Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

Tentang
SEJARAH DAN PRTKRMBANGAN
AKSARA BIMA

DISUSUN OLEH:
M.ADIN ALFIANSYAH
KELAS : X.5
SMAN 1 KOTA BIMA
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i


KATA PENGANTAR .................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................................ 2

BAB II PEMBAHASAN
A. Aksara Mbojo ..................................................................................................... 3
B. Sejarah Aksara Mbojo ......................................................................................... 3

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ........................................................................................................ 15
B. Saran .................................................................................................................. 15

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 16


BAB I
PENDAHULUAN

A. latar Belakang
Dulu peradaban Bima telah mencapai level tertentu pada zamannya. Ada bukti
sejumlah bangunan fisik yang hingga kini masih kokoh. Ada sejumlah cacatan yang masih
tersimpan rapi. Kabarnya, di Belanda masih ada yang disimpan. Demikian juga negara lain.
Terakhir yang kini ramai dibicarakan adalah Aksara Mbojo.
Memelajari kembali jejak budaya dan sejarah Mbojo, tidaklah berarti kembali pada
khayalan masa lalu. Namun, merupakan sumber motivasi dan inspirasi bagi generasi masa
kini agar menapaki perjalanan yang selalu melirik kearifan lokal. Kita seharusnya bersyukur
karena ada bukti fisik masa lampau yang bisa dinapaktilasi. Tinggal bagaimana merawat dan
mengaktualisasikannya sesuai fungsinya.
Sebenarnya, Aksara Mbojo secara terbuka sudah terpajang di tembok Museum Istana
Bima. Para pengunjung jelas bisa melihatnya. Namun, tidak banyak yang tergoda meliriknya.
Pemerintah Daerah pun bisa dianggap gagap tanggap. Tidak sigap mengekspresikannya
dalam bentuk buku dan realisasi praktis, seperti pada nama jalan atau situs lain sebagainya.
Padahal, keberadaan Aksara Mbojo itu mengisyaratkan peradaban suatu daerah yang maju
pada masanya.
Nah, kini kaum muda mulai mengenalkan lagi Aksara Mbojo dan masuk ke situs
Ensiklopedi Aksara Dunia. Kita berharap upaya ini mendapat sambutan luas agar kekayaan
budaya Bima semakin ‘membumi’ pada masyarakatnya sendiri dan dunia luar. Memang
anak-anak Mbojo selayaknya dikenalkan aksara daerahnya sendiri agar memahami
bagaimana seluk-beluknya. Apalagi, sudah ada situs yang mengakomodirnya. Jangan sampai
aksara itu malah dikuasai oleh masyarakat atau pecinta budaya di luar daerah. Di Yogyakarta
dan Solo, sebagai contoh, aksara setempat dipajang bersamaan dengan nama jalan atau
tempat-tempat situs yang bersejarah. Soal aksaran ini, peran Ina Kau Mari (almarhumah)
dalam memotivasi kaum muda patut diapresiasi.
Apa yang bisa dilakukan? Setidaknya mulai saat ini, kita mengadaptasi nama sendiri
dalam Aksara Mbojo. Memang hurufnya masih asing, terlihat seperti ‘cakar ayam’. Namun,
kekayaan budaya yang tidak cepat dikenalkan akan menyebabkan generasi bisa kehilangan
momentum dalam penyikapannya.
Saat ini, kesadaran mengenal budaya sendiri harus digenjot. Tujuannya agar
berseiringan dengan derap langkah dinamika pembangunan modern dan geliat perkembangan
tekonologi informasi. Membiarkan generasi kini tanpa asupan kekayaan budaya, akan
menyebabkan mereka ‘gagap berdiri di tengah kandangnya sendiri’. Jika ada rencana
‘membumikan’ lagi Aksara Mbojo dan mengenalkan kepada pelajar dan umum, maka harus
didukung bersama. Kepedulian kita hari ini akan sangat berarti bagi perjalanan dan warna
kebudayaan daerah ke depan.
Aksara Mbojo jelas mengonfirmasi pada dunia hari ini bahwa ada kekayaan masa lalu yang
tidak semua daerah memilikinya. Tugas besar generasi hari ini adalah menjaga dan
melestarikannya agar tidak hanyut oleh laju perjalanan waktu.

