Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ekonomi Islam adalah ekonomi yang bebas, tetapi kebebasannya ditunjukan lebih

banyak dalam bentuk kerjasama dari pada dalam bentuk kompetisi (persaingan) (Monzer

Kahf, 2008:72). Karena dalam usaha memenuhi seluruh tingkat kebutuhan hidup tersebut,

manusia memerlukan manusia lainnya, karena manusia termasuk makhluk sosial. Maka,

timbulah interaksi dan pembagiaan tugas yang diwujudkan dalam bidang-bidang usaha

masyarakat. Interaksi dalam masyarakat tersebut diatur oleh kesepakatan yang tercemin dalam

norma-norma masyarakat.

Dikemukakan oleh M. Quraish Shihab (2005:403) bahwa pendorong bagi kegiatan

ekonomi itu adalah kebutuhan yang tidak mungkin diperoleh secara mandiri. Untuk

memenuhinya manusia terpaksa melakukan kerjasama dengan sesamanya serta sering sekali

terpaksa harus mengorbankan sebagian keinginannya, bahkan selalu dipaksa untuk

menetapkan skala prioritas dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun terkadang ada juga

manusia yang tidak ingin mengorbankan sebagian keinginannya, sehingga ia terdorong untuk

memenuhi kebutuhannya tanpa memperhatikan hak-hak orang lain bahkan cenderung

merampas. Oleh sebab itu, diperlukan peraturan serta etika yang mengatur kegiatan ekonomi.

Harus diakui bahwa al-Qur‟an tidak menyajikan rincian, tetapi hanya mengamanatkan

nilai-nilai (prinsip-prinsip)-nya saja. Namun sunah Nabi dan analisis para ulama dan

cendikiawan yang mengemukakan 1sebagian dalam rangka operasionalnya (M. Quraish

Shihab, 2005:207).
Secara komprehensif Islam telah mencakup aturan-aturan kehidupan, baik kehidupan

duniawi maupun kehidupan akhirat. Dalam kehidupan duniawi, Islam telah mengatur bebagai

aspek kehidupan, baik aturan lembaga, politik ekonomi, ketatanegaraan, sosial

kemasyarakatan, dan lain sebagainya. Dalam bidang ekonomi, Islam telah menerangkan

aturan-aturan ekonomi, termasuk segala sesuatu dari elemen-elemen seperti produksi,

distribusi, dan konsumsi (A. Djazuli dan Yadi Janwari, 2005:1). Yang semuanya tidak

mungkin dapat dilaksanakan sendirian (individual), tapi harus secara kerjasama dengan orang

lain.

Menurut Muhamad (2014:2) bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank

Syariah, adalah bank yang beoperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank Islam

atau biasa disebut dengan Bank tanpa bunga, adalah lembaga keuangan/perbankan yang

operasional dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur‟an dan Hadis Nabi Saw.

Atau dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya

memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran

uang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam.

Membahas persoalan bank syariah, pada dasarnya bersumber pada konsep uang dalam

Islam. Sebab bisnis perbankan tidak dapat lepas dari persoalan uang. Menurut Muhamad

(2014:15) diakui atau tidak, bahwa regulasi finansial di Indonesia telah memberikan iklim

bagi tumbuh dan kembangnya bank syariah di Indonesia. Pada tahun 1991 telah berdiri dua

bank syariah, yaitu: BPR Syariah Dana Mardhotillah; dan BPR Syariah Berkah Amal

Sejahtera, keduanya berada di Bandung. Pada tahun 1992, diundangkan UU Perbankan

Nomor 7 tahun 1992, yang isinya tentang bank bagi hasil. Saat itu pula berdiri bank Muamalat

Indonesia.
Jika dilihat secara makro ekonomi, pengembangan bank syariah di Indonesia memiliki

peluang besar karena peluang pasarnya yang luas sejurus dengan mayoritas penduduk

Indonesia.

Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak

dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.

Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya

modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.

