Anda di halaman 1dari 26

PERANCANGAN SISTEM KERJA

PERANCANGAN SISTEM KERJA : SUATU GAMBARAN KESELURUHAN

I. PENDAHULUAN

Penelitian kerja – dikenal dengan istilah Method Engineering, Work Study, Job Design adalah
suatu aktivitas yang ditujukan untuk mempelajari prinsip-prinsip dan teknik-teknik guna
mendapatkan rancangan sistem kerja yang terbaik. Tatanan sistem kerja yang efektif, nyaman,
aman, sehat dan efisien (ENASE), sehingga dicapai tingkat efektivitas dan efisiensi kerja yang
tinggi = produktivitas

Sistem Kerja adalah suatu kesatuan yang terdiri dari manusia, bahan, mesin, peralatan dan
lingkungan. Keberadaan hal-hal tersebut dalam suatu sistem adalah karena adanya suatu misi
tertentu yang harus dijalankan .
Aktivitas penelitian kerja, meneliti tiga hal, yaitu :

 Siapa (who) yang akan melaksanakan kegiatan/kerja tersebut ?, sudahkah pekerja yang
melaksanakan kegiatan ini dipilih sesuai dengan persyaratan (job requirement) yang ada
?
 Bagaimana (how) kegiatan tersebut akan diselesaikan ? Adakah metode kerja yang
diterapkan sudah dirancang dengan sebaik-baiknya ?
 Dimana (where) kegiatan tersebut diselenggarakan ? apakah lingkungan dan tempat
kerja sudah dirancang secara layak ?

II. RUANG LINGKUP PERANCANGAN SISTEM KERJA

Ruang lingkup penelitian kerja dapat dibagi ke dalam dua pokok yaitu Penelitian Metode Kerja
dan Pengukuran Kerja. Disini Pengaturan Proses Kerja berisi prinsip-prinsip pengaturan
komponen-komponen sistem kerja untuk mendapatkan sistem kerja yang terbaik  Komponen-
komponen sistem kerja diatur secara bersama-sama berada dalam suatu komposisi yang baik
yaitu yang dapat memberikan efisiensi dan produktivitas tinggi. Dalam setiap rancangan yang
telah diperoleh masih akan terus disempurnakan maka yang terjadi adalah menindaklanjuti
ungkapan “There is no best way, but there is always a better way” Pengetahuan yang
diperlukan untuk pengaturan terhadap pekerja, bahan, peralatan dan lingkungan dipelajari apa
yang disebut ilmu ERGONOMI (human engineering), studi gerakan kerja (motion study) dan
ekonomi gerakan (motion economy)

Ada empat kriteria yang dipandang sebagai pengukur yang baik yaitu waktu, tenaga, psikologi
dan sosiologi

III. SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENELITIAN KERJA

Aktivitas Penelitian Kerja, yang terdiri dari penelitian metode atau gerakan kerja (motion study)
dan pengukuran waktu (time study/work measurement) tidak dapat terlepas dari dua nama yaitu
Frederick Winslow Taylor dan Frank B.Gilberth.

Frederick Winslow Taylor (1856-1915)


Seorang sarjana mesin yang banyak menaruh perhatian dalam persoalan efisiensi kerja. .Pada
saat bekerja Midvale Steel Company, banyak cara-cara kerja yang dilakukan sama sekali tidak
efisien. Hal-hal yang diperbaiki :
  Ukuran Sekop, Ukuran sekop 21,5 lb lah yang optimal
  Persyaratan normal pekerja
  Ukuran kemampuan pekerja/hari
  Upah insentip
  Lamanya bekerja & lamanya istirahat
  Pengembangan bentuk/struktur organisasi fungsional dimana diusulkan dibagi dalam
spesialisasi-spesialisasi tugas.
  Instruksi dan penggunaan kartu-kartu kerja guna memberikan instruksi kerja kepada para
pekerja
Yang optimal menurut Taylor tidak dapat diperoleh begitu saja, tetapi harus ilmiah. Karenanya
Taylor disebut sebagai “The Father of Scientific Management” atau “The father Industrial
Engineering”

Frank Banker Gilberth (1868-1924)