B. Rumusan Masalah
1. Apa itu aksara mbojo?
2. Bagaimana sejarah aksara mbojo?

C. Tujuan Penulisan Makalah


1. Untuk mejelaskan tentang aksara mbojo?
2. Untuk menjelaskan tentang sejarah aksara mbojo?
BAB II
PEMBAHASAN

A. Aksara Bima/Mbojo
Jenis: Abugida/aksara Silabik

Asal: Bima, Nusa Tenggara Barat


Bahasa: Bima (Nggahi Mbojo)
Direksi: Kiri - Kanan
Baris Unicode: diproposalkan sebagai variasi aksara lontara
Sebutan Lain: -
Aksara Bima atau disebut juga aksara Mbojo adalah aksara yang digunakan dikawasan Bima,
Nusa Tenggara Barat. Aksara Bima dapat merujuk pada dua bentuk aksara, yaitu aksara
Bima/mbojo yang berbentuk mirip aksara lontara/bugis, dan aksara Bima kuna. Aksara Bima
digunakan untuk menuliskan bahasa Bima (Nggahi Mbojo) yang dituturkan di timur pulau
Sumbawa.

B. Sejarah Umum
Menurut sejarah, tradisi tulis menulis di Kerajaan Bima telah berlangsung sejak abad
ke-14, dari sebelum datangnya Islam. Hal ini terus berlanjut hingga awal abad ke-20.
Setelah Islam masuk ke Bima, kerajaan Bima beralih menjadi kesultanan. Sultan
Bima II memerintahkan segala bentuk kegiatan tulis menulis beralih kepada menggunakan
aksara arab dan bahasa melayu, hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi
sehubungan dengan berkembangnya hubungan kesultanan Bima dengan kerajaan-kerajaan
lain di nusantara.
Sebagian masyarakat Bima dan seorang ahli yaitu Henry Chambert-Loir beranggapan bahwa
aksara Bima itu tidak ada karena aksara dan bahasa Bima itu sendiri tidak digunakan sebagai
bahasa tulis resmi yang umum digunakan di kerajaan Bima dimasa tersebut. Namun hal ini
nyatanya tidak benar karena dalam kelanjutan penelitian, banyak naskah-naskah ditemukan
menggunakan aksara Bima dan Jawi/Arab secara berdampingan.
Pada tahun 1987, setelah penelitian panjang, Hj. Siti Maryam R. Salahuddin (yaitu
puteri dari Sultan Bima ke-14, Sultan Muhammad Salahuddin) menemukan catatan mengenai
aksara Bima di Perpustakaan Nasional Indonesia di Jakarta, yaitu selembar dokumen seorang
peneliti belanda, H Zollinger dan juga catatan aksara Bima dari Raffles didalam bukunya
History of Java. Kedua tokoh ini diketahui pernah melakukan perjalanan dan penelitian di
Bima. Catatan yang memuat aksara Bima ini hanya sedikit yang ditemukan, diantaranya
ditemukan di Museum Samparaja Bima dan Perpustakaan Nasional Indonesia[1].

Gambar: Aksara catatan Zollinger (kiri) dan catatan Raffles (kanan)


Bila diperhatikan, dalam catatan Zollinger mengenai aksara Bima, ia menyuguhkan
dua buah bentuk huruf; satu yang mirip Lontara, dan satu lagi yang melingkar-lingkar ia beri
catatan "Raffles" di akhir tulisannya yang bisa jadi merupakan suatu referensi. Aksara Bima
catatan Zollinger yang mirip Lontara itu terpampang persis di Museum Negeri Nusa
Tenggara Barat, namun aksara ini sedikit berbeda dengan yang diketemukan di naskah-
naskah Bima.
Gambar: Papan informasi aksara tradisional di Museum Negeri NTB
1. Aksara Bima Kuna
Christopher Miller dalam papernya “Indonesian and Philippine scripts and extensions (2011)”
menampilkan satu set aksara yang bertajuk “aksara yang awalnya diadopsi (dipakai) di Bima
tapi sekarang tidak digunakan (lagi)” yang merupakan catatan Raffles tahun 1817.
Disebutkan pula bahwa tidak terdapat bukti dokumentasi lain yang memuat aksara ini[2] dan
belum ditemukan juga naskah yang menggunakan aksara ini[3].

Walau bagaimanapun, aksara bima yang menurut catatan Raffles inilah yang lebih banyak
dimuat di paper-paper ilmiah dan yang paling dikenal luas sebagai aksara Bima sehingga
aksara versi Raffles inilah yang telah dimasukkan kedalam Muatan Lokal Bima sejak
1994[3].
Gambar: Buku pelajaran lama yang memuat pembelajaran aksara Bima Raffles

Ketiga bentuk aksara Bima Raffles dalam tiga catatan tersebut masih dapat diperbandingkan;
urutan alfabetisnya tidak berubah, hanya saja bentuk aksaranya berubah-ubah menyimpang
seiring dengan penyalinan yang terjadi oleh orang-orang yang berbeda.

