Ratakan semua sisi permukaan benda kerja menggunakan kikir, ampelas dan
batu hijau mengkilap
26
Gambar 4.11 Proses Meratakan Setiap Sisi Permukaan Benda
27
Gambar 4.12 Proses Pengujian Kekerasan
28
I. Untuk metode Brinell caranya sebagai berikut :
- Pilih indikator Diamond Brinell
- Set lampu ke Brinell
- Gunakan beban
- Ball Diameter 2,5
- Ball diameter 5
- Letakkan benda uji ke meja test ukuran diusahakan tipis
- Lakukan preload dengan memutar handle whell sampai garis set
- Main load diaplikasikan dengan memutar handle searah jarum jam
kemudian di tahan selama 15 detik
- Angkat main load dengan memutar handle arah CCW
- Turunkan benda uji dengan memutar handle wheel arah CCW
- Ukur panjang diagonal luka dengan microskop
- Rumus :
L=NxIxB
Ket : L = Panjang diagonal
N = Hasil pengurangan luka indikator
I = Konstanta perbesaran microskop 2,5x = 0,004
5x = 0,002 B = BILA ø
- L ketemu
- Lihat tabel brinell sesuai dengan beban yang digunakan
- Untuk lama penekanan tekan selama 15 detik
29
J. Data – data Pengamatan
Alat uji kekerasan : Universal Hardness Tester
Type : CV-700
Indentor : - Rockwell - Brinell
Pembesaran microskop : 5x = 0,002
200
150
100
50
0
1 2 3 4
30
Dari diagram batang diatas dapat disimpulkan bahwa suhu pemanasan
berbanding lurus dengan pendinginan tiba – tiba (quenching), artinya jika
suhu pemanasan semakin tinggi lalu proses quenching cepat maka tingkat
kekerasan suatu bahan (specimen) juga sangat keras berdasarkan dari
diagram batang diatas. Dari hasil pengamatan diatas dapat disimpulkan
bahwa pendinginan menggunakan media
1. Air : 210, 235 265 260, 260
2. Oli : 265
250
Diagram Batang Uji Kekerasan Brinell Tiap Benda
200
150
100
50
0
1 2 3 4
Dari diagram batang uji kekerasan Brinell dapat disimpulkan bahwa suatu
specimen di dapatkan nilai kekerasan suatu bahan (specimen) dipengaruhi
oleh suhu saat pemanasan dan juga media pendingunan (quenching). Dari
hasil pengujian diatas dapat di simpulkan bahwa pendinginan menggunakan
media :
1. Air : 215, 184, 202, 191, 198
2. Oli : 191
31
3. Angin : 174, 191, 187, 195, 198
250
200
150
100
50
0
1 Air 2 Oli Angin3 4
2. Oli :265
32
• Grafik Uji Kekerasan Brinell
Setelah mengetahui nilai kekerasan dari pengujian di atas maka dapat
dibuat sebuah diagram batang dan grafik dibawah::
250
GRAFIK KEKERASAN BRINELL TIAP BENDA
200
150
100
50
0
1 2 3 4
33
Gambar 4.19 Hasil Uji Kekerasan Rockwell dan Brinell
I. Kesimpulan
Proses pengujian kekerasan material menggunakan 2 metode yaitu
dengan menggunakan metode Rockwell dan metode Brinell. Indentor
yang digunakan pada setiap metode berbeda bentuknya dan juga lama
waktu penekanan berbeda juga, seperti metode Rockwell dengan lama
waktu penekanan yaitu 12 detik. Sedangkan metode Brinell dengan lama
waktu penekanan yaitu 15 detik.
J. Saran
Proses pengujian material sudah berjalan dengan lancar mungkin
untuk kedepannya supaya mesin uji kekerasannya bisa ditambah lagi
jumlahnya serta pengoptimalan pengujian agar dapat berjalan dengan
sedikit lebih cepat dan efisien.
34
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
5.2. Saran
Secara umum Praktikum Ilmu Logam (Uji Kekerasan) telah difasilitasi sebaik
dengan sebaik mungkin, terutama dengan adanya buku panduan praktikum serta
adanya pendampingan dari senior dan asisten lab.
1. Ada baiknya pihak aslab melakukan cek bahan bahan yang akan
digunakan untuk melakukan pemolesan
2. Kurangnya penjelasan yang diberi oleh aslab
3. Ada baiknya pihak aslab mendapingi pemantauan secara insentif
35
DAFTAR PUSAKA
36
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 153 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 606
N 606
I 0,002
L 4,84
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (606 - 0) × 0.002 × 4
= 4,84
37
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1838 N
Kekerasan 155 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 602
N 602
I 0,002
L 4,81
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (602 - 0) × 0.002 × 4
= 4,81
38
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 174 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 569
N 569
I 0,002
L 4,55
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (569 - 0) × 0.002 × 4
= 4,55
39
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 180 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 560
N 560
I 0,002
L 4,48
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (560 - 0) × 0.002 × 4
= 4,48
40
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 150 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 611
N 611
I 0,002
L 4,88
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (611 - 0) × 0.002 × 4
= 4,88
41
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 182 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 550
N 550
I 0,002
L 4,46
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (550 - 0) × 0.002 × 4
= 4,46
42
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 180 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 560
N 560
I 0,002
L 4,48
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (560 - 0) × 0.002 × 4
= 4,48
43
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 190 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 547
N 547
I 0,002
L 4,37
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (547 - 0) × 0.002 × 4
= 4,37
44
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 218 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 515
N 515
I 0,002
L 4,12
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (515 - 0) × 0.002 × 4
= 4,12
45
PRAKTIKUM METALRGI 2
GELOMBANG 3
Ket Brinell
Beban 1839 N
Kekerasan 218 HRB
Jarak Awal 0
Jarak Akhir 512
N 512
I 0,002
L 4,09
B 4
Rumus mencari L (Brinell)
L = N × I ×B
= (512 - 0) × 0.002 × 4
= 4,09
46
47
48