Giberth seorang sarjana sipil bersama istrinya Lilian Moller Gilberth seorang psikolog,
menganalisis gerakan kerja dan memperbaikinya (Motion Study). Membagi gerakan-gerakan
kerja menjadi elemen-elemen gerakan dasar, yang dikembangkan Gilberth berjumlah 17 buah
yang disebut dengan Therblig. Istrinya memberi perhatian pada segi-segi psikologis yang
berhubungan dengan gerakan-gerakan kerja dan perbaikannya. Pengembangkan serangkaian
perancangan sistem kerja yang dikenal sebagai Ekonomi Gerakan. Prinsip-prinsip ini
dimaksudkan untuk mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga
memudahkan dan menyamakan gerakan-gerakan kerja untuk menghindarkan atau
melambatkan datangnya kelelahan

IV. KEGUNAAN PENEITIAN KERJA

         Penurunan Ongkos Produksi


Setelah Taylor menerapkan cara-caranya selama 3,5 tahun ongkos angkut per ton bijih besi
menurun dari 7 sampai 8 sen menjadi 3 sampai 4 sen. Gilberth dengan studinya berhasil
meningkatkan produktivitas penyusunan batubata dari 120 buah perjam menjadi 350 buah/jam
.

Dalam melakukkan penjadwalan diperlukan pengetahuan berapa lamanya berbagai kegiatan


diselesaikan. Begitu pula dengan pembebanan, baik bagi tenaga kerja maupun bagi mesin,
semuanya ditujukan untuk mendapatkan keadaan yang optimal yaitu memberi keuntungan
sebesar-besarnya ditengah batasan-batasan yang ada.

         Waktu baku untuk Sistem Upah Insentip

Diantara pendapat yang dikemukkan Taylor ialah memberikan upah tambahan kepada pekerja
yang berhasil memproduksi lebih banyak dari jumlah baku. Jadi bila berdasarkan penelitian
seorang pekerja harus menghasilkan minimal 20 satuan barang, maka kepada yang
menghasilkan lebih dari 20 akan diberi imbalan sebanding dengan kelebihan hasilnya
           
Teknik Industri adalah suatu disiplin ilmu yang mempelajari tentang perancangan,

perbaikan dan instalasi sebuah sistem terintegrasi yang terdiri dari manusia (untuk

manusia biasanya berhubungan erat dengan ergonomi, , mesin, metode, alat, bahan,

informasi, dan energi. Disiplin ilmu ini ditunjang oleh pengetahuan matematika, fisika,

ilmu social, dan prinsip-prinsip metode analisis perancangan dan dan desain untuk

membangun dan memperbaiki sistem.

Teknik industri terintegrasi dalam 4 sistem yaitu manusia, material, peralatan dan
energi.[5] Hal ini menunjukkan semua sistem yang harus memproduksi atau
meningkatkan nilai tambah, baik berupa barang maupun jasa. [5] Oleh karena itu,
seorang teknik industri mempunyai peranan yang sangat penting dalam mengolah 4
sistem tersebut.[5] Peran-peran seorang teknik industri adalah: [5]

 Merancang

Merancang menunjukkan kemampuan kreatif mengkombinasikan pengetahuan yang


telah dimiliki ke dalam sebuah rancangan sistem. Sistem ini dapat berupa pula
merancangan sistem solusi, yaitu rancangan solusi yang multidisiplin, multiapproach
dan multidimensi. Itulah sebabnya banyak lulusan teknik industri yang bekerja pada
bidang konsultasi.

 Meningkatkan
Meningkatkan dapat diartikan sebagai manajemen. Pakar manajemen mengatakan
bahwa terdapat perbedaan antara administrasi dan manajemen. Administrasi
berorientasi untuk mengerjakan hal yang sama terus menerus secara tepat dan teratur,
sedangkan manajemen bermakna ada peningkatan yang harus dilakukan. Berdasarkan
definisi ini tentunya manajemen menunjukkan kemampuan untuk melakukan
pemecahan masalah, karena inti dari peningkatan adalah kemampuan memecahkan
masalah. Sistem ini mencakup kemampuan analisa, kemampuan manajemen proyek,
berpikir secara sistematis, sehingga berguna dalam memecahkan masalah.

 Menginstalasi

Menginstalasi menunjukkan kemampuan untuk melakukan pendefinisian langkah-


langkah yang dibutuhkan untuk melakukan instalasi terhadap rancangan sistem.
Menginstalasi memaksa seorang teknik industri untuk berpikir jauh kedepan dalam
merancang dan meningkatkan sistem. Dalam 7 kebiasaan manusia efektif, konsep ini
dikenal sebagai mulailah dari hasil akhir yang diinginkan (Begin With the End in Mind).
Konsep ini merupakan perancangan yang sudah memasukkan unsur kemudahan
pemeliharaan, pembuatan, bahkan pengontrolan kualitas sehingga produk dapat lebih
cepat diterima oleh pasar dalam kualitas optimal.