Secara garis besar, pengembangan produk bank syariah dikelompokkan menjadi tiga

kelompok, yaitu:

1. Produk Penyaluran Dana,

2. Produk Penghimpunan Dana,

3. Produk Jasa.

Salah satu bank syariah terdapat produk gadai emas dan cicil emas. Dalam kehidupan

bisnis klasik dan modern, masalah pegadaian tidak lepas dari kajian masalah perekonomian.

Menurut Ismail Nawawi (2012:198) Gadai dalam bahasa Arab disebut rahn. Secara bahasa

(lughatan), rahn berarti tetap dan lestari‟, seperti juga dinamai al-habsu, artinya „penahanan‟.

Secara terminologi, rahn didefinisikan oleh ulama fikih sebagai menjadikan materi

(barang) sebagai jaminan utang yang dapat dijadikan sebagai pembayar utang apabila orang

yang berutang tidak bisa mengembalikan utangnya.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) BAB II tentang asas akad pasal

21 pada point (g), yaitu transparansi; setiap akad dilakukan dengan pertanggungjawaban para

pihak secara terbuka.


Salah satu bank syariah yang menganjurkan produk gadai dan cicil emas adalah Bank

Syariah Mandiri. Fasilitas yang disediakan oleh Bank Syariah Mandiri untuk membantu

nasabah untuk membiayai pembelian/kepemilikan emas berupa lantakan (batangan) dengan

cara mudah punya mudah dan menguntungkan. Adapun biaya-biaya yang harus dipersiapkan

oleh nasabah diantaranya biaya administrasi, materai dan asuransi. Pembiayaan kepemilikan

emas ini menggunakan murabahah. (www.syariahmandiri.co.id, diakses pada tanggal 03

Agustus 2016)

Di Bank Syariah Mandiri biaya administrasi pada produk cicil emas tidak dijelaskan

secara rinci pada pihak nasabah. Seharusnya pihak bank bisa menjelaskan apa saja yang

masuk dalam biaya administrasi dalam produk cicil emas secara rinci, baik itu dalam bentuk

lisan maupun tulisan.

Pada prakteknya Bank Syariah Mandiri KCP Bandung Buah Batu dalam produk

pembiayaan kepemilikan emas (cicil emas) bertentangan dengan salah satu dari asas-asas

dalam lapangan hukum perdata yaitu asas perjanjian tertulis atau diucapkan di depan saksi.

Bahwa hubungan perdata selayaknya dituangkan dalam perjanjian tertulis di hadapan para

saksi-saksi yang memenuhi syarat. (www.rferynugrohoholistiorahayu.blogspot.co.id, diakses

pada tanggal 03 Agustus 2016)

Alasan produk pembiayaan kepemilikan emas (cicil emas) dengan asas tertulis dan

diucapkan di depan saksi adalah pada produk itu tidak dijelaskan biaya administrasi decara

rinci baik itu secara tertulis maupun secara lisan. Sehingga nasabah tidak mengetahui apa saja

yang termasuk ke dalam biaya administrasi tersebut.

Akan tetapi pada praktiknya dalam klausul akad pembiayaan kepemilikan emas (cicil

emas) tidak disebutkan biaya administrasi secara rinci. Pada saat akad berlangsung pihak bank
pun tidak memaparkan biaya administrasi secara rinci dalam bentuk lisan kepada pihak

nasabah. Hal itu mencerminkan pihak bank kurang mentransparasi biaya-biaya secara rinci

yang terdapat dalam produk cicil emas, sehingga pihak nasabah tidak mengetahui biaya apa

saja yang ada dalam biaya administrasi tersebut.

Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang Biaya

Administrasi pada Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (Cicil Emas) di Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bandung Buah Batu Ditinjau dari Hukum

Ekonomi Syariah.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian skripsi ini adalah tidak disebutkannya

biaya administrasi secara rinci pada produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (Cicil Emas),

baik itu secara tulisan di klausul akad maupun secara lisan. Hal itu mencerminkan pihak bank

kurang mentransparasi biaya-biaya secara rinci yang terdapat dalam produk cicil ema,

sehingga pihak nasabah tidak mengetahui biaya apa saja yang ada dalam biaya administrasi

tersebut. Berdasarkan masalah ini, dapat ditarik beberapa pertanyaan penelitian sebagai

berikut:

1. Bagaimana mekanisme produk cicil emas di Bank Syariah Mandiri KCP Bandung Buah

Batu?

