Anda di halaman 1dari 4

Jurnal 7 Samudra p-ISSN: 2502-1621

Politeknik Pelayaran Surabaya e-ISSN: 2656-1611


Vol. 7, No.2, November 2022

PENERAPAN MARPOL ANNEX V DALAM PENGOLAHAN


SAMPAH DI ATAS KAPAL MT. SERENA III

Aditya Laksamana Bagaskara1, Manungku Trinata P2, Sigid Purwanto2


1
Taruna Program Studi Nautika, Politeknik Pelayaran Surabaya
2
Dosen Program Studi Nautika, Politeknik Pelayaran Surabaya

E-mail korespondensi: aditya.laksamana@gmail.com

ABSTRAK

Pencemaran laut merupakan suatu pencemaran yang terjadi di pesisir atau di laut yang terjadi karena
banyak hal termasuk kegiatan pelayaran kapal. Dengan dasar ini penulis merumuskan tentang
bagaimana penerapan Annex 5 dalam pengolahan sampah di kapal. Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kualitatif yang menghasilkan data deskriktif berupa angka-angka tertulis
dari observasi dan perilaku yang diamati.penelitian dalam hal ini penulis mengumpulkan data berupa
pendekatan terhadap obyek melalui observasi. Serta menggunakan dokumen dan data-data yang
berhubungan dengan pencemaran laut.Sesuai dengan fakta yang penulis temukan di lapangan walaupun
IMO telah membuat berbagai prosedur dan aturan akan tetapi para pelaut di laut masih belum benar-
benar menerapkan Marine pollution ini dalam keseharian perkerjaan mereka di atas kapal. Dengan
masih terjadinya beberapa kesalahan maupun kelalaian yang disebabkan karena ketidakpahaman para
kru kapal terhadap pentingnya penerapan MARPOL annex V yang membuktikan bahwa MARPOL
sangatlah berpengaruh pada kelangsungan hidup para biota laut.

Kata kunci: pencemaran laut, sampah, penanggulangan, pencegahan

disana. Laut Adriatik atau laut yang


PENDAHULUAN
memisahkan semenanjung Italia dengan
Bumi mempunyai perairan yang sangat Semenanjung Balkan yang juga merupakan
luas juga memiliki berbagai macam ragam flora bagian dari Laut Tengah.
dan fauna bahari yang begitu indah, tetapi Maka dari itu International Maritime
apakah kita berpikir terkadang di laut, kita Organitation (IMO) telah berupaya
melihat sampah dimana-mana seperti sampah menertibkan para perusahaan pelayaran dengan
jenis plastik termasuk tali sintetik, jala ikan membuat aturan mengenai pencemaran
sintetik, kantong plastik. Dapat kita bayangkan lingkungan yang biasa disebut Marine
bahwa semua sampah yang kita buang di laut Pollution (MARPOL).
pada saat berlayar akan menumpuk, seperti Kita dapat bercermin dari kasus yang
yang sering kita dengar tentang Great Pasific terjadi pada Januari 2016 lalu, 13 paus sperma
Garbage Patch. Tempat itu adalah dimana ditemukan mati terdampar di beberapa pantai di
seluruh arus laut dunia mengarah di sana Jerman, Inggris, dan Belanda. Peristiwa ini
tepatnya antara benua Asia dan benua Amerika, sempat menjadi sorotan dunia. Setelah
sehingga seluruh sampah yang kita buang di dilakukan otopsi (pembedahan), ditemukan
atas kapal dan dibuang ke laut akan menumpuk gumpalan-gumpalan plastik di dalam perutnya.