Bidang keahlian
Pada dasarnya, ilmu Teknik Industri dapat dibagi ke dalam tiga bidang keahlian, yaitu
Sistem Manufaktur, Manajemen Industri, dan Sistem Industri dan Tekno Ekonomi.[6]

1. Sistem Manufaktur adalah sebuah sistem yang memanfaatkan pendekatan


teknik industri untuk peningkatan kualitas, produktivitas, dan efisiensi sistem
integral yang terdiri dari manusia, mesin, material, energi, dan informasi melalui
proses perancangan, perencanaan, pengoperasian, pengendalian,
pemeliharaan, dan perbaikan dengan menjaga keselarasan aspek manusia dan
lingkungan kerjanya. Jenis bidang keilmuan yang dipelajari dalam sistem
manufaktur sini antara lain adalah sistem produksi, perencanaan dan
pengendalian produksi, pemodelan sistem, perancangan tata letak pabrik, dan
ergonomi.
2. Manajemen Industri adalah bidang keahlian yang memanfaatkan pendekatan
teknik industri untuk penciptaan dan peningkatan nilai sistem usaha melalui
fungsi dan proses manajemen dengan bertumpu pada keunggulan sumber daya
manusia dalam menghadapi lingkungan usaha yang dinamis. Jenis bidang
keilmuan yang dipelajari dalam manajemen industri antara lain adalah
manajemen keuangan, manajemen kualitas, manajemen inovasi, manajemen
sumber daya manusia, manajemen pemasaran, manajemen keputusan dan
ekonomi teknik.
3. Sistem industri dan teknok ekonomi adalah bidang keahlian yang memanfaatkan
pendekatan teknik industri untuk peningkatan daya saing sistem integral yang
terdiri atas tenaga kerja, bahan baku, energi, informasi, teknologi, dan
infrastruktur yang berinteraksi dengan komunitas bisnis, masyarakat, dan
pemerintah. Bidang keilmuan yang dipelajari di dalam sistem industri dan tekno
ekonomi antara lain adalah statistika industri, sistem loogistik, logika
pemrograman, operational research, dan sistem basis data.

Ilmu dasar
Teknik Industri mempunyai dasar keilmuan.Dasar ilmu tersebut adalah: [7].

1. Method engineering adalah studi yang mempelajari secara sistematis seluruh


operasi langsung maupun tidak langsung untuk mendapatkan perbaikan -
perbaikan sistem kerja, agar pekerjaan mudah dilakukan dan dalam waktu yang
singkat.
2. Ergonomi adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan antara orang
dengan lingkungan kerjanya, terutama dengan hasil rancangan kerja.
3. Perencanaan dan perancangan fasilitas meliputi penentuan lokasi fasilitas,
susunan tata letak fasilitas, dan seberapa besar fasilitas yang akan ditempatkan.
4. Simulasi diperlukan untuk menyelesaikan masalah-masalah yang sangat sulit
dilakukan dengan cara analitis. Dalam hal ini penggunaan komputer sangat
diperlukan, sehingga perhitungan dapat berjalan dengan cepat dan
menghasilkan penyelesaian yang cukup akurat.
5. Material handling merupakan perpindahan material atau bahan dari satu lokasi
ke lokasi yang lain atau di antara stasiun kerja.
6. Riset Operasional menjadi dasar dalam penetuan pola-pola dasar penerbangan
yang efisien, pola distribusi barang, dan pola jaringan operasi elektronik.
7. Sistem Produksi merupakan suatu aktivitas untuk mengolah penggunaan sumber
daya yang ada dalam proses penciptaan barang atau jasa dengan tujuan dapat
memperbaiki tingkat efektivitas dan efisiensi dari proses produksi.
8. Pengawasan Persediaan bertujuan mengakomodasikan tingkat aliran persediaan
yang tidak selalu sama.
9. Pengendalian Kualitas digunakan untuk menganalisis kualitas produk atau jasa
yang dihasilkan.
10. Manajemen berfungsi untuk perencanaan, pengorganisasian, dan fungsi
pengawasan.

