Anda di halaman 1dari 7

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Usaha/Ikhtiar

1. Pengertian ikhtiar

Ikhtiar secara bahasa artinya usaha dan pilihan. Sedangkan secara istilah, ikhtiar
adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Orang yang
berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya
dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses.1

Dan sebagai seorang muslim di wajibkan untuk senantiasa berikhtiar sekuat


tenaga dan kemampuanya. Setelah dia berikhtiar, maka dia harus menyerahkan segala
usahanya kepada Allah SWT. Hadis yang menerangkan tentang ikhtiar adalah

‫َح َّد َثَنا ُم وَس ى َح َّد َثَنا ُو َهْيٌب َح َّد َثَنا ِهَش اٌم َع ْن َأِبيِه َع ْن الُّز َبْيِر ْبِن اْلَع َّواِم َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل‬
‫َأَلْن َيْأُخَذ َأَح ُد ُك ْم َح ْبَلُه َفَيْأِتَي ِبُح ْز َم ِة اْلَح َطِب َع َلى َظْهِر ِه َفَيِبيَعَها َفَيُك َّف ُهَّللا ِبَها َو ْج َهُه َخْيٌر َلُه ِم ْن َأْن َيْس َأَل الَّن اَس َأْع َط ْو ه‬
‫َأْو َم َنُعوُه‬

“Telah menceritakan kepada kami Musa telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah
menceritakan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Az Zubair bin Al 'Awam
radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Demi Dzat yang
jiwaku berada di tanganNya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu
dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia
menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu lebih baik baginya daripada dia
meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu memberinya atau menolaknya". (HR.
Bukhari)

2. Penafsiran QS. Ali Imran : 142

         
   
Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad2 di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Dalam kitab tafsir al-Qurtubi, kata ‫ َأْم‬bermakna bal (bahkan). Ada juga yang
mengatakan bahwa huruf mim pada ‫ َأْم‬adalah tambahan. Jadi sebenarnya adalah ‫ َأَحِس ْبُتْم‬, dan
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cet. 1, 1998, (Jakarta: Balai Pustaka), hlm. 322
2
Jihad dapat berarti: 1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; 2.
memerangi hawa nafsu; 3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; 4. Memberantas
yang batil dan menegakkan yang hak.

~0~
maknanya adalah apakah kalian mengira wahai orang yang kalah dalam perang Uhud, bahwa
kalian akan masuk surga sebagaimana orang-orang yang terbunuh dan orang-orang yang
sabar terhadap pedihnya luka juga pembunuhan, tanpa kalian menjalani jalan mereka dan
sabar seperti kesabaran mereka? Tidak, hingga ‫‘ َيْع َلِم ُهللا اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا ِم ْنُك ْم‬Nyata bagi Allah orang-
orang yang berjihad di antaramu’, nyata lagi dapat disaksikan hingga pantas mendapat
balasan.
Makna ‫ َيْع َلِم ُهللا اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا َو َلَّم ا‬adalah ‘Dan kalian tidak berjihad maka Allah mengetahui
yang demikian itu dari kalian. Artinya, ‫ َلَّم ا‬bermakna lam (tidak). Sibawaih membedakan
antara lam dan lamma. Dia mengatakan bahwa lam yaf’al berarti nafaa fa’ala (menafikan
perbuatan yang telah diperbuat), sedangkan lamma yaf’al berarti nafaa qad fa’ala (menafikan
perbuatan yang sungguh telah diperbuat).3
Menurut Quraisy Syihab, kata (‫ )لما‬lammā digunakan oleh bahasa untuk menafikan
sesuatu pada masa lalu tetapi diharapkan wujudnya pada masa datang. Dengan demikian ayat
ini pada saat menafikan keberadaan orang-orang yang berjihad di masa lampau, pada saat itu
juga menetapkan bahwa mereka itu diharapkan ada atau wujud pada masa-masa akan datang. 4
Firman Allah SWT, ‫ الَّص اِبِر ْيَنَو َيْع َلَم‬dinashabkan dengan sebab ada an yang
disembunyikan. Ini diriwayatkan dari Khalil. Sementara Hasan bin Yahya bin Ya’mar
membaca wa ya’lamish shabiriin, dijazemkan, yakni dengan huruf mim berharakat kasrah,
sesuai dengan sebelumnya.
Ada juga yang membaca dengan rafa’, yakni dengan huruf mim berharakat dhammah,
karena kalimat terpisah. Artinya, wa huwa ya’lamu. Qiraat ini diriwayatkan oleh Abdul
Warits dari Abu Amr.
Az-Zujaj berkata, “Huruf waw pada ‫ الَّصاِبِر ْيَنَو َيْع َلَم‬bermakna hattaa. Maka maksud ayat,
‫“ َو َلَّم ا َيْع َلِم ُهللا اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا ِم ْنُك ْم َح َّتى َيْع َلَم َص ْبَر ُهْم‬Padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang
berjihad di antara kalian hingga Dia mengetahui kesabaran mereka.” Seperti yang telah
dipaparkan di atas.5
Menurut Quraisy Syihab, firman-Nya (‫ )ويعلم الصابرين‬wa ya’lamash shābiriin/dan
mengetahui orang-orang sabar. Huruf wau yang biasa diterjemahkan ‘dan’, oleh sebagian
ulama dipahami dalam arti ‘bersama’. Dengan demikian menjadi menyatu pengetahuan
tentang jihad bersama pengetahuan tentang kesabaran/ketabahan. Apakah kamu mengira akan
masuk ke surga padahal Allah belum mengetahui hakikat jihad kamu yang menyatu dengan
kesabaran kamu. Ini karena kesabaran adalah syarat keberhasilan jihad. Di sisi lain, jihad
dapat terjadi tanpa kesabaran, tetapi jika ia tidak disertai dengan kesabaran, maka jihad itu
akan gagal, sebagaimana yang terjadi pada Perang Uhud.6
Contoh-Contoh Ikhtiar

