Tafsir Aqidah
Tafsir Aqidah
PEMBAHASAN
A. Pengertian Usaha/Ikhtiar
1. Pengertian ikhtiar
Ikhtiar secara bahasa artinya usaha dan pilihan. Sedangkan secara istilah, ikhtiar
adalah usaha seorang hamba untuk memperoleh apa yang dikehendakinya. Orang yang
berikhtiar berarti dia memilih suatu pekerjaan kemudian dia melakukan pekerjaannya
dengan sungguh-sungguh agar dapat berhasil dan sukses.1
َح َّد َثَنا ُم وَس ى َح َّد َثَنا ُو َهْيٌب َح َّد َثَنا ِهَش اٌم َع ْن َأِبيِه َع ْن الُّز َبْيِر ْبِن اْلَع َّواِم َرِض َي ُهَّللا َع ْنُه َع ْن الَّنِبِّي َص َّلى ُهَّللا َع َلْيِه َو َس َّلَم َقاَل
َأَلْن َيْأُخَذ َأَح ُد ُك ْم َح ْبَلُه َفَيْأِتَي ِبُح ْز َم ِة اْلَح َطِب َع َلى َظْهِر ِه َفَيِبيَعَها َفَيُك َّف ُهَّللا ِبَها َو ْج َهُه َخْيٌر َلُه ِم ْن َأْن َيْس َأَل الَّن اَس َأْع َط ْو ه
َأْو َم َنُعوُه
“Telah menceritakan kepada kami Musa telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah
menceritakan kepada kami Hisyam dari bapaknya dari Az Zubair bin Al 'Awam
radliallahu 'anhu dari Nabi Shallallahu'alaihiwasallam bersabda: "Demi Dzat yang
jiwaku berada di tanganNya, sungguh seorang dari kalian yang mengambil talinya lalu
dia mencari seikat kayu bakar dan dibawa dengan punggungnya kemudian dia
menjualnya lalu Allah mencukupkannya dengan kayu itu lebih baik baginya daripada dia
meminta-minta kepada manusia, baik manusia itu memberinya atau menolaknya". (HR.
Bukhari)
Artinya: Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, Padahal belum nyata bagi
Allah orang-orang yang berjihad2 di antaramu dan belum nyata orang-orang yang sabar.
Dalam kitab tafsir al-Qurtubi, kata َأْمbermakna bal (bahkan). Ada juga yang
mengatakan bahwa huruf mim pada َأْمadalah tambahan. Jadi sebenarnya adalah َأَحِس ْبُتْم, dan
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
cet. 1, 1998, (Jakarta: Balai Pustaka), hlm. 322
2
Jihad dapat berarti: 1. berperang untuk menegakkan Islam dan melindungi orang-orang Islam; 2.
memerangi hawa nafsu; 3. mendermakan harta benda untuk kebaikan Islam dan umat Islam; 4. Memberantas
yang batil dan menegakkan yang hak.
~0~
maknanya adalah apakah kalian mengira wahai orang yang kalah dalam perang Uhud, bahwa
kalian akan masuk surga sebagaimana orang-orang yang terbunuh dan orang-orang yang
sabar terhadap pedihnya luka juga pembunuhan, tanpa kalian menjalani jalan mereka dan
sabar seperti kesabaran mereka? Tidak, hingga ‘ َيْع َلِم ُهللا اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا ِم ْنُك ْمNyata bagi Allah orang-
orang yang berjihad di antaramu’, nyata lagi dapat disaksikan hingga pantas mendapat
balasan.
Makna َيْع َلِم ُهللا اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا َو َلَّم اadalah ‘Dan kalian tidak berjihad maka Allah mengetahui
yang demikian itu dari kalian. Artinya, َلَّم اbermakna lam (tidak). Sibawaih membedakan
antara lam dan lamma. Dia mengatakan bahwa lam yaf’al berarti nafaa fa’ala (menafikan
perbuatan yang telah diperbuat), sedangkan lamma yaf’al berarti nafaa qad fa’ala (menafikan
perbuatan yang sungguh telah diperbuat).3
Menurut Quraisy Syihab, kata ( )لماlammā digunakan oleh bahasa untuk menafikan
sesuatu pada masa lalu tetapi diharapkan wujudnya pada masa datang. Dengan demikian ayat
ini pada saat menafikan keberadaan orang-orang yang berjihad di masa lampau, pada saat itu
juga menetapkan bahwa mereka itu diharapkan ada atau wujud pada masa-masa akan datang. 4
Firman Allah SWT, الَّص اِبِر ْيَنَو َيْع َلَمdinashabkan dengan sebab ada an yang
disembunyikan. Ini diriwayatkan dari Khalil. Sementara Hasan bin Yahya bin Ya’mar
membaca wa ya’lamish shabiriin, dijazemkan, yakni dengan huruf mim berharakat kasrah,
sesuai dengan sebelumnya.