1234567890

NDUSTRIAL ENGINEERING ROADMAP :


Dari Studi Kerja Manusia ke Optimasi Sistem Industri
Oleh:
Sritomo W.Soebroto
Laboratorium Ergonomi & Perancangan Sistem Kerja
Jurusan Teknik Industri

Fakultas Teknologi Industri
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Ph/Fa
x : (031)

5939361/5939362; email :
msritomo@rad.net.id
Research and
teaching in Industrial Engineering takes as its primary focus how humans work
in
organizations; include in this term the following ar
eas of
motion and time studies, human factors,
job design, ergonomics, productivity and efficiency studies.
(Dian
e E. Bailey and Stephen R. Barley
,2
004
)
PENDAHULUAN
Sejak kapankah disiplin dan/atau profesi Teknik Industri (
Industrial Engineering
) lahir dan
di
kenal orang?
Sebagai sebuah disiplin kecabangan dari ilmu keteknikan/teknologi secara
formal orang mengenalinya sekitar pertengahan tahun 1900
-
an, setelah sebelumnya orang
mengenal terlebih dahulu beberapa disiplin seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Tekn
ik Elektro,
Teknik Kimia dan berbagai macam derivasi disiplin
-
disiplin tersebut. Namun, agak berbeda
dengan disiplin keteknikan yang lain, orang seringkali menjumpai berbagai kesulitan
didalam
mencoba mendefinisikan secara konkrit mengenai karakteristik,
ciri spesifik, maupun ruang
lingkup yang berkaitan denga
n fungsi maupun peran disiplin teknik i
ndustri ini didalam
menjawab tantangan dan persoalan di dunia industri.
D
isiplin
teknik i
ndustri sering dianggap
tidak tepat untuk dimasukkan
didalam ranah habi
tat
“engineering”
yang begitu mengunggulkan
kemampuan dan kompetensi merancang
---
bisa berupa rancangan produk ataupun rancangan
proses
---
dengan berlandaskan analisa pendekatan kuantitatif dan serba eksak. Disisi lain
problematika industri yang dijumpa
i seringkali juga lebih cenderung begitu kompleks, gampang
berubah, penuh unsur ketidak
-
pas
tian, abstraktif dan sulit
diramalkan dengan pendekatan
obyektif; sehingga memerlukan penyelesaian yang lebih bersifat sistemik, holistik,
dan
komprehensif
-
integral.
Sebagai disiplin ilmu keteknikan yang tergolong
“baru”
, profesi teknik i
ndustri lahir sejak ada
persoalan produksi, sejak manusia harus mewujudkan sesuatu untuk memenuhi
keperluan
hidupnya, dan sejak m
anusia ada. Kelahiran profesi teknik i
ndustri
memi
liki akar kuat dari
proses revolusi i
ndustri yang membawa perubahan
-
perubahan didalam banyak hal. Perubahan
lain yang pantas untuk dicatat sebagai tonggak
(milestone)
kelahiran profesi teknik i
ndustri
adalah diterapkannya rekayasa tentang tata
-
cara kerja
(methods engineering)
dan pengukuran
kerja
(work measurement)
yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja.
Langkah
-
langkah strategis yang dikerjakan oleh Taylor, Gilbreths, Fayol, Gantt, Shewart,
Granjean, Barnes, Mundel, Kroemer, S
anders
dan sebagainya
yang
telah menghasilkan
paradigma
-
paradigma baru
dalam berbagai penelitian kerja dengan fokus pada manusia sebagai
----------
Disampaikan dalam acara
Workshop
BKSTI
“Pengajaran Pengantar Teknik Industri : Pendekatan
Competence

