Anda di halaman 1dari 26

1

TINJAUAN HUKUM EKONOMI SYARIAH TERHADAP PEMUTIHAN


HUTANG BAGI NASABAH TELAH MENINGGAL DUNIA (STUDI
KASUS DI KOPERASI SINAR ABADI KAB. MAJENE)

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Meraih Gelar Sarjana Hukum
(S.H) Pada Program Studi Hukum Ekonomi Syariah (HES) Pada Jurusan
Syariah Dan Ekonomi Bisnis Islam Sekolah
Tinggi Agama Islam Negeri Majene
(STAIN) Majene

Oleh:

RESKI
NIM: 2025612070

JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI BISNIS ISLAM


SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI MAJENE
2024
1

BABI

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu membutuhkan bantuan

orang lain dan tidak dapat hidup sendiri. Sebagai makhluk sosial, manusia

senantiasa melakukan hubungan dengan sesamanya untuk mencapai sebuah

tujuan yang ia inginkan. Dalam hal lain, hubungan sosial yang dilakukan manusia

tidak hanya berorientasi pada tujuan pribadi-nya saja, namun juga bertujuan

untuk menciptakan ukhuah yang menjadi salah satu konsep dalam beragama

islam.

Salah satu bentuk hubungan sosial yang berorientasi pada keuntungan

materi adalah kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi adalah kegiatan yang

bertujuan untuk menghasilkan keuntungan. Namun, dalam kegiatan ekonomi

tersebut tidak semua orang memiliki kemampuan modal yang cukup untuk

menunjang usahanya sehingga secara tidak langsung mendorong mereka untuk

melakukan pinjam meminjam, baik kepada pihak perorangan maupun lembaga

keuangan.

Undang-undang nomor 17 Tahun 2012, pasal 1 ayat (1) Tentang

perkoperasian berbunyi” Koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang

perseorangan atau badan hukum koperasi, dengan para anggotanya sebagai modal

untuk menjalankan usaha, yang memenuhi aspirasi dan kebutuhan Bersama

dibidang sosial, ekonomi, dan budaya sesuai dengan nilai dan prinsip koperasi”.1
1
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, (Cet. II, Jakarta: CV.
Bintang Semesta Media, 2022), h.200
2

Pada pasal 4 undang-undang nomor 17 tahun 2012 mengenai koperasi,

yakni bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota, terkhusus dimasyarakat

pada umumnya, sekaligus sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari tatanan

perekonomian nasional yang demokratis dan berkeadilan.2

Dalam hukum islam pinjam meminjam dikoperasi diatur oleh prinsip-

prinsip syariah atau hukum ekonomi islam yaitu larangan riba,larangan

ghafar,prinsip keadilan, dan tanggung jawab sosial. Sehingga dalam praktiknya,

koperasi yang mengikuti prinsip-prinsip syariah menyusun perjanjian atau akad

yang sesuai dengan prinsip-prinsip tersebut. Contoh akad yang umum digunakan

dalam koperasi syariah adalah akad mudharabah (bagi hasil) atau akad

musyarakah (kerjasama).3

Pemutihan hutang berlaku secara umum atau semua lembaga keuangan,

terutama kepada nasabah yang meninggal, dan nasabah yang mengalami cacat

seumur hidup dalam artian mereka tidak mampu mengembalikan pinjaman.

Pada lembaga koperasi dikenal istilah sistem pemutihan hutang, Sistem

pemutihan hutang pada koperasi yakni suatu program atau mekanisme yang

dirancang untuk membantu anggota koperasi yang mengalami kesulitan

membayar hutang mereka. Dalam sistem ini, koperasi memberikan kesempatan

kepada anggota yang berhutang untuk membayar kembali hutangnya dengan cara

2
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2012 Tentang Perkoperasian, h.202.

3
Nur S. Buchori, Koperasi Syariah, (Cet I; Masmedia Buana Pustaka; Waru-Sidoarjo,
Jawa Timur, 2009), h. 9
3

yang lebih fleksibel, seperti dengan pembayaran cicilan yang lebih kecil atau

penundaan pembayaran sebagian hutangnya.

Tujuan dari pemutihan hutang ini, yakni untuk meringankan beban

keuangan anggota yang sedang menghadapi kesulitan ekonomi sementara,

sehingga mereka tetap dapat memenuhi kewajiban hutang mereka dan tetap aktif

sebagai anggota koperasi.

Sistem Pemutihan hutang biasanya digunakan pada saat kreditur/nasabah

mengalami masalah seperti nasabah meninggal dunia sehingga sistem Pemutihan

hutang bagi nasabah yang telah meninggal dunia menjadi salah satu isu yang

penting dalam Industri Keuangan Syariah. Hal ini karena pemutihan hutang

adalah salah satu kewajiban yang harus dijalankan oleh perusahaan finansial,

termasuk dalam pengelolaan utang dan piutang. Dalam rangka pelaksanaannya,

perusahaan keuangan juga harus mengantisipasi potensi permasalahan etis dan

hukum yang muncul.4

Dalam Tinjauan Hukum Islam, pemutihan hutang bagi setiap nasabah

meninggal dunia dapat dilakukan dengan beberapa cara, yakni seperti melunasi

hutang dari harta peninggalan, atau meminta bantuan dari pihak lain, baik pihak

keluarga ataupun pihak yang bersungkawa dengan kata lain sahabat nasabah.