3
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, cet 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm. 549-550
4
Syihab, Quraisy. Tafsir al-Misbah, cet 1, Jakarta: Lentera Hati, 2000, hlm. 217
5
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, cet 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm. 549-550
6
Syihab, Quraisy. Tafsir al-Misbah, cet 1, Jakarta: Lentera Hati, 2000, hlm. 217

Pemahaman tentang Usaha/Ikhtiar


5
Contoh-contoh ihktiar yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari banyak sekali karena
allah memberi kebebasan untuk manusia berikhtiar dengan syarat tidak melanggar syariat
allah swt, contoh ikhtiar seperti belajar dengan tekun agar mendapat nilai yang baik, seorang
ayah bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarganya, dan lain sebagainya.
Manfaat Ikhtiar
Seorang muslim yang senantiasa berikhtiar akan memiliki dampak positif, di
antaranya sebagai berikut :

1. Merasakan kepuasan bathin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan
kemampuanya yang di miliki.

2. Terhormat di hadapan Allah dan sesama manusia.

3. Dapat berhemat karena merasakan susahnya bekerja.

4. Tidak mudah berputus asa.

5. Menghargai jerih payahnya dan jerih payah orang lain.

6. Tidak menggantungkan orang lain dalam hidupnya.

7. Menyelamatkan akidahnya, karena tidak ( bebas ) bertawakal kepada makhluk.

Sebagaimana Q.S. al- Mulk (67): 1-2 yang berbunyi sebagai berikut:

            
         
Artinya “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun”

B. Tugas Manusia Sebagai Khalifah

Sebagaimana dalam Q.S. al-Baqarah (2): 30


            
           
     
Artinya “ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada Para Malaikat: "Sesungguhnya
aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." mereka berkata: "Mengapa Engkau

Pemahaman tentang Usaha/Ikhtiar


5
hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan
menumpahkan darah, Padahal Kami Senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan
mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui."

Ayat diatas dimulai dengan penyampaian akan Khalifah dan kepemimpinan manusia
dan menjelaskan kedudukan spiritual manusia yang berhak mendapatkan semua kenikmatan
yang tersedia.
Dari ayat 30-39 di ceritakan tentang Nabi Adam, dan itu dapat kita lihat dari tiga
sudut permasalahannya yaitu :
1. Berita dari Allah kepada para malaikat tentang kekhalifahan manusia di bumi dan
dialog antara Allah dan malaikat.
2. Allah meminta kepada malaikat untuk menghormati manusia petama (Adam).
Permintaan ini tentu saja kita dapati di dalam banyak ayat al-Qur’an.
3. Penjelasan tentang kedaan Adam dan kehidupannya di surga serta peristiwa yang
menyebabkan Adam keluar darinya, kemudian tentang taubat Adam dan kehidupan
bersama keturunannya.
Ayat-ayat di atas berbicara tentang tahapan awal, yaitu ketika Allah hendak
menciptakan manusia di muka bumi ini, yang akan menjadi khalifah-Nya (wakil-Nya) dan
yang akan membawa cahaya sifat-sifatnya. Kedudukan manusia lebih tinggi dari pada para
malaikat. Juga, Allah berkehendak menjadikan segala yang di muka bumi di bawah
kekuasaannya.7
Manusia membutuhkan akal, perasaan, pengetahuan, dan otoritas tertentu sehingga
mampu memimpin makhluk-makhluk bumi lainnya.
‫َخ َفۖٗة‬ ‫َٰٓل‬
‫ل ِفي ٱَأۡلۡر ِض ِلي‬ٞ ‫ َو ِإۡذ َقاَل َر ُّبَك ِلۡل َم ِئَك ِة ِإِّني َج اِع‬arti khalifah dalam firman-Nya, adalah wakil
dari yang lain. Siapakah yang lain itu? Para mufassir berbeda pandangan.