13
Aditya Laksamana Bagaskara et al– Penerapan Marpol Annex. . .
Hal yang paling mengerikan adalah jaring ikan HASIL DAN PEMBAHASAN
sepanjang 15 Meter ditemukan tersangkut di Hasil penelitian:
perut salah satu paus. Paus sperma biasanya Berdasarkan penelitian yang telah
makan cumi-cumi, udang, kepiting dan ikan. taruna laksanakan selama masa PRALA di atas
Namun, paus-paus ini tanpa sengaja memakan kapal “MT. Serena III”, saya akan menjabarkan
sampah plastik yang terbawa ke lautan. tentang kejadian yang pernah di alami selama
Pencemaran tersebut tentunya dapat taruna berada di atas kapal. Salah satu faktor
merusak habitat flora dan fauna di laut, sampah- penyebab utama pencemaran laut oleh sampah
sampah seperti ini banyak disebabkan oleh yaitu kurangnya kesadaran ABK tentang
kurangnya kepedulian awak kapal terhadap pentingnya tidak membuang sampah
pencemaran laut, penting bagi awak kapal sembarangan di laut sesuai dengan prosedur
mengerti tentang aturan pembuangan sampah yang tercantum pada garbage management plan
yang diolah dalam Marine Pollution dan tidak ada pendataan dalam garbage record
(MARPOL) yaitu Annex 5 yang diberlakukan book.
pada 31 Desember 1988 yang berisikan tentang Berikut adalah suatu kejadian atau
tata cara pembuangan sampah yang benar peristiwa yang dialami pada saat praktek
seperti sampah makanan sejauh mungkin dari berlayar. Pada tanggal 10 Januari 2018 kapal
daratan tidak boleh kurang dari 12 Mil dan “MT. Serena III” sedang melaksanakan
daerah-daerah khusus yang tidak perjalanan dari pelabuhan Ende menuju
memperbolehkan siapapun dan jenis sampah pelabuhan Kupang, seluruh ABK dek yang
apapun untuk dibuang. tidak berdinas jaga melaksanakan harian seperti
Di dalam aturan ini pula menyebutkan biasanya pada pukul 08.00 WITA. Kami
bahwa setiap kapal dengan GRT 400 Ton berkumpul di depan gudang bosun, untuk
keatas dan dengan jumlah awak kapal diatas 15 pembagian tugas masing-masing. Setelah itu
orang atau lebih maka kapal tersebut harus kami langsung melaksanakan pembersihan
dilengkapi dengan Garbage Management Plan disekitar kapal karna kapal sedang dalam
maka sangat penting bagi semua kapal untuk keadaan kotor. Saat saya sedang melaksanakan
menerapkan aturan Annex 5 tentang sampah pembersihan di area buritan, menyapu lantai di
untuk mengurangi pencemaran laut. deck embarkasi dan memasukkan kedalam tong
sampah yang tersedia. Setelah selesai menyapu
lantai. Kami memasukkan sampah tersebut
METODE PENELITIAN
kedalam kantong plastik hitam agar
Berdasarkan pada permasalahan yang memudahkan kita untuk membuang sampah
diteliti, metode yang digunakan dalam tersebut ke truk-truk sampah yang telah di
penelitian ini adalah metode deskriptif dengan sediakan oleh pihak pelabuhan. Tidak lama
pendekatan survey. kemudian ketika saya sedang memasukkan
Masyhuri (2008: 34) menjelaskan sampah yang ada di dalam tong kedalam
bahwa penelitian yang bersifat deskriptif plastik, ada salah satu ABK yang membuang
merupakan penelitian yang memberi gambaran plastik tersebut ke tengah laut tanpa rasa
secermat mungkin mengenai suatu individu, bersalah.
keadaan, gejala atau kelompok tertentu. Jenis sampah yang terdapat di tong
Penelitian kualitatif sebagai penelitian sampah tersebut terdiri dari 80 % sampah
yang menghasilkan data deskriptif berupa kata– kering dan 20% sampah basah. Sampah kering
kata tertulis atau lisan dari orang atau perilaku didapat dari bungkus- bungkus makanan atau
yang dapat diamati. Metode kualitatif kertas-kertas yang sudah tidak dipakai,
merupakan metode mengumpulkan data sendiri sedangkan sampah basahnya di peroleh dari
dengan mempelajari dokumen- dokumen, sampah dapur. Pada kejadian pertama aturan
mengamati perilaku dan mewawancarai para pembuangan sampah bahan yang terapung
partisipan. (Moleong, 2002:3) tidak terpenuhi karena masinis tidak membuang