Namun, dalam hal ini harus dipastikan bahwa yang memberikan bantuan bersifat

sekarela dan tidak ada unsur pemaksaan.5

4
Satrio, J. Pelepasan Hak, Pembebasan Hutang dan Merelakan Hak. (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2016). h. 88.

5
A. Azhar Basyir, Asas-Asas Hukum Mu’amalat (Hukum Perdata Islam), (Yogyakarta:
UII Press, 2000), h. 17.
4

Adapun ayat yang sesuai dengan materi ini yakni Alqur’an Surah Al-

baqarah, ayat 280 yaitu :

‫َو ِاْن َك اَن ُذ ْو ُعْس َر ٍة َفَنِظَر ٌة ِاٰل ى َم ْيَسَر ٍةۗ َو َاْن َتَص َّد ُقْو ا َخْيٌر َّلُك ْم ِاْن ُكْنُتْم َتْع َلُم ْو َن‬

Terjemahan
Jika dia (orang yang berutang itu) dalam kesulitan, berilah tenggang
waktu sampai dia memperoleh kelapangan. Kamu bersedekah
(membebaskan utang) itu lebih baik bagimu apabila kamu mengetahui(-
nya).6

Terjemahan Bahasa Mandar


Anna mua’ (to manginrang) lalang di sussa, jari bengani teppo lambi’
maloga (mala mambayar). Anna mupasulakkangi mie’ (barang iya
nainrang) la’bi macoai di sesemu mie’, mua’ diango’o mie’ ma’issang.7

Pada Pasal 833 ayat 1 kuhperdata juga berpendapat bahwa (para ahli

waris, dengan sendirinya berhak mendapat hak milik atas semua barang, semua

hak dan semua piutang orang yang wafat).8

Koperasi Sinar Abadi, yakni salah satu lembaga yang memiliki

sarana melayani pemberian fasilitas kredit/pinjaman skala menegah dan

kecil. Kredit yang di berikan oleh koperasi harus memberikan manfaat

bagi koperasinya sendiri dan anggotanya Pinjaman di Koperasi Sinar

Abadi juga bisa mengalami masalah walaupun telah melakukan berbagai

analisis secara seksama, karena seorang analisis tidak dapat memprediksi

6
Ustadz Abror Assalafy S.Pd.I dkk, THE NEW ASY-SYIFA Mushaf Al-Qur’an Perkata
Latin Tanpa Takwil Asma Wa Sifat Tajwid Warna, Kode Arab dan Waqaf ‘Ibtida, (Kolaka, 2022), h.
47.

7
Muh. Idham Khalid Bodi dkk, Koro’ang Mala’bi : Al-Qur’an dan Terjemahan Bahasa
Mandar dan Indonesia, (Balitbang Agama Makassar, 2019), h. 74.
8

Syuhada, Pelimpahan Hutang Terhadap Ahli Waris Menurut Pasal 833


Ayat (1) Kuhperdata. (Cet. II: Institut Agama Islam Bani Fattah Jombang, 2021), h.2. Diakses pada
Tanggal 18 Desember 2023, Jam 09:30.
5

bahwa suatu pembiayaan itu tidak selalu berjalan dengan baik. Banyak

fakor-faktor penyeb kredit bermasalah yaitu mulai dari kesalahan

penggunaan uang pinjaman, nasabah meninggal dunia yang belum jatuh

tempo, manajemen yang buruk dan bisa juga akibat kondisi perekonomian

yang dapat berpengaruh besar terhadap kesehatan keuangan debitur dan

atas kerugian kredit atau pinjaman.

Dalam menjalankan suatu bisnis tentunya penuh dengan suatu resiko,

begitupun dengan koperasi sinar abadi juga tidak bisa terlepas dari resiko kredit

bermasalah salah satunya nasabah yang meninggal dunia sebelum jatuh tempo.

Dalam kasus kredit macet oleh koperasi sinar abadi yaitu kreditur telah

meninggal dunia sebelum jatuh tempo sehingga koperasi sinar abadi memberikan

kebijakan kepada nasabah yang meninggal tersebut yaitu pemutihan hutang

kepada kreditur, Tindakan pemutihan utang yakni bentuk lain dari sedekah. Utang

yang sudah diputihkan berubah menjadi sedekah setelah orang yang berutang

tidak dapat lagi membayar atau mengangsur utangnya karena disebabkan oleh

sesuatu hal yang bersifat memaksa. Namun hal demikian dengan adanya kredit

bermasalah tentu merugikan pihak koperasi terlebih lagi dengan kasus nasabah

meninggal dunia sebelum masa angsuran selesai.

Berdasarkan uraian diatas penulis ingin mengangkat judul skripsi tentang

“Tinjauan Hukum Ekonomi Syariah terhadap Pemutihan Hutang Bagi

Nasabah telah Meninggal Dunia (Studi Kasus di Koperasi Sinar Abadi Kab.