C. Perintah Untuk Berusaha/ Ikhtiar Sesuai Kemampuan

Q.S. al-Kahfi (18): 110

7
Syaikh Nashir Makarim Syiraji, Tafsir Al-Amstal, (Jakarta: PT. Gerbang Ilmu, 1992). h. 132

Pemahaman tentang Usaha/Ikhtiar


5
            
          
 
Artinya “ Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang
diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa".
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan
amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada
Tuhannya".

Dalam Q.S. at Taubah (9): 105 menjelaskan :


         
       
Artinya “dan Katakanlah: "Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada
(Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakan-Nya kepada
kamu apa yang telah kamu kerjakan.”

D. Ikhtiar Manusia Menentukan Nasibnya


Sebagaimana Q.S. al- Ra’d (13): 11 telah membahasnya :
            
            
            
Artinya “bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di
muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. 8 Sesungguhnya
Allah tidak merobah Keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merobah keadaan 9 yang
ada pada diri mereka sendiri. dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap
8
Bagi tiap-tiap manusia ada beberapa Malaikat yang tetap menjaganya secara bergiliran dan ada pula
beberapa Malaikat yang mencatat amalan-amalannya. dan yang dikehendaki dalam ayat ini ialah Malaikat yang
menjaga secara bergiliran itu, disebut Malaikat Hafazhah.

9
Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.

Pemahaman tentang Usaha/Ikhtiar


5
sesuatu kaum, Maka tak ada yang dapat menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung
bagi mereka selain Dia.”

Q.S. an Najm (53): 39-41 telah menerangkannya sebagai berikut :


             
  
Artinya “dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah
diusahakannya, dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya), kemudian
akan diberi Balasan kepadanya dengan Balasan yang paling sempurna.”
Ayat-ayat diatas menjelaskan bahwa, seseorang tidak akan memikul dosa dan
mudharat yang dilakuakan orang lain, serta ia pun tidak akan mendapatkan manfaat dari
amalan baik orang lain, karena ayat diatas memberi keterangan bahwa, seorang manusia
tidak memiliki apa selain yang telah di usahakannya. Dan bahwa usahanya yang baik
ataupun yang buruk tidak akan dilenyapkan Allah, tetapi kelak akan dilihat dan diperlihatkan
kepadanya, sehingga ia akan berbangga dengan amal baiknya dan ingin menjauh dari amal
buruknya. Kemudian akan diberi balasannya yakni amal itu dengan balasan yang sempurna.
Kalau yang baik dilipatgandakan Allah, namun kalau buruk tidak dimaafkan Allah maka
dibalas sempurna kesetimpalannya, dan disamping itu termaktub juga disana bahwa kepada
Tuhanmulah saja tidak kepada selain-Nya kesudahan dan awal segala sesuatu.10

Sebagaimana terdapat dalam Q.S. al Ahqaf (46): 19


          
Artinya “dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah mereka kerjakan
dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan) pekerjaan-pekerjaan mereka sedang
mereka tiada dirugikan.”

E. Iman dan Kaitannya dengan Usaha/Ikhtiar


Sebagaimana dalam Q.S. Ali Imran (3): 116
            
       

10
433-434

Pemahaman tentang Usaha/Ikhtiar


5
Artinya “Sesungguhnya orang-orang yang kafir baik harta mereka maupun anak-
anak mereka, sekali-kali tidak dapat menolak azab Allah dari mereka sedikitpun. dan mereka
adalah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.

Pemahaman tentang Usaha/Ikhtiar


5

Anda mungkin juga menyukai