2. Apa latar belakang dan tujuan adanya biaya administrasi pada produk cicil emas di Bank

Syariah Mandiri KCP Bandung Buah Batu?

3. Bagaimana tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap adanya biaya administrasi produk

cicil emas di Bank Syariah Mandiri KCP Bandung Buah Batu?

C. Tujuan Masalah
Dalam melakukan suatu penelitian tentu tidak lepas dari tujuan yang hendak dicapai.

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui mekanisme administrasi pada produk cicil emas di Bank Syariah KCP

Bandung Buah Batu.

2. Untuk mengetahui latar belakang dan tujuan adanya biaya administrasi pada produk cicil

emas di Bank Syariah Mandiri KCP Bandung Buah Batu.

3. Untuk mengetahui tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap biaya administrasi produk

cicil emas di Bank Syariah Mandiri KCP Bandung Buah Batu.

D. Kerangka Pemikiran

Menurut Achmad Wardi Muslich (2010:1) Fiqh Muamalat terdiri atas dua kata, yaitu

fiqh dan muamalat. Pengertian fiqh menurut bahasa berawal dari kata faqiha, yafqahu, fiqhan

yang berarti mengerti, atau mengerti, atau memahami. Adapun lafal muamalah berasal dari

kata ámala, yu’amilu, mu’amalatan yang artinya melakukan interaksi dengna orang lain

dalam jual beli dan semacamnya.

Menurut Yazid Afandi (2009:5) pengertian Fiqh muamalah dapat dibedakan menjadi

dua:

1. Pengertian luas; adalah kumpulan hukum yang disyariatkan Agama Islam yang mengatur

hubungan kepentingan antar sesama manusia dalam berbagai aspek. Dalam pengertian ini

fiqh muamalah membahas semua hal yang terkait dengan pengaturan prilaku manusia baik

pada aspek perdata, pidana, hukum privat (hukum munakahat) dan politik maupun lain-

lain. Dalam pengertian ini, Fiqh Muamalah merupakan bagian dari ilmu fiqh, yang terdiri

dari dua bagian; fiqh ibadah dan fiqh muamalah.


2. Pengertian sempit; adalah peraturan yang menyangkut hubungan kebendaan; ia berisi

aturan-aturan tentang hak manusia dalam hubungannya satu sama lain terkait dengan

penguasaan benda, konsumsi dan pendistribusiannya, seperti hak pembelian terhadap harta

dan hak penjualan mendapatkan uang, wewenang pemilik modal memperlakukan

modalnya, hak mendapatkan keuntungan dari modal yang diinvestasikan dan lain-lain.

Menurut Muhamad Asro, Muhamad Kholid (2011: 53-54) Fiqh perbankan, artinya

pemahaman hukum Islam tentang praktik perbankan, baik menetapkan kedudukan hukum

praktik perbankan konvensional maupun perbankan syariah. Bank Islam adalah bank yang

beroperasi dengan prinsip syariah syariat Islam dan tata cara beroperasinya mengacu pada

ketentuan-ketentuan Al-Qur‟an dan Al-Hadis.bank syariah merupakan salah satu bentuk dari

perbankan nasional yang mendasarkan operasionalnya pada syariat (hukum) Islam.

Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan

jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi dengan

prinsip-prinsip syariah. Dengan perkataan lain, bank syariah adalah lembaga keuangan yang

beroperasi tanpa mengandalkan bunga yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan

jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya

sesuai dengan prinsip syariah Islam.

Menurut Muhammad Syafi‟i Antonio (2001:160-161) pembiayaan merupakan salah

satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan

pihak-pihak yang merupakan deficit unit. menurut sifat penggunaannya, pembiayaan dapat

dibagi menjadi dua hal berikut.


1. Pembiayaan Produktif, yaitu pembiayaan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan

produksi dalam arti luas, yaitu untuk peningkatan usaha, baik usaha produksi,

perdagangan, maupun investasi.