Majene)”.
6

B. Rumusan Masalah

Mengacu kepada latar belakang yang telah diurai sebelumnya, maka

rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana mekanisme pemutihan hutang bagi nasabah yang meninggal

dunia dalam konteks keuangan dan perbankan islam?

2. Bagaimana Tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap pemutihan hutang

bagi nasabah telah meninggal dunia?

C. Fokus Penelitian dan Deskripsi Fokus

Fokus penelitian Deskripsi focus

Mekanisme pemutihan hutang bagi Adapun mekanisme pemutihan bagi

nasabah yang meninggal dunia. nasabah meninggal dunia yang

dimaksud adalah bagaimana Lembaga

keuangan akan melakukan penilaian

terhadap kondisi nasabah yang wafat

termasuk melihat status harta warisan

dan hutang yang ada. Jika harta

warisan mencukupi, ahli waris akan

melunasi hutang nasabah dari harta

tersebut. Namun apabila setelah

pembagian waris masih terdapat sisa

hutang, Lembaga keuangan dapat

mempertimbangkan untuk
7

memberikan pemutihan atau

penundaan pembayaran sisa

hutangnya.

Tinjauan hukum ekonomi syariah Tinjauan yang dimaksud yaitu

terhadap pemutihan hutang bagi melibatkan konsep-konsep seperti

nasabah telah meninggal dunia wasiat, waris, dan keadilan dalam

ekonomi syariah, adapun ketentuan

tentang pembayaran hutang yang

terkait dengan harta warisan yang

ditinggalkan oleh nasabah wafat di

tinjau dari Prinsip-prinsip ekonomi

syariah, seperti keadilan dan

penghindaran riba, harus dihormati

dalam pemutihan hutang.

D. penelitian terdahulu

Adapun pembahasan dalam penelitian ini yaitu tentang mekanisme

pemutihan hutang bagi nasabah meninggal dunia dalam konteks keuangan

dalam perbankan islam dan tinjauan hukum ekonomi syariah terkait

pemutihan hutang bagi nasabah meninggal dunia. Agar tidak terjadi

keterulangan penelitian, dilakukan penelusuran terhadap penelitian

sebelumnya yang membahas tentang pemutihan bagi nasabah meninggal

dunia. Hasil yang didapatkan adalah penelitian terkait dengan tema tersebut
8

sangat kurang. Adapun penelitian terdahulu yang memiliki relevansi dengan

penelitian ini sebagai berikut:

1. Skripsi yang ditulis oleh Nita tahun 2022 Institut Agama Islam (IAI)

Muhammadiyah Sinjai. Dalam skripsi tersebut membahas mengenai

“Penyelesaian Pinjaman Terhadap Nasabah Yang Meninggal Dunia

Sebelum Jatuh Tempo pada Koperasi Unit Desa Mina Passabukrya”.

Penyelesaian pinjaman terhadap nasabah yang meninggal dunia itu pihak

KUD mina Passabukarya membebankan kepada ahli waris atau keluarga

nasabah yang bersangkutan. Sebelum membebankan kepada keluarga

nasabah terlebih dahulu melihat simpanan nasabah yang meninggal dunia

untuk ditarik oleh pihak KUD mina passabukarya dalam menutupi sisa

pinjamannya. KUD dalam hal ini melihat nasabah yang rajin membayar

dan tidak pernah menunggak maka melunaskan pinjaman apabila

nasabah tersebut sudah meninggal dunia dengan mengambil dana dari

simpanan suka rela atas persetujuan anggota koperasi. Adapun perbedaan

penelitian tersebut pada skripsi nita membahas mengenai penyelesaian

pinjaman terhadap nasabah yang meninggal dunia sebelum jatuh tempo.

Adapun penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah

memfokuskan pada pemutihan hutang bagi nasabah meninggal dunia.9

2. Jurnal yang ditulis oleh Mida Sidabutar, dan Ida Ayu Sukihana tahun

2021 Fakultas Hukum Universitas Udayana dengan judul yaitu ”Upaya

9
Nina, Analisis Penyelasaian Pinjaman Terhadap Nasabah Yang Meninggal Dunia
Sebelum Jatuh Tempo Pada Koperasi Unit Desa Mina Passabukarya di Desa Panaikang
Kecamatan Sinjai Timur, (Skripsi; 2022, Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai).
9