Ada juga yang membaca dengan rafa’, yakni dengan huruf mim berharakat dhammah,
karena kalimat terpisah. Artinya, wa huwa ya’lamu. Qiraat ini diriwayatkan oleh Abdul
Warits dari Abu Amr.
Az-Zujaj berkata, “Huruf waw pada الَّصاِبِر ْيَنَو َيْع َلَمbermakna hattaa. Maka maksud ayat,
“ َو َلَّم ا َيْع َلِم ُهللا اَّلِذ ْيَن َج اَهُد ْو ا ِم ْنُك ْم َح َّتى َيْع َلَم َص ْبَر ُهْمPadahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang
berjihad di antara kalian hingga Dia mengetahui kesabaran mereka.” Seperti yang telah
dipaparkan di atas.5
Menurut Quraisy Syihab, firman-Nya ( )ويعلم الصابرينwa ya’lamash shābiriin/dan
mengetahui orang-orang sabar. Huruf wau yang biasa diterjemahkan ‘dan’, oleh sebagian
ulama dipahami dalam arti ‘bersama’. Dengan demikian menjadi menyatu pengetahuan
tentang jihad bersama pengetahuan tentang kesabaran/ketabahan. Apakah kamu mengira akan
masuk ke surga padahal Allah belum mengetahui hakikat jihad kamu yang menyatu dengan
kesabaran kamu. Ini karena kesabaran adalah syarat keberhasilan jihad. Di sisi lain, jihad
dapat terjadi tanpa kesabaran, tetapi jika ia tidak disertai dengan kesabaran, maka jihad itu
akan gagal, sebagaimana yang terjadi pada Perang Uhud.6
Contoh-Contoh Ikhtiar
3
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, cet 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm. 549-550
4
Syihab, Quraisy. Tafsir al-Misbah, cet 1, Jakarta: Lentera Hati, 2000, hlm. 217
5
Syaikh Imam al-Qurthubi, Tafsir al-Qurthubi, cet 1, Jakarta: Pustaka Azzam, 2008, hlm. 549-550
6
Syihab, Quraisy. Tafsir al-Misbah, cet 1, Jakarta: Lentera Hati, 2000, hlm. 217
1. Merasakan kepuasan bathin, karena telah berusaha dengan sekuat tenaga dan
kemampuanya yang di miliki.
Sebagaimana Q.S. al- Mulk (67): 1-2 yang berbunyi sebagai berikut:
Artinya “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia
Maha Kuasa atas segala sesuatu, yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha
Perkasa lagi Maha Pengampun”
Ayat diatas dimulai dengan penyampaian akan Khalifah dan kepemimpinan manusia
dan menjelaskan kedudukan spiritual manusia yang berhak mendapatkan semua kenikmatan
yang tersedia.
Dari ayat 30-39 di ceritakan tentang Nabi Adam, dan itu dapat kita lihat dari tiga
sudut permasalahannya yaitu :
1. Berita dari Allah kepada para malaikat tentang kekhalifahan manusia di bumi dan
dialog antara Allah dan malaikat.
2. Allah meminta kepada malaikat untuk menghormati manusia petama (Adam).
Permintaan ini tentu saja kita dapati di dalam banyak ayat al-Qur’an.
3. Penjelasan tentang kedaan Adam dan kehidupannya di surga serta peristiwa yang
menyebabkan Adam keluar darinya, kemudian tentang taubat Adam dan kehidupan
bersama keturunannya.
Ayat-ayat di atas berbicara tentang tahapan awal, yaitu ketika Allah hendak
menciptakan manusia di muka bumi ini, yang akan menjadi khalifah-Nya (wakil-Nya) dan
yang akan membawa cahaya sifat-sifatnya. Kedudukan manusia lebih tinggi dari pada para
malaikat. Juga, Allah berkehendak menjadikan segala yang di muka bumi di bawah
kekuasaannya.7
Manusia membutuhkan akal, perasaan, pengetahuan, dan otoritas tertentu sehingga
mampu memimpin makhluk-makhluk bumi lainnya.
َخ َفۖٗة َٰٓل
ل ِفي ٱَأۡلۡر ِض ِليٞ َو ِإۡذ َقاَل َر ُّبَك ِلۡل َم ِئَك ِة ِإِّني َج اِعarti khalifah dalam firman-Nya, adalah wakil
dari yang lain. Siapakah yang lain itu? Para mufassir berbeda pandangan.
7
Syaikh Nashir Makarim Syiraji, Tafsir Al-Amstal, (Jakarta: PT. Gerbang Ilmu, 1992). h. 132
9
Tuhan tidak akan merobah Keadaan mereka, selama mereka tidak merobah sebab-sebab kemunduran
mereka.
10
433-434