Base
d Learning & Student Centered Learning

, Kamis 20 Agustus 2009 di Novotel,
Surabaya.
penentu tercapainya produktivitas dan kualitas kerja (
quality of work life
) yang lebih baik lagi
(Emerson and Nahring, 1988).
Sebenarnya apa
-
apa yang telah dilakukan o
leh Taylor, dkk itu bukanlah sesuatu yang berdiri
sendiri dan terlepas dari apa
-
apa yang telah diker
jakan oleh oleh para pioneer teknik i
ndustri
sebelumnya. Bila istilah
produksi
maupun
industri
akan dipakai s
ebagai kata kunci yang melatar
-
belakangi lahir
nya profesi teknik i
ndustri; maka setidak
-
tidaknya dalam hal ini Adam Smith (
The
Wealth of Nations
, 1776) dan Charles Babbage
(On Economy of Machinery and
Manufacturers
,
1832) telah mengemukakan konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi
penggunaan
tenaga kerja dan pembagian kerja berdasarkan spe
sialisasi/keahlian. Fokus persoalan mengenai
apa yang diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh Smith maupun Babbage ini
tampaknya
memberikan motivasi kuat bagi Frederick W.Taylor
(The Principles of Scient
ific Management
,
1905) untuk menempatkan
“engineer as economist”
didalam perancangan sistem produksi di
industri, dimana konsep yang dikembangkan berkisar pada dua tema pokok, yaitu
(a) telaah
mengenai
“interfaces”
manusia dan mesin dalam sebuah sistem ker
ja, dan
(b) analisa sistem
produksi untuk memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada.
Pendekatan
ergonomi dalam perancangan teknologi di industri telah menempatkan rancangan
produk dan
sistem kerja yang awalnya serba rasional
-
mekanistik menj
adi tampak lebih manusiawi. Disini
faktor yang terkait dengan fisik (faal/fisiologi) maupun perilaku (psikologi) manusia
baik secara
individu pada saat berinteraksi dengan mesin dalam sebuah rancangan sistim
manusia
-
mesin
dan lingkungan kerja fisik akan d
ijadikan pertimbangan utama.
Teknik industri
yang
aw
al mulanya muncul
sebagai sebuah disiplin yang fokus p
ada studi dan
perancangan kerja; b
elakangan berkembang menjadi sebuah disiplin yang jauh berbeda secara
signifikan dalam hal
fokus maupun
area
l
uasan
lingkup kajiannya.
Telah terjadi penurunan
intensitas
untuk melakukan studi tentang kerja khususnya yang terjadi di lantai produksi
(
shopfloor
) dan bergeser ke aras makro yang terkait dengan area sosial
-
ekonomi industri.
Kondisi tersebut membawa di
siplin teknik industri menjadi tidak lagi memiliki kemampuan
untuk mengorganisasikan kerja dan merancang sistem kerja modern (Bailey dan
Barley, 2004).
Dalam perjalanan paruh abad 20, disiplin teknik industri
dipahami sebagai sebuah filosofi
manajemen dan
pengembangan teknik
-
teknik untuk memperbaiki sistem produksi/industri
dengan cara meningkatkan efisiensi kerja.
Selain mengembangkan met
ode untuk melakukan
studi gerak dan waktu (
motion and time study
)
---
dimana studi ini dikenal luas
sebagai awal
muncu
l
dan berkembangnya disiplin teknik industri
---
para pioner juga mengorganisasikan/
melakukan aktivitas procurement, serta pengendalian kualitas, inventori dan
perancangan
sistem akuntansi. Mereka juga merancang ulang mesin perkakas (
machine tools
)
untuk
menambah
ketelitian dan efisiensi kerja mesin. Selain itu juga melakukan eksperimen dengan
pemberian bonus kerja (
incentive plans
)
yang dipercaya akan bisa meningkatkan motivasi dan
menghasilkan upah yang layak dari pekerja.
Sebagian besar aktivitas y
ang dikerjakan oleh seorang insinyur teknik industri di awal
kemunculannya terpusat pada persoalan
-
persoalan yang dijumpai di pabrik dan tugas
-
tugas
administrasi/manajemen yang umumnya dilaksanakan secara manual, repetitif
dengan output
berupa benda fisik.
Selanjutnya s
etel
ah perang dunia kedua (1950
-
an), disiplin teknik industri
bergeser ke arah perkembangan ke problematik industri dalam skala besar (makro)
dengan
berbagai kajian yang mengarah ke pendekatan kuantitatif dan analitis dalam
penyelesaian
perso
alan industri
yang
semakin abstraktif,
komprehensif
, penuh dengan ketidakpastian dan
sulit diprediksi