Gambar: Aksara Bima Raffles menurut catatan (a) Zollinger, (b) Buku Pelajaran Lama Bima,
dan (c) Raffles

Situs aksara.dompu.info menyebutkan bahwa aksara ini adalah aksara dompu, padahal Bima
dan dompu masih sewilayah dan bahasa daerah yang digunakan juga sama[3]. Barangkali
klaim ini berdasarkan pada kenyataan bahwa aksara Bima Raffles pernah dipelajari di
sekolah, dan pengklaim mencoba untuk mempopulerkannya kembali dengan nama aksara
dompu.
Absennya aksara Bima yang berbentuk mirip Lontara dari makalah-makalah asing dan sikap
asing(tidak kenal)nya generasi di Bima mengenai aksara ini adalah wajar karena seperti yang
diketahui, aksara ini baru ditemukan kembali oleh Ina Kau Mari pada dekade 90an, dan
selama ini yang dikenal dan yang mereka pelajari adalah aksara versi Raffles.

2. Aksara Bima/Mbojo
Setelah penelitian panjang Hj. Siti Maryam R. Salahuddin hingga akhirnya pada 1987
membuahkan hasil berupa ditemukannya catatan aksara Bima oleh Raffles dan Zollinger dari
Perpusnas RI. Pada tahun 1990-1991 J. Noorduyn seorang guru besar yang juga merupakan
ahli bahasa dan aksara bugis dari Universitas Leiden Belanda datang ke Mataram khusus
untuk menemui Hj. Siti Maryam R Salahuddin dengan membawa selembar dokumen lontar,
berpedoman dengan catatan yang beliau temukan pada tahun 1987 di Perpusnas RI, dokumen
tersebut kemudian diteliti dan kemudian diketahui bahwa naskah tersebut berbahasa Bima[1].
Gambar: Contoh naskah aksara Bima dan Arab ditulis berdampingan
(Sumber: https://www.facebook.com/tanaoaksarambojo/photos/)

3. Alfabet
Aksara Mbojo ini adalah aksara yang masih berkerabat dengan aksara lontara (bugis).
Bentuknya seperti aksara bugis yang lebih melengkung dan lebih pipih. Bentuk ini
berdasarkan temuan naskah berbahasa Bima.

Aksara bima bersistem abugida/silabik alfabet, satu huruf melambangkan satu silabel (suku
kata) yaitu konsonan yang sudah melekat dengan vokal “a” (hijau), aksara ini memiliki satu
huruf vokal dasar yaitu huruf “a” (kuning), dan huruf sengau/prenasalized (biru). Beberapa
huruf sengau bentuknya sama dengan bentuk huruf dasarnya, misal da=nda (pink).

Beberapa aksara memiliki bentuk variasi huruf sebagai berikut:

Tanda Diakritik/Sandangan/Harakat

Huruf vokal I-U-E-O dibentuk dengan menggunakan huruf vokal dasar “a” yang dibubuhi
tanda baca i, u, e, ataupun o.
Seiring perkembangan waktu dan penelitian yang terus berlanjut juga, banyak ditemukan
bentuk-bentuk huruf baru, diantaranya adalah tanda baca.

4. Eksistensi
Aksara Bima/mbojo ini dideklarasikan pada tanggal 28 Juli 2007 pada acara
penutupan “Simposium Internasional Penaskahan Nusantara XI” yang dilaksanakan di Bima.
Namun penelitian lanjutan harus tetap dilakukan untuk mengungkap segala misteri mengenai
aksara Bima. Maka dibentuklah proyek penelitian oleh Hj. Siti Maryam R. Salahuddin,
Munawar Sulaiman dan Syukri Abubakar untuk mengkaji dan meneliti aksara Bima secara
berkelanjutan.
Aksara Bima masih belum dikenal oleh masyarakat luas. Aksara ini belum dimuat
dalam pembelajaran bahasa Bima di sekolah, dan belum terdapat penggunaan aksara Bima
pada papan nama jalan, kantor pemerintah, dan lainnya. Pengenalan dan publikasi aksara
Bima dilakukan melalui buku “aksara Bima peradaban lokal yang sempat hilang” (gambar)
yang merupakan hasil penelitian dan kajian mengenai aksara Bima. Publikasi juga banyak
dilakukan oleh media massa ataupun oleh segelintir aktivis di media sosial.

(gambar) buku aksara bima


(gambar) salah satu pengenalan aksara bima di situs jejaring sosial facebook oleh page
aksara di nusantara.

