Anda di halaman 1dari 4

Nama : Fransta Hendy Paito

NIM : 2005103006
Prodi : Teknik Industri

JAWABAN UAS
1. Ergonomi lingkungan (atau ergonomi lingkungan kerja) adalah bidang studi yang
berfokus pada desain, pengembangan, dan pengelolaan lingkungan kerja yang memperhatikan
kesejahteraan, kenyamanan, dan efisiensi para pekerja. Di sisi lain, konsep green manufacturing
(manufaktur hijau) adalah pendekatan dalam industri yang bertujuan untuk mengurangi
dampak negatif terhadap lingkungan melalui penggunaan bahan baku yang ramah lingkungan,
efisiensi energi, pengurangan limbah, dan lainnya.
Penggabungan keilmuan ergonomi lingkungan dengan konsep green manufacturing
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya memperhatikan kesejahteraan
pekerja, tetapi juga meminimalkan dampak negatif terhadap lingkungan. Beberapa cara
integrasi ergonomi lingkungan dengan konsep green manufacturing antara lain:

a. Desain yang Ramah Lingkungan: Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam desain


produk, fasilitas, dan peralatan kerja untuk meminimalkan konsumsi energi,
penggunaan bahan kimia berbahaya, dan limbah produksi.
b. Penggunaan Bahan Baku yang Berkelanjutan: Memilih bahan baku yang dapat
didaur ulang, ramah lingkungan, dan memiliki jejak karbon rendah untuk
memproduksi barang-barang dengan dampak lingkungan yang lebih kecil.
c. Ergonomi dalam Proses Produksi: Mengintegrasikan prinsip-prinsip ergonomi dalam
proses produksi untuk meningkatkan efisiensi, mengurangi kelelahan kerja, dan
mengurangi risiko cedera bagi pekerja.
d. Pengelolaan Limbah: Menerapkan sistem pengelolaan limbah yang efektif untuk
mengurangi limbah produksi dan meminimalkan dampak negatifnya terhadap
lingkungan.
e. Pendidikan dan Pelatihan: Melakukan pelatihan kepada pekerja mengenai praktik-
praktik kerja yang aman, ergonomis, dan ramah lingkungan untuk meningkatkan
kesadaran dan partisipasi dalam menjaga lingkungan kerja yang sehat dan
berkelanjutan.
Kombinasi antara ergonomi lingkungan dengan konsep green manufacturing
menekankan pentingnya memperhatikan baik kesejahteraan manusia maupun keberlanjutan
lingkungan dalam konteks industri. Dengan pendekatan ini, diharapkan dapat tercipta lingkungan
kerja yang lebih sehat, produktif, dan berdampak minim pada lingkungan.

2. Ergonomi, baik dalam skala mikro (fokus pada individu) maupun makro (fokus pada
sistem atau populasi), berhubungan dengan perancangan tempat kerja yang memperhatikan
kesehatan, kenyamanan, dan efisiensi pekerja. Sementara itu, konsep lean manufacturing adalah
pendekatan operasional yang bertujuan untuk menghilangkan pemborosan dalam proses
produksi guna meningkatkan efisiensi, kualitas, dan respons terhadap permintaan pelanggan.
Integrasi ergonomi baik dalam skala mikro maupun makro dengan konsep lean
manufacturing dapat menghasilkan peningkatan produktivitas dan kesejahteraan pekerja
sambil meminimalkan pemborosan. Berikut adalah cara integrasi tersebut dapat dilakukan:

a. Ergonomi Mikro dalam Lean Manufacturing:


- Desain tempat kerja yang ergonomis untuk meningkatkan efisiensi dan
kenyamanan individu di pos kerja.
- Penggunaan alat, peralatan, dan perangkat kerja yang sesuai dengan prinsip-
prinsip ergonomi untuk mengurangi kelelahan, cedera, dan stres kerja.
- Pelatihan pekerja tentang praktik kerja yang ergonomis untuk mencegah cedera,
meningkatkan efisiensi, dan meningkatkan kenyamanan.
b. Ergonomi Makro dalam Lean Manufacturing:
- Analisis sistem kerja secara menyeluruh untuk mengidentifikasi area
pemborosan, baik dalam hal waktu, tenaga kerja, atau sumber daya lainnya.
- Merancang ulang aliran kerja atau sistem produksi secara keseluruhan dengan
mempertimbangkan prinsip-prinsip ergonomi agar proses menjadi lebih efisien,
minim pemborosan, dan aman bagi pekerja.
- Penerapan strategi ergonomi pada tingkat sistem untuk mengoptimalkan
proses produksi, distribusi, dan pengelolaan barang.

Ketika ergonomi dipadukan dengan lean manufacturing, tujuan utamanya adalah


menciptakan lingkungan kerja yang tidak hanya efisien dalam penggunaan sumber daya tetapi
juga aman dan nyaman bagi pekerja. Integrasi ini memungkinkan adopsi prinsip-prinsip
ergonomi baik pada level individual maupun pada level sistem secara keseluruhan, yang pada
akhirnya dapat meningkatkan kinerja keseluruhan perusahaan.