14
Jurnal 7 Samudra Politeknik Pelayaran Surabaya | 7(2): 13-16 | November 2022

sampah packing sesuai aturan yang seharusnya bahan bakar juga dilengkapi saluran untuk
dibuang pada jarak 25 Nm atau lebih dari menyalurkan udara dari blower, pembakaran
daratan. Pada kejadian kedua dan ketiga ABK ini dilakukan secara tertutup untuk menghindari
dirasa kurang memahani tentang MARPOL bahaya toksin maupun infeksi dari sampah yang
Annex V tentang penanganan sampah di atas akan dimusnahkan.
kapal sehingga membuang sampah secara Tetapi karena di kapal “MT. Serena III”
sembarangan tanpa memperhatikan incinerator tidak dapat digunakan dan karena
jarak dari garis pantai dan tidak ada perlakuan faktor usia, alat tersebut tidak dapat
khusus untuk sampah-sampah yang sulit dimanfaatkan secara maksimal. Selama taruna
terurai. Pada kejadian ke empat koki sudah melaksanakan tugas prala, ABK tidak pernah
melaksanakan pemberlakuan MARPOL Annex mengoperasikan alat tersebut. Pada akhirnya
V tentang penanganan sampah sisa makanan ABK memutuskan untuk membuat incinerator
yang boleh dibuang hanya dengan jarak lebih sederhana yang mana akan lebih ramah
dari 3 Nm dari garis pantai. lingkungan daripada membuangnya langsung
Pembahasan: ke laut. Para ABK juga melaksanakan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan pembersihan secara manual yaitu dengan cara
wawancara pada kru kapal yang taruna pembersihan bersama lalu memasukkan
laksanakan di atas kapal “MT. Serena III” kedalam kantong plastik dan jika kapal telah
menyimpulkan bahwa kejadian tersebut terjadi sandar di pelabuhan kita membuang kantong
karena kurang tersedianya alat-alat pengolah tersebut ke dalam truk-truk atau gerobak yang
sampah dan terdapat 2 faktor yang menjadi telah disediakan oleh pihak dermaga.
peran penting dalam masalah ini yaitu faktor Kegiatan ini dilaksanakan secara rutin
manusia dan faktor teknis. agar tidak terjadi penumpukan sampah di atas
1. Faktor manusia, terjadi karena kapal dan mencegah hal- hal yang tidak
kurangnya kesadaranan anak buah diinginkan seperti bau busuk maupun penyakit
kapal tentang peraturan pencemaran yang timbul akibat tumpukan sampah tersebut.
sampah di laut yang telah di terapkan di
MARPOL 73/78 yang mengatur tentang KESIMPULAN
pencemaran sampah Annex 5.
2. Faktor teknis, terjadi karena kurang Menjaga kelestarian lingkungan hidup
tersedianya alat-alat pengolah sampah adalah syarat mutlak untuk menjaga
yang berada di atas kapal “MT. Serena kelangsungan hidup manusia karena laut adalah
III”, pihak kantor jarang sekali sumber daya alam yang sangat di butuhkan
menyuplai alat-alat kebersihan yang manusia dan menjadi sumber perdagangan,
dinilai sudah tidak layak pakai dan tidak juga sumber makanan manusia maupun sebagai
adanya upaya perbaikan alat pengolah mata pencaharian. Jika kita tidak dapat
sampah seperti incinerator. menjaganya maka kelangsungan hidup biota
Di atas kapal “MT. Serena III” terdapat 2 laut akan rusak dan dapat menurunkan kualitas
cara untuk tidak membuang sampah sumber daya manusia itu sendiri.Pada
sembarangan yaitu setiap kapal pasti memiliki pembahasan sebelumnya telah dilakukan
alat yang digunakan untuk menghancurkan analisa terhadap permasalahan yang ada. Dari
sampah yang disebut dengan “Incinerator”. hasil analisa tersebut dapat disimpulkan bahwa:
Incinerator adalah suatu alat pembakar sampah “MT. Serena III” belum melakukan
yang dioperasikan dengan menggunakan penanganan pencemaran laut oleh sampah yang
teknologi pembakaran pada suhu tertentu diatur dalam MARPOL Annex V. Sebagian
sehingga sampah dapat terbakar habis. besar peraturan tidak terlaksana dengan baik di
Incinerator ini memiliki ruang pembakaran, kapal “MT. Serena III” disebabkan oleh
tempat sampah yang akan dibakar dan pada berbagai faktor, salah satunya adalah
chamber terdapat saluran untuk mengalirkan kurangnya pengetahuan dan pemahaman awak

15
Aditya Laksamana Bagaskara et al– Penerapan Marpol Annex. . .
kapal terhadap prosedur pembuangan sampah
yang benar, sehingga perlu diberikan
pengarahan oleh Mualim I dan Nakhoda kepada
awak kapal untuk mengurangi pencemaran laut
akibat sampah. Faktor teknis juga berpengaruh
dalam pencemaran laut tersebut, karena sampah
di atas kapal tidak dapat diolah dengan baik
seperti sampah plastik yang seharusnya dibakar
di incinerator, malah dibuang langsung ke laut.
Hal tersebut dapat berdampak sangat berbahaya
bagi kelangsungan biota laut.

DAFTAR PUSTAKA
Cara Kerja Incenerator Limbah. (2011, Maret
16). Retrieved from MaritimeWorld:
www.maritimeworld.web.id
Kuncoro, E. (2004). Akuarium aut.
Yogyakarta: Kanisius.
Kusumoprojo, W. (2009). Indonesia Negara
Maritim. Jakarta: PTmizan Publika.
Lumbantobing, A. (2016, maret 30). 13 Paus
sperma mati dengan lambung dipenuhi
plastik. Retrieved from liputan 6:
www.liputan6.com
Musrid, S. (2003). Metode PengumpulanData.
Semarang: Universitas Negeri
Semarang.
Nazir. (2005). Metode Penelitian.
Bogor: Ghalia indonesia.
Pencemaran laut. (n.d.). Artikel PSDKP, pp.
1-3.
Valerina, D. (2009). Easy Green LIving.
Bandung: Hikmah.

16

Anda mungkin juga menyukai