Setelah beberapa lama Aksara Bima kini telah diusulkan untuk dimasukkan kedalam muatan
lokal sekolah dan dituliskan pada papan nama jalan di Kota Bima NTB. Usulan tersebut
disambut positif dan kabarnya akan ditindak lanjuti. Khususnya untuk muatan lokal di
sekolah.

Gambar: Halaman Facebook "Tanao Aksara Mbojo Bima" yang mempromosikan aksara
Bima dan pembelajaran, perkembangan, kreasi-kreasinya.
Gambar: Penyerahan poster berisi Alfabet Aksara Bima untuk dipajang di Kantor
Pemerintahan, sebagai pengingat akan kayanya budaya Bima.

Semakin intensif membahas langkah-langkah pelestarian aksara Bima, bulan ini (September
2018) telah diadakan beberapa kali Bimtek Aksara Bima/Mbojo yang diadakan oleh Dinas
Pendidikan Kota Bima. Setelah itu delegasi dari Bima berangkat ke Mataram untuk
menyusun desain muatan lokal berisi aksara Bima yang akan mulai diajarkan tahun 2019.

Review pribadi penulis: Aksara Bima sejak proses penemuannya dari status "hilang" pada
tahun 90-an telah dapat melesat dalam waktu yang lumayan singkat. Dengan kerja keras,
penelitian, publikasi, kampanye melalui media sosial untuk menunjukkan eksistensinya, dan
keberanian untuk meminta dukungan kepada Pemerintah Daerah, aksara ini telah bangkit dan
mulai dikenal kembali oleh masyarakatnya. Ini menjadi inspirasi bagi daerah lain yang
aksaranya masih tenggelam untuk kembali diangkat.
5. Baris Unicode
Aksara Bima belum terstandarisasi unicode, namun telah diajukan proposal yang mengajukan
aksara Bima –bersama dengan aksara turunan bugis lainnya- sebagai “Buginese extension”
atau “perluasan” aksara bugis yang mana aksara mbojo ini diklasifikasikan sebagai salah satu
variasi aksara bugis yang digunakan di Bima

Meski memiliki keserupaan dengan aksara Lontara, Aksara Bima tetap memiliki ciri
keunikan yang membuatnya lebih khas, diantaranya:
a. Berbentuk lebih melengkung dan pipih daripada aksara Lontara & turunan Lontara
lainnya.
b. Memiliki tanda baca sukun/mati yang bisa diletakkan diatas atau dibawah aksara.
c. Memiliki tanda baca gemitasi konsonan (tanda baca tasydid).

6. Font
Font-font aksara Bima yang telah dikembangkan diantaranya adalah:
Font MbojoANSI karya Arif Budiarto adalah font yang pertama kali tersedia untuk
pengetikan aksara bima di komputer. font ini menampilkan bentuk persis seperti yang
ditemukan pada naskah. font ini dapat diunduh pada situs. Beberapa font lain juga telah
dikembangkan penulis dan dapat diunduh pada tab Unduh Font pada Blog ini.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Aksara Bima atau disebut juga aksara Mbojo adalah aksara yang digunakan
dikawasan Bima, Nusa Tenggara Barat. Aksara Bima dapat merujuk pada dua bentuk aksara,
yaitu aksara Bima/mbojo yang berbentuk mirip aksara lontara/bugis, dan aksara Bima kuna.
Setelah Islam masuk ke Bima, kerajaan Bima beralih menjadi kesultanan. Sultan
Bima II memerintahkan segala bentuk kegiatan tulis menulis beralih kepada menggunakan
aksara arab dan bahasa melayu, hal ini dilakukan untuk memperlancar komunikasi
sehubungan dengan berkembangnya hubungan kesultanan Bima dengan kerajaan-kerajaan
lain di nusantara
Pada tahun 1987, setelah penelitian panjang, Hj. Siti Maryam R. Salahuddin (yaitu
puteri dari Sultan Bima ke-14, Sultan Muhammad Salahuddin) menemukan catatan mengenai
aksara Bima di Perpustakaan Nasional Indonesia di Jakarta, yaitu selembar dokumen seorang
peneliti belanda, H Zollinger dan juga catatan aksara Bima dari Raffles didalam bukunya
History of Java

B. Saran
Penulis tentunya masih menyadari jika makalah diatas masih terdapat banyak
kesalahan dan jauh dari kesempurnaan. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan
berpedoman pada banyak sumber serta kritik yang membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

[1] Buku: aksara bima peradaban lokal yang sempat hilang.


[2] Christopher Miller (2011): Indonesian and Philippine scripts and extensions - Script
encoding initiative.
[3] narasumber langsung: Bapak Syukri Abubakar.
[4] Unicode proposal: 16119-bima: Representing Bima in Unicode.

Anda mungkin juga menyukai