Penyelesaian Kredit Macet Oleh Bank Terhadap Debitur Yang Sudah

wafat”. Dalam jurnal tersebut membahas kredit macet yg dimiliki oleh

debitur yang sudah meninggal akan dibebankan kepada para ahli waris

yang sah sesuai dengan Pasal 833 KUHPerdata. Upaya penyelesaian

kredit macet dapat dilakukan dengan melelang objek jaminan debitur

oleh bank yang tertera pada Pasal 1151 KUHPerdata. selain itu bank

dapat melakukan eksekusi hak tanggungan yakni kewenangan untuk

menjual atau melelang jaminan debitur dengan kekuasaan sendiri tanpa

harus melalui sidang yang dilakukan di pengadilan serta yang terakhir

adalah membentuk perjanjian baru dengan para ahli waris yang akan

dibayar sesuai dengan jumlah warisan yang diterima oleh setiap ahli

waris sesuai dengan pasal 1100 KUHperdarta. Adapun perbedaan pada

skripsi mida sidabutar yaitu Upaya Penyelesaian Kredit Macet Oleh Bank

Terhadap Debitur Yang Sudah Meninggal. Adapun penelitian yang akan

dilakukan oleh peneliti adalah memfokuskan pada pemutihan hutng bagi

nasabah meninggal dunia.10

3. Jurnal yang ditulis oleh Husain Insawan dan Mutmainnah tahun 2018

Alumni Program Studi Muamalah IAIN Kendari dengan judul yaitu

”Eksistensi Al-Ibrah (Pemutihan Piutang) Pada Bank BNI Syariah

Cabang Kendari” Dalam jurnal tersebut membahas mengenai

Penyelesaian Mudharabah, Murabahah, Istishna, atau peminjaman

melalui Qardh Piutang murabahah bagi nasabah tidak mampu membayar

10
Mida Sidabutar dkk, Upaya Penyelesaian Kredit Macet Oleh Bank Terhadap Debitur
Yang Sudah MeninggaL, (Jurnal, Vol. 9 No. 6, 2021, Fakultas Hukum Universitas Udayana).
10

sudah diselesaikan oleh BNI Syariah. bank ini tidak ingin menolak

kehadiran instrumen ini, namun untuk menghindari masalah, telah

diterapkan prinsip kehati-hatian saat menawarkan produk pembiayaan

melalui musyarakah, mudharabah, murabahah, istishna, atau qardh.

Adapun perbedaan penelitian tersebut pada jurnal Husain Insawan

membahas mengenai karyawan bank BNI Syariah cabang Kendari yakni

pandangan terhadap konsep al-ibrah (pemutihan hutang). Adapun

penelitian yang akan dilakukanoleh peneliti adalah memfokuskan pada

pemutihan hutang bagi nasabah meninggal dunia.11

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui hukum ekonomi syariah terhadap mekanisme

pemutihan hutang bagi nasabah yang meninggal dunia dalam konteks

keuangan dan perbankan islam.

2. Untuk mengetahui Tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap pemutihan

hutang bagi nasabahg telah meninggal dunia.

Manfaat Penelitian tersebut dilaksanakan dengan harapan sebagai

berikut:

1. Kegunaan teoretis

11
Husain Insawan, Eksistensi Al-Ibrah (Pemutihan Piutang) Pada Bank Bni Syariah
Cabang Kendari, (Jurnal, Studi Ekonomi dan Bisnis Islam Volume 3, Nomor 1, 2018, Institut
Agama Islam Negeri Kendari).
11

Penelitian ini dilakukan agar dapat menambah keluasan pengetahuan dan

keilmuan bagi dunia pendidikan serta mengkaji mekanisme pemutihan

hutang dari sudut pandang teori keuangan dan perbangkan islam.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi literatur tambahan sebagai materi

pembelajaran yang dapat digunakan dalam proses Pengutamaan nilai

syariah dalam mekanisme pemutihan hutang dapat melakukan

pengentasan kemiskinan dan membantu individu yang menjalaninya

dapat melewati masa-masa sulit. Hal ini berpotensi untuk meningkatkan

kebahagiaan dan kesejahteraan individu dan masyarakat.


BAB II

TINJAUAN TEORETIS

A. Pengertian koperasi

Pada hakekatnya koperasi yakni lembaga ekonomi yang penting dan

perlu. Koperasi merupakan usaha bersama berdasarkan asas kekeluargaan untuk

meningkatkan kesejahteraan anggotanya. Koperasi yakni perkumpulan yang

anggotanya tidak bersifat tertutup dan bertujuan untuk meningkatkan kegiatan

ekonomi anggotanya dengan jalan menyelenggarakan usaha Bersama.

Koperasi merupakan badan usaha yang menjadi anggota dari orang ke

perseorangan atau badan hukum koperasi, berdasarkan kegiatannya berdasarkan

asas koperasi, sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan asas

kekeluargaan.12

Undang-Undang Koperasi No. 25 Tahun 1992, yakni koperasi merupakan

usaha perseorangan atau badan hukum dengan berlandaskan kegiatannya

berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang

berdasar asas kekeluargaan. Koperasi dibangun untuk merekrut kaum yang

lemah agar dapat membantu keperluan hidupnya, dan mencapai keperluan

hidupnya dengan ongkos yang semurah-murahnya. serta koperasi melaksanakan

kegiatan berdasarkan kejujuran, keterbukaan, tanggung jawab sosial dan peduli

terhadap sesama.

12
Hadi Fardiansyah,dkk. Perkoprasian (Widina Bhakti Persada Bandung, 2022), h. 32-
33.
14

Asas koperasi secara keseluruhan merupakan ciri khas masyarakat

koperasi yang membedakannya dengan badan niaga lainnya. Salah satu tujuan

koperasi untuk memajukan kesejahteraan anggotanya dan kesejahteraan seluruh

masyarakat, serta ikut dalam membangunan tatanan perekonomian nasional untuk

mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan

UUD 1945.13

Anggota koperasi merupakan orang yang dapat melakukan perbuatan

hukum dan memenuhi persyaratan koperasi, sekaligus menjadi pemilik atau

pengguna jasa simpan pinjam komersial koperasi.