. Meskipun di awal pertumbuhannya
masih
fokus
dengan
penanganan
problematika di lantai produksi (
shop floor
) dalam ranah mikro,
namun kemudian
mulai
beran
jak
dengan pengembang
an berbagai model
, tools
dan
metode pengelolaan (manajemen)
proses produksi dan mata rantai distribusi.
Selanjutnya juga mulai dikembangkan berbagai
model maupun pendekatan matematika
-
optimasi
(
operation research
)
yang tidak hanya
di
aplikasikan untuk
menyeles
aikan problematika produksi di i
ndustri
, transportasi
, service/jasa
dan aktivitas operasional lainnya.
Disiplin teknik industri terus berkembang dengan berbagai
metode dan cara pendekatan dalam ranah analisa serta proses pengambi
lan keputusan dengan
memasukan faktor resiko yang sering dihadapi dalam dunia industri, bisnis dan
manajemen.
Disiplin teknik industri mulai membuka pemahaman dan paradigma baru dalam studi
mengenai
rekayasa/keinsinyuran (
e
ngi
neering
) yang tidak lagi me
lihat industri dalam aspek teknis (
controls,
displays
, dan
human
-
machine systems
), tetapi juga berbagai persoalan non
-
teknis seperti costs
analysis,
environmental, management, social
-
engineering
, dan lain
-
lain (Bailey and Barley, 2005)
.
Proses pengambilan
keputusan didalam menyelesaikan persoalan di industri yang berskala besar
tidak lagi bisa dilakukan secara parsial, sepotong
-
potong, dan linier; akan tetapi haruslah
dilakukan dengan pola pikir dan tindak lateral dengan segala macam pertimbangan
yang multi
-
dimensional, kualitatif dan terkada
ng memerlukan kepekaan intuitif
. Problematika industri
tidaklah semata ditentukan oleh sub
-
sistem materi
(material sub
-
system)
yang serba eksak,
melainkan juga dipengaruhi lebih banyak lagi oleh sub
-
sistem manusia
(h
uman sub
-
system)
dengan perilaku yang lebih sulit untuk diduga. Problematika industri selain akan
tergantung
pada faktor produksi pasif (bahan baku, mesin, gedung, ataupun fasilitas produksi
lainnya), juga
akan banyak dipengaruhi oleh faktor produksi ak
tif yaitu manusia (baik sebagai individu maupun
kelompok kerja) dengan segala macam perilakunya.
Selama perang dunia kedua berlangsung, tentara sekutu (Inggris dan Amerika)
mempekerjakan
sebuah tim yang terdiri dari para pakar matematika, fisika dan stat
istik untuk mengembangkan
berbagai metoda pendekatan untuk menyelesaikan problematika logistik dan
jaringan
distribusinya (Bailey and Barley, 2004). Bekerja dengan menggunakan rancangan
awal
komputer, tim “operation research” ini sukses menyelesaikan prob
lematika logistik
, distribusi
maupun transportasi
yang dihadapi operasi militer sekutu
pada saat yang relatif sama harus
menghadapi berbagai front medan pertempuran yang tersebar dengan
mengalokasikan secara
optimal sumber
-
sumber daya yang terbatas.
Operat
ion riset (OR) secara cepat berkembang
sebagai sebuah tool yang
efektif bisa diaplikasikan untuk berbagai problematika yang kompleks
yang umum dijumpai bukan hanya di operasi militer, namun juga di industri. Sekitar
pertengahan tahun 1960
-
an
queuing theor
y
,
decision analysis,
network analysis
,
simulation
techniques
dan
linear/dynamic programming
dikembangkan dan diaplikasikan di berbagai
industri besar. Begitu ju
ga OR, seperti halnya dengan industrial statistics
---
sebagai
applied
mathematics
---
diperke
nalkan dan masuk ke dalam kurikulum wajib teknik industri sebagai
dasar
optimasi
menyelesaikan problematika industri
yang semakin besar skala produksinya serta
semakin kompleks pengorganisasian/pengelolaannya.
Disiplin teknik industri
telah
mengembangkan
dan mengaplikasikan berbagai model matematis
sebagai
dasar analisa dan pendekatan kuantitatif dalam penyelesaian persoalan teknis
maupun
manajemen produksi/industri
dalam skala makro
. Hal tersebut tidak jauh berbeda halnya saat
para pioner teknik industri
(Taylor, Gilbreths, dll) melakukan studi kerja manusia
(
ergonomics,
scientific management
)
untuk meningkatkan produktivitas di lantai produksi dalam skala mikro.
Seperti ergonomi, pendekatan matematis (OR) yang dilakukan oleh insinyur TI akan
memberikan