3. Ergonomi industri berkaitan dengan perancangan tempat kerja, peralatan, dan sistem kerja
agar sesuai dengan kebutuhan pekerja, dengan fokus pada kenyamanan, keselamatan, dan
efisiensi. Sementara itu, konsep agile manufacturing adalah pendekatan produksi yang
fleksibel, responsif, dan adaptif terhadap perubahan permintaan pasar dan kondisi bisnis.
Integrasi antara keilmuan ergonomi industri dengan konsep agile manufacturing
bertujuan untuk menciptakan lingkungan kerja yang mendukung kecepatan adaptasi
terhadap perubahan permintaan pasar, sambil memperhatikan kesejahteraan dan
produktivitas pekerja. Berikut adalah beberapa cara integrasi ergonomi industri dengan
konsep agile manufacturing dapat dilakukan:

a. Desain Fleksibel dan Modular: Menerapkan prinsip-prinsip ergonomi dalam


merancang sistem produksi yang modular dan mudah diubah sesuai kebutuhan. Hal
ini memungkinkan perubahan cepat dalam layout, peralatan, atau proses produksi
tanpa mengorbankan kenyamanan atau keselamatan pekerja.
b. Pelatihan dan Penyesuaian Pekerjaan: Memberikan pelatihan kepada pekerja
tentang cara menyesuaikan diri dengan perubahan cepat dalam proses produksi
atau tugas yang diberikan. Hal ini akan membantu mereka untuk tetap produktif dan
aman saat terjadi perubahan mendadak dalam lingkungan kerja.
c. Penggunaan Teknologi yang Mendukung: Mengintegrasikan teknologi canggih dan
sistem informasi yang memungkinkan pengumpulan data real-time untuk memantau
kinerja pekerja, ergonomi, dan efisiensi sistem secara keseluruhan. Data ini dapat
digunakan untuk membuat penyesuaian yang diperlukan dengan cepat.
d. Kolaborasi Tim yang Fleksibel: Membentuk tim kerja yang dapat berkolaborasi
dengan baik, memiliki fleksibilitas, dan dapat beradaptasi dengan cepat terhadap
perubahan dalam tugas atau prioritas produksi.
e. Evaluasi dan Peningkatan Berkelanjutan: Melakukan evaluasi secara berkala
terhadap aspek-aspek ergonomi dalam lingkungan kerja serta proses produksi, dan
menerapkan perbaikan berkelanjutan berdasarkan umpan balik pekerja untuk
memastikan kesejahteraan mereka terjaga sambil tetap responsif terhadap
perubahan.

Integrasi ergonomi industri dengan konsep agile manufacturing bertujuan untuk


menciptakan lingkungan kerja yang adaptif, efisien, dan aman bagi pekerja. Dengan
memperhatikan kebutuhan ergonomi, perusahaan dapat meningkatkan kemampuannya
untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dengan lebih cepat dan responsif sambil
menjaga kesejahteraan dan produktivitas pekerja.

4. ISO 14000 adalah serangkaian standar internasional yang berkaitan dengan manajemen
lingkungan. Seri standar ini dikembangkan oleh International Organization for
Standardization (ISO) dan mencakup berbagai aspek manajemen lingkungan, termasuk
kebijakan lingkungan, perencanaan, implementasi, pengukuran kinerja, dan peningkatan
berkelanjutan.
Ergonomi, di sisi lain, adalah bidang ilmu yang berkaitan dengan perancangan tempat
kerja, peralatan, dan sistem kerja agar sesuai dengan kebutuhan fisik, kognitif, dan
emosional pekerja. Ergonomi berfokus pada kesehatan, keselamatan, kenyamanan, dan
produktivitas pekerja.
Meskipun ISO 14000 tidak secara langsung berkaitan dengan ergonomi, ada potensi
untuk integrasi antara prinsip-prinsip ergonomi dengan standar ISO 14000 dalam konteks
manajemen lingkungan yang berkelanjutan. Beberapa cara integrasi ini dapat terjadi adalah:

a. Kesejahteraan Pekerja: Ergonomi memperhatikan kesehatan dan kenyamanan


pekerja. Integrasi ini dapat memperkuat komitmen organisasi terhadap
kesejahteraan pekerja, yang dapat menjadi bagian dari strategi pengelolaan sumber
daya manusia dalam ISO 14000.
b. Pengurangan Dampak Lingkungan: Desain tempat kerja ergonomis juga dapat
berkontribusi pada pengurangan dampak lingkungan, seperti penggunaan energi
yang lebih efisien, pengurangan limbah, atau penggunaan bahan-bahan ramah
lingkungan dalam peralatan kerja.
c. Peningkatan Kinerja Berkelanjutan: Integrasi ergonomi dengan standar ISO 14000
dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih produktif, sehat, dan aman, yang
pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja keseluruhan organisasi dalam aspek
lingkungan dan sosial.
d. Perancangan Sistem Kerja yang Berkelanjutan: Prinsip-prinsip ergonomi dapat
diterapkan dalam perancangan sistem kerja yang mendukung pencapaian tujuan
lingkungan dalam standar ISO 14000, seperti perancangan proses yang lebih efisien,
pemilihan teknologi yang ramah lingkungan, atau pemakaian sumber daya yang
lebih hemat.
Integrasi ergonomi dengan standar ISO 14000 dapat membantu organisasi untuk
mencapai tujuan-tujuan lingkungan secara lebih holistik, dengan memperhatikan
kesejahteraan pekerja sebagai bagian dari strategi manajemen yang berkelanjutan.
Sementara ISO 14000 tidak secara langsung berkaitan dengan ergonomi, namun ada potensi
untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip ergonomi ke dalam praktik-praktik manajemen
lingkungan yang berkelanjutan.

Anda mungkin juga menyukai