B. Jenis-jenis koperasi

Berdasarkan kesamaan kegiatan, kebutuhan dan kepentingan ekonomi

anggotanya, jenis koperasi dapat dibedakan menjadi beberapa jenis yaitu:

1. Koperasi konsumsi, merupakan koperasi yang anggotanya terdiri dari setiap

orang yang mempunyai kepentingan lansung dalam bidang konsumsi.

Koperasi konsumsi tujuanya untuk menyalurkan barang-barang kebutuhan

konsumsi kepada para anggota dengan kualitas yang sangat baik dan harga

yang layak serta dapat menghemat.

2. koperasi kredit yakni sebuah koperasi yang bergerak disuatu lapangan usaha

untuk pembentukan modal melalui tabungan-tabungan para anggotanya

secara teratur dan terus menerus untuk kemudian dipinjamkan kepada para

anggonya.

13
Dr. Dahmiri, SE., MM, Ekonomi Koperasi, (Edisi I: PT. Salin Media Indonesia: 2023),
h. 174.
15

3. Koperasi produksi yakni koperasi yang bergerak dalam bidang ekonomi

pembuatan dan penjualan barang dagangan.

4. Koperasi jasa yakni Koperasi jasa didirikan untuk memberikan pelayanan

(jasa) kepada para anggotanya.

5. Koperasi serba usaha/Koperasi Unit Desa(KUD) yakni suatu pusat

pelayanan dalam kegiatan perkoperasian pedesaan yang berfungsi sebagai

perkerditan, peyediaan sarana-sarana produksi, pemasaran hasil produksi,

pelayanan jasa-jasa serta kegiatan perekonomian lainnya. 14

C. Koperasi simpan pinjam/kredit

Koperasi simpan pinjam yakni perkoperasian yang bergerak dalam

lapangan usaha pembentukan modal usaha melalui tabungan para anggotanya.

Yang dipinjamkan kepada para anggota dengan cara mudah, murah, cepat dan

tepat untuk tujuan produktif dan kesejahteraan. Menurut PSAK No.27,

koperasi simpan pinjam adalah koperasi yang kegiatan atau jasa utamanya

menyediakan jasa penyimpanan dan peminjaman untuk anggotanya. Adapun

tujuan koperasi simpan pinjam yakni:

a. Membantu keperluan para anggota, yang sangat membutuhkan dengan

syarat-syarat yang ringan;

b. Mendidik kepada para anggota supaya giat menyimpan secara teratur

sehingga membentuk modal sendiri.

c. Mendidik anggota hidup berhemat, denganmenyisihkan sebagian pendapatan

mereka.
14
Nur S. Buchori, Koperasi Syariah. (Cet I; Masmedia Buana Pustaka; Waru-Sidoarjo,
Jawa Timur, 2009), h. 32.
16

d. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.15

D. Pemutihan hutang ( al-ibrah)

Dalam bahasa Arab, "al-ibrah" artinya melepaskan dan mengikhlaskan

sesuatu. Berasal dari ilmu fikih, “al-ibrah” merupakan pengguguran tabungan

dan menjadikannya milik orang yang menggunakannya. Para ulama mempunyai

pendapat berbeda mengenai pengertian al-ibrah, terutama yang berkaitan dengan

pengguguran dan pemilikan. Namun, Mazhab Hanafi cenderung mengartikan al-

ibrah sebagai pengguguran, dengan atau tanpa kepemilikan yang tetap terjaga.

Seseorang tidak dapat menggugurkan haknya terhadap suatu benda (materi).

Akan tetapi, seseorang boleh menggugurkan hak kredit yang ada pada orang lain.

Mengenai tindakan perihal mengambil barang tanpa izin yang menyebabkan

kerusakan atau kehancuran pada barang tersebut, pemilik barang seharusnya

sudah mendapatkan ganti rugi atas kerusakan itu.

Istilah “al-ibrah” yang merujuk pada tindakan pemutihan utang, juga

dapat dikatakan sebagai salah satu jenis sedekah. Apabila utang yang sudah putih

dan berubah menjadi sedekah setelah orang yang berutang tidak dapat lagi

membayar atau mengangsur, utangnya karena disebabkan oleh sesuatu hal yang

bersifat memaksa (peristiwa diluar kekuasaan/keberatan)

Dalam Mazhab Hanafi, ada pandangan bahwa ganti rugi yang menjadi

utang orang yang merusak atau menghancurkan barang dapat dianggap sebagai

tindakan al-ibrah. Sementara itu, Mazhab Maliki membuat perbedaan pada al-

ibrah dan memiliki pengertian yang berbeda-beda. Di dalam Mazhab Maliki, al-
15
Dra. Ninik Widyanti,dkk. “Koperasi Dan Perekonomian Industry,(Cet.IV, Jakarta,
Bineka Cipta dan Bineka Adiaksara 2003),h. 239.
17

ibrah dapat menggugurkan tagihan maupun hak milik seseorang, jika ingin

menggugurkannya.

Sedangkan Mazhab Syafi'i memiliki dua gugus pemikiran mengenai al-

ibrah, yaitu:

1. Ada yang menganggap al-ibrah sama dengan hibah dan memutuskan

hubungan antara yang memberi dan yang diberi.