2. Pembiayaan Konsumtif, yaitu pembiayaan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi, yang akan habis digunakan untuk memenuhi kebutuhan.

Menurut keperluannya, pembiayaan produktif dapat dibagi menjadi dua hal berikut.

1. Pembiayaan modal kerja, yaitu pembiayaan untuk memenuhi kebutuhan: (a) peningkatan

produksi, baik secara kuantitatif, yaitu jumlah hasil produksi, maupun secara kualitatif,

yaitu peningkatan kualitas atau mutu hasil produksi; dan (b) untuk keperluan perdagangan

atau peningkatan utility of place dari suatu barang.

2. Pembiayaan investasi, yaitu untuk memenuhi kebutuhan barang-barang modal (capital

goods) serta fasilitas-fasilitas yang erat kaitannya dengan itu.

Secara etimologi, kepemilikan dalam bahasa Arab adalah milkun yang berarti „milik

atau kepemilikan‟. Menurut Ismail Nawawi (2012:57), kepemilikan bermakna pemilikan

manusia atas suatu harta atau kewenangan untuk bertransaksi secara bebas terhadapnya.

Menurut ulama fikih, kepemilikan adalah keistimewaan atas suatu benda yang menghalangi

pihak lain bertindak atasnya dan memungkinkan kepemilikannya untuk bertransaksi secara

langsung di atasnya selama tidak ada halangan syariah.

Bank Mandiri Syariah mempunyai beberapa produk, salah satunya adalah produk cicil

emas. Fasilitas yang disediakan oleh Bank Syariah Mandiri untuk membantu nasabah untuk

membiayai pembelian/kepemilikan emas berupa lantakan (batangan) dengan cara mudah

punya mudah dan menguntungkan.


Pembiayaan kepemilikan emas pada Bank Syariah Mandiri menggunakan akad

murabahah. Murabahah adalah jual beli yang dilakukan seseorang dengan harga awal

ditambah dengan keuntungan. Penjual menyampaikan harga beli kepada pembeli ditambah

dengan permintaan keuntungan yang dikehendaki penjual kepada pembeli.

Sebagaimana diketahui bahwa murabahah adalah salah satu jenis dari jual beli,

khususnya jual beli amanah. Maka landasan syar‟i akad murabahah adalah keumuman dalil

syara‟ tentang jual beli. Diantaranya:

َِٰٓ ‫يَٰٓأيُّها َٰٓٱلَّذِيهَٰٓ َٰٓءامىُىَٰٓاْ َٰٓلَٰٓ َٰٓتأَٰٓ ُكلُىََٰٰٓٓاْ َٰٓأَٰٓمَٰٓىَٰٓل ُكم َٰٓبيَٰٓى ُكم ََِٰٰٓٓبٱلَٰٓبَٰٓ ِط‬
َٰٓ َّ ‫ل َٰٓ ِإ‬
ََٰٰٓٓ‫ل َٰٓأن َٰٓت ُكىنَٰٓ َٰٓتِجَٰٓزةَٰٓ َٰٓعه َٰٓتزاضَٰٓ َٰٓ ِّمى ُكم‬

َٰٓ٩٢َٰٓ‫ّللَٰٓكانََٰٰٓٓ ِب ُكمََٰٰٓٓر ِحيمَٰٓا‬ ََّٰٓ ‫ولََٰٰٓٓتقَٰٓتُلُىََٰٰٓٓآَْٰأوفُس ُكمََٰٰٓٓ ِإ‬


ََّٰٓ ‫نَٰٓٱ‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu

dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka sama-suka di

antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu sesungguhnya Allah adalah Maha

Penyayang kepadamu” (Q.S An-Nisaa (4):29).

Kata perniagaan yang berasal dari kata niaga, yang kadang-kadang disebut pula dagang atau

perdagangan amat luas maksudnya, segala jual beli, sewa menyewa, upah mengupah, import dan

eksport, dan semua menimbulkan peredaran harta benda termasuklah itu dalam bidang niaga.