scientific legitimacy
” untuk optimasi dan pengambilan
keputusan dalam organisasi maupun
sistem produksi/industri
yang semakin rumit dan kompleks permasalahan yang dihadapi.
.
Horizon Baru Disiplin Teknik Industri
(Dari Ranah Mikro ke Makro?)
Banyak oran
g yang salah menginterpret
asikan pengertian tentang teknik i
ndustri. Istilah
“industri”
dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca
-
mata sempit sebagai
“pabrik”
yang
banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing. Meskipun secara
historis perkembangan
profesi teknik i
ndustri b
erangkat dari disiplin teknik m
esin (produksi) dan terutama sekali sangat
erat kaitannya dengan proses manufakturing produk dalam sebuah prose
s transformasi fisik;
disiplin teknik i
ndustri telah berkembang luas dalam beberapa deka
de terakhir ini. Sesuai
dengan
“nature”
-
nya, industri bisa diklasifikasikan secara luas yaitu mulai dari industri yang
menghasilkan produk
-
barang fisik (
manufaktur
) sampai ke produk
-
jasa (
service
) yang non
-
fisik.
Industri juga bisa kita bentangkan dalam
pola aliran hulu
-
hilir sampai ke skala kecil
-
menengah
-
besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri
---
yang kemudian
menjadi fokus
kajian disiplin teknik i
ndustri
---
bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan
terus me
lebar luas mengarah ke problematika manajemen produksi (perencanaan,
pengorganisasian,
pengoperasian
dan
pengendalian
sistem
produksi)
yang
harus
memperhatikan sistem lingkungan (aspek politik
-
sosial
-
ekonomi
-
budaya maupun hankam)
dalam setiap langkah penga
mbilan keputusan berdimensi strategik.
Disiplin Teknik Industri melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem
dimana
segala keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis
(engineering area)
dan
aspek non
-
teknis. Wawasan
“Tek
no
-
Sosio
-
Ekonomi”
akan mewarnai p
enyusunan kurikulum
pendidikan teknik i
ndustri dan merupakan karakteristik yang khas yang menggambarkan ciri
keunggulan serta membedakan disiplin ini dengan disiplin
-
disiplin keteknikan yang lainnya.
Sebegitu luas ruang lin
gkup yang bisa yang bisa d
igapai oleh profesi teknik i
ndustri seringkali
membuat kesulitan tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas
mengenai apa
yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini
.
D
isiplin teknik i
ndustri pada hakekatnya
bisa
dikelompokkan kedalam tiga
topi
k besar permasalahan yang dijumpai di industri
yang
selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini
(Kimbler, 1995;
Wignjosoebroto, 1997)
; yaitu
pertama
, berkaitan erat dengan permasalahan
-
perm
asalahan
yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan
menekankan pada prinsip
-
prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi
---
seringkali juga
disebut sebagai proses nilai tambah
---
dan aliran material yang
berlangsung dalam sistem
produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi
dari produk
akhir (output) menuju ke konsumen. Topik
kedua
berkaitan dengan dinamika aliran
informasi.
Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini
menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam
proses pengambilan keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional.
Hal
-
hal yang
berkaitan dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan
berbagai macam
problem manajemen produksi/op
erasional akan merupakan kajian pokoknya. Selanjutnya topik
ketiga
cenderung membawa disiplin teknik i
ndustri ini untuk bergerak kearah persoalan
-
persoalan yang bersifat makro
-
strategis. Persoalan yang dihadapi sudah tidak lagi bersangkut
-
paut dengan per
soalan
-
persoalan yang timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen
produksi melainkan terus melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem
lingkungan
yang berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini cenderung
me
mbawa
disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan
-
persoalan teknis (deterministik
-
fisik
-
kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi (topik pertama) dan lebih banyak
bergelut
dengan persoalan non
-
teknis (stokastik
-
abstraktif
-
kualitatif). Berhada
pan dengan problematika
yang kompleks, multi
-
variable dan/ata
u multi
-
dimensi; maka disiplin teknik i
ndustri akan
memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmua
n matematika, fisika, maupun sos
ial
-
ekonomi)
untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasik
an persoalan
-
persoalan yang harus
dicarikan solusinya.
Begitu luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah
untuk mengaplikasikan keilmuan teknik
i
ndustri jelas akan membawa persoal
an tersendiri bagi profesional teknik i
ndustri pada saat
mereka harus menjelas
kan secara tepat
“what should we do and where should we work”
?
Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka
yang
masih
awam dengan keilmuan teknik i
ndustri.
Kenyataan yang sering dihadapi ad
alah bahwa seorang
profesional
teknik i
ndustri sering dijumpai berada dan
“sukses”