2. Ada yang tetap mempertahankan status kepemilikan antara yang memberi

dan yang diberi.16

E. Kesepakatan

Kesepakatan sebagai unsur yang mutlak untuk memastikan sahnya suatu

perjanjian, adalah suatu hal yang membutuhkan kesesuaian kehendak antara

kedua belah pihak dalam perjanjian. Oleh sebab itu, kedua belah pihak harus

mempunyai kebebasan sepenuhnya. Selain itu, kesepakatan harus dibuat secara

sukarela, tanpa adanya paksaan, penipuan, dan kekhilafan yang dapat

menimbulkan cacat bagi perwujudan kehendak tersebut. 17

1. Jenis-jenis pinjaman

a. Berdasarkan jangka waktunya

Pinjaman dapat dibedakan menjadi beberapa jenis:

1) Pinjaman Jangka Pendek

Pinjaman yang memiliki jangka waktu pendek pada umumnya

untuk kebutuhan jangka satu tahun atau kurang.

16
Husain Insawan dkk, “ Eksistensi Al-Ibrah (Pemutihan Piutang) Pada Bank BNI
Syariah Cabang Kendari “, (Alumni Program Studi Muamalah IAIN Kendari, 2018), h. 75-78.

17
Zaryati, Unsur Mutlak Sahnya Suatu Perjanjian. 2017, h. 143. Diakses Pada Tanggal
30 Desember 2023, Jam 08:20.
18

2) Pinjaman Jangka Menengah

Pinjaman yang memiliki jangka waktu antara satu tahun dan lima

tahun, biasanya digunakan untuk kebutuhan investasi dan modal

kerja.

3) Pinjaman Jangka Panjang

Pinjaman yang memiliki jangka waktu lebih dari lima tahun untuk

kebutuhan jangka panjang seperti kebutuhan pengadaan sumber

daya manusia, infrastruktur, dan pengadaan teknologi.18

2. Kartu kredit

sebuah fasilitas kredit yang memiliki jangka waktu lebih singkat

dibandingkan pinjaman jangka panjang, biasanya digunakan untuk

memenuhi kebutuhan konsumsi.

Beberapa jenis pinjaman yang termasuk dalam pinjaman komersial adalah:

a. Kredit mikro, fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan

usaha mikro ;

b. Kredit usaha kecil, fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai

kegiatan usaha kecil;

c. Kredit usaha menengah, fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai

kegiatan usaha menengah; dan

d. Kredit korporasi,fasilitas kredit yang diberikan untuk membiayai kegiatan

usaha korporasi.19

3. Dasar Hukum Tentang Pinjaman


18
Natalya Br Sidauruk dkk, Sistem Informasi Koperasi Simpan Pinjam Karyawan, (Cet. I,
Buku Pedia, 2023), h. 4. Diakses pada tanggal 30 Desember 2023, Jam 12:28.
19
Ikatan Bankir Indonesia(IBI)”Memahami Bisnis Bank”(Jakarta, Menara Mandiri.2013), h. 36.
19

Adapun yang menjadi dasar hukum dalam pinjam-meminjam yakni dalam

ketentuan Al-Qur`an, Al- Hadist dan Ijma.

1. Al-Qur’an

Dalam Qs. Al-Baqarah (2):245, sebagai berikut:

‫ُۖط‬
‫َم ْن َذ ا اَّلِذ ْي ُيْق ِر ُض َهّٰللا َقْر ًض ا َحَس ًنا َفُيٰض ِع َفٗه َل ٓٗه َاْض َع اًفا َك ِثْي َر ًةۗ َو ُهّٰللا َيْقِبُض َو َيْبُۣص َو ِاَلْي ِه‬
‫ُتْر َج ُعْو َن‬
Terjemahan
“Siapakah yang mau memberikan pinjaman yang baik kepada Allah
(menafkahkan hartanya di jalan Allah), lalu Dia akan melipat gandakan
pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak? dan Allah
menyempitkan dan melapangkan (rezeki), dan kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan.” 20
Terjemahan Bahasa Mandar
Inai melo’ mappepinrang lao di Puang Allah Taala, pappepinrang macoa
(mappasulakkang barangna lao di tangalalangna Puang). Jari Puang Allah
Taala na mappalappi-lappi bayarang di sesena mallappi-lappi mae’di. Anna
Puang Allah Taala mappasippi’ anna mappamaloang (dalle’) anna di sese-Nai
di pepembali’o mie’. 21
2. Al- Hadist