Yang di perboleh kan dalam memakan harta orang lain adalah dengan jalan perniagaan yang

saling „berkeridhoan” (suka sama suka) diantaramu (kedua belah pihak). (Hamka, 1983:36)

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) BAB II tentang asas akad Pasal

21 dipaparkan bahwa akad dilakukan berdasarkan asa:

a. Ikhtiyari/sukarela; setiap akad dilakukan atas kehendak para pihak, terhindar dari

keterpaksaan karena tekanan salah satu pihak atau pihak lain.


b. Amanah/menepati janji; setiap akad wajib dilaksanakan oleh para pihak sesuai

dengan dengan kesepakatan yang ditetapkan oleh yang bersangkutan dan pada saat

yang sama terhindar dari cidera-janji.

c. Ikhtiyati/kehati-hatian; setiap akad dilakukan dengan pertimbangan yang matang

dan dilaksanakan secara tepat dan cermat.

d. Luzum/tidak berobah; setiap akad dilakukan dengan tujuan yang jelas dan

perhitungan yang cermat, sehingga terhindar dari praktik spekulasi atau maisir.

e. Saling menguntungkan; setiap akad dilakukan untuk memenuhi kepentingan para

pihak sehingga tercegah dari praktik manipulasi dan merugikan salah satu pihak.

f. Taswiyah/kesetaraan; para pihak dalam setiap akad memiliki kedudukan yang

setara, dan mempunyai hak dan kewajiban yang seimbang.

g. Transparansi; setiap akad dilakukan dengan pertanggungjawaban para pihak secara

terbuka.

h. Kemampuan; setiap akad dilakukan sesuai dengan kemampuan para pihak,

sehingga tidak menjadi beban yang berlebihan bagi yang bersangkutan.

i. Taisir/kemudahan; setiap akad dilakukan sesuai cara saling memberi kemudahan

kepada masing-masing pihak untuk untuk dapat melaksanakannya sesuai dengan

kesepakatan.

j. Itikad baik; akad dilakukan dalam rangka menegakan kemaslahatan, tidak

mengandung unsur jebakan dan perbuatan buruk lainnya.

k. Sebab yang halal; tidak bertentangan dengan hukum, tidak dilarang oleh hukum

dan tidak haram.


Mohammad Daud Ali mengemukakan 18 prinsip yang menjadi asas-asas hukum Islam

di bidang perdata (muamalat). Asa-asas tersebut adalah sebagai berikut.

a. Asas kebolehan atau asas mubah

b. Asas kemaslahatan hidup

c. Asas kebebasan dan kesukarelaan

d. Asas menolak mudharat dan mengambil manfaat

e. Asas kebajikan (kebaikan)

f. Asas kekeluargaan atau asas kebersamaan yang sederajat

g. Asas adil dan berimbang

h. Asas mendahulukan kewajiban dari hak

i. Asas larangan merugikan diri sendiri dan orang lain

j. Asas kemampuan berbuat dan bertindak

k. Asas kebebasan berusaha

l. Asas mendapatkan hak karena usaha dan jasa

m. Asas perlindungan hak

n. Asas hak milik berfungsi sosial

o. Asas yang beritikad baik harus dilindungi

p. Asas risiko dibebankan pada harta, tidak pada pekerja

q. Asas mengatur dan member petunjuk

r. Asas tertulis atau diucapkan di depan saksi


E. Langkah-langkah Penelitian

Demi mempermudah penelitian agar lebih sistematis dalam menyusun tulisan ini,

diperlukan tahapan-tahapan dalam penelitian, adapun tahapan tahapan yang ditempuh dalam

penelitian ini meliputi:

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah lembaga Perbankan Syariah, yaitu Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bandung Buah Batu. Penentuan lokasi penelitian ini

didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan, yaitu karena Bank Syariah Mandiri Kantor

Cabang Pembantu Bandung Buah Batu merupakan salah satu lembaga keuangan yang

menerapkan hukum syariah.

2. Metode Penelitian

Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yakni metode penelitian

yang diupayakan untuk mengamati permasalahan secara sistematis dan akurat dengan

berdasarkan subjek atau objek penelitian (seperti seseorang, lembaga, masyarakat, dan

lain-lain) pada saat itu dengan melihat gejala-gejala yang nampak sebagaimana adanya.