bekerja dimana
-
mana mulai dari
lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professio
nal teknik i
ndustri seringkali
membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses perancangan
prod
uk,
perancangan tata
-
cara kerja sampai dengan mengembangkan konsep
-
konsep strategis untuk
mengembangkan kinerja industri. Seorang professional
teknik i
ndustri akan bisa menunjukkan
cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih ber
k
ualitas. Seorang
profe
sional teknik i
ndustri bisa diharapkan sebagai
“problem solver”
untuk membuat sistem
produksi bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman,
sehat dan
efisien
(W
ignjosoebroto, 2006).
Untuk itu eliminasi berba
gai hal yang bersifat kontra
-
produktif
seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas lainnya merupakan
fokus
utama yang harus dikerjakan.
Dengan mengacu pada
ABET
-
Engineering Criteria 2000
, maka seorang profesional Teknik
Industri tidak s
aja harus menguasai kepakaran (
hard
-
skill
)Teknik Industri; tetapi juga harus
memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (
soft
-
skill
) seperti (a)
kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang
tanggung
jawab so
sial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d)
kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap berbagai
persoalan
yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun
situasiona
l dan
(f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya.
Berdasarkan ABET
Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja
diharapkan
akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyura
n (engineering) yang
baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala
permasalahan yang ada
di industri maupun masyarakat.
Penutup
Guna mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks, maka
disiplin
teknik industri
telah menunjukkan banyak perubahan maupun penyesuaian dengan arah
perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk meningkatkan produktivitas,
kualitas, dan
disisi lain harus diikuti pula dengan keinginan untuk menekan biaya produksi
(costs reduction
program
)
serta waktu penyampaian barang
(time delivery)
secara tepat waktu merupakan
langkah
-
langkah strategis yang harus dipikirkan oleh profesi teknik industri agar bisa
meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi
harus bersai
ng di
tingkat lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global.
Perubahan
tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga akan membawa
perubahan pada
fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan oleh disiplin teknik indus
tri. Kalau pada awalnya
profesi teknik industri secara tradisional mengurusi persoalan
-
persoalan di tingkat pengendalian
operasional (manajemen produksi) seperti perancangan
-
perancangan tata
-
letak mesin, tata
-
cara kerja, sistem manusia
-
mesin (ergonomi) da
n penetapan standard
-
standard kerja; maka
dalam beberapa dekade terakhir ini profesi teknik industri lebih banyak dilibatkan
untuk
menyelesaikan persoalan
-
persoalan yang berkaitan dengan perencanaan strategis dan
pengambilan keputusan pada tingkat manajeme
n puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi
teknik industri tidak lagi dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke
skala besar
(makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan ke
skala stasiun
kerja sekedar
mendapatkan standard
-
standard (waktu, output ataupun upah) kerja untuk
merealisasikan konsep
“the fair day’s pay for the fair day’s work”
; maka peran profesi teknik
industri modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran
produktivitas
d
an kinerja makro organisasi
-
perusahaan guna menilai sehat tidaknya kondisi industri tersebut.
Ditengah
-
tengah keterpurukan industri nasional
---
baik yang bergerak di sektor manufaktur
maupun jasa
---
didalam menghada
pi persaingan global; disiplin teknik
i
ndustri sudah
sepatutnya mengambil peluang ini dengan menunjuk
kan letak keunggulan disiplin teknik
industri
dibandingkan dengan disiplin keteknikan maupun keilmuan yang lain untuk memberi
solusi
-
solusi yang lebih cerdas. Tantangan maupun ancaman yang meni
mpa industri nasional
justru membuka pel
uang lebih besar bagi disiplin teknik i
ndustri untuk melakukan penelitian
-
penelitian baik berupa penelitian dasar (
fundamental research
), penelitian terapan (
applied
research
), ataupun penelitian tindakan/pesanan (
ac
tion research
). Cukup banyak kasus yang bisa
ditarik dari situasi dan kondisi yang terjadi di industri nasional yang memberi banyak
peluang
bagi kita untuk mengaplikasikan semua
“IE’s tools”
yang kita miliki guna memberikan analisa dan
jawaban ko
nkrit. Ka
rakteristik disiplin teknik i
ndustri yang menekankan model pendekatan
sistemik, holistik, serta komprehensif
-
integral akan sangat efektif untuk menyelesaikan
persoalan
-
persoalan industri yang memiliki spektrum luas dari ranah mikro (teknis
-
operasional)
sa
mpai ke makro (sosial
-
ekonomis
-
lingkungan

Anda mungkin juga menyukai