Dalam sunnah Rasulullah SAW dijumpai dalam sebuah hadist

Rasulullah SAW bersabda: suatu ketika pada malam isra’ saya melihat

diatas pintu surga tulisan yang berbunyi, sedekah itu semisal dengan

sepuluh (kebaikan) dan pinjaman itu semisal dengan delapan belas

(Kebaikan). Maka saya berkata kepada jibril, “wahai jibril mengapa

pahala orang yang meminjam sesuatu itu lebih besar dari orang

bersedekah?” Jibril menjawab, “karena orang yang meminta sedekah


20
Ustadz Abror Assalafy S.Pd.I dkk, THE NEW ASY-SYIFA Mushaf Al-Qur’an Perkata
Latin Tanpa Takwil Asma Wa Sifat Tajwid Warna, Kode Arab dan Waqaf ‘Ibtida, (Kolaka, 2022), h.
39.
21
Muh. Idham Khalid Bodi dkk, Koro’ang Mala’bi : Al-Qur’an dan Terjemahan Bahasa
Mandar dan Indonesia, (Balitbang Agama Makassar, 2019), h. 62.
20

itu yakni meminta sesuatu sedangkan dirinya mempunyai sesuatu itu,

sedangkan orang yang berhutang tidaklah ia melainkan untuk

keperluannya”. (Riwayat Ibnu Majah dan Al-Baihaqi).

Hadist diatas menjelaskan bahwa yang namanya berhutang

haruslah diingat dan sebisa mungkin dicatat, baik-baik dari pihak

meminjamkan maupun yang meminjam. Hutang wajib dibayar sesuai

kesepakatan bersama di awal pertemuan dan tidak boleh dikurangi

sedikitpun selagi mampu.22

3. Ijma

Para ulama telah menyepakati bahwa al-qard (pinjaman) boleh

dilakukan, kesepakatan ulama ini didasari tabiat manusia yang tidak

hidup tampa pertolongan dan bantuan saudaranya, tidak ada seorang

pun yang memiliki segala barang yang dibutuhkan. Oleh sebab itu,

pinjam meminjam sudah menjadi satu bagian dari kehidupan di dunia

ini. Islam yakni agama yang sangat memperhatikan segenap kebutuhan

para umatnya.23

BAB III

METODOLOGI PENELITIAAN
22
Nina, Analisis Penyelasaian Pinjaman Terhadap Nasabah Yang Meninggal Dunia
Sebelum Jatuh Tempo Pada Koperasi Unit Desa Mina Passabukarya di Desa Panaikang
Kecamatan Sinjai Timur, (Skripsi; 2022, Institut Agama Islam (IAI) Muhammadiyah Sinjai), h. 33.

23
Muhammad Syafi’i Antonio dkk, Bank Syariah: Dari Teori Praktik,(Cet. I,
Perpustakaan Nasional: Katalog Dalam Terbitan (KDT), Jakarta, 2001), h. 133.
21

A. Jenis dan Lokasi Penelitian

a. Jenis Penelitian

Adapun jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan yang sifatnya

kualitatif. Auerbach dan Silverstein dalam Sugiyono mengemukakan

bahwa penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang di dalam

prosesnya dilakukan analisis serta interpretasi terhadap teks dan hasil

interviu yang memiliki tujuan untuk mendapatkan makna pada suatu

fenomena.24

b. Lokasi Penelitian
Adapun tempat penelitian ini dilakukan di Koperasi Sinar Abadi,
Lutang, Kecamatan banggae timur, Kabupaten Majene, Provinsi
Sulawesi Barat.
B. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif


deskriptif. Yakni suatu penekanannya pada peneliti yang menyelidiki suatu
kondisi alamiah melalui observasi dan wawancara. Adapun langkah yang akan
peneliti ambil atau lakukan yaitu menekankan penyajian data melalui pemaparan
narasi untuk memberikan gambaran yang terjadi di lapangan serta makna yang
terkandung di dalamnya berdasarkan observasi, wawancara, dan dokumentasi.

C. Sumber Data

Adapun sumber data penelitian ini adalah situasi sosial di lokasi


penelitian. Sebagaimana dinyatakan oleh Spradley dalam Sugiyono bahwa situasi
sosial itu terdiri dari tiga unsur, yakni lokasi, tokoh, dan kegiatan dengan ketiga
unsur tersebut saling berinteraksi secara sinergis. Oleh karena itu, informasi dari
objek penelitian ini diperoleh melalui sumber data sebagai berikut:

24
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2020), h. 3.
22

1. Data Primer, yakni data utama yang didapatkan melalui sumber aslinya.
Informasi diperoleh melalui pengamatan dan wawancara. Adapun yang
diamati adalah kegiatan pemutihan hutang. Sedangkan pihak yang
diwawancarai adalah tokoh yang terlibat dalam proses ritual tersebut dan
diyakini dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk memperoleh
data penelitian. Adapun rincian kriteria dari narasumber penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Informan utama yang menjadi sumber informasi primer adalah kepala
koperasi.
b. Informan kunci yang memiliki informasi menyeluruh serta memahami
kondisi dan fenomena yang berkaitan dengan tema penelitian adalah
kreditur dan debitur
c. Informan tambahan sebagai sumber informasi sekunder yang menjadi
pelengkap dan pemberi informasi tambahan terkait tema dalam penelitian
ini meliputi pihak koperasi dan debitur

2. Data Sekunder, yakni data yang mendukung data primer adalah informasi

yang diperoleh melalui penelusuran literatur kepustakaan dengan

mengumpulkan informasi melalui bacaan-bacaan yang didapatkan dari buku

dan penelitian-penelitian terdahulu serta video yang pembahasannya

mendukung judul yang peneliti angkat.25

D. Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang cukup, digunakan beberapa metode

pengumpulan data yang efektif. Metode yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Observasi

25
Sugiyono, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Penerbit Alfabeta, 2020), h. 91.
23

Dalam penelitian yang akan dilakukan, peneliti melakukan observasi atau

pengamatan agar dapat memahami dan menampung sebanyak mungkin data yang

terdapat pada situasi kultur maupun aktivitas sosial dari objek yang diteliti serta

observasi dimaksudkan untuk mengantisipiasi apabila ada beberapa hal yang

tidak diinformasikan oleh narasumber ketika wawancara. Setelah itu, peneliti

melakukan pencatatan melalui foto, rekaman suara, dan video.