Oleh karena itu, penulis menggambarkan fakta yang terjadi mengenai Penetapan Biaya

Administrasi Pada Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (Cicil Emas) di Bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bandung Buah Batu.

3. Sumber Data

Sumber data adalah subjek dari mana dapat diperoleh Sumber data, dalam

penelitian ini terbagi kepada dua bagian yaitu sumber data primer dan sumber data skunder

(Cik Hasan Bisri, 2008: 64).

a. Sumber Data Primer


Sumber data primer adalah data yang menjadi sumber pokok dari data-data yang

dikumpulkan. Data primer ini didapat dari hasil wawancara dengan karyawan bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bandung Buah Batu Bapak Agung Maulana

selaku Marketing Funding.

b. Sumber Data Sekunder

Sumber data sekunder dalam penelitian ini adalah karyawan bank Syariah

Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bandung Buah Batu yaitu Bapak Agung Maulana.

Adapun sumber data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari literatur

atau buku buku yang relevan atau berkaitan dengan masalah yang diteliti.

4. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Data

kualitatif yang dikumpulkan adalah data yang berhubungan dengan mekanisme produk

cicil emas, latar belakang dan tujuan biaya administrasi pada produk cicil emas, dan

tinjauan hukum ekonomi syariah terhadap biaya administrasi produk cicil emas di Bank

Syariah Mandiri KCP Bandung Surapati. Data ini dapat menggunakan kata-kata untuk

menggambarkan fakta dan fenomena yang diamati. Data yang diperoleh peneliti dari

hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang tidak berupa hitungan atau angka,

yang mana data ini adalah data yang sesuai dengan rumusan masalah tentang Analisis

Biaya Administrasi Pada Produk Pembiayaan Kepemilikan Emas (Cicil Emas) di Bank

Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu Bandung Buah Batu.

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam

penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data, tanpa mengetahui
tekhnik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi

standar data yang ditetapkan, dan tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah

(Sugiyono, 2007: 224):

a. Observasi

Observasi adalah kegiatan yang mengamati dan mencermati serta melakukan

pencatatan data atas informasi yang sesuai dengan konteks penilaian. Penulis

melakukan pengamatan langsung dan penelitian secara sistematis ke lokasi penelitian.

Penulis melakukan penelitian di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Bandung Buah Batu.

b. Wawancara

Wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu data tersebut

(Beni Ahmad Saebani, 2008: 190). Wawancara ini dilakukan dengan salah satu

karyawan Bank Syariah Mandiri KCP Bandung Buah Batu yaitu Bapak Agung Maulana

sebagai Marketing Funding.

c. Study Kepustakaan

Study Kepustakaan (Book Survey) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan

dengan cara mencari dan meneliti data-data dan teori-teori dari sumber-sumber atau

buku-buku yang ada relevansinya dengan judul penelitian.

6. Analisis Data

Setelah data terkumpul, kemudian data dianalisis dengan menggunakan pendekatan

kualitatif. Tahap menganalisis data merupakan tahap yang akan menjelaskan pertanyaan-

pertanyaan yang ada pada rumusan masalah. Dari data-data yang telah ada akan diketahui
bagaimana cara mekanisme dan analisis Biaya Administrasi Pada Produk Pembiayaan

Kepemilikan Emas (Cicil Emas) di Bank Syariah Mandiri Kantor Cabang Pembantu

Bandung Buah Batu. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis kualitatif

anatara lain, yaitu:

a. Menelaah seluruh data yang diperoleh dari berbagai sumber melalui observasi dan

wawancara dengan cara dibaca, dipelajari dan ditelaah untuk kemudia dipahami secara

baik.

b. Kategorisasi data yaitu pengelompokan data yang terkumpul dalam bagian-bagian yang

secara jelas berkaitan atas dasar intuisi pikiran, pendapat atau kriteria tertentu.

c. Menghubungkan data dengan teori yang sudah dikemukakan dalam kerangka

pemikiran.

d. Menganalisis data secara deduktif dan induktif.

e. Menarik kesimpulan.

Anda mungkin juga menyukai