2. Wawancara

Mengingat informasi belum tentu valid jika hanya melalui pengamatan

tanpa pendalaman, maka metode pengumpulan informasi juga dilakukan dengan

jalan wawancara kepada informan yang diyakini dapat memberikan informasi.

Beberapa daftar pertanyaan yang peneliti sediakan untuk ditanyakan kepada

informan agar menghasilkan data yang akurat.

3. Dokumentasi

Metode yang peneliti lakukan di dalam pengumpulan data atau informasi

pada penelitian adalah dokumentasi. Tujuan dokumentasi adalah untuk

menghimpun dan menganalisis dokumen baik tulisan maupun ilustrasi sehingga

melengkapi informasi penting. Selain itu, hasil dokumentasi dapat digunakan

sebagai bukti yang mengkonfirmasi kegiatan penelitian yang dilakukan.

E. Instrumen Penelitian

Di dalam sebuah penelitian, instrumen atau alat sangat dibutuhkan untuk

mengumpulkan segala data yang diperlukan. Instrumen penelitian ini adalah

peneliti sendiri sebagai instrumen utama (instrumen kunci). Oleh karena itu,

maka peneliti menyiapkan perbekalan baik teori dan juga wawasan yang cukup

agar mampu menanyakan serta menganalisis fenomena yang terjadi di lapangan


24

sehingga penelitian tersebut menjadi lebih bermakna. Sedangkan alat yang akan

digunakan untuk menunjang kegiatan penelitian ini meliputi:

1. Kamera dan video yang fungsinya untuk mengambil foto dan video saat

peristiwa benar-benar terjadi di lapangan.

2. Pedoman wawancara, yang dimaksudkan adalah sebelum peneliti melakukan

kegiatan wawancara, peneliti terlebih dahulu telah menyediakan beberapa

daftar dan urutan pertanyaan perihal pemutihan hutang bagi nasabah

meninggal dunia yang akan peneliti ajukan kepada informan pada saat

kegiatan wawancara berlangsung.

3. Pedoman observasi, ditujukan untuk membantu peneliti dalam mengamati

fenomena sosial. Selain itu, pedoman observasi juga mengarahkan peneliti

untuk melakukan pemeriksaan terhadap aspek-aspek dari objek penelitian.

4. Alat tulis, berupa buku catatan, pulpen dan sebagainya yang berfungsi untuk

mencatat berbagai informasi yang didapat dari observasi maupun wawancara

dengan informan.

5. Telepon genggam, dalam hal ini difungsikan untuk merekam audio pada saat

peneliti mencari informasi langsung dari informan.

F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data


Setelah melakukan serangkaian metode untuk mendapatkan data dan

informasi dari beberapa sumber, baik yang melalui observasi, wawancara,

maupun dokumentasi, peneliti akan mengelompokkan data-data tersebut ke dalam

beberapa kategori data. Pengelompokan tersebut dilakukan untuk menyeleksi dan

memilah data penting yang dibutuhkan ataupun yang tidak, kemudian data yang

terpilih disusun untuk mengarah pada suatu bahasan yang menghasilkan

kesimpulan. Setidaknya, teknik di dalam mengolah dan menganalisis dari data

adalah sebagai berikut:


25

1. Pengumpulan Data

Pada proses awal ini, dilakukan penelusuran secara umum terhadap

fenomena dan objek yang diteliti. Dalam proses ini, segala yang dilihat

dan didengar dikumpulkan semua. Sehingga data yang terkumpul

bervariasi dan sangat banyak.

2. Reduksi Data

Dalam proses ini, data yang tidak relevan dengan topik penelitian

dipilih dan dibuang. Adapun yang diambil adalah data penting yang

diperlukan bagi penelitian. Karena ketika melakukan penelitian, akan

didapatkan data yang banyak jumlahnya, sehingga perlu untuk direduksi

dengan cara memilih dengan intens segala data yang telah diperoleh,

memfokuskan kepada apa yang dibutuhkan.

3. Penyajian Data

Adapun reduksi data yaitu menyajikan data yang ada setelah

diseleksi kemudian disusun membentuk suatu uraian yang memberikan

informasi yang akan disajikan.

4. Verifikasi Data

Adapun yang dilakukan pada tahapan ini adalah penarikan

kesimpulan setelah menganalisis data yang didapatkan melalui observasi

di lapangan, wawancara dengan informan, serta dokumentasi saat

penelitian. Sebuah kesimpulan akhir kemudian ditarik hasilnya dan

diperiksa.
26

Anda mungkin juga menyukai